Desain Besar Penyediaan Layanan Air Minu (1)

DESAIN BESAR PENYEDIAAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PROVINSI DKI JAKARTA 2018-2022

Disusun oleh: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Kedeputian Gubernur Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

DESAIN BESAR PENYEDIAAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK

PROVINSI DKI JAKARTA 2018-2022

PENGANTAR

Penyelenggaraan layanan air minum dan air limbah domestik bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum yang aman dan berkelanjutan, serta pengelolaan air limbah domestik yang aman (Safely Managed). Provinsi DKI Jakarta, dengan APBD tertinggi se-Indonesia, masih menghadapi permasalahan layanan dasar di bidang air minum dan sanitasi, termasuk dalam hal layanan air limbah domestik. Permasalahan tersebut telah berakibat pada tingginya kasus diare, terutama pada anak-anak, pencemaran lingkungan, dan turut berperan pada terjadinya penurunan muka tanah.

Visi DKI Jakarta 2018-2022, yaitu Jakarta kota maju, lestari, dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan, dan kesejahteraan untuk semua. Akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman merupakan salah satu perwujudan dari visi DKI Jakarta 2018-2022. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah DKI Jakarta memerlukan strategi dalam memecahkan permasalahan serta meningkatkan cakupan akses di sektor air minum dan air limbah domestik.

Kedeputian Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menginisiasi penyusunan Desain Besar Air Minum dan Air Limbah DKI Jakarta sebagai masukan bagi penyusunan RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018-2022. Penyusunan Desain Besar ini dilakukan dengan pendekatan kolaboratif yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat di sektor air minum dan air limbah domestik di antaranya Bappeda, Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup (PKLH), Dinas Sumber Daya Air (DSDA), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Dinas Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP), Dinas Perindustrian dan Energi (DPE), Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP), Dinas Kesehatan (DinKes), Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik, PAM Jaya, PD PAL Jaya, PLAN Internasional, Wahana Visi Indonesia (WVI), 100 Resilient City and Human Cities Coalition (HCC).

Kedeputian Tata Ruang dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta difasilitasi oleh USAID IUWASH PLUS melakukan diskusi-diskusi serta lokakarya untuk mendapatkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan Desain Besar Air Minum dan Air Limbah DKI Jakarta. Diharapkan Desain Besar ini dapat menjadi referensi bagi OPD terkait dalam menyusun rencana pembangunan baik RPJMD maupun RKPD.

Jakarta, November 2017

Dr. Ir Oswar Muadzin Mungkasa

Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup

ii

SINGKATAN

4K Kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan AMPL

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BABS

Buang air besar sembarangan Bappeda

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappenas

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BPAD

Badan Pengelola Aset Daerah BPBUMD

Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah BPKD

Badan Pengelola Keuangan Daerah BPKLH

Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup BPS

Biro Pusat Statistik CKTR

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang DisKominfo

Dinas Komunikasi dan Informasi DKI

Daerah Khusus Ibukota DLH

Dinas Lingkungan Hidup DPE

Dinas Pertambangan dan Energi DPM-PTSP

Dinas Penanaman Modal Perijinan Terpadu Satu Pintu DPRKP

Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DSDA

Dinas Sumber Daya Air EHRA

Environmental Health Risk Assessment ESDM

Energi dan Sumber Daya Mineral FGD

Focus Group Discussion GE Gastroenteritis

HCC Human Cities Coalition IPA

Instalasi Pengolahan Air/Water Treatment Plant (WTP) IPALD

Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja IUWASH PLUS Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene Penyehatan Lingkungan untuk Semua JICA

Japan International Cooperation Agency/Badan Kerjasama Internasional Jepang KepGub

Keputusan Gubernur KK

Kepala Keluarga Kominfotik

Kominikasi, Informasi dan Statistik L2T2/LLTT

Layanan Lumpur Tinja Terjadwal MBR

Masyarakat Berpenghasilan Rendah MCK

Mandi Cuci Kakus Monev

Monitoring and Evaluation/Monitoring dan Evaluasi NRW

Non-Revenue Water/Air Tidak Berekening ODF

Open Defecation Free OPD

Organisasi Perangkat Daerah PAM Jaya

Perusahaan Air Minum Jakarta PAM RT

Pengolahan Air Minum Rumah Tangga PDAM

Perusahaan Daerah Air Minum PD PAL Jaya

Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Jakarta Pergub

Peraturan Gubernur Permen

Peraturan Menteri

vi

PP Peraturan Pemerintah PPAPP

Pemberdayaan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat PUPR

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Renstra

Rencana Strategis Renja

Rencana Kerja RKPD

Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMD

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPD

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RT

Rumah Tangga RTM

Rumah Tangga Miskin RTRW

Rencana Tata Ruang Wilayah Rusunawa

Rumah Susun Sederhana Sewa Sanimas IDB

Sanitasi Berbasis Masyarakat Islamic Development Bank Satpol-PP

Satuan Polisi Pamong Praja SDG

Sustainable Development Goal SIM

Sistem Informasi Manajemen SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah SLHD

Status Lingkungan Hidup Daerah SPALD

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik SPALD-S

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Setempat SPALD-T

Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik-Terpusat SPAM BJP

Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Susenas

Survei Sosial Ekonomi Nasional SWRO

Sea Water Reverse Osmosis TNP2K

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TSS

Temporary Sludge Storage UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah USAID

US Agency for International Development WTP

Water Treatment Plant WUSAN

Wirausaha Sanitasi WVI

Wahana Visi Indonesia

RINGKASAN

Desain Besar pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta 2018-2022 disusun sebagai instrumen bagi semua pemangku kepentingan dalam menata arah dan fokus pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik menuju pencapaian akses air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan untuk semua, dalam kerangka perwujudan visi Jakarta 2022, yaitu Jakarta kota maju, lestari, dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan, dan kesejahteraan untuk semua. Desain Besar ini diharapkan mampu menjawab realitas dan tantangan pembangunan layanan melalui sinergi dan kolaborasi antar perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat sampai dengan medio 2017 1 , cakupan penduduk DKI Jakarta yang belum terlayani air minum mencapai 45% atau sekitar 4.63 juta jiwa. Terdapat sekitar 470 ribu rumah tangga (atau sekitar 14% penduduk) yang masih buang air besar sembarangan (BABS). Dalam upaya mewujudkan akses air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan untuk semua pada tahun 2022, isu strategis yang perlu ditangani selama 2018-2022 meliputi: isu ketersediaan air baku, akses mayarakat pada air minum aman, isu layanan air minum aman bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan kawasan prioritas butuh air minum (termasuk Kep. Seribu), akses layanan SPALD aman melalui sistem terpusat dan juga sistem setempat.

