Kondisi Terkini Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik

Tabel 4 Visi-Misi DKI Jakarta dan Tujuan Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik 2018-2022

Indikator Sasaran

1 Menjadikan Jakarta

Prevalensi diare kota yang aman, sehat,

1. Mencegah/menurunkan resiko Menurunnya

kejadian diare akibat air dan

prevalensi diare

cerdas, berbudaya,

sanitasi yang buruk

dengan memperkuat

% rumah tangga stop nilai-nilai keluarga dan

2. Menghilangkan praktek BABS

100% warga DKI

BABS memberikan ruang

di seluruh wilayah

Jakarta Stop BABS

kreativitas melalui kepemimpinan yang melibatkan, menggerakkan dan memanusiakan.

2 Menjadikan Jakarta

 Cakupan kota yang memajukan

3. Mempercepat pembangunan

100% warga DKI

akses air kesejahteraan umum

infrastruktur bagi layanan

memiliki akses

minum aman melalui terciptanya

dasar air minum dan sanitasi

terhadap layanan

 Cakupan lapangan kerja,

aman bagi semua warga

dasar air minum dan

akses jamban kestabilan dan

sanitasi yang aman

sehat keterjangkauan

dan berkelanjutan

permanen kebutuhan pokok,

 Cakupan meningkatnya keadilan

layanan sosial, percepatan

pengelolaan pembangunan

air limbah infrastruktur,

domestik kemudahan investasi pada penduduk dan berbisnis, serta

secara umum dan perbaikan pengelolaan

MBR tata ruang.

Indikator Sasaran

4 Menjadikan Jakarta

 % ketersediaan kota yang lestari,

4. Meningkatkan daya dukung

 Tersedianya

air baku dengan pembangunan

lingkungan dan

sumber air baku

sesuai kebutuhan  Pemenuhan baku dan tata kehidupan

memperlambat penurunan

mutu effluent air yang memperkuat daya

muka air tanah

 Terkendalinya

limbah domestik dukung lingkungan dan

penggunaan air

tanah di DKI

sosial.

Jakarta  Turunnya secara signifikan tingkat

pencemaran air

Adapun target pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik sampai dengan 2022 ditampilkan pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5 Target Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

No

Baseline 2015 Target 2022 1 Cakupan akses air minum aman

Indikator Sasaran

55.5% 5 85% Cakupan akses air minum aman pada MBR

85% Cakupan akses air minum perpipaan

55% Cakupan akses air minum perpipaan pada MBR

2 Cakupan akses jamban sehat

75% 6 100% Cakupan akses jamban sehat pada MBR

100% Cakupan akses layanan SPALD terpusat

25% Cakupan akses layanan SPALD setempat

35% 3 Cakupan Rumah Tangga stop BABS

100% 4 % Pemenuhan kebutuhan air baku

82% 7 100% 5 % Pemenuhan baku mutu effluent

n.a

Dengan pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik ini, diharapkan muka air tanah terpelihara pada level aman dan prevalensi diare dapat dikurangi menuju zero prevalence.

Berdasarkan target tersebut, dilakukan pentahapan pembangunan dan penegasan prioritas penanganan di setiap tahapan.

3.2 Pentahapan Pembangunan Layanan Air Minum dan Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

Berpedoman pada agenda nasional akses universal 2019, maka pentahapan pembangunan selama 2018-2022 disusun dalam tiga tahapan/fase, yaitu fase akselerasi, fase peningkatan kualitas, dan fase pemantapan kualitas. Fase akselerasi ditujukan untuk percepatan pemenuhan akses air minum dan sanitasi (jamban sehat permanen) yang aman dan berkelanjutan. Fase peningkatan kualitas ditujukan untuk memperbaiki kualitas akses dan kualitas layanan berdasarkan indikator SDGs dan/atau standar

5 Data RPJMD 2017-2022 6 Data STBM per 27 Oct 2017 7 Data PAM Jaya, 2017 5 Data RPJMD 2017-2022 6 Data STBM per 27 Oct 2017 7 Data PAM Jaya, 2017

Gambar 11 Pentahapan Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

Mempertahankan/ memelihara kualitas layanan

Meningkatkan kualitas akses dan layanan Mempercepat pemenuhan

akses air minum dan sanitasi

aman 2018-2019 (Fase

2020-2021 2022

Akselerasi)  75% akses air minum aman  45% akses air minum  55% akses air minum

 100% akses jamban sehat

perpipaan

perpipaan

 100% warga Stop BABS

 40% akses air minum non

 30% akses air minum

TARGET

perpipaan

non perpipaan

 23% layanan SPALD Terpusat

 25% layanan Terpusat

 35% layanan Setempat  Percepatan perluasan  Perluasan jaringan layanan air  Lanjutan perluasan dan layanan bagi MBR dan

 10% layanan SPALDSetempat

peningkatan kualitas kawasan prioritas

minum perpipaan dan layanan

layanan  Efisiensi pengelolaan oleh

SPALD

 Pengurangan penggunaan air  Lanjutan pengurangan operator dan optimasi

penggunaan air tanah system layanan eksisting

tanah di kawasan air tanah

subsidence, dan intrusi air laut

STRATEGI

 Optimalisasi pemanfaatan  Pemanfaatan hasil olahan grey  Lanjutan optimalisasi

POKOK

sumber air baku yang

bauran air domestik tersedia saat ini

water dan black water

sebagai air baku

 Perubahan perilaku menuju  Promosi dan edukasi water  Lanjutan pembinaan dan Stop BABS, hemat air, dan

pendampingan peran penggunaan air minum dan

recharging

serta masyarakat sanitasi aman

 Pengembangan/penerapan pilihan teknologi layanan air minum dan air limbah domestik bagi Kep. Seribu

Adapun yang dimaksud dengan kawasan prioritas adalah yang memenuhi kriteria sbb:

a. Terbatasnya akses pada air minum dan air limbah (santasi) dari jenis layanan apapun,

b. Kualitas dan kuantitas air tanah/sumur termasuk kategori buruk,

c. Banyaknya MBR yang masih belum memiliki akses,

d. Tingkat penyakit berbasis lingkungan yang tinggi,

e. Khusus untuk air limbah, ditambah dengan kriteria (i) wilayah yang dilalui sungai, (ii) masih ada penduduk BABS

Berdasarkan kriteria tersebut, kawasan prioritas pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik ditampilkan pada peta berikut ini:

Gambar 12 Peta Kawasan Prioritas Air Minum dan Kawasan Prioritas Sanitasi

Selanjutnya, kelurahan-kelurahan yang termasuk kawasan prioritas air minum dan juga prioritas sanitasi mencakup 27 kelurahan sebagaimana ditampilkan pada Gambar 14. Daftar kelurahan selengkapnya pada table 6.

Gambar 13 Peta Kawasan Prioritas Air Minum dan Sanitasi

Tabel 6 Daftar 27 Kelurahan Kawasan Prioritas Air Minum dan Sanitasi

No KOTA

KECAMATAN

KELURAHAN

1 Jakarta Utara

Kamal Muara 2 Jakarta Timur

Penjaringan

Kayu Putih* 3 Jakarta Utara

Pulo Gadung

Penjaringan 4 Jakarta Selatan

Penjaringan

Tebet Barat* 5 Jakarta Selatan

Tebet

Kuningan Barat 6 Jakarta Pusat

Mampang Prapatan

Mangga Dua Selatan 7 Jakarta Pusat

Sawah Besar

Karet Tengsin 8 Jakarta Timur

Tanah Abang

Cipinang Besar Utara 9 Jakarta Barat

Jatinegara

Maphar 10 Jakarta Utara

Taman Sari

Pademangan

Ancol

11 Jakarta Utara

Kali Baru 12 Jakarta Pusat

Cilincing

Bendungan Hilir 13 Jakarta Pusat

Tanah Abang

Kramat 14 Jakarta Barat

Senen

Duri Utara 15 Jakarta Selatan

Tambora

Gandaria Utara 16 Jakarta Utara

Kebayoran Baru

Koja

Koja

17 Kepulauan Seribu

Pulau Panggang 18 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Utara

Pulau Kelapa 19 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Utara

Pulau Untung Jawa* 20 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Selatan

Pulau Harapan 21 Jakarta Selatan

Kepulauan Seribu Utara

Gunung 22 Jakarta Pusat

Kebayoran Baru

Pasar Baru 23 Jakarta Utara

Sawah Besar

Tanjung Priok 24 Jakarta Barat

Tanjung Priok

Duri Selatan 25 Jakarta Barat

Tambora

Keagungan 26 Jakarta Barat

Taman Sari

Pekojan 27 Jakarta Barat

Tambora

Taman Sari

Pinangsia

Sumber: Peta Interaktif DKI Jakarta, IUWASH-PLUS, 2017  Tidak termasuk kawasan rawan sanitasi

Daftar kelurahan kawasan prioritas menggunakan data 2010 dari BPS DKI Jakarta dan data terpadu 2015 dari TNP2K untuk akses Rumah Tangga Kelompok MBR.

Masih diperlukan updating, validasi data, dan re-assessment untuk penetapan kelurahan prioritas penanganan ini

4 STRATEGI PEMBANGUNAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK DKI JAKARTA

Strategi disusun berdasarkan isu strategis untuk mencapai target di setiap tahapan pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta. Masing-masing strategi selanjutnya menjadi dasar perumusan program/intervensi kunci.

4.1 Strategi Penyediaan Air Baku

Sebagaimana dikemukakan pada Bab 2, bahwa dengan rencana yang ada untuk pengelolaan air baku selama 2017-2030, Jakarta masih akan mengalami defisit air baku sampai dengan 2029. Untuk itu, strategi penyediaan air baku perlu dikaji kembali dengan mengevaluasi pengelolaan permintaan (demand management), strategi penyediaan, dan dukungan kebijakan yang ada.

Dalam Desain Besar ini, penyediaan air baku dilakukan melalui tiga strategi, yaitu:

1. Efisiensi pengelolaan oleh operator dan konsumsi air oleh masyarakat

2. Optimalisasi pemanfaatan sumber air yang tersedia saat ini

3. Pengembangan sumber air alternatif (optimasi bauran air domestik) Efisiensi pengelolaan oleh operator dilakukan melalui penurunan tingkat air tidak berekening (non-

revenue water/NRW). Hal ini diharapkan akan mampu memaksimalkan manfaat dari ketersediaan air baku saat ini dalam pemenuhan kebutuhan. Dalam hal pengelolaan permintaan, pola konsumsi air oleh masyarakat perlu diperbaiki sehingga lebih hemat dan bertanggung jawab. Melalui efisiensi pengelolaan oleh operator, tingkat air tidak berekening diharapkan dapat ditekan menjadi (maksimal) 20% pada akhir 2022. Mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan, maka penurunan tingkat air tidak berekening ini akan mengombinasikan sumber pembiayaan dari Pemerintah DKI Jakarta dan sumber lainnya. Selanjutnya tingkat konsumsi air oleh masyarakat, melalui gerakan hemat air, diharapkan dapat dikurangi sehingga mendekati standar konsumsi masyarakat perkotaan, yaitu 120 liter/orang/hari.

Optimalisasi pemanfaatan sumber air yang tersedia saat ini dilakukan untuk memaksimalkan manfaat dari sumber daya air yang tersedia berikut prasarananya. Strategi ini diharapkan bisa menutupi kekurangan kebutuhan air baku yang saat ini sebagian besar, atau lebih dari 80%, dipasok dari Jatiluhur. Strategi ini dilakukan antara lain melalui normalisasi sungai guna mengoptimalkan daya tampung 13 sungai yang ada di Jakarta, yang disertai upaya pengendalian pencemaran air sungai akibat buangan air limbah domestik dan non domestik ke 13 badan sungai tersebut, agar dapat digunakan menjadi sumber air baku. Meskipun fungsi utama waduk dan embung adalah untuk menampung/menahan air dalam rangka pengendalian banjir, dalam Desain Besar ini waduk dan embung juga diarahkan pemanfaatannya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan air baku Jakarta. Selanjutnya, kerjasama peningkatkan kuantitas dan kualitas air sungai dengan sejumlah pemerintah daerah yang berbatasan (Jawa Barat dan Banten) juga menjadi salah satu langkah penting dalam implementasi strategi ini. Strategi optimalisasi lain untuk menambah pasokan air minum di DKI Jakarta adalah mencari peluang-peluang baru untuk kerja sama dalam pembelian air curah (air sudah diolah dan siap untuk didistribusikan). Saat ini, kerja sama pembelian air curah (bulk supply) sudah dilakukan Optimalisasi pemanfaatan sumber air yang tersedia saat ini dilakukan untuk memaksimalkan manfaat dari sumber daya air yang tersedia berikut prasarananya. Strategi ini diharapkan bisa menutupi kekurangan kebutuhan air baku yang saat ini sebagian besar, atau lebih dari 80%, dipasok dari Jatiluhur. Strategi ini dilakukan antara lain melalui normalisasi sungai guna mengoptimalkan daya tampung 13 sungai yang ada di Jakarta, yang disertai upaya pengendalian pencemaran air sungai akibat buangan air limbah domestik dan non domestik ke 13 badan sungai tersebut, agar dapat digunakan menjadi sumber air baku. Meskipun fungsi utama waduk dan embung adalah untuk menampung/menahan air dalam rangka pengendalian banjir, dalam Desain Besar ini waduk dan embung juga diarahkan pemanfaatannya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan air baku Jakarta. Selanjutnya, kerjasama peningkatkan kuantitas dan kualitas air sungai dengan sejumlah pemerintah daerah yang berbatasan (Jawa Barat dan Banten) juga menjadi salah satu langkah penting dalam implementasi strategi ini. Strategi optimalisasi lain untuk menambah pasokan air minum di DKI Jakarta adalah mencari peluang-peluang baru untuk kerja sama dalam pembelian air curah (air sudah diolah dan siap untuk didistribusikan). Saat ini, kerja sama pembelian air curah (bulk supply) sudah dilakukan

Pengembangan sumber air alternatif (optimasi bauran air domestik) dilakukan untuk meningkatkan cadangan air yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber air untuk penggunaan non konsumsi (seperti flushing, siram tanaman, kebersihan lingkungan), sehingga meningkatkan ketersediaan air bersih untuk penggunaan konsumsi (seperti minum, masak, mandi). Optimasi bauran air domestik ini dilakukan dengan memastikan air hasil pengolahan (efluent) grey water dan black water sesuai dengan baku mutu yang dipersyaratkan agar dapat digunakan kembali. Untuk itu, dukungan kebijakan dalam pemanfaatan hasil pengolahan grey water dan black water oleh operator/penyedia layanan dan masyarakat perlu disediakan.

