Menurut UU No. 28 Tahun 1999 tentang:

2. Menurut UU No. 28 Tahun 1999 tentang:

Penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

a) Berisi mengenai penyelenggaraan negara.

Penyelenggara negara meliputi:

1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara.

2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara.

Ketaatan terhadap Perundang-Undangan Nasional

5. Hakim.

6. Pejabat negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya dalam penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Hak dan Kewajiban Penyelenggara Negara

• Setiap penyelenggara negara berhak untuk:

1. Menerima gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Menggunakan hak jawab terhadap setiap teguran, dan

tindakan dari atasannya.

3. Ancaman hukuman dan kritik masyarakat.

4. Menyampaikan pendapat di muka umum secara bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya.

5. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

• Setiap penyelenggara negara berkewajiban untuk:

1. Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya

sebelum memangku jabatannya.

2. Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan

setelah menjabat.

3. Melaporkan dan mengumpulkan kekayaan sebelum dan

setelah menjabat.

4. Tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan

nepotisme.

5. Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku,

agama, ras, dan antargolongan.

6. Melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok. Dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan ketentuan peraturan per undang-undangan yang berlaku.

7. Bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan hak dan kewajiban penyelenggara negara itu, maka apabila melakukan tindakan korupsi harus ditindak dengan tegas.

Penyelenggara negara yang melakukan tindak pidana akan ditindak. Adapun undang-undang yang digunakan untuk menindak tindak pidana korupsi adalah UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang: Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Pendidikan Kewarganegaraan SMP dan MTs Kelas VIII

Pada dasarnya, korupsi merupakan tindak kejahatan atau tindak pidana penyelewengan keuangan untuk kepentingan diri

Wawasan

sendiri atau orang lain. Penyelenggaraan keuangan yang dimaksud adalah penyelewengan keuangan negara oleh para

Independen adalah lembaga yang

penyelenggara negara.

dalam melaksanakan tugas dan

Dari berbagai bentuk penyelewengan negara (korupsi) jelas kewenangannya bebas dari

pengaruh kekuasaan eksekutif,

merugikan negara. Kerugian negara berarti kerugian

legislatif, yudikatif, dan lembaga

masyarakat, karena keuangan negara seharusnya dipergunakan

negara lainnya.

untuk pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Apabila keuangan negara dikorupsi atau diselewengkan oleh para penyelenggara negara, berarti pelayanan dan tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi berkurang. Maka dari itu, banyak negara yang tingkat korupsinya tinggi, masyarakatnya banyak yang miskin.

Ancaman bagi penyelenggara negara yang melakukan tindak pidana korupsi diatur dalam UU No. 20 Tahun 2001 Pasal 2, 3, dan 4.

Adapun bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut.

Pasal 2:

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu konspirasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(2) Dalam hal tindakan pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dijatuhkan.

Pasal 3:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau suara yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup dan pidana penjara paling sedikit 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun penjara dan atau denda paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Pasal 4:

Pengembalian kerugian negara atau perekonomian negara tidak menghentikan dipidananya pelaku tindakan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3.

Dari berbagai pasal tersebut harus berusaha dilakukan sungguh-sungguh demi menjamin kehidupan negara yang aman, tertib, dan sentosa. Untuk itu, mari kita berharap tetap menjaga kekayaan milik negara kita ini. Sebab, apabila kita tidak saling menjaga akan merugikan generasi yang akan datang.

Ketaatan terhadap Perundang-Undangan Nasional