Untuk itu, strategi utama yang akan ditempuh dalam pembangunan layanan air minum adalah meningkatkan akses air minum perpipaan dan mengurangi penggunaan air tanah, terutama di wilayah dengan kualitas air tanah buruk, serta menyediakan sistem layanan air minum aman dengan teknologi yang tepat dan berkelanjutan di kawasan khusus dan prioritas. Sedangkan dalam pembangunan layanan air limbah domestik, strategi yang akan ditempuh adalah menghilangkan perilaku BABS (buang air besar sembarangan) dan meningkatkan akses sanitasi yang dilengkapi dengan pengolahan limbah domestik aman, baik melalui sistem terpusat (off-site) maupun setempat (on-site).

Program dan kegiatan kunci dalam Desain Besar ini bersifat lintas organisasi perangkat daerah (OPD), yang perlu disesuaikan dengan judul/nomenklatur program pada APBD. Program dan kegiatan dalam Desain Besar ini selanjutnya menjadi masukkan bagi penyusunan/penyesuaian program dan kegiatan (beserta lokasi-nya) yang akan dilaksanakan setiap OPD yang terlibat, baik secara langsung maupun melalui kerjasama dengan pihak lain.

1 Data pada Draft RPJMD 2018-2022

viii

1 PENDAHULUAN

Desain Besar pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta 2018-2022 disusun sebagai instrumen bagi pemangku kepentingan dalam menata arah dan fokus pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik menuju pencapaian akses universal 2019 dan menuju pengelolaan air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan pada 2030. Desain Besar ini diharapkan mampu menjawab realitas dan tantangan penyediaan layanan melalui sinergi dan kolaborasi antar perangkat daerah dan pemangku kepentingan lainnya.

1.1 Latar Belakang

DKI Jakarta, dengan APBD tertinggi se-Indonesia, masih menghadapi permasalahan layanan dasar air minum dan sanitasi, termasuk dalam hal layanan air limbah domestik. BPS DKI mencatat pada 2015 terdapat 2,700,310 Rumah Tangga di DKI, dimana baru 703,556 Rumah Tangga yang telah berlangganan PAMMasih rendahnya Rumah Tangga yang memiliki akses layanan PAM baru mencapai 26% ini, tidak dapat disangkal penggunaan air tanah memang menjadi sangat tinggi. Data lainnya menunjukkan masih tingginya jumlah Rumah Tangga yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS), masih tingginya jumlah Rumah Tangga dengan jamban tanpa tangki septik aman, serta masih terbatasnya cakupan pengelolaan air limbah domestik baik secara terpusat maupun setempat.

Kondisi ini telah berakibat antara lain pada tingginya kasus diare, terutama pada anak-anak, pencemaran lingkungan, dan turut berperan pada terjadinya penurunan muka tanah. Terkait kasus diare, sebanyak 27 dari 44 Puskesmas mencatat diare termasuk 10 besar penyakit yang ditangani. Dan Selama Januari-September 2017, Rumah Sakit mencatat kasus diare pada anak usia 0-4 tahun mencapai 4.878 kasus atau 40% dari total kasus diare yang ditangani Rumah Sakit. Terkait pencemaran air, tingkat pencemaran Sungai Ciliwung tergolong tinggi. Dari 14 titik pantau di Sungai Ciliwung, konsentrasi Fecal Coliform mencapai 100.000/100 ml, di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu, 2.000/100ml. Kondisi air tanah tercemar ditemukan di 54% dari total 197 titik pantau sedangkan kondisi air sungai tercemar ditemukan di 37% dari total 89 titik pantau. Laju penurunan muka tanah sekitar 5-12 cm per tahun juga dipengaruhi tingginya penggunaan air tanah, baik oleh kegiatan domestik maupun oleh kegiatan jasa dan bisnis lainnya.

Permasalahan layanan dasar terkait air minum dan air limbah domestik ini harus menjadi perhatian khusus dan agenda prioritas pembangunan mengingat cita-cita Jakarta yang tertuang dalam RPJPD 2005-2025 menyebutkan cita-cita Jakarta untuk menjadi Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Aman, Nyaman, Sejahtera, Produktif, Berkelanjutan dan Berdaya Saing Global. Sementara visi Jakarta 2018-2022 adalah Jakarta kota maju, lestari, dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan, dan kesejahteraan untuk semua.

Permasalahan layanan dasar terkait air minum dan air limbah domestik ini juga perlu diprioritaskan penanganannya mengingat target akses universal 2019 dan kebutuhan atas pengelolaan air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan target akses universal 2019, untuk air minum, minimal 85% penduduk harus memiliki akses air minum yang memenuhi kriteria 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan) dan maksimal 15% lainnya dengan akses dasar. Untuk sanitasi, minimal 85% penduduk harus memiliki akses sanitasi layak dan maksimal 15% lainnya dengan akses sanitasi dasar. Dikaitkan dengan pengelolaan air limbah Permasalahan layanan dasar terkait air minum dan air limbah domestik ini juga perlu diprioritaskan penanganannya mengingat target akses universal 2019 dan kebutuhan atas pengelolaan air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan sesuai target Sustainable Development Goals (SDGs). Berdasarkan target akses universal 2019, untuk air minum, minimal 85% penduduk harus memiliki akses air minum yang memenuhi kriteria 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan) dan maksimal 15% lainnya dengan akses dasar. Untuk sanitasi, minimal 85% penduduk harus memiliki akses sanitasi layak dan maksimal 15% lainnya dengan akses sanitasi dasar. Dikaitkan dengan pengelolaan air limbah

Untuk itu, diperlukan suatu instrumen bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menata arah dan fokus pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik yang mampu menjawab realitas dan tantangan yang ada melalui sinergi dan kolaborasi antar perangkat daerah dan stakeholders lainnya. Instrumen yang selanjutnya disusun sebagai Desain Besar Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022 ini diharapkan membantu Pemerintah DKI Jakarta mewujudkan ketersediaan air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan untuk semua.