Strategi pengembangan sumber air alternatif ini juga berkaitan erat dengan upaya konservasi air tanah dan upaya pemanenan air hujan. Konservasi air tanah ditujukan untuk meningkatkan cadangan air tanah, yang pada kurun waktu tertentu akan meningkatkan cadangan air permukaan. Sedangkan pemanenan air hujan ditujukan untuk memaksimalkan manfaat air hujan sebagai sumber air baku alternatif. Sumber air alternatif lain yang saat ini sudah digunakan adalah air laut untuk wilayah-wilayah di Kepulauan Seribu, namun skala ekonomis dan pengelolaannya masih harus dikaji ulang agar dapat menjadi layanan yang berkelanjutan dan terjangkau.

4.2 Strategi Perluasan Akses Masyarakat pada Air Minum Aman

Sekitar 45% penduduk Jakarta belum memiliki akses terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan. Hanya 27% penduduk Jakarta yang telah menggunakan layanan perpipaan (PAM Jaya). Mempertimbangkan target Akses Universal air minum dan sanitasi 2019, tentunya percepatan perluasan akses air minum aman ini mutlak diperlukan.

Penanganan isu akses masyarakat pada air minum yang aman akan ditempuh melalui 2 strategi, yaitu percepatan perluasan akses air minum aman melalui jaringan perpipaan dan non-perpipaan dan pengurangan penggunaan air tanah, terutama di kawasan-kawasan yang air tanahnya tercemar.

Percepatan perluasan akses air minum perpipaan akan dilakukan melalui perluasan layanan air minum perpipaan dan promosi konversi air tanah ke air minum perpipaan di wilayah-wilayah yang sudah dilalui jaringan perpipaan (60% dari wilayah DKI Jakarta) melalui pemenuhan kebutuhan pengembangan instalasi pengolahan air minum (water treatment plan/WTP) dan pengembangan jaringan, terutama di kawasan kualitas air tanah buruk. Strategi percepatan perluasan akses ini selanjutnya diimbangi dengan pembatasan penggunaan air tanah, terutama di kawasan yang air tanahnya tercemar, sebagai bagian dari upaya perlindungan masyarakat dari resiko penyakit.

Pada kawasan yang masih sulit dijangkau oleh jaringan perpipaan dan kualitas air tanah buruk, pembatasan penggunaan air tanah ini akan dilakukan dengan pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum Bukan Jaringan Perpipaan/SPAM BJP 8 seperti penampungan air hujan, atau sistem penyediaan air komunal/kawasan (mini plant), serta penegakan aturan pembatasan penggunaan air tanah.

8 SPAM bukan jaringan perpipaan terdiri dari sumur dangkal, sumur pompa, bak penampungan air hujan, terminal air, dan bangunan penangkap mata air (PP No 122 Tahun 2015)

4.3 Strategi Perluasan Akses Layanan bagi MBR dan Kawasan Prioritas Butuh Air Minum

Cakupan akses air minum aman pada MBR baru mencapai 58%, dan hanya 31% dari MBR ini yang telah menggunakan layanan perpipaan (PAM Jaya). Di Kepulauan Seribu, kemampuan layanan air minum saat ini terbatas hanya untuk kebutuhan domestik.

Layanan bagi MBR dan warga di Kepulauan Seribu menjadi prioritas penanganan mengingat kelompok ini adalah kelompok yang paling terbatas akan pilihan akses air minum yang aman dan berkelanjutan. Selanjutnya, layanan pada kawasan yang termasuk kawasan rawan air minum juga menjadi prioritas penanganan selama 2018-2022. Layanan bagi prioritas kelompok sasaran dan kawasan prioritas diarahkan melalui layanan air minum perpipaan.

Strategi yang ditempuh untuk penanganan isu ini meliputi pengembangan teknologi yang sesuai untuk Kep. Seribu, pengembangan pilihan layanan air minum perpipaan bagi MBR dan/atau kawasan prioritas butuh air minum, serta pengembangan bertahap sesuai skala prioritas. Pengembangan teknologi untuk Kep Seribu ditujukan untuk menyediakan pilihan teknologi yang paling layak diterapkan untuk kondisi Kep. Seribu, termasuk dalam hal pengelolaan operasional dan pemeliharaannya. Pengembangan pilihan layanan air minum perpipaan bagi prioritas kelompok sasaran dan kawasan prioritas ditujukan untuk menyediakan solusi atas kendala mengakses layanan yang selama ini dialami kelompok MBR ataupun kawasan-kawasan rawan air minum, antara lain kendala teknis mengakses jaringan, dan kendala pembiayaan. Salah satu pilihan yang sudah dilakukan untuk kelompok MBR ini adalah layanan master meter atau sambungan induk.

Strategi pengembangan layanan sesuai skala prioritas ditujukan untuk memastikan lokasi pelaksanaan program dan kegiatan mengikuti skala prioritas kelompok sasaran dan kawasan prioritas. Untuk itu, daftar kawasan prioritas pembangunan air minum (dan sanitasi) perlu ditetapkan sebagai acuan bersama lintas sektor dan lintas program.

4.4 Strategi Perluasan Akses Layanan SPALD Sistem Terpusat

Secara umum, strategi perluasan layanan SPALD selama 2018-2022 diarahkan untuk menyediakan layanan SPALD sistem terpusat (off site) bagi sekurang-kurangnya 25% warga atau dua kali lipat lebih dari cakupan saat ini dan layanan SPALD sistem setempat (on site) bagi sekurang-kurangnya 35% warga atau 12 kali lipat dari cakupan saat ini.

Perluasan layanan SPALD mendesak diperlukan mengingat tingginya pencemaran bakteri e-coli pada badan air (baik air tanah maupun air sungai) akibat 86% limbah tinja Jakarta belum ditangani dengan aman. Pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung pada 14 titik pantau menunjukkan konsentrasi Fecal Coliform mencapai 100.000/100 ml, di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu, 2.000/100ml . Sehingga, perluasan layanan SPALD ini menjadi penting karena akan mengurangi/mencegah pencemaran badan air tanah/sungai oleh air limbah domestik.

Pengembangan SPALD diarahkan untuk juga berperan sebagai infrastruktur pencegahan pencemaran badan air 13 sungai di DKI Jakarta sehingga akan meningkatkan potensi pemanfaatan 13 sungai ini sebagai sumber air baku. Untuk itu, fokus perluasan layanan SPALD perlu diarahkan pada Pengembangan SPALD diarahkan untuk juga berperan sebagai infrastruktur pencegahan pencemaran badan air 13 sungai di DKI Jakarta sehingga akan meningkatkan potensi pemanfaatan 13 sungai ini sebagai sumber air baku. Untuk itu, fokus perluasan layanan SPALD perlu diarahkan pada

Perluasan akses layanan air limbah domestik terpusat diperuntukkan bagi rumah tangga yang sudah mempunyai akses pada jamban sehat dan berada di wilayah yang saat ini dilalui dan di wilayah rencana

perluasan jaringan SPALD terpusat sampai dengan tahun 2030 9 . Pada perluasan akses layanan sistem terpusat, strategi yang akan ditempuh adalah percepatan realisasi penyediaan jaringan sistem terpusat. Memperhatikan kembali Peta Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jamban dan juga tangki septik (Gambar 8 pada Bab 2), yang sebagian berada di zona-zona prioritas pengembangan jaringan selama 2015-2022, maka strategi perluasan jaringan SPALD terpusat di zona 1 dan 6 perlu mempertimbangkan kesiapan Rumah Tangga yang belum memiliki jamban untuk menyambung ke jaringan.

Strategi percepatan realisasi penyediaan jaringan sistem terpusat dilakukan melalui pengembangan jaringan dan layanan SPALD terpusat, promosi sistem terpusat pada wilayah yang telah ada jaringan terpusat (sewerage), dan promosi perubahan perilaku dan penggunaan jamban sehat permanen yang siap menyambung ke jaringan. Pengembangan jaringan dan layanan SPALD terpusat ditujukan untuk mempercepat ketersediaan dan jangkauan jaringan, terutama di wilayah/kawasan yang ditetapkan sebagai zona pengembangan sampai dengan 2022 dan wilayah/kawasan yang air tanah/air sungainya teridentifikasi tercemar sedang sampai dengan berat. Dalam strategi percepatan ini, sementara pengembangan jaringan dilakukan, promosi penggunaan sistem terpusat dilakukan pada wilayah yang telah ada jaringan terpusat untuk memaksimalkan pemanfaatan jaringan yang telah tersedia. Selanjutnya, untuk memaksimalkan pemanfaatan jaringan yang akan dikembangkan, promosi perubahan perilaku untuk penggunaan jamban sehat yang siap diintegrasikan/menyambung ke jaringan juga perlu intensif dilakukan. Sehingga, dalam strategi ini, pengelolaan supply dan demand SPALD terpusat perlu dilaksanakan lebih solid/terpadu.

9 Sesuai dengan Peraturan Gubernur DKI No. 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik. Jika ada penyesuaian target tahun realisasi, maka strategi akan

mengikuti penyesuaian tersebut.

Gambar 14 Bagan Konsep Pengelolaan Air Limbah Domestik

Gambar 15 menjelaskan mengenai konsep pengelolaan air limbah domestik yang terbagi dua, yaitu pengolahan setempat dan pengolahan terpusat. Pengolahan setempat terdiri dari sub-sistem penampungan air limbah domestik dalam skala individu (tangki septik) atau komunal (tangki septik/IPAL), sub-sistem pengangkutan dengan truk tinja, dan sus-sistem pengolahan yaitu IPLT. Pengolahan terpusat terdiri dari sub-sistem pelayanan berupa sambungan air limbah, sub-sitem pengangkutan berupa pipa retikulaso, dan sub-sistem pengolahan berupa IPAL dan pengolahan lumpur.

4.5 Strategi Perluasan Akses Layanan SPALD Sistem Setempat

Layanan pengelolaan air limbah domestik sistem setempat, diarahkan sebagai layanan utama pengelolaan air limbah domestik sampai dengan 2022 mendatang. Dibandingkan dengan cakupan rumah tangga yang telah mengakses layanan sistem setempat saat ini, Desain Besar menetapkan target cakupan rumah tangga yang mengakses layanan pada akhir tahun 2022 mencapai 35%, atau meningkat

12 kali lebih tinggi. Strategi yang ditempuh untuk peningkatan cakupan (rumah tangga dengan) akses layanan SPALD sistem setempat adalah perubahan perilaku dan percepatan penyediaan layanan SPALD sistem setempat.

Perubahan perilaku ditujukan untuk tidak hanya mengubah perilaku warga yang masih buang air besar sembarangan menjadi tidak buang air besar sembarangan, namun juga untuk kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggunakan jamban sehat permanen di rumah masing-masing, yang dilengkapi tangki septik aman, dan melakukan penyedotan lumpur tinja secara berkala/terjadwal. Promosi perubahan perilaku bagi warga Jakarta perlu dirancang agar lebih sesuai dengan ‘tipikal’ masyarakat metropolitan dan menyeluruh terhadap 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Strategi perubahan Perubahan perilaku ditujukan untuk tidak hanya mengubah perilaku warga yang masih buang air besar sembarangan menjadi tidak buang air besar sembarangan, namun juga untuk kesadaran, kemauan, dan kemampuan menggunakan jamban sehat permanen di rumah masing-masing, yang dilengkapi tangki septik aman, dan melakukan penyedotan lumpur tinja secara berkala/terjadwal. Promosi perubahan perilaku bagi warga Jakarta perlu dirancang agar lebih sesuai dengan ‘tipikal’ masyarakat metropolitan dan menyeluruh terhadap 5 pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Strategi perubahan

Percepatan penyediaan layanan SPALD sistem setempat ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan, dan kemudahan warga atas akses terhadap layanan pengelolaan air limbah domestik, baik skala individual maupun komunal, yang terhubung dengan layanan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT). Dalam strategi ini, dilakukan pengembangan menu layanan, pengembangan pilihan pembiayaan, dan penataan kelembagaan, termasuk promosi intensif pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal. Layanan lumpur tinja terjadwal (LLTT) adalah suatu mekanisme pelayanan penyedotan lumpur tinja yang dilakukan secara berkala atau terjadwal, misalnya 3 tahun sekali, yang diterapkan pada sistem pengolahan air limbah domestik setempat.

