PEMELAJARAN DAN PEMBELAJARAN

3.2 Perpaduan Pemelajaran dan Pembelajaran

Seperti yang telah dikemukakan pada bagian kerangka konseptual, pemertahanan bahasa daerah perlu dilakukan ketika terdapat ancaman terhadap penggunaan bahasa daerah karena bahasa daerah hanya digunakan oleh satu generasi saja, biasanya generasi yang lebih tua atau bahkan generasi lansia, karena alasan tertentu. Dalam keadaan seperti ini, dua hal perlu dilakukan, yaitu meningkatkan kesadaran semua penutur tentang pentingnya bahasa daerah dan memperkenalkan kegiatan yang disebut dengan “gerakan belajar bahasa ibu” dengan melibatkan semua pemangku kepentingan dan masyarakat bahasa daerah itu. Tujuan akhir program pemertahanan bahasa daerah atau bahasa ibu adalah “bahasa daerah atau bahasa ibu yang terus bertahan”, yaitu bahasa daerah yang masih digunakan secara lintas generasi oleh penuturnya.

Dalam “gerakan belajar bahasa ibu,” kita dapat memadukan perspektif pemelajaran dan pembelajaran. Makalah ini hanya membahas perpaduan pemelajaran dan pembelajaran dalam kaitannya dengan upaya pemertahanan bahasa daerah secara garis besar saja mengingat kesempatan yang sangat terbatas untuk membahas topik ini secara medalam. Pemaduan konsep ini sebenarnya menyiratkan bahwa fokus kegiatan adalah penutur jati bahasa daerah yang terancam kepunahan sebagai pemelajar melalui interaksi antara pemelajar dengan pembelajar (pengajar/instruktur bahasa daerah) di dalam dua proses yang saling berkaitan, yaitu pemelajaran dan pembelajaran. Dalam gerakan moral ini terdapat kegiatan mempelajari (belajar) di satu sisi, mengajar dan membelajarkandi sisi lainnya bersama-sama.

Dari aspek kegiatan yang pertama, yang sebenarnya melibatkan pemelajar sebagai pelaku utama, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

- pemetaan sasaran kegiatan dari segi kelompok usia atau generasi; - pemetaan kemampuan bahasa daerah masing-masing kelompok;

PROSIDING Seminar Nasional Bahasa Ibu

X Denpasar, 24-25 Februari 2017

- informasi sosiolinguistik bahasa daerah terkait (Siregar, 2011); - inventarisasi sarana dan prasarana belajar.

Berkaitan dengan aspek kegiatan yang kedua, pada dasarnya membelajarkan adalah bagian dari mengajar karena membelajarkan berarti mengajar dengan menggunakan langkah-langkah strategis tertentu untuk membuat seseorang atau sekelompok orang belajar. Dengan demikian, untuk kegiatan membelajarkan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti:

- menyusun perencanaan pembelajaran secara umum dengan memperhatikan hasil yang diperoleh dari analisis aspek kegiatan yang pertama;

- menyusun peranti, prosedur, materi dan praktik, media dan teknologi,

strategi pembelajaran untuk masing-masing kelompok pemelajar, baik yang berkaitan dengan aspek bahasa, sastra, maupun literasi;

- menyiapkan instruktur yang akan membantu pengajaran/pembelajaran; Berdasarkan hasil pemetaan, tujuan pembelajaran mungkin dibedakan

berdasarkan sasaran pembelajaran, misalnya dari segi usia ataupun kemampuan bahasa daerah. Penutur yang berusia dewasa dan sudah mempunyai kemampuan dasar ataupun lanjut dalam bahasa daerah mungkin hanya memerlukan kesempatan untuk menggunakan bahasa daerahnya dalam berbagai fungsi, mengingat kosakata dan penggunaannya dalam berbagai ekspresi budaya seperti tradisi lisan, yang mungkin sudah jarang dipertunjukkan dalam acara-acara tradisi.