1.2 Tujuan Penyusunan Desain Besar

Penyusunan Desain Besar bertujuan untuk:

a. Memberikan arah dan fokus upaya terpadu lintas sektor dalam meningkatkan kualitas hidup seluruh warga Jakarta melalui pembangunan layanan air minum dan pengelolaan air limbah domestik yang berkelanjutan

b. Menjadi referensi bagi berbagai institusi yang terlibat (pemerintah, swasta, mitra pembangunan) dalam perencanaan dan penganggaran program/kegiatan penyediaan layanan air minum dan air limbah domestik agar tepat sasaran dan tepat lokasi

c. Sebagai referensi bagi penyusunan RPJMD DKI Jakarta 2018-2022 untuk bidang pembangunan layanan air minum dan pengelolaan air limbah domestik

d. Mempercepat penyelesaian persoalan air minum dan air limbah domestik pada masyarakat berpenghasilan rendah atau kelompok rentan

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup wilayah dalam Desain Besar mencakup seluruh wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta dengan memberikan perhatian khusus pada wilayah prioritas, yaitu:

wilayah yang belum terlayani atau

wilayah yang ditetapkan sebagai rawan air minum dan rawan sanitasi. Adapun ruang lingkup kajian meliputi; (1) aspek teknis/pilihan pilihan teknologi, (2) aspek sosial-

ekonomi, (3) aspek pembiayaan, (4) aspek kelembagaan, (5) aspek lingkungan. Selanjutnya, istilah sanitasi yang terdapat dalam Desain Besar ini dimaksudkan untuk layanan air

limbah domestik.

1.4 Kedudukan Desain Besar

Desain Besar ini merupakan salah satu referensi dalam proses perencanaan strategis daerah (RPJMD) dan perangkat daerah terkait (Renstra OPD) dan menjadi instrument pendukung upaya pencapaian target akses universal, SDGs, agenda global lainnya, serta target-target yang telah ditetapkan dalam kebijakan daerah, antara lain Peraturan Gubernur No 41 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pengembangan Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik. Keterkaitan Desain Besar dalam konstelasi kebijakan perencanaan strategis Provinsi DKI Jakarta dan strategi pencapaian target akses universal, SDGs, dan agenda global lainnya digambarkan pada Bagan 1 berikut ini.

Gambar 1Bagan Kedudukan Desain Besar

Sebagai referensi dalam penyusunan/review RPJMD dan Renstra OPD, Desain Besar diharapkan dapat berperan sekurang-kurangnya sebagai berikut:

 Bagi RPJMD, Desain Besar menjadi:  Acuan baseline dan target tahunan

 Acuan penetapan isu strategis dan strategi penanganan wilayah  Acuan sinkronisasi program dan kegiatan lintas sektor dari berbagai sumber pembiayaan

 Bagi Renstra OPD, Desain Besar menjadi:  Acuan pengembangan/penyesuaian program dan kegiatan (beserta lokasi-nya) yang akan

dilaksanakan setiap institusi yang terlibat  Acuan perumusan kebutuhan anggaran program dan kegiatan untuk target kinerja yang ditetapkan dalam Desain Besar

1.5 Proses Penyusunan

Mekanisme penyusunan Desain Besar melalui sejumlah tahapan berikut:

a. Pengembangan Peta Interaktif; yaitu peta yang menunjukkan kondisi layanan air minum dan sanitasi/air limbah domestik per kelurahan di Jakarta. Pengembangan peta interaktif ini melibatkan perangkat daerah terkait. Setiap perangkat daerah yang memiliki data/informasi yang berhubungan dengan pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik dapat menyediakan data tsb untuk pemutakhiran peta interaktif. Peta yang dikembangkan secara bersama antar perangkat daerah ini diharapkan mampu menggambarkan kondisi terkini layanan air minum dan air limbah domestic DKI Jakarta, memberikan data terkini untuk kebutuhan analisis, perencanaan program, penyusunan skala prioritas lokus program, juga dalam pemantauan kemajuan hasil pengembangan layanan.

b. Diskusi lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pelaku yang terkait dalam pengembangan layanan air minum dan air limbah domestik, melalui pertemuan dan FGD Forum Air Minum dan Penyehatan Lingkungan DKI Jakarta, untuk membahas:

 Identifikasi isu dan permasalahan pokok.  Perumusan wilayah prioritas penanganan, air minum dan air limbah domestik.

c. Lokakarya partisipatif lintas OPD, kementerian, dan pelaku yang terkait dalam pengembangan layanan air minum dan air limbah domestik, untuk membahas:

 Perumusan strategi dan program (intervensi) kunci  Penyepakatan strategi, program, kegiatan, dan wilayah penanganan prioritas

Mekanisme kerja sama dan kolaborasi antar pelaku

Pihak yang Terlibat: Penyusunan Desain Besar melibatkan berbagai perangkat daerah di lingkungan Pemerintahan Provinsi

DKI Jakarta dan sejumlah mitra pembangunan, dengan dukungan bantuan teknis dari USAID- IUWASH PLUS.

Perangkat daerah DKI Jakarta yang terlibat meliputi Kantor Deputi Gubernur bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, Bappeda, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian dan Energi, Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk, Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Dinas Kesehatan, Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup, Biro Tata Pemerintahan, Dinas Komunikasi dan Informasi, PAM Jaya, dan PD PAL Jaya. Adapun mitra pembangunan yang terlibat meliputi Japan International Cooperation Agency (JICA) bersama partnernya PT. Indokoei, ICLEI, Plan International Indonesia, WVI dan pihak lainnya yaitu Jejaring Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL).

2 KONDISI TERKINI DAN ISU STRATEGIS PENYEDIAAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK DKI JAKARTA

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mencatat sampai dengan medio 2017 2 , cakupan penduduk DKI Jakarta yang belum terlayani air minum mencapai 45% atau sekitar 4.63 juta jiwa. Sementara terdapat sekitar 470 ribu rumah tangga (atau sekitar 14% penduduk) yang masih buang air besar sembarangan (BABS). Studi

Bank Dunia 3 menunjukkan bahwa 86% air limbah domestik tidak dikelola dengan aman dimana 60% di antaranya mencemari sungai/wilayah sekitar.