Gambar 16 di bawah menunjukan konsep pengolahan lumpur tinja dari mulai penampungan melalui tangki septik atau IPAL, penyedotan lumpur tinja dan transportasinya oleh truk tinja untuk dioleh lebih lanjut di instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT).

Gambar 15 Konsep Pengelolaan Lumpur Tinja

5 PROGRAM DAN KEGIATAN

Bagian ini akan mengemukakan program dan kegiatan kunci dalam pembangunan layanan air minum dan pengelolaan air limbah domestik DKI Jakarta selama 2018-2022. Setiap program dilengkapi dengan indikator hasil, guna menunjukkan arah hasil yang diharapkan dari berbagai kegiatan dalam masing-masing program.

Program dalam Desain Besar ini bersifat program lintas OPD, yang perlu disesuaikan dengan judul/nomenklatur program pada APBD. Demikian pula halnya dengan kegiatan, bersifat kegiatan lintas OPD yang perlu diterjemahkan setiap OPD yang terlibat ke dalam judul/nomenklatur kegiatan yang termasuk tugas dan fungsi masing-masing. Program dan kegiatan dalam Desain Besar ini selanjutnya menjadi acuan penyusunan/penyesuaian program dan kegiatan (beserta lokasi-nya) yang akan dilaksanakan setiap OPD yang terlibat, baik secara langsung maupun melalui kerjasama dengan pihak lain.

Program Desain Besar ini terbagi dalam dua bidang, yaitu bidang air minum dan sanitasi/air limbah domestik. Secara umum, kerangka program air minum dan program air limbah domestik dapat dijelaskan dalam alur pada Gambar 17 dan Gambar 18.

5.1 Program Penyediaan Air Baku

Program penyediaan air baku terkait dengan isu ketersediaan air baku. Program/intervensi kunci dikembangkan berdasarkan strategi pada Bab 4. Adapun program/intervensi kunci untuk penyediaan air baku untuk setiap strategi yang dijelaskan dalam bab 4 meliputi:

A. Efisiensi pengelolaan oleh operator dan konsumsi air oleh masyarakat

1. Penurunan tingkat air tidak berekening

2. Gerakan penghematan konsumsi air oleh pelanggan dan masyarakat

B. Optimalisasi pemanfaatan sumber air yang tersedia saat ini

1. Revitalisasi fungsi embung/waduk sebagai tangkapan air dan sumber air baku

2. Normalisasi kali dan sungai

3. Kerjasama penanganan kuantitas dan kualitas air permukaan dengan daerah yang berbatasan (Jawa Barat dan Banten)

C. Pengembangan sumber air alternatif (optimasi bauran air domestik)

1. Peningkatan kualitas hasil pengolahan grey water dan black water agar dapat digunakan kembali

2. Optimasi penerapan water recharge (sumur resapan, sumur retensi, lubang biopori)

3. Penggunaan sumber air alternatif Keterkaitan masing-masing program dengan strategi pada Bab 4, selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran

Gambar 16 Desain Besar Penyediaan Air Minum DKI Jakarta 2018-2022

5.1.1 Program Penurunan Tingkat Air Tidak Berekening (Non- Revenue Water/NRW)

Penurunan NRW bertujuan untuk menekan tingkat air tidak berekening sehingga berada pada tingkat yang tidak melebihi batas yang ditetapkan peraturan yang berlaku. Sehingga mampu memaksimalkan manfaat dari ketersediaan air baku saat ini dalam memenuhi kebutuhan. Penurunan NRW memberikan manfaat dari dua aspek, penambahan volume air minum yang dapat didistribusikan ke masyarakat/pelanggan jika dihasilkan dari penurunan NRW yang diakibatkan oleh kebocoran fisik di jaringan pipa, atau penambahan pemasukan jika diakibatkan oleh kebocoran non-fisik yang dapat terjadi karena kondisi/akurasi meter yang kurang baik, pembacaan meter air kurang akurat, pembuatan rekening air yang kurang tepat, serta adanya sambungan/pemakaian ilegal. Untuk mencapai tujuan program tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Perbaikan instalasi perpipaan dan meter air; kegiatan ini ditujukan untuk meminimalkan resiko air tidak berekening akibat kebocoran (teknis) perpipaan dan meminimalkan resiko ketidakakuratan pengukuran volume air yang digunakan/dikonsumsi pelanggan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PAM Jaya dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD).

2. Kerjasama dengan kepolisian untuk penanganan pencurian air; kegiatan terkait penegakan hukum ditujukan untuk mencegah/mengurangi kejadian pencurian air melalui sambungan ilegal. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PAM Jaya bekerjasama dengan kepolisian dan kejaksaan.

3. Penerapan insentif berbasis penurunan persentase air tidak berekening; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi operator layanan dan masyarakat dalam menekan tingkat air tidak berekening. Pemprop DKI Jakarta, melalui Biro Perekonomian, dapat memberikan insentif berupa pendanaan atau non-pendanaan kepada PAM Jaya untuk kinerja dalam menurunkan persentasi air tidak berekening, dan PAM Jaya memberikan insentif bagi masyarakat/kelurahan untuk upaya pencegahan/pengurangan air tidak berekening di wilayahnya masing-masing. Insentif ini dapat diterapkan antara lain melalui pengurangan tagihan pelanggan ataupun bonus layanan bagi fasilitas umum di kelurahan/zona tertentu.

4. Evaluasi sumber (penyebab) air tidak berekening; kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh informasi lengkap atas faktor pemicu air tidak berekening, baik faktor-faktor yang termasuk bidang manajerial administrasi, keuangan, teknis, dan kelembagaan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PAM Jaya, dapat bekerjasama dengan mitra pembangunan. Hasil evaluasi ini harus dilaporkan kepada Dinas Sumber Daya Air (DSDA).

5.1.2 Program Gerakan Penghematan Konsumsi Air

Gerakan penghematan konsumsi air oleh pelanggan layanan air minum perpipaan bertujuan untuk mengurangi tingkat konsumsi air oleh pelanggan, sehingga mampu berkontribusi mengurangi tingginya kebutuhan volume air baku yang selalu meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk. Bagi pelanggan sendiri, hal ini tentunya akan menghemat pengeluaran untuk air minum. Gerakan penghematan konsumsi air ini juga diharapkan berpengaruh pada pola konsumsi air masyarakat pada umumnya, termasuk masyarakat dengan akses air minum non perpipaan. Untuk mencapai tujuan program tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Komunikasi perubahan perilaku menuju masyarakat hemat air; kegiatan ini ditujukan untuk mengajak masyarakat memperbaiki pola konsumsi air agar hemat, peduli, dan bertanggung jawab. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfotik) dalam mengemas materi dan metoda komunikasi. Dalam pengembangan materi tersebut, Dinas Kominfotik bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan PAM Jaya.

2. Penyesuaian struktur tarif; kegiatan ini ditujukan untuk merumuskan kembali struktur tarif layanan air minum PAM Jaya yang mampu mendorong masyarakat lebih hemat dalam penggunaan air. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PAM Jaya dan Biro Hukum.

5.1.3 Program Revitalisasi Fungsi Embung/Waduk

Revitalisasi fungsi embung/waduk bertujuan untuk meningkatkan volume air yang ditahan/ditampung untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Untuk mencapai tujuan program tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Revitalisasi waduk; kegiatan ini ditujukan untuk mengembalikan daya tampung waduk sesuai desain. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA.

2. Revitalisasi embung; kegiatan ini ditujukan untuk mengembalikan daya tampung embung sesuai desain. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA.

3. Pemantauan kualitas air waduk/embung; kegiatan ini ditujukan untuk memantau kualitas air waduk/embung agar memperoleh penanganan yang sesuai sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

4. Pengelolaan pemanfaatan air permukaan (danau, sungai, laut); kegiatan ini ditujukan untuk menata pengelolaan air permukaan sehingga selanjutnya dapat dimanfaatkan optimal untuk sumber air baku. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kem-PUPR)

5.1.4 Program Normalisasi dan Naturalisasi Kali dan Sungai

Program ini ditujukan untuk meningkatkan daya tampung kali dan sungai, dan membersihkan badan air dari pencemaran buangan limbah (padat) domestik, sehingga selanjutnya dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk sumber air baku DKI Jakarta. Untuk mencapai tujuan program tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi pengerukan kali/sungai, pengerasan dinding sungai, pembangunan tanggul di daerah- daerah rawan banjir, dan penertiban lahan yang merupakan bagian dari sungai. Di daerah hulu, jika normalisasi tidak mungkin dilakukan, dapat dilakukan naturalisasi sungai dengan mengembalikan sungai kedalam bentuk dan ekosistem alaminya. Pelaksana utama program ini adalah DSDA, dengan bekerjasama dengan Kem-PUPR dalam kegiatan pengerukan kali/sungai dan bekerjasama dengan kelurahan dalam kegiatan penertiban lahan.

5.1.5 Program Kerjasama Penanganan Kuantitas dan Kualitas Air Permukaan dengan Daerah yang Berbatasan (Jawa Barat dan Banten)

Seperti kota-kota lain di Indonesia yang pada umumnya tidak mempunyai daerah tangkapan (cathment area), kebutuhan air baku di DKI Jakarta sangat tergantung dari wilayah di sekitarnya. Oleh karena itu, program kerjasama untuk penanganan kuantitas dan kualitas air permukaan dengan daerah yang berbatasan (Jawa Barat dan Banten) perlu dilakukan. Program ini ditujukan untuk menambah volume air yang dapat dimanfaatkan karena meningkatnya kuantitas dan kualitas air sungai. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Penyusunan regulasi kerjasama antarwilayah tentang pengamanan kualitas air sungai (Bekasi, Kabupaten Bekasi, Bogor, Depok); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan acuan/landasan bagi kegiatan kerjasama antar pemerintah daerah, dalam hal pengamanan kuantitas dan kualitas air sungai. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, Biro Kerjasama, Biro Tata Pemerintahan, Kem-PUPR, dan Bappenas

2. Rakor penanganan air permukaan DKI; kegiatan ini ditujukan untuk memfasilitasi rapat koordinasi SKPD dan lembaga yang bertugas dalam penanganan air permukaan DKI Jakarta. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, DLH, PAM Jaya, PD PAL Jaya, dan melibatkan Kementrian PUPR.

3. Pemantauan kualitas air sungai, waduk, situ, embung, laut, muara, teluk; kegiatan ini ditujukan untuk memantau kualitas air permukaan, yang hasilnya digunakan sebagai dasar penanganan yang sesuai. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DLH.

4. Penanganan sampah di badan air; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan luasan badan air yang dibersihkan dari pencemaran sampah. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DLH.

5. Pengawasan potensi pencemaran limbah cair; kegiatan ini ditujukan untuk mencegah/meminimalkan potensi kejadian pencemaran limbah cair di bagian hulu sungai-sungai yang mengalir di DKI Jakarta. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.

5.1.6 Program Peningkatan Kualitas Hasil Pengolahan Air Limbah Domestik

Program peningkatan kualitas hasil pengolahan air limbah domestik merupakan salah satu program untuk mencari sumber air baku alternatif dengan memanfaatkan air hasil pengolahan air limbah domestik (effluent) sebagai air baku untuk kebutuhan air minum domestik. Sehingga jika digabungkan dengan sumber air baku dari sumber ‘konvensional’ akan meningkatkan total ketersediaan air baku. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Penegakan aturan pemenuhan baku mutu hasil pengolahan air limbah (effluent); kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan akan pemenuhan baku mutu air hasil pengolahan air limbah domestik. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Lingkungan Hidup.

2. Promosi penggunaan hasil bauran air domestik; kegiatan ini ditujukan untuk mempromosikan/kampanye penggunaan hasil bauran air domestik untuk pemanfaatan tertentu. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kominfotik dan Dinas Lingkungan Hidup.

3. Regulasi pemanfaatan hasil pengolahan air limbah sebagai salah satu sumber air baku DKI (dengan pemanfaatan sesuai aturan); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan/aturan bagi PAM Jaya untuk menggunakan hasil pengolahan air limbah domestik sebagai salah satu sumber air baku DKI. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, BPKLH, Biro Hukum, Dinas Kesehatan, DLH, DPM-PTSP, dan PDPAL.

4. Penerapan penggunaan air hasil daur ulang di bangunan pemerintah; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan (persentase) bangunan-bangunan pemerintah yang menggunakan air daur ulang, sebagai salah satu cara meningkatkan permintaan atas penggunaan air hasil olahan tersebut. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (Dinas CKTR), Dinas Perumahan dan Permukiman, Asisten Sekretariat Daerah bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup.