Bagi penutur berusia muda, yang sudah terlanjur menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, tujuan pembelajaran adalah untuk menghasilkan pemelajaran, yang pada gilirannya mewujudkan pemerolehan bahasa daerah itu. Pemelajaran bertujuan untuk memperoleh bahasa. Dalam konteks ini pemerolehan bahasa daerah terjadi melalui pemelajaran bahasa itu. Di sinilah peran pembelajaran menjadi penting untuk memastikan terjadinya pemelajaran. Secara teoretis, menurut Schmidt (2001) pemelajaran dapat terjadi apabila pemelajar menyadari bentuk bahasa yang dipelajari. Seterusnya Schmidt mengatakan bahwa pembenaan (noticing) adalah secara sadar memusatkan perhatian pada unsur-

unsur struktur lahiriah ujaran yang terdapat dalam input yang diberikan. 5 Tidak semuanya yang diperhatikan oleh pemelajar menjadi pemerolehan tetapi setiap

bentuk bahasa yang diperoleh pasti sudah melalui perhatian atau pembenaan. Dalam pembelajaran, pembelajar berperan sebagai fasilitator untuk

menyediakan peluang bagi pemelajar melakukan pembenaan (memberikan perhatian secara sadar) melalui berbagai strategi. Kegiatan pembelajaran harus menyediakan terus menerus keseimbangan antara fokus terhadap bentuk dengan fokus terhadap makna. Melalui pembelajaran dalam kelompok terdapat peluang interaksi dalam bahasa daerah yang memungkinkan pemelajar melakukan

5 Input atau masukan adalah bentuk atau kaidah bahasa yang diberikan kepada pemelajar baik dalam bentuk lisan atau tulis dan disediakan untuk pemerolehan bahasa.

PROSIDING Seminar Nasional Bahasa Ibu

Denpasar, 24-25 Februari 2017

negosiasi makna atau menerima masukan dari anggota kelompok apabila terbentur dalam masalah kosakata. Pemelajar dapat diarahkan untuk membenakan bentuk dan struktur bahasa yang dipelajari melalui berbagai cara, di antaranya menyampaikan bentuk atau struktur itu dalam sistem bahasanya (sistem antarbahasa), memperhatikan bentuk atau struktur bahasa daerah tersebut, atau berinteraksi dengan lainnya yang berada dalam kegiatan belajar tersebut yang dapat memberikan masukan. Dalam pengertian inilah kemudian kita melihat bagaimana pembelajaran menjadi salah satu alat yang efektif untuk mendorong terjadinya pemerolehan bahasa.

Kunci keberhasilan dari gerakan belajar bahasa ibu ini adalah kerjasama atau kolaborasi para pemangku kepentingan.Pada masa depan, Program Studi Bahasa Daerah, Sastra Daerah, atau Pendidikan Bahasa Daerah diharapkan dapat menjadi pusat kajian yang membantu mengkaji dan menyusun perencanaan pembelajaran secara umum,menyusun peranti, prosedur, materi dan praktik, media dan teknologi, strategi pembelajaran dalam pemelajaran bahasa daerah, dan menyiapkan instruktur yang akan membantu pengajaran bahasa daerah dan membantu pembelajaran siapa saja yang berminat untuk mempelajari bahasa daerah tersebut. Selain itu, pusat kajian ini juga diharapkan dapat menyediakan sumber daya pemelajaran dan sumber daya pembelajaran yang dapat diakses oleh semua pihak.

3.3 Kurikulum Bahasa Daerah

Beberapa Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia menyelenggarakan pendidikan Sarjana dalam bidang bahasa daerah melalui Program Studi Bahasa dan Sastra Daerah, Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah, dan bahkan sebagian sudah menyelenggarakan pendidikan tingkat Magister. Memperhatikan tingginya tingkat keterancaman bahasa-bahasa daerah di Indonesia, mungkin sudah saatnya melengkapi kurikulum pendidikan bahasa atau sastra daerah dengan materi atau mata kuliah yang bersinggungan dengan aspek pemelajaran dan pembelajaran. Melalui pembenahan kurikulum ini, Program Studi terkait diharapkan juga dapat menghasilkan model atau program pemertahanan bahasa dan kebangkitan bahasa.

Kurikulum Program Studi yang berkaitan dengan bahasa dan sastra daerah ataupun dengan pendidikan bahasa daerah mungkin dapat dikembangkan untuk menjangkau bahasa daerah lain yang termasuk dalam status terancam. Misalnya, Program Studi Sastra Bali atau Program Studi Pendidikan Bahasa Bali tidak saja menetapkan inti kurikulumnya berhubungan dengan bahasa atau sastra Bali tetapi juga dapat mengampu bahasa daerah lainnya yang terancam punah sebagai mata kuliah atau objek kajian. Pengembangan kurikulum ke arah ini tentu saja diharapkan dapat mendukung dan membantu program pemertahanan bahasa daerah yang terancam punah di Indonesia.

PROSIDING Seminar Nasional Bahasa Ibu

X Denpasar, 24-25 Februari 2017