2.1 Tinjauan Visi dan Misi DKI Jakarta 2018-2022

Pembangunan Provinsi DKI Jakarta pada periode 2018-2022 diselenggarakan dengan mengacu pada Visi dan Misi Kepala Daerah terpilih, sebagaimana dituangkan dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta 2017-2022.

Visi DKI Jakarta 2018-2022, yaitu Jakarta kota maju, lestari, dan berbudaya yang warganya terlibat dalam mewujudkan keberadaban, keadilan, dan kesejahteraan untuk semua, akan diwujudkan melalui misi berikut:

1. Menjadikan Jakarta kota yang aman, sehat, cerdas, berbudaya, dengan memperkuat nilai-nilai

keluarga dan memberikan ruang kreativitas melalui kepemimpinan yang melibatkan, menggerakkan dan memanusiakan.

2. Menjadikan Jakarta kota yang memajukan kesejahteraan umum melalui terciptanya lapangan kerja, kestabilan dan keterjangkauan kebutuhan pokok, meningkatnya keadilan sosial, percepatan pembangunan infrastruktur, kemudahan investasi dan berbisnis, serta perbaikan pengelolaan tata ruang.

3. Menjadikan Jakarta tempat wahana aparatur negara yang berkarya, mengabdi, melayani, serta menyelesaikan berbagai permasalahan kota dan warga, secara efektif, meritokratis dan berintegritas.

4. Menjadikan Jakarta kota yang lestari, dengan pembangunan dan tata kehidupan yang memperkuat daya dukung lingkungan dan sosial.

5. Menjadikan Jakarta ibukota yang dinamis sebagai simpul kemajuan Indonesia yang bercirikan keadilan, kebangsaan, dan kebhinekaan

Sejumlah value dalam pernyataan visi dan misi DKI Jakarta memberikan arah bagaimana kondisi yang harus diwujudkan melalui pembangunan berbagai bidang, termasuk sector yang berkaitan dengan

2 Data pada Draft RPJMD 2018-2022 3 Poor Sanitation Costs Jakarta About IDR 16.2 T per year, WSP, World Bank, 2016 2 Data pada Draft RPJMD 2018-2022 3 Poor Sanitation Costs Jakarta About IDR 16.2 T per year, WSP, World Bank, 2016

Kondisi yang berkaitan erat dan menjadi arah/orientasi hasil pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik, adalah :

1. Jakarta yang Sehat; Jakarta yang Sehat dimaknai dengan menurunnya angka kejadian penyakit. Sehingga pembangunan

layanan air minum dan sanitasi diarahkan agar berkontribusi dalam penurunan angka kejadian penyakit yang diakibatkan/ditularkan air dan sanitasi yang buruk

2. Jakarta yang Cerdas

Jakarta yang Cerdas dimaknai dengan ‘brain development’ yang dimulai sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan dan tingginya tingkat kehadiran siswa di sekolah untuk penciptaan generasi penerus yang lebih berkualitas. Sehingga pembangunan layanan air minum dan sanitasi diarahkan agar berkontribusi pada penurunan resiko diare pada (i) anak-anak usia sekolah, (ii) ibu hamil, (iii) anak-anak usia di bawah 2 tahun.

Pencegahan diare berulang pada ibu hamil dan anak-anak usia di bawah dua tahun ditujukan untuk menurunkan resiko stunting yang nantinya mempengaruhi kemampuan belajar dan kecerdasan anak.

3. Jakarta yang Bermartabat dan memajukan kesejahteraan umum; Jakarta yang bermartabat dimaknai dengan tidak ada lagi warga yang Buang Air Besar Sembarangan

(BABS) dan seluruh warga terpenuhi layanan dasar air minum dan sanitasi yang aman dan berkelanjutan. Sehingga pembangunan layanan air minum dan sanitasi diarahkan agar berkontribusi pada pemenuhan layanan dasar air minum dan sanitasi aman bagi semua warga.

4. Jakarta yang Lestari; Jakarta yang lestari dimaknai dengan terpeliharanya daya dukung lingkungan dalam menunjang

berbagai aktivitas kota. Sehingga pembangunan layanan air minum dan sanitasi diarahkan agar berkontribusi pada

 Tersedianya sumber air baku  Hasil pengolahan air limbah yang memenuhi baku mutu  Turunnya secara signifikan tingkat pencemaran sumber air baku  Terkendalinya penggunaan air tanah di DKI Jakarta

Sedangkan Visi DKI Jakarta untuk sektor air minum dan air limbah domestik/sanitasi adalah pelayanan untuk semua, termasuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), dan masyarakat yang tinggal di kawasan informal atau Kepulauan Seribu. Melalui visi: ‘Air Minum dan Air Limbah/Sanitasi Aman untuk Semua ’, diharapkan tidak ada lagi masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan air minum dan air limbah aman yang merupakan layanan dasar. Terlebih, pelayanan air minum dan air limbah yang aman merapakan salah satu faktor penting untuk meingkatkan derajat kesehatan masyarakat, terutama anak-anak. Visi air minum dan air limbah/sanitasi DKI Jakarta juga sejalan dengan target Pemerintah Indonesia yaitu Akses Universal, dan gerakan global Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yaitu tidak ada satu pun yang tertinggal (No one left behind)

2.2 Kondisi Terkini Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik

Provinsi DKI Jakarta dengan luas wilayah 662.33 Km 2 (berdasarkan RKPD Tahun 2016) terdiri dari 6 kota/kabupaten, 44 kecamatan, dan 267 kelurahan. Dengan populasi lebih dari 10.2 juta jiwa pada Tahun 2015, TNP2K mencatat 9.7% atau 992,308 jiwa diantaranya sebagai penduduk dengan kondisi kesejahteraan 40% terendah di Indonesia (Below 40%/B40%).