5.1.7 Program Optimasi Penerapan Pengisian Air Tanah (Sumur Resapan, Sumur Retensi, Lubang Biopori)

Program ini bertujuan untuk meningkatkan proporsi limpasan air hujan yang ditampung dan menyerap ke dalam tanah (water recharge) dalam rangka meningkatkan cadangan air tanah dalam lapisan akuifer, yaitu lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Air yang terkumpul di lapisan akuifer dapat digunakan Program ini bertujuan untuk meningkatkan proporsi limpasan air hujan yang ditampung dan menyerap ke dalam tanah (water recharge) dalam rangka meningkatkan cadangan air tanah dalam lapisan akuifer, yaitu lapisan tanah yang dapat menyimpan air. Air yang terkumpul di lapisan akuifer dapat digunakan

1. Kampanye-komunikasi perubahan perilaku menuju penerapan pengisian air tanah; kegiatan ini ditujukan untuk mengajak masyarakat menerapkan pengisian air tanah di lahan masing-masing. Ketika gerakan pengisian air tanah dilaksanakan secara masif oleh masyarakat, percepatan tambahan cadangan air tanah diharapkan dapat diwujudkan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kominfotik dan Dinas Perindustrian dan Energi (DPE).

2. Fasilitasi pemanfaatan lahan kosong sebagai kolam retensi dan juga kolam resapan air hujan (misalnya di taman, halaman perkantoran pemerintah, sekolah, fasum, dan lain-lain); kegiatan ini juga ditujukan untuk memanfaatkan lahan- lahan yang tersedia untuk ‘menangkap’ air dan menambah cadangan air tanah. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan.

3. Pengawasan penerapan pengisian air tanah; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan penerapan pengisian air tanah di setiap lahan (yang memungkinkan) di Jakarta. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan, DPE, DSDA, DPM-PTSP.

5.1.8 Program Penggunaan Sumber Air Alternatif

Program ini bertujuan untuk meningkatkan tambahan volume air baku dari hasil pengembangan sumber air alternatif. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Studi potensi alternatif sumber air aman dan berkelanjutan DKI Jakarta; kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh kajian potensi alternatif sumber air DKI dan rekomendasi strategi dalam merealisasikan potensi tersebut. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, DLH, Dinas Kehutanan, PAM Jaya, dan Kem-PUPR.

2. Pengaturan pemanfaatan air artesis (untuk kawasan tanpa pilihan sumber air lain); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan/aturan dalam pengendalian pemanfaatan air artesis bagi kawasan tanpa pilihan sumber air lain. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE.

3. Pemanenan dan menabung air hujan pada setiap bangunan pemerintah, bangunan swasta, fasilitas umum; kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh tambahan cadangan air dari hasil pemanenan air hujan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, DLH, DCKTRP, Dinas Perumahan dan Permukiman, Dinas Kehutanan, dan Dinas Bina Marga.

4. Pemanfaatan air laut sebagai sumber air minum, air laut yang berlimpah menjadi potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai air baku untuk air minum. Dengan adanya teknologi desalinasi, proses produksi air minum yang berasal dari air laut dapat dilakukan. Beberapa teknologi desalinasi yang telah dikenal adalah distilasi/penguapan, teknologi membran, dan proses pertukaran ion. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, DLH, DCKTRP, dan Dinas Perumahan dan Permukiman.

5. Penambahan air curah/bulk supply dari PDAM Kota Tangerang, SPAM Jatiluhur 1-2, dan Waduk Karian; kegiatan ini ditujukan untuk menambah pasokan air baku PAM Jaya. Pelaksana kegiatan ini adalah PAM Jaya, dan Kem-PUPR.

5.2 Program Pembangunan Layanan Air Minum

Program pembangunan layanan air minum terkait dengan upaya untuk meningkatkan akses masyarakat pada air minum aman dan juga layanan air minum aman bagi rumah tangga berpenghasilan rendah/MBR dan kawasan prioritas butuh air minum, termasuk di Kepulauan Seribu. Program ini lebih Program pembangunan layanan air minum terkait dengan upaya untuk meningkatkan akses masyarakat pada air minum aman dan juga layanan air minum aman bagi rumah tangga berpenghasilan rendah/MBR dan kawasan prioritas butuh air minum, termasuk di Kepulauan Seribu. Program ini lebih

Program/intervensi kunci untuk program peningkatan akses masyarakat pada layanan air minum aman meliputi:

1. Konversi air tanah ke air perpipaan

2. Peningkatan layanan air minum aman melalui jaringan perpipaan, terutama di kawasan kualitas air tanah buruk

3. Pengembangan SPAM BJP pada kawasan yang tidak ada jaringan perpipaan dan kualitas air tanah buruk

4. Penegakan aturan pembatasan penggunaan air tanah, dengan prioritas pada kawasan air tanah tercemar

Khusus untuk meningkatkan akses layanan air minum bagi MBR dan kawasan prioritas butuh air minum (termasuk Kepulauan Seribu), program/intervensi kunci meliputi:

1. Pengembangan teknologi layanan air minum di Kepulauan Seribu

2. Pengembangan pilihan pembiayaan dan kelembagaan untuk teknologi terpilih di Kepulauan Seribu

3. Pengembangan layanan di Kepulauan Seribu

4. Pengembangan pilihan layanan air minum perpipaan bagi MBR/Informal/kawasan prioritas

5. Pengembangan pembiayaan alternatif (smart financing) untuk layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas

6. Pengembangan layanan perpipaan bagi MBR di kawasan prioritas Keterkaitan masing-masing program dengan strategi pada Bab 4, selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 1.

5.2.1 Program Konversi Air Tanah ke Air Perpipaan

Program konversi air tanah ke air perpipaan ditujukan untuk menambah jumlah rumah tangga yang beralih dari menggunakan air tanah sebagai sumber airnya menjadi menggunakan layanan air perpipaan. Program ini dilandasi oleh dua hal kunci. Pertama, sebagian kualitas air tanah yang digunakan oleh masyarakat di DKI Jakarta sudah tercemar. Kedua, penggunaan air tanah yang berlebihan berkontribusi terhadap instrusi air laut dan penurunan muka tanah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Studi kapling/zona resiko penyedotan air tanah tinggi/intensif; kegiatan ini ditujukan untuk memutakhirkan peta kapling/zona dengan resiko penyedotan air tanah tinggi, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan lokasi promosi dan/atau penegakan aturan untuk pembatasan penggunaan air tanah harus di-intensif-kan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE, DSDA, DLH, PAM Jaya, Kem-ESDM.

2. Promosi/edukasi untuk beralih ke layanan perpipaan; kegiatan ini ditujukan untuk mempromosikan layanan air minum perpipaan agar masyarakat mau menjadi pelanggan PAM Jaya. Kegiatan promosi ini harus mempertimbangkan ketersediaan jaringan layanan air minum. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kominfotik dan PAM Jaya.

3. Penegakan aturan penyedotan air tanah; kegiatan ini ditujukan untuk mendorong masyarakat agar membatasi penggunaan air tanah dan beralih ke layanan air minum perpipaan, terlebih ketika masyarakat berada di wilayah dengan kondisi air tanah tercemar dan jaringan layanan perpipaan telah tersedia. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE, DLH, PAM Jaya, DSDA, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, dengan dukungan Satpol PP, Camat, dan Lurah.

4. Peningkatan kualitas layanan jaringan perpipaan oleh operator; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan jaringan perpipaan sebagai magnet bagi masyarakat mau beralih dan tetap menggunakan layanan perpipaan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PAM Jaya.

5.2.2 Peningkatan Layanan Air Minum Aman melalui Jaringan Perpipaan, terutama di Kawasan Kualitas Air Tanah Buruk

Program ini ditujukan untuk menambah kapasitas layanan air minum melalui jaringan perpipaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Pembangunan/pengembangan WTP (IPA Buaran 3, IPA Hutan Kota, IPA Pesanggrahan); kegiatan ini ditujukan untuk menambah kapasitas Water Treatment Plan (Instalasi Pengolahan Air/IPA). Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, Kem-PUPR, dan PAM Jaya, dengan dukungan dari PTSP, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Badan Pengelolaan Aset Daerah (BPAD), dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD).

2. Percepatan pengembangan jaringan perpipaan; kegiatan ini ditujukan untuk memfasilitasi realisasi pengembangan jaringan perpipaan, guna menjangkau segmen masyarakat yang ditargetkan beralih ke layanan perpipaan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, Kem-PUPR, dan PAM Jaya, dengan dukungan dari PTSP, Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, Badan Pengelolaan Aset Daerah (BPAD), dan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD).

3. Kebijakan/penyesuaian regulasi tentang pelayanan air minum (termasuk memastikan prioritas layanan ke wilayah dengan air tanah yang jelek/tanpa alternatif sumber aman); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan acuan/aturan agar prioritas lokasi pengembangan layanan perpipaan adalah kawasan/wilayah dengan air tanah yang jelek/tanpa alternatif sumber aman, guna melindungi masyarakat dari resiko penyakit. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, BPKLH, Biro Tata Pemerintahan, Biro Hukum, Biro Perekonomian, PAM Jaya, dan BPBUMD serta dukungan dari Kem-PUPR.

5.2.3 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) pada Kawasan yang Tidak Ada Jaringan Perpipaan dan Kualitas Air Tanah Buruk

Program ini ditujukan untuk menyediakan pilihan layanan bagi kawasan yang tidak dapat dijangkau jaringan perpipaan padahal kualitas air tanahnya tercemar. Program ini dirancang untuk menambah kapasitas layanan SPAM BJP pada kawasan dengan karakteristik tersebut. Untuk mencapai tujuan program ini, kegiatan yang dilakukan meliputi:

1. Pengembangan pilihan teknologi SPAM BJP untuk kawasan tanpa jaringan perpipaan dan kualitas air tanahnya buruk; kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan pilihan teknologi SPAM BJP yang akan diterapkan di kawasan tidak terjangkau jaringan perpipaan dan air tanahnya tercemar. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, DPE, PAM Jaya, dengan dukungan Kem-PUPR.

2. Penyediaan/fasilitasi pengembangan SPAM BJP; kegiatan ini ditujukan untuk mengaplikasikan pilihan teknologi SPAM BJP yang terpilih. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, DPE, PAM Jaya, dengan dukungan BPBUMD, PTSP, Dinas Perumahan dan Permukiman, serta Kem-PUPR.

5.2.4 Penegakan Aturan Pembatasan Penggunaan Air Tanah, dengan Prioritas Pada Kawasan Air Tanah Tercemar

Program ini bertujuan untuk menurunkan tingkat penggunaan air tanah di kawasan yang terindentifikasi mengalami pencemaran air tanah. Untuk mencapai tujuan program, kegiatan yang akan dilakukan meliputi:

1. Edukasi dan diseminasi ijin dan standar konstruksi sumur/air tanah yang aman; kegiatan ini ditujukan untuk memberikan edukasi bagi masyarakat tentang standar konstruksi sumur/air tanah yang aman, sehingga mengurangi resiko masyarakat mengonsumsi air tanah yang tercemar karena kesalahan konstruksi. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE, DLH, DPM, PTSP.

2. Penerapan larangan penggunaan air tanah di kawasan tercemar/kawasan air tanah yang rawan (kritis dan rusak); kegiatan ini ditujukan untuk mempertegas larangan bagi warga yang berada di kawasan air tanah tercemar (kritis/rusak) agar tidak menggunakan air tanah guna mencegah kejadian penyakit. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPE dan DLH.

3. Edukasi pengolahan air minum rumah tangga (PAM RT) untuk MBR dan kawasan dengan akses air tanah/sumur; kegiatan ini ditujukan untuk memberikan edukasi bagi masyarakat yang berada di kawasan dengan akses air tanah/sumur tentang pengolahan air minum rumah tangga yang aman bagi kesehatan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, Dinas PPAPP, Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan Hidup.

4. Pemantauan/pemetaan berkala kualitas air tanah; kegiatan ini ditujukan untuk memperoleh data terkini perihal kualitas air tanah, sebagai dasar penanganan yang tepat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DLH.

Uraian program selanjutnya adalah untuk penanganan isu akses air minum pada MBR dan kawasan prioritas butuh air minum termasuk Kepulauan Seribu.

5.2.5 Pengembangan Teknologi Layanan Air Minum di Kepulauan Seribu

Program ini ditujukan untuk memperoleh pilihan teknologi yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan serta efektif dari sisi pembiayaan bagi Kepulauan Seribu. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Fasilitasi kerjasama studi/pemutakhiran kajian sumber air baku dan pilihan teknologi; kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi pilihan sumber air baku dan teknologi yang sesuai untuk setiap pilihan sumber air baku. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, PAM Jaya, Dewan Riset Daerah, dengan dukungan Kementrian PUPR.

2. Uji coba penerapan pilihan teknologi; kegiatan ini ditujukan untuk menilai kesiapan/kesesuaian pilihan teknologi yang akan diterapkan di Kepulauan Seribu. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, PAM Jaya, Dewan Riset Daerah, dengan dukungan Kementrian PUPR.

3. Penyusunan kebijakan penerapan teknologi terpilih; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan aturan/kebijakan penetapan teknologi terpilih yang akan diterapkan di Kepulauan Seribu. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, dan Biro Hukum.

