Analogi Budaya:

Analogi Budaya:

Coba kembangkan etos kerja dan orientasi kecakapan hidup pada diri kalian.

Akhir-akhir ini sering terjadi konflik dalam masyarakat hanya karena hal-hal sepele seperti perkataan yang menyinggung perasaan orang lain. Coba diskusikan dengan teman-teman kalian untuk menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi konflik di masyarakat yang disebabkan oleh penggunaan bahasa yang tidak tepat. Selain itu coba kalian praktikkan dalam kehidupan kalian sehari-hari cara bertutur kata dan berbahasa yang baik dan benar.

1. Konsep-Konsep Penting dalam Bahasa

a. Fonetik

Fonetik berkenaan dengan satuan terkecil bahasa, yaitu bunyi. Fonetik berkenaan dengan proses pembunyiannya, realisasi dan penangkapannya melalui indera pendengaran. Menurut Trubetzkoy yang dikutip oleh FX Rahyono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , fonetik merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa bahasa, murni studi fenomenalistik terhadap bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi. Titik tolak fonetik adalah kongkret, yaitu bahasa manusia.

b. Semantik

Menurut Setiawati Darmojuwono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , semantik merupakan bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa. Apakah yang dimaksud dengan makna tanda bahasa? “Buku” adalah sebuah kata yang terdiri dari unsur lambang bunyi, yaitu (b-u-k-u) dan konsep atau citra mentak benda-benda (objek)

Gambar 3.2. yang dinamakan buku. Menurut Ogden dan Segitiga

Kesamaan dan Keragaman Bahasa dan Dialek

Richards yang dikutip oleh Setiawati Darmojuwono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , dalam karya klasik tentang “Teori semantik segitiga”, kaitan antara lambang, citra mental atau konsep dan referen atau objek dapat dijelaskan dengan gambar 3.2 dan uraian sebagai berikut.

Makna kata buku adalah konsep tentang buku yang tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata buku. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya.

c. Sintaksis

Menurut Liberty P. Sihombing dan Djoko Kentjono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , sintaksis merupakan studi gramatikal struktur antar kata. Struktur yang dimaksud di sini adalah urutan kata. Sebagian besar makna suatu frasa, misalnya sangat tergantung pada urutan kata pembentuknya. Jadi, jika kita perhatikan dua contoh di bawah ini akan kita dapati bahwa makna frasa

1 tidak sama dengan makna frasa 2.

1) Adik guru

2) Guru adik Demikian pula, makna kalimat (3) tidak sama dengan makna kalimat (4).

3) Busra menunggu Wati

4) Wati menunggu Busra

d. Morfologi

Menurut Djoko Kentjono dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , morfologi merupakan studi gramatikal struktur intern kata. Morfologi merupakan ilmu bahasa yang mempelajari morfem yaitu satuan gramatikal yang terkecil. Sebagai satu gramatikal, morfem membentuk satuan yang lebih besar dan mempunyai makna. Sebagai satuan terkecil, morfem tidak dapat dipecah menjadi bagian- bagian lebih kecil yang masing-masing mengandung makna.

Djoko Kentjono dalam buku yang sama lebih lanjut menjelaskan morfem dapat dikenal karena pemunculannya yang berulang-ulang dalam praktik. Morfem ditemukan dengan jalan memperbandingkan satuan- satuan ujaran yang mengandung kesamaan dan pertentangan, yakni kesamaan dan pertentangan dalam bentuk (fonologis) dan dalam makna.

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

Perhatikan kata-kata di bawah ini.

4) didukung dibandingkan dengan kata

4) dukung Pertama-tama akan terlihat bentuk-bentuk yang sama susunan

fonemnya, yakni (di). Kedua, makna yang membedakan diambil dengan ambil juga terdapat dalam pasangan dibawa-bawa, dicuri-curi dan didukung-dukung . Dengan kata lain (di) mempunyai makna. Bentuk (di) ternyata tidak dapat dipecah menjadi bagian-bagian bermakna yang lebih kecil. Paparan di atas membuktikan bahwa (di) adalah morfem, dan masih banyak contoh lainnya yang dapat kita temui dalam pelajaran Bahasa.

2. Fungsi Bahasa

Ada berbagai ragam penggunaan bahasa di masyarakat dari dahulu hingga sekarang. Tempat, lawan bicara, dan tujuan mempengaruhi pemilihan kata-kata dalam berbahasa. B. Suhardi dan B. Cornelius Sembiring dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik (2005) , mengutarakan 5 (lima) ragam bahasa, yaitu:

a. Ragam bahasa intimate

Ragam bahasa intimate digunakan untuk orang yang memiliki hubungan sangat akrab dan intim, biasanya digunakan oleh kawula muda. Contohnya adalah ‘gue, lo, bete, ember, dan memang.

b. Ragam bahasa casual

Ragam bahasa casual digunakan dalam situasi tidak resmi dan santai. Dapat digunakan oleh orang yang belum tentu saling mengenal (tidak intim). Bentuk bahasa yang digunakan tidak baku.

Sumber: Kompas, 12 Agustus 2006

Gambar 3.3. Kawula muda sering menggunakan ragam bahasa intimate.

Kesamaan dan Keragaman Bahasa dan Dialek

Ragam bahasa consultative digunakan untuk tawar menawar oleh penjual-pembali, tanya jawab antara siswa dan gurunya. Ciri bahasa consultative adalah pilihan kata yang digunakan berpusat pada transaksi atau pertukaran informasi.

Sumber: Majalah Garuda Vol 10 1999 B

Gambar 3.4. Pada saat transaksi jual beli sering menggunakan ragam bahasa consultative.

d. Ragam bahasa formal

Ragam bahasa formal digunakan dalam rapat atau diskusi resmi. Ciri khas bahasa formal adalah pilihan kata dan kalimat yang lengkap serta akurat, yang mencerminkan jarak hubungan dan situasi formal di antara peserta diskusi.

e. Ragam bahasa frozen

Ragam bahasa frozen digunakan pada acara ritual dan seremonial, sering digunakan oleh hakim, jaksa dan pembela di dalam sidang pengadilan. Disebut beku (frozen) karena ungkapan dan istilah yang dipakai tetap dan tidak memungkinkan adanya perubahan satu patah kata pun. Bahkan tekanan pelafalannya pun tidak boleh berubah sama sekali.

Dengan mengamati ragam penggunaan bahasa, maka bahasa dengan sendirinya memiliki beberapa fungsi. B. Suhardi dan B. Cornelius Sembiring dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguisti (2005) , mengutarakan 7 (tujuh) fungsi bahasa, yang digambarkan sebagai berikut (fungsi bahasa diwakili kata yang dicetak miring).

a. Situasi (Kontekstual)

b. Pesan (Referensial)

Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa Antropologi Kontekstual XI SMA/MA Program Bahasa

d. Mitra Tutur (Emotif)

e Jalur (Fatis)

f. Bentuk Pesan (Puitis)

g. Aspek Bahasa (metalinguistik) Pengertian dan contoh dari ketujuh fungsi bahasa itu dikemukakan

B. Suhardi dan B. Cornelius Sembiring dalam buku Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguisti (2005) , sebagai berikut. Pengertian fungsi bahasa kontekstual dapat diperoleh dari contoh ketika seorang guru mengatakan, “Baik, mari kita mulai”, dan “Ujian selesai, tidak ada yang diperkenankan menulis lagi”, ungkapan itu menyebabkan berubahnya situasi. Ujaran tersebut memberi tekanan pada waktu (bagian dan setting). Karena itu, fungsi bahasa tersebut adalah kontekstual.