2.2.1 Kondisi Layanan Air Minum

Tinjauan terhadap kondisi layanan air minum dilakukan terhadap indikator layanan sbb:

1. Cakupan akses air minum perpipaan; secara total penduduk terlayani dan pada kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah/MBR

 Tingkat akses  Tingkat konsumsi air minum perpipaan  Persentase air tidak berekening (non-revenue water) PAM Jaya  Ketersediaan air baku

2. Cakupan akses air minum bukan perpipaan  Tingkat akses terhadap air minum bukan perpipaan

 Tingkat penggunaan air tanah  Kerawanan/resiko penggunaan air tanah/sungai tercemar

Cakupan Akses Air Minum Perpipaan

Cakupan penduduk DKI Jakarta yang telah memiliki akses terhadap air minum ditampilkan dalam Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Cakupan Akses Air Minum DKI Jakarta, 2015

Rumah Tangga No

Perihal

Rumah Tangga*

Berpenghasilan Rendah**

1 Jumlah penduduk (Rumah Tangga) 2,700,310 264,788 2 Jumlah pelanggan perpipaan/ledeng (Rumah

81,960 Tangga dan Rusunawa)

3 Jumlah penduduk dengan akses non perpipaan

72,320 4 Cakupan akses air minum aman

58% 5 Cakupan akses perpipaan terhadap total

31% Rumah Tangga

* Bersumber BPS DKI Jakarta, 2016 dan Olah Data Susenas 2016 **

Bersumber TNP2K ***

RPJMD DKI Jakarta 2018-2022

Tabel 1 di atas menunjukkan masih terbatasnya cakupan rumah tangga yang telah memiliki akses terhadap air minum aman (55%). Dengan kata lain, 45% rumah tangga di Jakarta menggunakan air dari sumber yang tidak aman. Cakupan akses air minum aman pada kelompok MBR (58%) relatif lebih baik dibandingkan rumah tangga pada umumnya. Di Kep. Seribu, cakupan akses telah mencapai 77% penduduk (Susenas 2016), meskipun kemampuan layanan air minum saat ini terbatas hanya untuk kebutuhan domestik.

Cakupan akses air minum perpipaan baru menjangkau 27% dari total rumah tangga. Masih terbatasnya cakupan akses air minum perpipaan ini menjadikan 73% rumah tangga di Jakarta harus mengandalkan air tanah atau air sungai sebagai sumber air minumnya. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa meskipun cakupan akses air minum aman pada kelompok MBR (58%) relatif lebih baik dibandingkan rumah tangga pada umumnya (55%), MBR relatif tetap lebih sulit menjangkau layanan air minum perpipaan. Hanya 31% dari seluruh rumah tangga berpenghasilan rendah —atau setara 3% dari seluruh rumah tangga — yang telah memiliki akses terhadap layanan air minum perpipaan. Kondisi ini menunjukkan perlunya keberpihakan layanan perpipaan bagi MBR.

Tingkat konsumsi air minum perpipaan sangat tinggi. Badan Regulator PAM mencatat bahwa pada tahun 2015, rata-rata konsumsi air minum per pelanggan adalah 33.5 m 3 /bulan. Hal ini setara dengan 223 liter/orang/hari, dua kali lipat lebih tinggi dari standar konsumsi air minum perkotaan 4 sebesar 120 liter/orang/hari. Data ini menunjukkan pola/perilaku masyarakat dalam penggunaan air yang kurang bijak, sangat boros, dan kurang peduli atas keberlanjutan ketersediaan air bersih. Di sisi lain, data ini juga menunjukkan perlunya pembenahan pengelolaan layanan air minum guna mencegah pemborosan air oleh sebagian kecil cakupan rumah tangga yang telah menikmati layanan air minum perpipaan (27% dari total rumah tangga).

Persentase air tidak berekening (non-revenue water) PAM Jaya masih tinggi. Berdasarkan laporan Kinerja PDAM Tahun 2015, tingkat kehilangan air/persentase air tidak berekening PAM Jaya mencapai 42%. Tingkat air tidak berekening ini 2 kali lipat lebih tinggi dari batas yang diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No 47 Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum, bahwa batas maksimal kebocoran air bersih untuk PAM sebesar 20%.

Ketersediaan air baku menunjukkan kondisi defisit sejak tahun 2016 sampai dengan

tahun 2029. Perhitungan PAM Jaya akan tingkat ketersediaan air baku terhadap kebutuhan layanan menunjukkan kondisi defisit sejak Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2029 mendatang (Gambar 2). Hal ini mengindikasikan asumsi dan strategi yang diterapkan dalam upaya pemenuhan air baku layanan perpipaan DKI Jakarta ini perlu ditinjau kembali guna memastikan dukungan keandalan ketersediaan air baku dalam pemenuhan akses air minum aman dan berkelanjutan, baik melalui jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan (BJP).

4 RPJMD DKI Jakarta 2017-2022

Gambar 2 Rencana Pengembangan Air Minum DKI Jakarta 2017-2030

Sumber: PAM Jaya, 2017

Cakupan Akses Air Minum Bukan Perpipaan

Tinjauan sebelumnya terhadap cakupan layanan air minum menunjukkan 73% rumah tangga di DKI Jakarta belum menggunakan akses air minum perpipaan. Sumber air yang digunakan rumah tangga ini termasuk air tanah dan sungai. Tingginya penggunaan air tanah ini telah turut berpengaruh pada laju penurunan laju muka tanah. Menurut catatan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Jakarta mengalami penurunan muka tanah 5-12 cm per tahun.

Selain terkait penurunan muka tanah, tingginya tingkat penggunaan air tanah ini perlu menjadi perhatian mengingat tingginya tingkat pencemaran air, baik pada air sungai maupun air tanah tersebut. Penggunaan sumber air tercemar tentunya mengancam kesehatan warga Jakarta. Data hasil pemantauan kualitas air Sungai Ciliwung pada 14 titik pantau menunjukkan konsentrasi Fecal Coliform mencapai 100.000/100 ml, di atas baku mutu yang ditetapkan yaitu, 2.000/100ml. Kondisi kualitas air tanah dan air sungai DKI Jakarta hasil pemantauan tahun 2015 ditampilkan Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini.