5.2.6 Pengembangan Pilihan Pembiayaan dan Kelembagaan untuk Teknologi Terpilih di Kepulauan Seribu

Program ini merupakan tindak lanjut dari program pengembangan teknologi layanan air minum di Kepualuan Seribu. Program ini bertujuan untuk memperoleh pilihan pembiayaan dan kelembagaan Program ini merupakan tindak lanjut dari program pengembangan teknologi layanan air minum di Kepualuan Seribu. Program ini bertujuan untuk memperoleh pilihan pembiayaan dan kelembagaan

1. Fasilitasi kerjasama studi/pemutakhiran kajian pilihan pembiayaan dan kelembagaan untuk layanan air minum Kep Seribu; kegiatan ini ditujukan untuk mengidentifikasi pilihan pembiayaan dan kelembagaan yang sesuai dengan pilihan teknologi terpilih layanan air minum Kepulauan Seribu. Pilihan kelembagaan yang dapat dipertimbangkan dalam hal ini antara lain adalah kelembagaan pengelola berbasis zona (bukan per pulau) atau pilihan lain yang mempertimbangkan kelayakan pembiayaan dan skala ekonomi. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, Biro Perekonomian, dan PAM Jaya.

2. Penyusunan kebijakan kelembagaan pengembangan layanan air minum Kepulauan Seribu; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan aturan/kebijakan penetapan kelembagaan yang akan diterapkan di Kepulauan Seribu. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda dan Biro Hukum/Biro Organisasi.

5.2.7 Pengembangan Layanan Air Minum di Kep Seribu

Program ini merupakan lanjutan dari program sebelumnya terkait penyediaan pilihan teknologi, pembiayaan, dan kelembagaan penyelenggaraan layanan air minum di Kepulauan Seribu. Program ini merupakan implementasi rencana pengembangan yang ditujukan untuk menambah cakupan akses di Kepulauan Seribu. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Pembangunan SPAM; kegiatan ini ditujukan untuk menambah akses dengan SPAM perpipaan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, PAM Jaya, dan Kem-PUPR.

2. Sea Water Reversed Osmosis (SWRO) 10 pada wilayah tanpa pilihan sumber air baku air tawar yang efisien; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan akses bagi wilayah tanpa pilihan sumber air baku air tawar yang efisien. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA.

3. Peningkatan SPAM yang sudah ada di Kepulauan Seribu; kegiatan ini ditujukan untuk memaksimalkan layanan SPAM yang sudah ada sebelumnya, sehingga terjadi penambahan akses. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan PAM Jaya.

5.2.8 Pengembangan Pilihan Layanan Air Minum Perpipaan Bagi MBR/Informal/ Kawasan Prioritas

Masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan pada umumnya, termasuk di DKI Jakarta, tidak selalu punya akses yang memadai pada layanan air minum aman. Beberapa studi memperlihatkan, pada umumnya MBR di perkotaan membayar lebih mahal untuk layanan air minum aman. Oleh karena itu, program ini bertujuan untuk menyediakan pilihan layanan air minum perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program ini meliputi:

1. Pengembangan pilihan layanan perpipaan bagi kawasan MBR/Informal/kawasan prioritas (misalnya master meter dan mini plant); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan pilihan layanan perpipaan

10 Reversed osmosis adalah suatu metode penyaringan menggunakan membran semipermeabel untuk menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu larutan dengan cara memberi tekanan pada larutan

ketika berada di salah satu sisi membran ketika berada di salah satu sisi membran

2. Penyusunan kebijakan terkait untuk penerapan pilihan layanan perpipaan bagi MBR/informal; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan aturan/kebijakan bagi percepatan penerapan pilihan layanan perpipaan bagi MBR/informal, sehingga cakupan MBR dengan akses layanan perpipaan meningkat signifikan selama fase akselerasi. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan Biro Hukum/Biro Organisasi.

5.2.9 Pengembangan Pembiayaan Alternatif (Smart Financing) untuk Layanan Perpipaan bagi MBR/Informal/Kawasan prioritas

Program ini bertujuan untuk menyediakan pilihan pembiayaan layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas butuh air. Pilihan pembiayaan diperlukan agar layanan air minum terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Untuk mencapai tujuan program, kegiatan yang akan dilakukan meliputi:

1. Fasilitasi studi/kajian pilihan pembiayaan layanan perpipaan bagi MBR; kegiatan ini ditujukan untuk mendapatkan pilihan pembiayaan yang paling sesuai untuk segmen masyarakat tertentu. Pilihan pembiayaan yang dapat dipertimbangkan dalam kajian ini antara lain kredit mikro dan Kartu Air Minum Jakarta. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan Biro Perekonomian.

2. Penyusunan kebijakan terkait pembiayaan layanan air minum perpipaan bagi MBR; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan aturan/kebijakan pembiayaan layanan air minum perpipaan bagi MBR. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA dan Biro Hukum/Biro Organisasi.

5.2.10 Pengembangan Layanan Perpipaan bagi MBR di Kawasan Prioritas

Program ini merupakan lanjutan dari program sebelumnya terkait penyediaan pilihan layanan dan pilihan pembiayaan layanan air minum perpipaan bagi MBR, terutama di kawasan prioritas butuh air minum. Program ini merupakan implementasi rencana pengembangan yang ditujukan untuk menambah cakupan MBR yang mengakses layanan perpipaan. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Penyediaan/fasilitasi pengembangan layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas; kegiatan ini ditujukan untuk perluasan akses layanan perpipaan, dengan pelaku utama PAM Jaya, di bawah pembinaan dan supervisi DSDA.

2. Pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan layanan komunal; kegiatan ini ditujukan untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan layanan sehingga akses terpelihara dan berkelanjutan. Pelaku utama kegiatan ini adalah Dinas PPAPP dan DSDA.

5.3 Program Pembangunan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Program pembangunan layanan pengelolaan air limbah domestik disusun untuk mengatasi isu akses masyarakat terhadap layanan SPALD aman, baik melalui sistem terpusat maupun setempat. Program/intervensi kunci untuk program pembangunan layanan pengelolaan air limbah domestik ini meliputi program untuk layanan off-site (terpusat) dan untuk layanan on-site (setempat), yang secara umum dapat digambarkan dalam kerangka penyediaan layanan sanitasi/air limbah domestik (Gambar 18).

Program pembangunan layanan terpusat meliputi:

1. Pengembangan jaringan dan layanan SPALD terpusat

2. Promosi sistem terpusat pada wilayah yang telah ada jaringan terpusat (sewerage)

Sedangkan untuk pembangunan layanan setempat, meliputi:

1. Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem setempat individu/komunal

2. Pengembangan layanan dan sistem pengelolaan SPALD on-site aman

3. Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD on site aman

4. Penataan kelembagaan penyelenggaraan layanan SPALD Keterkaitan setiap program dengan strategi pengembangan layanan pengelolaan air limbah domestik

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Gambar 17 Desain Besar Penyediaan Sanitasi/Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

5.3.1 Pengembangan Jaringan dan Layanan SPALD Terpusat

Program ini bertujuan untuk menambah luas wilayah pelayanan jaringan SPALD terpusat, dengan kegiatan-kegiatan meliputi:

1. Fasilitasi penyediaan lahan; kegiatan ini ditujukan untuk mempercepat penyediaan lahan yang dibutuhkan dalam perluasan jaringan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda dan Badan Pengelola Aset Daerah/BPAD.

2. Perluasan layanan jaringan sistem terpusat; kegiatan ini ditujukan untuk menambah layanan jaringan sistem terpusat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, dan PD PAL Jaya.

3. Pengintegrasian IPAL komunal yang telah ada/direncanakan dengan jaringan sewerage PDPAL; kegiatan ini ditujukan agar setiap IPAL komunal menyambung ke jaringan sewerage PDPAL sehingga menambah cakupan masyarakat yang mengakses layanan terpusat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PDPAL dibawah pembinaan dan supervise DSDA.

4. Peningkatan kapasitas (kinerja) operator layanan terpusat; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan jaringan terpusat sebagai magnet bagi masyarakat mau beralih dan tetap menggunakan layanan terpusat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PDPAL Jaya.

5.3.2 Promosi Sistem Terpusat pada Wilayah yang Telah Ada Jaringan Terpusat (Sewerage)

Program ini bertujuan untuk menambah rumah tangga yang mengakses/terhubung dengan SPALD terpusat. Kegiatan yang termasuk dalam program ini meliputi:

1. Diseminasi pilihan teknologi sanitasi (jamban dan tangki septik) yang siap menuju jaringan terpusat; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan edukasi/informasi bagi masyarakat akan pilihan jamban dan tangki septik yang dapat terhubung dengan jaringan terpusat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, BPKLH, DSDA, dan PDPAL.

2. Edukasi masyarakat dan promosi sanitasi dan pengolahan air limbah aman melalui sistem terpusat; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan edukasi/informasi bagi masyarakat tentang sanitasi yang aman dan pengolahan air limbah aman melalui sistem terpusat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kominfotik dalam pengemasan materi dan metoda komunikasi, dengan bekerjasama dengan PDPAL Jaya, Dinas Kesehatan, Dinas PPAPP, dan DSDA dalam pengembangan materi-nya.

3. Penegakan aturan Keputusan Gubernur nomor 45/1992 tentang Ketentuan Pengelolaan Air Limbah Sistem Perpipaan dalam Wilayah DKI Jakarta dan Peraturan Gubernur nomor 122/2005 (berlaku juga untuk sistem setempat) tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Propinsi DKI Jakarta; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan setiap orang dan badan usaha untuk melaksanakan kewajibannya sehingga setiap bangunan rumah tinggal dan bangunan non rumah tinggal mengelola air limbah domestik-nya sebelum dibuang ke saluran umum/drainase kota. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang yang berwenang dalam penerbitan perijinan penggunaan tanah, perijinan mendirikan bangunan, penggunaan bangunan, dan kelayakan menggunakan bangunan.

4. Pengembangan mekanisme insentif untuk penegakan aturan yang berlaku (seperti KepGub nomor 45/1992 dan PerGub nomor 122/2005) (berlaku juga untuk sistem setempat); kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mempromosikan dan mengawasi kepatuhan warga di lingkungannya dalam penggunaan jamban sehat dan penggunaan layanan sistem pengelolaan air limbah domestik. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Dinas PPAPP.

5.3.3 Promosi Perubahan Perilaku dan Edukasi Masyarakat tentang Sanitasi Aman Melalui Sistem Setempat Individu/Komunal

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah rumah tangga yang berubah perilaku dari kebiasaan buang air besar sembarangan (BABS) menjadi tidak BABS. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Kegiatan pemicuan dan tindak lanjut pasca pemicuan perubahan perilaku melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM); kegiatan ini ditujukan untuk mengubah perilaku warga yang masih BABS untuk menggunakan askes sanitasi/limbah domestik yang aman. Pelaku utama kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, Dinas PPAPP, dan Dinas Kominfotik.

2. Promosi dan penegakan aturan penggunaan IPAL dan penyedotan berkala (mengacu pada PerGub nomor 122/2005); kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan cakupan warga yang memenuhi kewajibannya dalam pengolahan air limbah domestik, dalam hal ini melalui sistem setempat dengan menggunakan jamban sehat, tangki septik standar, dan melakukan penyedotan lumpur tinja secara berkala. Pelaku utama kegiatan ini adalah PD PAL, Dinas PPAPP, DSDA dengan dukungan dari Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang, DLH, Walikota, dan DPM-PTSP.

5.3.4 Pengembangan Layanan SPALD Setempat

Program ini bertujuan untuk menambah luas wilayah dengan layanan SPALD setempat. Untuk tujuan tersebut, kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Kajian kapasitas layanan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) eksisting untuk pemenuhan layanan sampai dengan 2022 (termasuk kajian dukungan teknologi); kegiatan ini ditujukan untuk menilai kesiapan layanan IPLT saat ini dan identifikasi kebutuhan yang harus disediakan guna memenuhi target cakupan penduduk dengan layanan setempat sampai dengan 2022. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PDPAL Jaya, dengan dukungan dari DSDA, BPBUMD, serta Dewan Riset Daerah DKI.

2. Penyusunan peta jalan/rencana induk pengelolaan air limbah domestik melalui sistem setempat di DKI Jakarta; kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan peta jalan pemenuhan target layanan pengelolaan air limbah domestik, khususnya melalui sistem setempat, menuju 100% coverage. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, BPKLH, PD PAL, dengan dukungan Kem- PUPR.

3. Pengembangan pilihan teknologi sanitasi dan layanan SPALD sistem individu/komunal bagi kawasan MBR dan prioritas; kegiatan ini bertujuan untuk menyediakan pilihan teknologi sanitasi dan SPALD sistem individu/komunal bagi kawasan MBR dan prioritas, yang teruji dapat diterapkan dan memenuhi prinsip cost-effective. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, Bappeda, PD PAL, PPAPP, dengan dukungan BPKLH dan Kem-PUPR.

4. Pengembangan pilihan teknologi/layanan penyedotan tinja untuk kawasan sulit diakses truk tinja (misal Temporary Sludge Storage/TSS, motor tinja, dan lain-lain); kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan pilihan layanan bagi kawasan yang sulit diakses truk tinja. Pelaksana utama kegiatan ini adalan Bappeda dan PDPAL.

5. Fasilitasi peningkatan kualitas tangki septik menjadi aman; kegiatan ini ditujukan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas tangki septik-nya sehingga memenuhi standar teknis dan aman terhadap lingkungan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, PDPAL, dengan dukungan Bappeda.

