Sumber Daya Manusia

4.2. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan Database Human Resources Development Kompas (2012), saat ini Harian Kompas didukung oleh sekitar 720 karyawan, sekitar 30 persen di antaranya adalah wartawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan latar belakang pendidikannya, sekitar 70 persen karyawannya berpendidikan sarjana. Hampir tiga perempat dari jumlah karyawan tersebut berusia di bawah 45 tahun atau dalam kategori usia produktif.

Frans M Parera (Sularto, 2007) menuliskan tentang pola rekrutmen karyawan yang didasari folosofi bahwa karyawan adalah mitra bisnis. Karyawan berasal dari mereka yang belum pernah bekerja sehingga akan lebih mudah memahami etos kerja perintis yang berlandasakan pada etos kerja penuh kejujuran, menghargai uang sebagai sumber pokok kehidupan kaum urban dari usaha yang sehat dan bersih. Karyawan yang diterima diperlakukan sebagai rekan kerja dan merekalah yang memiliki karakter. (Parera: Sularto, 2007)

Pikiran dan kesadaran para karyawan sudah mengalami proses pencerahan akal budi dan moral kecendiakawanan yang benar, dan bersedia dan senang bekerja dalam tim, kelompok dengan spesialisasi dan kompetensi yang berbeda- beda untuk mencapai tujuan kolektif yang dicita-citakan perusahaan. Karyawan terpilih adalah mereka yang memiliki kemampuan membaca tinggi dan memahami cultural perusahaan.

Karyawan akrab dengan media cetak, perpustakaan, toko buku dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Dia juga memiliki kemampuan mengantisipasi perubahan yang akan terjadi dalam dimensi kehidupan maupun bisnis. Maka, kualitas produk menjadi sangat penting sebagai output perusahaan.

Content is the king. Perubahan sistem rekruitmen yang semula dari kekeluargaan dan pertemanan kini menjadi profesional. Dalam rekrutmen karyawan lebih mengedepankan karakter daripada kecerdasan pikiran. Bukan latar belakang agama dan suku. Kompas sebagai Indonesia mini yang mengedepankan dimensi pluralitas. (Parera: Sularto, 2007)

Jakob Oetama dengan merujuk guru manajemen Stephen R Covey (Sularto, 2011) menggarisbawahi perkembangan konsep manajemen SDM yang meliputi pay me well (mendapat gaji baik), treat me well (diperlakukan dengan baik), use me well (ditempatkan sesuai dengan kemampuan atau the right man on the right place), dan principle centered management (manajemen yang berlandaskan dan berorientasi pada prinsip-prinsip). Konsep ini sudah dirumuskan PK Ojong. Konsep ini pula yang membuat pola manajemen partisipatif menguat. Karyawan turut diajak dalam perumusan visi, misi, dan perencanaan perusahaan.

Dalam menghadapi globalisasi, wartawan harus lebih profesional, pengetahuan umum tidak mencukupi, etika umum tidak memadai lagi. Wartawan perlu menekuni 1 atau 2, dan 3 masalah sekaligus. Dalam perubahan, ke depan arahnya tidak bisa lagi generalisasi. Jakob Oetama (dalam Sularto, 2011) mengatakan, pendidikan calon pekerja media yang sifatnya prae-service perlu lebih lengkap dan lebih disiapkan. Bahkan juga peningkatan kompetensi yang sifatnya in-service bagi mereka yang sudah terlebih dahulu terjun dalam ranah yang sebelumnya didominasi cetak. Perlu dicari terus cara dan jalan untuk memperkaya dalam peliputan dan pengetahuan. Semua ini ada dalam falsafah yang sudah disepakati.

Dalam bisnis informasi khususnya surat kabar, Kompas menyadari bahwa konsumen membutuhkan keyakinan yang pasti dan akurat dari produsen. Pasar menjadi tantangan sehingga dibutuhkan orang-orang yang lahir sebagai pekerja

sebuah mimpi dan keyakinan. (Parera: Sularto, 2007). Kompas menyeleksi karyawan yang berciri compulsive pantang menyerah karena memiliki intelegensi emosional yang tinggi, mampu berempati, berbicara dengan hati atau komunikator yang tulus, mau mendengar, peka, dan inspiratif.

Aset terpenting dari penerbitan pers ialah karyawan (Sularto, 2011). Secara khusus pengembangan sumber daya manusia menjadi tanggung jawab unit pendidikan dan latihan (Diklat) SDM. Seperti yang disampaikan Ayu Kartika, Staf Senior Diklat Kompas (2012) secara lisan kepada peneliti, untuk mempersiapkan tenaga terampil agar mampu mendukung implementasi strategi konvergensi, Unit Diklat Kompas memberlakukan sistem tunggu bola. Artinya ketika unit lain mengajukan permohonan penambahan kompetensi tertentu, maka Diklat bertugas merealisasikan. Namun sebelum masuk ke kebutuhan khusus unit, Diklat mengadakan sosialisasi program 3M pada tahun 2011 bagi seluruh karyawan Kompas. Hal ini sangat penting karena sebagai pengetahuan dasar dan untuk menyamakan persepsi.

Selanjutnya Diklat memfokuskan pada pendidikan pelatihan kekhususan yang diusulkan oleh unit yang membutuhkan dengan acuan untuk mendukung kinerja dalam strategi konvergensi. Misalnya, pendidikan multimedia bagi reporter, editor, bagian bisnis, litbang, dan grafis. Secara berkesinambungan kompetensi karyawan diupgrade disesuaikan dengan kebutuhan dengan mengacu Selanjutnya Diklat memfokuskan pada pendidikan pelatihan kekhususan yang diusulkan oleh unit yang membutuhkan dengan acuan untuk mendukung kinerja dalam strategi konvergensi. Misalnya, pendidikan multimedia bagi reporter, editor, bagian bisnis, litbang, dan grafis. Secara berkesinambungan kompetensi karyawan diupgrade disesuaikan dengan kebutuhan dengan mengacu

Pada era dengan tingkat persaingan yang sangat ketat, Kompas tidak dapat menoleransi adanya wartawan yang pas-pasan. Jika profil wartawan pas-pasan ini masih ada, maka Kompas hanya akan dibebani oleh wartawan yang tidak produktif, dan akhirnya menyulitkan untuk menghadapi persaingan. Maka Kompas memberikan pendidikan lanjutan bagi wartawan dan juga karyawan pendukung lainnya.