Tabel 2 Status Mutu (Indeks Pencemaran) Air Tanah Periode Kedua di DKI Jakarta Tahun 2015

Tabel 3 Jumlah Titik Pemantauan Berdasarkan Status Mutu Per Periode di DKI Jakarta

Tahun 2015

Gambar 3 Peta Kelurahan dengan Rumah Tangga (RT) yang memiliki Akses Ledeng Terbatas dan berada di Wilayah dengan Status Kualitas Air Tanah/Sungai Parah, dan

masih dalam Wilayah dengan Jaringan PAM Jaya

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

Gambar 4 Peta Kelurahan dengan MBR (Rumah Tangga) yang memiliki Akses Ledeng

Terbatas dan berada di Wilayah dengan Status Kualitas Air Tanah/Sungai Parah, dan masih dalam Wilayah dengan Jaringan PAM Jaya

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

Gambar 5 Peta Rumah Tangga di Kepulauan Seribu dengan Akses Air Minum dan Sanitasi Sangat Rendah

Kelurahan Pulau Untung Jawa

Kelurahan Pulau Kelapa

Kelurahan Pulau Panggang

Kelurahan Harapan

2.2.2 Kondisi Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Tinjauan terhadap kondisi layanan pengelolaan air limbah domestik dilakukan terhadap indikator layanan sbb:

1. Cakupan akses jamban dan cakupan penduduk yang telah mengakses layanan pengolahan lumpur tinja; secara total penduduk dan pada kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah/MBR atau kelompok B40%

2. Dampak dari kondisi layanan pengelolaan air limbah domestik

Cakupan Akses Jamban Sehat

Berdasarkan data STBM ( http://www.stbm-indonesia.org/monev/ ), sampai dengan 27 Oktober 2017, cakupan penduduk DKI Jakarta berdasarkan akses terhadap jamban ditampilkan pada Gambar 7 berikut ini.

Gambar 6 Cakupan Warga DKI Jakarta (%) Berdasarkan Akses Thd Jamban

Jamban Sehat

Buang Air Besar Permanen

Jamban Sehat Semi

Jamban Sharing

Permanen

Sembarangan

Sumber: olah data STBM pada http://www.stbm-indonesia.org/monev/ Data tsb menyatakan, sampai dengan 27 Oktober 2017, baru 86% warga DKI yang sudah

menggunakan jamban. Kepemilikan jamban baru mencapai 82%, dimana 7%-nya tergolong sanitasi dasar. Terdapat 14% warga yang masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS), atau ini setara dengan 470 ribu KK.

Pada rumah tangga miskin/MBR, berdasarkan data 2015 (TNP2K), cakupan kepemilikan jamban baru 61%, dan 53% dari total MBR telah memiliki tangki septik/IPAL. Jika dibandingkan dengan rumah tangga pada umumnya, maka dapat dikatakan MBR memang lebih sulit memiliki jamban demikian pula halnya dengan tangki septiknya.

Gambar 7 Peta Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Jamban

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

15

Gambar 8 Peta Rumah Tangga yang Tidak Memiliki Tangki Septik

Sumber: Peta Interaktif 2017 – data dikumpulkan dari berbagai sumber

Cakupan Penduduk yang Telah Mengakses Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sampai dengan 2016, akses layanan pengelolaan air limbah domestic, berdasarkan data PD PAL, baru menjangkau 13.52% warga Jakarta, terdiri dari 10.08% dengan layanan terpusat (off-site), dan 3,44% dengan layanan setempat (on-site). Dengan kata lain, 86% air limbah domestik penduduk Jakarta memang belum mendapatkan penanganan yang sesuai.

Gambar 9 Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Sumber: PDPAL, 2017 Selain layanan oleh PDPAL, terdapat juga layanan penyedotan lumpur tinja oleh swasta. Namun belum

tersedia data yang dapat diverifikasi berapa banyak dari layanan swasta tersebut yang membuang

Gambar 10 Diagram Alur Tinja di Jakarta

Sumber: WSP, Bank Dunia, 2016

Masih tingginya jumlah warga yang Buang Air Besar Sembarangan, jumlah rumah tangga yang belum dilengkapi dengan tangki septik yang aman, serta masih terbatasnya cakupan layanan pengelolaan air limbah domestik, menjadikan tingginya tingkat pencemaran air dan tingginya volume air sisa penggunaan yang tidak dapat dimanfaatkan kembali. Hal ini juga selanjutnya mengurangi peluang pemenuhan kebutuhan air dari hasil pengolahan air limbah domestik.

Dampak dari Kondisi Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik

Tinjauan terhadap kondisi akses sanitasi dan layanan pengelolaan air limbah domestik DKI Jakarta ini, jika dibandingkan dengan kondisi 2012-2013, relatif tidak jauh berbeda. Hasil studi Bank Dunia, menggunakan data 2012-2013, menunjukkan kondisi yang masih relevan dengan kondisi saat ini.

Dengan 86% limbah tinja Jakarta yang tidak ditangani dengan aman, tidak dapat disangkal tingginya pencemaran bakteri e-coli pada badan air (baik air tanah maupun air sungai). Hal ini telah turut bertanggung jawab pada tingginya kasus diare, terutama pada anak-anak.

Sebanyak 27 dari total 44 Puskesmas di wilayah DKI Jakarta, mencatat diare sebagai satu dari 10 penyakit paling banyak ditangani Puskesmas. Proporsi Puskesmas dengan catatan diare termasuk 10 penyakit paling banyak ditangani berada pada kisaran 50%-75%, dimana paling tinggi di Jakarta Barat (75%) dan Jakarta Timur (70%). Tidak hanya di Puskesmas, Rumah Sakit pun mencatat kasus diare (Gastro Entheritis/GE) sebagai penyakit yang harus menjadi perhatian. Selama Januari-September 2017, kasus diare yang ditangani Rumah Sakit berjumlah 12,079 kasus, dengan jumlah kasus terbanyak di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Tinjauan terhadap usia pasien diare, 40% kasus diare terjadi pada anak-anak usia 0-4 tahun, dan jumlah kasus diare pada anak-anak ini terbanyak berada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Utara (berdasarkan hasil olah data http://surveilans-dinkesdki.net).

Diare pada anak-anak ini, terutama pada anak-anak usia 0-2 tahun perlu dicegah dan/atau dikendalikan untuk mencegah/mengurangi resiko terjadinya stunting, sebagai salah satu upaya menciptakan generasi yang sehat dan cerdas.