6. Peningkatan jumlah dan kapasitas WUSAN/penyedia jasa; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan tenaga wusan/penyedia jasa terlatih/professional dalam jumlah yang cukup, sebagai salah satu stakeholders penting dalam percepatan penggunaan jamban sehat dan tangki septik yang aman di masyarakat. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Kesehatan, Dinas PPAPP, dan Dinas UMKM.

7. Ekspansi Layanan Lumpur Tinja Terjadwal, termasuk untuk IPAL komunal dan Rusunawa; kegiatan ini ditujukan untuk menambah jangkauan layanan lumpur tinja terjadwal, dengan pelaku utama kegiatan ini adalah Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman, PDPAL, dan penyedia layanan swasta, serta DSDA.

5.3.5 Pengembangan Pilihan Pembiayaan Layanan SPALD Setempat

Program ini bertujuan untuk menyediakan pilihan pembiayaan layanan SPALD stempat bagi MBR/informal/kawasan prioritas rawan sanitasi. Pilihan pembiayaan diperlukan guna meminimalkan kendala pembiayaan dalam mengakses layanan setempat. Program ini memiliki dua kegiatan kunci, yaitu:

1. Studi/kajian pilihan pembiayaan layanan air limbah domestik dan SPALD sistem individu/komunal bagi kawasan MBR dan prioritas; kegiatan ditujukan untuk mendapatkan pilihan pembiayaan yang teruji mampu meningkatkan animo dan kemampuan masyarakat segmen tertentu untuk mengakses layanan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, PDPAL, Biro Perekonomian, BPKLH, dan Bappeda.

2. Regulasi bagi penerapan pilihan pembiayaan Layanan SPALD setempat bagi MBR/Informal/ kawasan prioritas; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan aturan/kebijakan penerapan pilihan pembiayaan layanan SPALD stempat bagi MBR/Informal/ kawasan prioritas. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pelaksana utama DSDA, PDPAL, BPKLH, Biro Hukum/Biro Organisasi.

5.3.6 Penataan Kelembagaan Penyelenggaraan Layanan SPALD

Program ini ditujukan untuk meningkatkan kesesuaian kewenangan penyelenggara dalam upaya percepatan penyediaan jaringan sistem setempat. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Penataan wewenang, hak, dan kewajiban operator dan regulator dalam percepatan perluasan layanan; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan landasan pengaturan kelembagaan yang sesuai dengan kebutuhan percepatan perluasan layanan penyelenggaraan SPALD. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DSDA, PDPAL, BPKLH, dan Biro Hukum/Biro Organisasi.

2. Peningkatan kapasitas (kinerja) operator layanan setempat (PD PAL Jaya); kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas layanan setempat, sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan cakupan dan kepuasan masyarakat menggunakan layanan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah PD PAL Jaya di bawah pembinaan dan supervisi DSDA dan BPBUMD.

3. Review/pengembangan regulasi terkait pelaksanaan/implementasi layanan SPALD setempat; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan regulasi yang sesuai dengan kebutuhan terkini dalam rangka percepatan perluasan layanan penyelenggaraan SPALD. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, BPKLH, Biro Hukum/Biro Organisasi, PDPAL, dan DLH.

4. Penerapan regulasi pelayanan penyedotan Lumpur Tinja; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan kewajiban setiap penyedia jasa dalam pelayanan penyedotan lumpur tinja. Pelaksana utama kegiatan ini adalah DPM-PTSP, PDPAL, DSDA, BPKLH, dan DLH.

5. Pengawasan kualitas pengolahan (pemenuhan standar effluent) IPAL komunal dan Rusunawa; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kepatuhan pemenuhan standar effluent IPAL komunal dan rusunawa. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, DLH, DSDA, dan PD PAL.

6. Pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dalam operasi dan pemeliharaan layanan air limbah domestik komunal; kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan dan mengelola layanan air limbah domestik komunal, sehingga akses masyarakat terhadap layanan ini terpelihara dan berkelanjutan. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Dinas PPAPP, Dinas Kesehatan, DSDA, dan DLH.

7. Kajian alternatif kerjasama pembiayaan pelayanan air limbah domestik; kegiatan ini ditujukan untuk menyediakan alternatif mekanisme kerjasama Pemerintah DKI Jakarta dengan para mitra-nya dalam pemenuhan kebutuhan pembiayaan pengembangan pelayanan air limbah domestik. Pelaksana utama kegiatan ini adalah Bappeda, DSDA, BPBUMD, Biro Perekonomian, BPKD, dan BPKLH.

5.4 Program Berbasis Kawasan Prioritas Penanganan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022

Berdasarkan kondisi 27 kelurahan yang termasuk dalam kawasan prioritas rawan air minum dan sanitasi (layanan pengelolaan air limbah domestik), terdapat beberapa program kunci yang harus menjadi prioritas di tahap awal agar permasalahan mendasar dapat segera ditangani. Program kunci untuk setiap lokasi disusun sesuai karakteristik dan isu utama di kawasan tersebut.

Program Pembangunan Layanan Air Minum

1. Kawasan dengan karakteristik cakupan akses air minum paling rendah, sumber air minum saat ini

hanya air minum perpipaan, dan cakupan akses air minum pada MBR hampir tidak ada. Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

No Kab/Kota

Kelurahan 1 Kepulauan Seribu

Kecamatan

Pulau Untung Jawa 2 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Selatan

Pulau Harapan 3 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Utara

Pulau Kelapa 4 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu Utara

Pulau Panggang Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

Kepulauan Seribu Utara

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Pengembangan teknologi layanan air minum

 Pengembangan pilihan pembiayaan dan kelembagaan  (percepatan) Pengembangan layanan air minum aman melalui sistem perpiaan dan non-

perpipaan

2. Kawasan dengan karakteristik cakupan akses air minum sangat rendah dan akses air minum MBR umumnya didominasi air minum non perpipaan, dan kualitas air tanah masih dikategorikan aman. Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

No Kab/Kota

Kelurahan 1 Jakarta Utara

Kecamatan

Kamal Muara 2 Jakarta Pusat

Penjaringan

Mangga Dua Selatan 3 Jakarta Selatan

Sawah Besar

Gandaria Utara 4 Jakarta Barat

Kebayoran Baru

Pekojan 5 Jakarta Pusat

Tambora

Pasar Baru 6 Jakarta Selatan

Sawah Besar

Kuningan Barat 7 Jakarta Utara

Mampang Prapatan

Tanjung Priok 8 Jakarta Utara

Tanjung Priok

Penjaringan 9 Jakarta Barat

Penjaringan

Maphar 10 Jakarta Timur

Taman Sari

Kayu Putih 11 Jakarta Pusat

Pulo Gadung

Karet Tengsin 12 Jakarta Utara

Tanah Abang

Kalibaru 13 Jakarta Timur

Cilincing

Cipinang Besar Utara 14 Jakarta Pusat

Jatinegara

Bendungan Hilir 15 Jakarta Selatan

Tanah Abang

Tebet Barat 16 Jakarta Utara

17 Jakarta Selatan

Gunung 18 Jakarta Pusat

Kebayoran Baru

Kramat 19 Jakarta Barat

Senen

Duri Selatan Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

Tambora

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Peningkatan layanan air minum aman melalui jaringan perpipaan

 Pengembangan SPAM BJP pada kawasan yang tidak ada (sulit dijangkau) jaringan perpipaan  Pengembangan pilihan layanan air minum perpipaan bagi MBR/informal  Pengembangan pembiayaan alternatif (Smart Financing) untuk layanan perpipaan bagi

MBR/informal/kawasan prioritas

3. Kawasan dengan karakteristik cakupan akses air minum rendah dan akses air minum didominasi air minum perpipaan, dan di satu kelurahan kualitas air tanah teridentifikasi tercemar sedang. Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

No Kab/Kota

Kelurahan 1 Jakarta Barat

Kecamatan

Keagungan 2 Jakarta Barat

Taman Sari

Pinangsia 3 Jakarta Timur

Taman Sari

Cipinang Besar Utara 4 Jakarta Utara

Duri Utara* Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

5 Jakarta Barat

Tambora

*) kelurahan yang kualitas air sumurnya terindentifikasi tercemar sedang

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Peningkatan layanan air minum aman melalui jaringan perpipaan

 Penegakan aturan pembatasan penggunaan air tanah, dengan prioritas pada kawasan air tanah tercemar

 Pengembangan pembiayaan alternatif (smart financing) untuk layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas

Program Pembangunan Layanan SPALD

1. Kawasan dengan karakteristik kualitas air sungai tercemar dan belum semua rumah memiliki tangki septik (cakupan rumah tangga yang memiliki tangki septik < 75% - BPS 2010). Kelurahan yang termasuk dalam hal ini menjadi prioritas utama penanganan pelayanan SPALD, yaitu:

Cakupan

Akses Termasuk Jamban

Zona No Kab/Kota

Kualitas Air

KK masih

Permanen Pengembangan

sd 2022** (%)*

1 Jakarta Utara Penjaringan

2 Jakarta Selatan Mampang

3 Jakarta Utara Pademangan

4 Jakarta Utara Penjaringan

5 Jakarta Selatan Kebayoran

6 Jakarta Pusat Tanah Abang

7 Jakarta Barat Taman Sari

8 Jakarta Pusat Tanah Abang

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber * www.stbm-indonesia.org/monev per 27 Oktober 2017 ** PerGub nomor 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kelurahan tersebut menjadi prioritas utama lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem

setempat individu/komunal  Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal (L2T2)  Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempat aman  Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat  Promosi sistem terpusat pada wilayah pengembangan sampai dengan 2022

2. Kawasan dengan karakteristik tingkat kepemilikan tangki septik sangat rendah (< 59% - BPS 2010). Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

Cakupan Akses

Jamban Termasuk Zona No Kab/Kota

Sehat Pengembangan

Sungai

BABS

Permanen sd 2022**

1 Kepulauan Kepulauan

Seribu Utara

Pulau Kelapa

2 Kepulauan Kepulauan

Pulau Panggang

Seribu Seribu Utara 3 Kepulauan

Pulau Harapan

Seribu Seribu Utara Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

* www.stbm-indonesia.org/monev per 27 Oktober 2017 ** PerGub nomor 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem

setempat individu/komunal  Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan sistem pengolahan lumpur tinja setempat (dengan didahului kajian untuk mencari

metode/teknologi yang sesuai)  Pengembangan layanan sistem pengelolaan SPALD setempat aman  Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempat aman

3. Kawasan dengan karakteristik tingkat kepemilikan tangki septik rendah (54%—72%, BPS 2010). Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

Akses

Cakupan

Jamban Termasuk Zona

Kualitas Air

No Kab/Kota Kecamatan

Kelurahan

KK masih

Permanen sd 2022**

1 Jakarta

5 76 √ Taman Sari

N.A

Keagungan

Barat 2 Jakarta

√ Pusat

Mangga Dua N.A

N.A

N.A

Sawah Besar

Besar Utara

4 Jakarta Kebayoran

Selatan Baru Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

* www.stbm-indonesia.org/monev per 27 Oktober 2017 ** PerGub nomor 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem

setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal (L2T2)

 Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempat aman  Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat  Promosi sistem terpusat pada wilayah pengembangan sampai dengan 2022

4. Kawasan dengan karakteristik tingkat kepemilikan tangki septik relatif tinggi (72% -- 90% - BPS 2010). Kelurahan yang termasuk dalam hal ini adalah:

Cakupan KK

Akses Jamban Termasuk

Zona No Kab/Kota

masih BABS

Sehat Permanen

Air Sungai

Pengembangan

sd 2022** 1 Jakarta

Taman Sari

Pinangsia

N.A

2 Jakarta Senen

dilewati sungai

3 Jakarta Cilincing

dilewati sungai

31 63 √ Utara

4 Jakarta Tanjung

5 Jakarta Tambora

6 Jakarta Koja

7 Jakarta Sawah

2 86 √ Pusat

Pasar Baru N.A

Besar 8 Jakarta

2 60 √ Barat

Tambora

Duri Utara Tidak

dilewati sungai

9 Jakarta Tambora

dilewati sungai

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber * www.stbm-indonesia.org/monev per 27 Oktober 2017 ** PerGub nomor 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

Kelurahan tersebut menjadi prioritas lokasi program/intervensi kunci berikut ini:  Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem

setempat individu/komunal  Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal (L2T2)  Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat  Promosi sistem terpusat pada pada wilayah yang telah ada jaringan terpusat (sewerage) dan

wilayah pengembangan sampai dengan 2022

Gambar 18 Program Air Minum di Kawasan Prioritas

Kepualauan Seribu

Keterangan: Program prioritas air minum untuk lokasi karakteristik a (Kepulauan Seribu):  Pengembangan teknologi layanan air minum  Pengembangan pilihan pembiayaan dan kelembagaan

(percepatan) Pengembangan layanan air minum aman melalui sistem perpipaan dan non- perpipaan

Program prioritas air minum untuk lokasi karakteristik b:  Peningkatan layanan air minum aman melalui jaringan perpipaan

 Pengembangan SPAM BJP pada kawasan yang tidak ada (sulit dijangkau) jaringan perpipaan  Pengembangan pilihan layanan air minum perpipaan bagi MBR/informal

 Pengembangan pembiayaan alternatif (Smart Financing) untuk layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas

Program prioritas air minum untuk lokasi karakteristik c:  Peningkatan layanan air minum aman melalui jaringan perpipaan  Penegakan aturan pembatasan penggunaan air tanah, dengan prioritas pada kawasan air tanah

tercemar

Pengembangan pembiayaan alternatif (smart financing) untuk layanan perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas

