Konstitusi RIS Kurun Waktu tahun 1949–1950
2. Konstitusi RIS Kurun Waktu tahun 1949–1950
Konstitusi RIS merupakan konstitusi yang bersifat sementara, karena menurut Pasal 186 Konstitusi RIS, Konstituante (sidang pembuat konstitusi) bersama-sama dengan pemerintah selekas-lekasnya menetapkan konstitusi RIS yang akan menggantikan konstitusi dan sifatnya masih sementara.
Bentuk negara maupun bentuk pemerintahan pada kurun waktu 1949–1950 di antaranya sebagai berikut.
a. Bentuk negara
Bentuk negara adalah federasi. Pernyataan ini terdapat dalam Konstitusi RIS Bab 1, Pasal 1 Ayat (1) berbunyi:
“Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk federasi.”
Bentuk federasi/federal atau serikat pada hakikatnya adalah suatu negara yang kekuasaan pemerintahannya terbagi oleh kekuasaan federasi dan negara-negara bagian.
b. Bentuk pemerintahan
Bentuk pemerintahan Indonesia kurun waktu 1949–1950 adalah republik. Republik pada masa Konstitusi RIS pada prinsipnya adalah sama dengan yang ditentukan oleh UUD 1945. Hanya saja republik yang dimaksud pada periode RIS ini adalah “Republik Fusi” atau Republik Penggabungan beberapa negara, sedangkan republik pada periode UUD 1945 adalah republik dari negara kesatuan. Oleh karena negara Republik Indonesia sudah menjadi salah satu negara bagian sejak berlakunya Konstitusi RIS, maka Republik Indonesia menurut UUD 1945 juga masuk ke dalam Republik Indonesia Serikat menurut Konstitusi RIS.
c. Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan Indonesia kurun waktu 1949– 1950 adalah parlementer. Sistem pemerintahan menurut Konstitusi RIS intinya digambarkan sebagai berikut.
Konstitusi-Konstitusi di Negara Indonesia
Menurut Pasal 1 Ayat (2) Konstitusi RIS dikatakan bahwa:
Wawasan
“Kekuasaan berkedaulatan Republik Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat”.
• Presidensial adalah suatu sistem pemerintahan di mana menteri-menterinya
3. UUDS 1950 Kurun Waktu 17 Agustus 1950–5 Juli
bertanggung jawab kepada
presiden. •
Berdasarkan UU. Federal No. 7 Tahun 1950 ditetapkan
Parlementer adalah suatu
sistem pemerintahan di
Perubahan Konstitusi RIS menjadi Undang-Undang Dasar
mana menteri-menterinya
Sementara.
bertanggung jawab kepada
Pasal 1 UU. Federal No. 7 Tahun 1950 menentukan:
parlemen. •
Konstituante merupakan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat diubah menjadi
suatu badan yang berwenang
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
menetapkan konstitusi.
(Kemudian dimuat naskah UUDS 1950 selengkapnya yaitu
• Mahkamah Agung merupa- kan lembaga negara yang
mulai dari bagian mukadimah sampai dengan Pasal Penutup
berwenang mengadili pada
yaitu Pasal 146). Kemudian Pasal III dari UU No. 7 Tahun 1950
tingkat kasasi, menguji pe-
menentukan tanggal mulai berlakunya UUDS, yaitu: mulai dari
raturan, perundang-undangan
tanggal 17 Agustus 1950.
di bawah undang-undang terhadap undang-undang
Bentuk negara maupun bentuk pemerintahan pada kurun
dan mempunyai wewenang
waktu 1950 – 1959 adalah sebagai berikut.
lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
a. Bentuk negara
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan. Pernyataan ini terdapat dalam Bab I Pasal 1 Ayat (1)
berbunyi: “Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah suatu negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan.”
Bentuk negara kesatuan yang ditentukan oleh UUDS 1950 adalah sama dan sesuai dengan pengertian bentuk negara kesatuan yang terkandung dalam UUD 1945.
b. Bentuk pemerintahan
Bentuk Pemerintahan Indonesia adalah republik. Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat ialah negara hukum yang demokratis.
Ini berarti negara akan tunduk kepada hukum, termasuk segala peraturan-peraturan hukum yang berlaku bagi segala badan dan alat-alat kelengkapan negara.
c. Sistem pemerintahan
Sistem pemerintahan Indonesia adalah parlementer. Dalam UUDS 1950, sistem pemerintahan parlementer tercantum dalam Pasal 83 yang berbunyi sebagai berikut.
Ayat (1) Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat. Ayat (2) Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan
pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri.
Pendidikan Kewarganegaraan SMP dan MTs Kelas VIII
Ciri-ciri sistem parlementer lainnya yang dianut oleh UUDS 1950 adalah pemerintah dapat meminta kepada presiden untuk membubarkan DPR, apabila pemerintah berpendapat bahwa DPR tidak lagi representatif. Keputusan yang menyatakan pembubaran ini, memerintahkan pula untuk mengadakan pemilihan DPR baru dalam waktu 30 hari (Pasal 84 UUDS 1950).
Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 84 tersebut adalah sebagai imbangan dari pertanggungjawaban menteri- menteri, karena menteri-menteri (kabinet) ini sewaktu- waktu dapat dibubarkan oleh DPR, apabila DPR menyatakan tidak percaya atas seluruh atau sebagian kebijaksanaan pemerintah yang dijalankan oleh menteri– menteri.
Presiden di dalam UUDS 1950 hanyalah merupakan Kepala Negara (Pasal 45) dan sama sekali bebas sebagai kepala pemerintah. Dengan alasan bahwa pemerintahan berada di tangan Dewan Menteri, maka, kekuasaan berada pada seorang Perdana Menteri. Oleh karena itu presiden sebagai kepala negara tidak dapat diganggu gugat.