2.3 Isu Strategis Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta

Berdasarkan tinjauan kondisi terkini layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta, dapat disimpulkan bahwa permasalahan utama layanan air minum dan air limbah DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

Permasalahan layanan air minum, meliputi:

1. Terbatasnya akses air minum perpipaan bagi MBR;

2. Terbatasnya cakupan layanan air minum perpipaan

3. Masih tingginya tingkat air tidak berekening/non-revenue water pada layanan operator

4. Penggunaan air tanah yang masih sangat tinggi sehingga memperparah laju penurunan muka tanah

5. Ketersediaan sumber air baku yang layak dan berkelanjutan Permasalahan layanan pengelolaan air limbah domestik, meliputi:

1. Belum dilakukan/efektifnya upaya perubahan perilaku melalui pemicuan dan pasca pemicuan menuju Stop BABS dan 4 pilar STBM lainnya, promosi, dan edukasi masyarakat

2. Terbatasnya kepemilikan jamban pada MBR

3. Masih tingginya jumlah rumah tangga yang belum dilengkapi tangki septik yang aman

4. Terbatasnya cakupan layanan SPALD baik terpusat maupun setempat Dikaitkan dengan visi dan misi DKI Jakarta 2018-2022, maka rumusan isu strategis dalam

pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan air baku;

Sebagaimana hasil estimasi PAM Jaya, Jakarta mengalami defisit kapasitas air baku sampai dengan 2029 mendatang. Tingkat konsumsi air oleh pelanggan yang mencapai rata-rata 223 liter/orang/hari, belum optimalnya ‘penangkapan’ air hujan untuk memperbesar cadangan air, dan masih rendahnya pemanfaatan kembali air hasil pengolahan limbah domestik, serta masih tingginya pencemaran badan air sungai, dinilai harus menjadi fokus penanganan sebelum mengupayakan sumber air baku dari luar wilayah Jakarta.

Untuk itu, diperlukan dukungan teknologi dan kebijakan/regulasi dalam mendorong perubahan perilaku penggunaan air oleh pelanggan, upaya menangkap air hujan di seluruh wilayah, upaya meningkatkan fungsi waduk, sungai, serta meningkatkan keterkaitan kinerja di antara PDPAL dengan PAM Jaya.

2. Akses masyarakat pada air minum yang aman;

Cakupan akses air minum yang bersih dan berkelanjutan baru menjangkau 51% warga Jakarta. Hanya 27% rumah tangga di Jakarta yang telah menggunakan layanan air minum perpipaan meskipun cakupan wilayah yang telah dilayani PAM Jaya mencapai 60%. Dengan demikian, 73% rumah tangga di Jakarta menggunakan air tanah/sungai, yang sebagian dari warga tersebut berada di wilayah dengan kondisi air tanah/sungai buruk. Ekspansi layanan dan promosi penggunaan air minum dari sumber yang aman dinilai harus segera dilakukan guna mengurangi resiko penggunaan air tanah tercemar serta mengurangi tingkat penggunaan air tanah itu sendiri.

Diperlukan tinjauan kembali atas kemampuan layanan sistem pelayanan air minum yang ada saat ini, baik dari sisi teknis, pembiayaan, dan kewenangan pengembangan pilihan layanan guna mengoptimalkan sistem layanan saat ini. Hal berikutnya yang diperlukan adalah edukasi dan promosi bagi warga untuk beralih ke layanan jaringan perpipaan atau beralih menggunakan sumber air yang aman, dengan dukungan penegakan aturan/kebijakan untuk memastikan setiap warga menggunakan sumber air minum yang aman dan berkelanjutan.

3. Layanan air minum aman bagi rumah tangga berpenghasilan rendah/MBR dan

kawasan prioritas butuh air minum, termasuk di Kep. Seribu; Baru sekitar 31% rumah tangga yang tergolong MBR yang telah mengakses layanan PAM Jaya.

Sedangkan di Kepulauan Seribu, kemampuan layanan air minum saat ini terbatas hanya untuk kebutuhan domestik. Pengembangan layanan air minum di Kepulauan Seribu sangat dibutuhkan terutama untuk menunjang pengembangan layanan publik lainnya seperti pembangunan fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, dan perkantoran/jasa/usaha lainnya.

Bagi MBR, diperlukan pilihan layanan dan pembiayaan. Sedangkan bagi Kepulauan Seribu, diperlukan pilihan-pilihan teknologi dan sumber air baku yang memungkinkan pembiayaan tetap memenuhi prinsip cost-effectiveness, termasuk dalam hal pengelolaan operasi dan pemeliharaan- nya.

4. Akses layanan Sistem Pelayanan Air Limbah Domestik (SPALD) aman melalui

sistem off-site (terpusat); Cakupan layanan SPALD melalui sistem terpusat dan komunal baru menjangkau sekitar 10%

penduduk dari target 23% pada akhir 2020 dan 65% pada akhir 2022 (Peraturan Gubernur No 41 Tahun 2016).

Dalam upaya pemenuhan target cakupan layanan SPALD terpusat tersebut, dinilai perlu meninjau kembali kemampuan layanan saat ini, baik dari sisi teknis, pembiayaan, dan kewenangan pengembangan pilihan layanan, khususnya bagi rumah tangga yang tergolong MBR. Hal ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan sistem layanan saat ini maupun untuk melakukan pengembangan/penyesuaian.

Selanjutnya, diperlukan upaya terintegrasi dalam menangani rumah tangga yang belum memiliki jamban yang berada di zona-zona prioritas penanganan Tahun 2012-2022, terutama dalam hal:

 Promosi perubahan perilaku dan penggunaan jamban sehat permanen  Meningkatkan kesiapan rumah tangga menyambung ke jaringan

5. Akses masyarakat pada layanan SPALD aman, terutama untuk MBR dan kawasan prioritas, melalui sistem on-site (setempat)

Cakupan layanan SPALD melalui sistem setempat baru menjangkau sekitar 3.44% penduduk. Mempertimbangkan masih tingginya jumlah rumah tangga yang belum dilengkapi jamban sehat

dengan tangki septik aman, maka penanganan isu ini memerlukan:  Upaya perubahan perilaku

 Promosi dan edukasi masyarakat tentang sanitasi aman melalui sistem setempat individu/komunal

 Promosi pilihan jamban sehat permanen (dilengkapi tangki septik aman) dan komunal, dengan layanan penyedotan lumpur tinja terjadwal di zona yang belum prioritas sampai dengan 2022

Kelima isu strategis tersebut selanjutnya menjadi dasar pengembangan strategi penanganan, dengan mempertimbangkan aspek pilihan teknologi, kelembagaan, pembiayaan, sosial-ekonomi masyarakat, dan aspek lingkungan.