Gambar 19 Program Sanitasi/Air Limbah Domestik di Kawasan Prioritas

Kepualauan Seribu

Keterangan: Program prioritas sanitasi/air limbah domestik untuk lokasi karakteristik a:

 Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal

 Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempay aman  Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat  Promosi sistem terpusat pada wilayah pengembangan sampai dengan 2022

Program prioritas sanitasi/air limbah domestik untuk lokasi karakteristik b (Kepulauan Seribu):

 Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan sistem pengolahan lumpur tinja setempat (dengan didahului kajian untu mencari

metode/teknologi yang sesuai)  Pengembangan layanan sistem pengelolaan SPALD setempat aman  Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempat aman

Program prioritas sanitasi/air limbah domestik untuk lokasi karakteristik c:  Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui

sistem setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal (L2T2)

 Pengembangan pilihan pembiayaan layanan SPALD setempat aman  Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat

 Promosi sistem terpusat pada wilayah pengembangan sampai dengan 2022 Program prioritas sanitasi/air limbah domestik untuk lokasi karakteristik d:

 Promosi perubahan perilaku dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal

 Percepatan realisasi pengembangan SPALD sistem terpusat  Promosi sistem terpusat pada pada wilayah yang telah ada jaringan terpusat (sewerage)

dan wilayah pengembangan sampai dengan 2022

6 PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pemantauan dan evaluasi terpadu atas implementasi Desain Besar ini dilakukan di setiap tingkatan berdasarkan data/informasi kemajuan capaian yang terukur, tepat waktu, dan transparan. Pembahasan data hasil pemantauan dan evaluasi ini menjadi salah satu agenda utama kegiatan koordinasi terpadu lintas OPD dan pemangku kepentingan lainnya.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi (Monev) merupakan salah satu elemen penting dalam proses untuk menilai sejauh mana kemajuan pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik selama 2018-2022 mendatang. Pemantuan dan evaluasi bertujuan untuk:

a. Menyediakan data/informasi progress kegiatan dan tingkat pencapaian target yang ditetapkan

b. Mendukung proses koordinasi lintas sektor di berbagai tingkatan

c. Mendukung proses perbaikan program, penyesuaian target, lokasi, dan rancangan kebijakan pelaksanaannya

Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, dan provinsi. Terkait hal ini, untuk meningkatkan efektivitas pemantauan dan evaluasi, suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) akan dikembangkan sebagai instrument bersama para pelaku dan pemangku kepentingan dalam menilai kemajuan pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta. Selanjutnya, untuk mendukung proses pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dan pemanfaatan hasilnya, Forum AMPL Provinsi DKI Jakarta dapat menjalankan peran sebagai mitra Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menfasilitasi proses pemantauan dan evaluasi, dan memberikan pertimbangan/rekomendasi tindak lanjut.

6.1 Informasi Kunci Hasil Pemantauan dan Evaluasi

Berbagai informasi kunci akan dikumpulkan melalui SIM untuk diolah dan dianalisis guna menilai kemajuan dan capaian sasaran pembangunan. Informasi kunci tersebut meliputi:

a. Baseline, target, dan capaian tahunan untuk indicator sasaran pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik

b. Daftar kegiatan per tahun berdasarkan kelurahan yang termasuk kawasan prioritas air minum, kawasan prioritas air limbah domestik, dan kawasan prioritas air minum dan air limbah domestik.

c. Status aktual (quick status) realisasi setiap kegiatan berdasarkan tingkatan daerah (kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi), berdasarkan sumber dana, atau berdasarkan pembagian sektor.

d. Benchmarking kelurahan/kecamatan/kabupaten/kota berdasarkan capaian indikator sasaran pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik.

Guna melengkapi dan mendukung data/informasi yang dihimpun melalui Sistem Informasi Manajemen air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi perlu melakukan kerjasama dengan BPS ataupun lembaga lain dalam pemutakhiran data dan informasi yang terkait dengan indikator-indikator kinerja dan hasil implementasi program/kegiatan pembangunan air minum dan sanitasi/air limbah domestik.

6.2 Mekanisme Pemantauan dan Evaluasi Terpadu

Kegiatan Monev dilakukan melalui mekanisme berikut ini:  Mengikuti mekanisme pemantauan dan evaluasi kinerja pemerintahan daerah dan nasional

yang berlaku  Menggunakan aplikasi yang didukung data online mulai dari tingkat kelurahan  Database dan informasi dalam Sistem Informasi Manajemen dikembangkan berdasarkan data

baseline dan matriks program dan kegiatan dalam Desain Besar yang telah dilengkapi judul/nomenklatur pada instansi terlibat.

 Sistem Informasi Manajemen air minum dan air limbah domestik terintegrasi dengan ‘Open Data’ DKI Jakarta dan dimutakhirkan secara berkala.

LAMPIRAN MATRIKS PROGRAM DAN KEGIATAN DESAIN BESAR PEMBANGUNAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK

DKI JAKARTA 2018-2022

Indikator

Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

1 Ketersediaan

 PAM Jaya air baku

1.1 Efisiensi

1.1.1 Penurunan tingkat

Tingkat air tidak

1.1.1.1 Perbaikan instalasi perpipaan dan meter air

pengelolaan oleh

air tidak berekening

berekening

 BPKD

operator dan

1.1.1.2 Kerjasama dengan kepolisian untuk pencurian

 PAM Jaya

konsumsi air

air

 Kepolisian  Kejaksanaan

1.1.1.3 Penerapan insentif berbasis penurunan

 Biro Perekonomian

persentase kebocoran

 PAM Jaya

1.1.1.4 Evaluasi sumber NRW

 PAM Jaya  DSDA  Mitra Pembangunan

1.1.2 Gerakan

Tingkat

1.1.2.1 Komunikasi perubahan perilaku menuju

 Diskominfo

penghematan

konsumsi air

masyarakat hemat air

 Dinas Kesehatan

konsumsi air

oleh pelanggan

 PAM Jaya

1.1.2.2 Penyesuaian struktur tarif

 PAM Jaya  Biro Hukum Prov

1.2 Optimalisasi

1.2.1 Revitalisasi fungsi

Volume air yang

1.2.1.1 Revitalisasi waduk

 Dinas Sumber Daya Air

pemanfaatan

embung/waduk

ditahan/ditampu

1.2.1.2 Revitalisasi embung

 Dinas Sumber Daya Air

sumber air yang

sebagai tangkapan

ng sebagai

tersedia saat ini

air dan sumber air

sumber air baku

1.2.1.3 Pemantauan kualitas air waduk/ embung

 Dinas Sumber Daya Air

baku

 Dinas Lingkungan Hidup

1.2.1.4 Pengelolaan pemanfaatan air permukaan

 DSDA

(danau, sungai, laut)

 PUPERA

1.2.2 Normalisasi kali dan

Persentase

1.2.2.1 Pengerukan kali/sungai

 DSDA

sungai

kenaikan daya

 PUPERA

tampung kali dan

1.2.2.2 Pengerasan dinding sungai

 DSDA

sungai

1.2.2.3 Pembangunan tanggul di daerah-daerah rawan

 DSDA

banjir

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

1.2.2.4 Penertiban lahan yang merupakan bagian dari

1.2.3.1 Penyusunan regulasi kerjasama antar wilayah

 Bappeda

penanganan

volume air yang

tentang pengamanan kualitas air sungai (Bekasi,

 Biro Kerjasama

kuantitas dan

dapat

Kab Bekasi, Bogor, Depok)

 Biro Tata Pemerintahan

kualitas air

dimanfaatkan

 PUPERA

permukaan dengan

karena

 Bappenas

daerah yang

meningkatnya

 Bappeda

berbatasan (Jawa

kualitas air

1.2.3.2 Rakor tim terpadu penanganan air permukaan

DKI

 Dinas Sumber Daya Air  Dinas Lingkungan Hidup

Barat dan Banten)

sungai

 PAM Jaya  PD PAL Jaya

 PUPERA

1.2.3.3 Pemantauan kualitas air sungai, waduk, situ,

 Dinas Lingkungan Hidup

embung, laut, muara, teluk 1.2.3.4 Penanganan sampah di badan air

 Dinas Lingkungan

1.2.3.5 Pengawasan potensi pencemaran limbah cair

 Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta

1.3 Pengembangan

1.3.1 Peningkatan kualitas

Proporsi volume

1.3.1.1 Penegakan aturan pemenuhan baku mutu

 Dinas Lingkungan Hidup

sumber air

hasil pengolahan

air hasil

efluent hasil pengolahan air limbah

alternatif

grey water dan

pengolahan grey

1.3.1.2 Promosi penggunaan hasil bauran air domestik

 Dinas Kominfo

(optimasi bauran

black water agar

water dan black

 Dinas Lingkungan Hidup

air domestik)

dapat digunakan

water yang

1.3.1.3 Regulasi pemanfaatan efluent hasil pengolahan

 Dinas Sumber Daya Air

kembali

dapat digunakan

air limbah sebagai salah satu sumber air baku

 BPKLH

kembali

DKI (dengan pemanfaatan sesuai aturan)

 Biro Hukum  Dinas Kesehatan  Dinas Lingkungan Hidup  DPM PTSP  PDPAL

1.3.1.4 Penerapan penggunaan recycle water di

 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang

bangunan pemerintah

 Dinas Perumahan dan Permukiman  Asisten Sekretariat Daerah bidang

Pembangunan dan Lingkungan Hidup

1.3.2 Optimasi penerapan Proporsi lahan

1.3.2.1 Kampanye-komunikasi perubahan perilaku

 Dinas Kominfo

water recharge

menerapkan

menuju penerapan water recharge

 Dinas Perindustrian dan Energi

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

(sumur resapan,

water recharge

1.3.2.2 Fasilitasi pemanfaatan lahan kosong sebagai

 Dinas Perindustrian dan Energi

sumur retensi,

kolam retensi dan juga kolam resapan air hujan

 Dinas Perumahan Rakyat dan

lubang biopori)

(misalnya di taman, halaman perkantoran

Kawasan Permukiman

pemerintah, sekolah, fasum dll)

 Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan

1.3.2.3 Pengawasan penerapan water recharge

 Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang  Dinas Perindustrian dan Energi  Dinas Lingkungan Hidup  DSDA  PTSP

1.3.3 Penggunaan sumber

Proporsi

1.3.3.1 Study potensi alternatif sumber air DKI

 Dinas Sumber Daya Air

air alternatif

tambahan

 Dinas Lingkungan Hidup

volume air baku

 Dinas Kehutanan

dari hasil

 PAM Jaya

pengembangan

 PUPERA

alternatif sumber air baku

1.3.3.2 Pengaturan pemanfaatan air artesis (untuk

 Dinas Perindustrian dan Energi

kawasan tanpa pilihan sumber air lain) 1.3.3.3 Pemanenan dan menabung air hujan pada setiap  Dinas Sumber Daya Air bangunan pemerintah, bangunan swasta, fasilitas  Dinas Lingkungan Hidup umum

 Dinas cipta karya  Dinas Perumahan dan Permukiman  Dinas Kehutanan  Dinas Bina Marga

1.3.1.4 Penambahan air curah/bak supply dari PDAM

 PAM

Kota Tangerang, SPAM Jatiluhur 1-2, dan

 PUPERA

Waduk Karian

2 Akses

 Dinas Perindustrian dan Energi masyarakat

2.1 Percepatan

2.1.1 Konversi air tanah

Tambahan

2.1.1.1 Study kapling/zone resiko penyedotan air tanah

 Dinas Sumber Daya Air pada air minum

perluasan akses

ke air perpipaan

Rumah Tangga

tinggi/intensive

 Dinas Lingkungan Hidup yang aman

air minum aman

yang

menggunakan air

 PAM

perpipaan

 Kem. ESDM

2.1.1.2 Promosi/edukasi untuk beralih ke layanan

 Diskominfo

perpipaan

 PAM Jaya

2.1.1.3 Penegakan aturan penyedotan air tanah

 Dinas Perindustrian dan Energi  Dinas Lingkungan Hidup  PAM Jaya

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

 Dinas Sumber Daya Air  Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang  Satpol PP  Lurah  Camat

2.1.1.4 Peningkatan kualitas layanan jaringan perpipaan

PAM Jaya

oleh operator

2.1.2 Peningkatan layanan

Tambahan

2.1.2.1 Pembangunan/pengembangan WTP (IPA

 PAM

air minum aman

kapasitas layanan

Buaran 3, IPA Hutan Kota, IPA Pesanggrahan)

 Bappeda

melalui jaringan

 PUPERA  PTSP  Dinas Cipta Karya  BPAD  BPKD

2.1.2.2 Percepatan pengembangan jaringan perpipaan

 PAM  Bappeda  DSDA  PUPERA  PTSP  Dinas Cipta Karya  BPAD  BPKD

2.1.2.3 Kebijakan/penyesuaian regulasi tentang

 PAM Jaya

pelayanan air minum (termasuk memastikan

 Bappeda

prioritas layanan ke wilayah dengan air tanah

 Dinas Sumber Daya Air

yang jelek/ tanpa alternative sumber aman)

 BPKLH  Biro Tapem  Biro Hukum  Biro perekonomian  BPBUMD  PUPERA

2.1.3 Pengembangan

Tambahan

2.1.3.1 Pengembangan pilihan teknologi SPAM BJP

 Dinas Sumber Daya Air

SPAM BJP pada

kapasitas layanan

untuk kawasan tanpa jaringan perpipaan dan

 PAM Jaya

kawasan yang tidak

SPAM BJP

kualitas air tanah-nya buruk

 DPE

ada jaringan

 PUPERA

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

perpipaan dan

2.1.3.2 Penyediaan/fasilitasi pengembangan SPAM BJP

 Bappeda

kualitas air tanah

 Dinas Sumber Daya Air

buruk

 DPE  PAM Jaya  BPBUMD  PUPERA  PTSP  Dinas Perumahan Permukiman

2.2 Pembatasan

2.2.1 Penegakan aturan

Jumlah

2.2.1.1 Edukasi dan diseminasi ijin dan standar

 Dinas Perindustrian dan Energi

penggunaan air

pembatasan

penurunan

konstruksi sumur/air tanah yang aman

 Dinas Lingkungan Hidup

tanah di kawasan-

penggunaan air

penggunaan air

 DPM

kawasan yang air

tanah, dengan

tanah di kawasan

 PTSP

tanahnya

prioritas pada

air tanah

2.2.1.2 Penerapan larangan penggunaan air tanah di

 Dinas Perindustrian dan Energi

tercemar

kawasan air tanah

tercemar

kawasan tercemar/kawasan air tanah yang

 Dinas Lingkungan Hidup

tercemar

rawan (kritis dan rusak) 2.2.1.3 Edukasi pengolahan air minum rumah tangga

 Dinas Sumber Daya Air

(PAM RT) untuk MBR dan kawasan dengan

 Dinas PPAPP

akses air tanah/sumur

 Dinas Kesehatan  Dinas Lingkungan Hidup

2.2.1.4 Pemantauan/pemetaan berkala kualitas air

 Dinas Lingkungan Hidup

tanah

 Bappeda minum aman

3 Layanan air

3.1 Pengembangan

3.1.1 Pengembangan

Pilihan teknologi

3.1.1.1 Fasilitasi kerjasama study/pemutakhiran kajian

 Dinas Sumber Daya Air bagi MBR dan

teknologi yang

teknologi layanan

yang teruji dapat

sumber air baku dan pilihan teknologi

 PAM Jaya kawasan

sesuai bagi Kep.

air minum di Kep

diterapkan di

 PUPERA prioritas butuh  Dewan Riset Daerah air minum,

Seribu

Seribu

Kep Seribu

 Dinas Sumber Daya Air Kep. Seribu

termasuk di

3.1.1.2 Uji coba penerapan pilihan teknologi

 PAM Jaya  PUPERA  Dewan Riset Daerah

3.1.1.3 Penyusunan kebijakan penerapan teknologi

 Bappeda

terpilih

 Dinas Sumber Daya Air  Biro Hukum

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

3.1.2.1 Fasilitasi kerjasama study/pemutakhiran kajian

 Bappeda

pilihan pembiayaan

pembiayaan dan

pilihan pembiayaan dan kelembagaan untuk

 Biro Perekonomian

dan kelembagaan

kelembagaan

layanan air minum Kep Seribu

 PAM Jaya

untuk pilihan

yang sesuai

teknologi terpilih di

untuk pilihan

3.1.2.2 Penyusunan kebijakan terkait kelembagaan

 Bappeda

Kep Seribu

teknologi yang

pengembangan layanan air minum Kep Seribu

 Biro Hukum/ Biro Organisasi

akan diterapkan

di Kep Seribu

3.2 Pilihan layanan air

3.2.1 Pengembangan

PilihanPilihanPiliha

3.2.1.1 Pengembangan pilihan layanan perpipaan bagi

 Dinas Sumber Daya Air

minum perpipaan

pilihan layanan air

nPilihan-

kawasan MBR/Informal/kawasan prioritas

 PAM Jaya

bagi

minum perpipaan

pilihanpilihanpilih

(misalnya master meter dan mini plant)

 Dinas Cipta Karya

MBR/informal/ka

bagi

anpilihan layanan

3.2.1.2 Penyusunan kebijakan terkait untuk penerapan

 Dinas Sumber Daya Air

wasan prioritas

MBR/Informal/kawa

air minum

pilihan layanan perpipaan bagi MBR/informal

 Biro Hukum/ Biro Organisasi

butuh air minum

san prioritas

perpipaan bagi

MBR/Informal/ kawasan prioritas

3.2.2 Pengembangan

Pilihan

3.2.2.1 Fasilitasi study/kajian pilihan pembiayaan

 Dinas Sumber Daya Air

pembiayaan

pembiayaan

layanan perpipaan bagi MBR (micro-credit,

 Biro Perekonomian

alternatif (Smart

Layanan

Kartu Air Minum Jakarta)

Financing) Layanan

Perpipaan bagi

3.2.2.2 Penyusunan kebijakan terkait pembiayaan

 Dinas Sumber Daya Air

Perpipaan bagi

MBR/Informal/

layanan air minum perpipaan bagi MBR

 Biro Hukum/ Biro Organisasi

MBR/Informal/kawa

kawasan

san prioritas

Cakupan akses

3.3.1.1 Pembangunan SPAM-Kep Seribu

 Dinas Sumber Daya Air

layanan bertahap

layanan di Kep

di Kep Seribu

 PAM Jaya

sesuai skala

3.3.1.2 SWRO pada wilayah tanpa pilihan sumber air

 DSDA

baku air tawar yang efisien 3.3.1.3 Peningkatan SPAM yang sudah ada-Kep Seribu

 Dinas Sumber Daya Air  PAM Jaya

3.3.2 Pengembangan

Cakupan MBR

3.3.2.1 Penyediaan/fasilitasi pengembangan layanan

 Dinas Sumber Daya Air

layanan perpipaan

yang mengakses

perpipaan bagi MBR/informal/kawasan prioritas

 PAM Jaya

bagi MBR di

layanan

kawasan prioritas

perpipaan

3.3.2.2 Pendampingan dan pemberdayaan masy dalam

 Dinas PPAPP

operasi dan pemeliharaan layanan komunal

 DSDA

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

4 Akses layanan

 Dinas Sumber Daya Air SPALD aman

4.1 Percepatan

4.1.1 Pengembangan

Tambahan luas

4.1.1.1 Pengintegrasian IPAL komunal yang telah

 PD PAL melalui sistem

penyediaan

jaringan dan layanan

wilayah

ada/direncanakan dengan jaringan sewerage

jaringan sistem

SPALD terpusat

pelayanan

PDPAL

 Bappeda (terpusat)

off-site

terpusat

jaringan SPALD

4.1.1.2 Fasilitasi penyediaan lahan

terpusat

 BPAD

4.1.1.3 Perluasan layanan jaringan sistem terpusat

 Bappeda  DSDA  PD PAL Jaya

4.1.1.4 Peningkatan kapasitas operator layanan

 PD PAL Jaya

terpusat (PD PAL Jaya)

4.1.2 Promosi sistem

Tambahan akses

4.1.2.1 Diseminasi pilihan teknologi sanitasi (jamban

 Bappeda

terpusat pada

RT yang

dan septic tank) yang siap menuju jaringan

 BPKLH

wilayah yang telah

ada jaringan

dengan SPALD

 PD PAL

terpusat (sewerage)

terpusat

4.1.2.2 Edukasi masyarakat dan promosi sanitasi dan

 Diskominfo

pengolahan air limbah aman melalui sistem

 PD PAL Jaya

terpusat

 Dinas Kesehatan  PPAPP

 DSDA

4.1.2.3 Penegakan aturan KepGub No 45/1992 dan

 Dinas Cipta Karya

PerGub 122/2005 (berlaku juga untuk setempat)

4.1.2.4 Pengembangan mekanisme insentif untuk

 Dinas Kesehatan

penegakan aturan yang berlaku (seperti

 Dinas Pendidikan

KepGub No 45/1992 dan PerGub 122/2005)

 DPPAPP

(berlaku juga untuk setempat)

 Dinas Kesehatan masyarakat

5 Akses

5.1 Perubahan

5.1.1 Promosi perubahan

Jumlah RT OD

5.1.1.1 Kegiatan pemicuan dan tindak lanjut pasca

 Dinas PPAPP pada layanan

Perilaku

perilaku dan edukasi menjadi ODF

pemicuan perubahan perilaku (STBM)

 Dinas KomInfo SPALD aman,

masyarakat tentang

sanitasi aman

5.1.1.2 Promosi dan Penegakan Aturan Penggunaan

 PD PAL

terutama untuk

melalui sistem

IPAL dan Penyedotan Berkala (mengacu pada

 DPPAPP

MBR dan

 DSDA prioritas,

 Dinas Cipta Karya melalui sistem

individu/komunal

 Dinas LH setempat

 Walikota  DPM-PTSP

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Luas wilayah

5.2.1.1 Kajian kapasitas layanan IPLT eksisting untuk

 Dinas Sumber Daya Air

penyediaan

layanan sistem

dengan layanan

pemenuhan layanan sd 2022 (termasuk kajian

 PD PAL

layanan sistem

pengelolaan SPALD

dan sistem

dukungan teknologi)

 BPBUMD

pengelolaan

setempat aman

pengelolaan

 Dewan Riset Daerah DKI

SPALD on site

SPALD on site

5.2.1.2 Penyusunan roadmap/rencana induk

pengelolaan air limbah domestik melalui sistem

 Dinas Sumber Daya Air

setempat di DKI Jakarta

 BPKLH  PDPAL  PUPERA

5.2.1.3 Pengembangan pilihan teknologi sanitasi dan

 Dinas Sumber Daya Air

SPALD sistem individu/komunal bagi kawasan

 Bappeda

MBR dan prioritas

 BPKLH  PD PAL  PUPERA

5.2.1.4 Pengembangan pilihan teknologi/layanan

 Bappeda

penyedotan tinja untuk kawasan sulit diakses

 PD PAL

truk tinja (misal TSS, motor tinja, dll) 5.2.1.5 Fasilitasi Upgrading Septic Tank menjadi aman

 Dinas Sumber Daya Air  PD PAL  Bappeda

5.2.1.6 Peningkatan jumlah dan kapasitas

 Dinas Kesehatan

WUSAN/penyedia jasa

 DPPAPP  Dinas UMKM

5.2.1.7 Ekspansi Layanan Lumpur Tinja Terjadwal,

 Dinas Perumahan Rakyat dan

termasuk untuk IPAL komunal dan Rusunawa

Kawasan Permukiman  PDPAL dan penyedia layanan swasta  DSDA

5.2.2 Pengembangan

Pilihan

5.2.2.1 Study/kajian pilihan pembiayaan layanan air

 Dinas Sumber Daya Air

pilihan pembiayaan

pembiayaan

limbah domestik dan SPALD sistem

 PD PAL

layanan SPALD on

Layanan SPALD

individu/komunal bagi kawasan MBR dan

 Biro Perekonomian

site aman

on site bagi

prioritas

 BPKLH

MBR/Informal/ kawasan

 Bappeda

5.2.2.2 Regulasi bagi penerapan pilihan pembiayaan

 Dinas Sumber Daya Air

prioritas

Layanan SPALD on site bagi MBR/Informal/

 PD PAL

kawasan prioritas

 BPKLH

Indikator

o Isu Strategis No

Strategi

No

Program Kunci

kinerja

No

Kegiatan Kunci

Pelaksana Utama Kegiatan

Program

 Biro Hukum/ Biro Organisasi

5.2.3 Penataan

Kesesuaian

5.2.3.1 Penataan wewenang, hak, dan kewajiban

 Dinas Sumber Daya Air

Kelembagaan

kewenangan

operator dan regulator dalam percepatan

 PD PAL

Penyelenggaraan

dalam upaya

perluasan layanan

 BPKLH

Layanan SPALD

percepatan

 Biro Hukum/ Biro Organisasi

penyediaan

5.2.3.2 Peningkatan kinerja operator layanan setempat

 DSDA

jaringan sistem

(PD PAL Jaya)

 PD PAL Jaya  BPBUMD

on site

5.2.3.3 Review/pengembangan regulasi terkait

 Bappeda

pelaksanaan/implementasi layanan SPALD on

 Dinas Sumber Daya Air

site

 BPKLH  Biro Hukum/ Biro Organisasi  PDPAL  Dinas Lingkungan Hidup

5.2.3.4 Penerapan regulasi pelayanan penyedotan

 DPM-PTSP

Lumpur Tinja (SDA)

 PDPAL  Dinas Sumber Daya Air  BPKLH  Dinas Lingkungan Hidup

5.2.3.5 Pengawasan kualitas pengolahan (pemenuhan

 Dinas Perumahan dan

standar effluent) IPAL komunal dan Rusunawa

Permukiman  Dinas Lingkungan Hidup  DSDA  PDPAL

5.2.3.6 Pendampingan dan pemberdayaan masy dalam

 Dinas PPAPP

operasi dan pemeliharaan layanan air limbah

 DinKes

komunal

 DSDA  Dinas LH

5.2.3.7 Kajian alternatif kerjasama pembiayaan

 Bappeda

pelayanan air limbah domestik

 Dinas Sumber Daya Air  BPBUMD  Biro Perekonomian  BPKD  BPKLH

68

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN USAID IUWASH PLUS