2.4 Kebutuhan, Tantangan, dan Peluang Pengembangan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta

2.4.1 Kebutuhan

Berdasarkan lima isu strategis yang dikemukakan sebelumnya, pengembangan strategi, program, dan kegiatan terpadu pembangunan layanan air minum dan air limbah domestik DKI Jakarta perlu mempertimbangkan sejumlah kebutuhan berikut:

1. Optimasi sistem layanan saat ini; Pada layanan air minum, optimasi sistem layanan eksisting meliputi upaya penghematan konsumsi

air oleh pelanggan, penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air (non-revenue water) oleh operator, peningkatan kualitas layanan jaringan perpipaan, dan promosi layanan jaringan perpipaan untuk memperbesar cakupan rumah tangga dengan sambungan rumah di wilayah yang telah dilalui jaringan pipa PAM Jaya.

Pada layanan SPALD setempat, optimasi sistem layanan eksisting memerlukan upaya peningkatan kualitas Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2), promosi penggunaan tangki septik aman, dan L2T2 yang dilengkapi pilihan pembiayaan yang lebih memudahkan, terutama bagi MBR.

Optimasi sistem layanan saat ini ini juga memerlukan dukungan penataan wewenang, hak, dan kewajiban antara operator dan regulator guna memastikan kapasitas layanan yang ada saat ini beroperasi sesuai (i) desain teknis, (ii) pembiayaan, dan (iii) pengaturan kelembagaan yang

2. Ekspansi layanan menuju 100% akses air minum dan sanitasi aman dan berkelanjutan;

Pada layanan air minum maupun air limbah domestik, ekspansi perlu mempertimbangkan indikator yang ditetapkan, baik pada agenda akses universal, maupun agenda SDGs.

Dikaitkan dengan tingginya cakupan warga yang masih menggunakan air tanah, maka ekspansi layanan air minum perlu didahului dengan pemetaan kembali zona-zona beresiko penyedotan air tanah tinggi/intensif. Selanjutnya, ekspansi layanan ini memerlukan perbaikan kualitas layanan jaringan perpipaan, fasilitasi percepatan pengembangan sarana-prasarana, promosi/edukasi warga untuk beralih ke layanan perpipaan, serta dukungan pengawasan/penegakan aturan penyedotan air tanah, terutama pada kawasan yang air tanahnya tercemar.

Bagi kawasan yang tidak memungkinkan dilayani dengan jaringan perpipaan, maka pilihan-pilihan layanan Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) perlu dikembangkan dan diterapkan.

Ekspansi layanan air limbah domestik sangat memerlukan dukungan upaya perubahan perilaku masyarakat. Perubahan perilaku ini menjadi salah satu prasyarat pokok dalam mewujudkan sanitasi total yang aman dan berkelanjutan. Kebutuhan berikutnya dalam ekspansi layanan air limbah domestik ini adalah percepatan perluasan layanan jaringan system terpusat (off-site), peningkatan kualitas layanan baik secara terpusat maupun setempat (on-site), pengembangan dan diseminasi pilihan jamban sehat dan tangki septik yang siap menuju jaringan terpusat dan/atau komunal, serta promosi penggunaan tangki septik aman dan penyedotan berkala di wilayah yang tidak dilayani jaringan terpusat.

3. Pemenuhan kebutuhan air baku

Kebutuhan dalam pemenuhan kebutuhan air baku meliputi upaya penghematan konsumsi air (yang selanjutnya juga menghemat air yang dibuang), upaya penurunan tingkat kebocoran/kehilangan air oleh operator, revitalisasi waduk/embung untuk berfungsi sesuai desain sebagai prasarana tangkapan air dan sumber air baku, normalisasi sungai, kerjasama antar daerah dalam memelihara/meningkatkan kuantitas dan kualitas air sungai, serta kebutuhan untuk pengembangan sumber air baku alternatif (optimasi bauran air domestik) .

4. Penerapan/penyesuaian:

Kebutuhan penerapan/penyesuaian yang dimaksud meliputi:

1. Pilihan teknologi layanan untuk kelompok sasaran dan wilayah prioritas

2. Pilihan pembiayaan layanan

3. Dukungan regulasi dan kelembagaan

5. Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat

Pengembangan layanan air minum dan air limbah domestik tidak dapat mengabaikan peran penting partisipasi masyarakat. Pemberdayaan dan partisipasi masyarakat ini sangat dibutuhkan, terutama dalam hal:

 Penggunaan sumber air minum dan sarana sanitasi yang aman dan berkelanjutan

 Perilaku hemat air dan penggunaan hasil bauran air domestic (untuk kebutuhan tertentu)  Pengolahan air minum rumah tangga (PAM RT) yang tepat untuk mencegah diri, keluarga, dan

lingkungan dari resiko penyakit akibat konsumsi air yang tidak aman/layak  Penggunaan jamban sehat permanen, tangki septik aman, dan layanan pengolahan air limbah

aman, baik melalui sistem terpusat, komunal, maupun setempat  Pengoperasian dan pemeliharaan sarana pelayanan air minum ataupun sarana pengelolaan air

limbah domestik komunal  Penyediaan sarana water recharge (sumur resapan, sumur retensi, lubang biopori)  Penyediaan lahan untuk mendukung percepatan pengembangan sarana-prasarana

2.4.2 Tantangan dan Peluang

Memperhatian uraian kebutuhan di atas dan sejumlah hasil review, lokakarya/pembahasan tentang pelaksanaan program pembangunan terkait layanan air minum dan pengelolaan air limbah DKI Jakarta, dapat disimpulkan bahwa tantangan utama pembangunan layanan air minum dan air limbah DKI Jakarta ini terletak pada:

 Skala prioritas isu air minum dan air limbah dalam penyelenggaraan pembangunan  Keberpihakan layanan air minum dan air limbah pada kelompok MBR, Kepulauan Seribu, dan

masyarakat yang berada di kawasan rawan air minum dan rawan sanitasi  Keterpaduan program dan kegiatan dari berbagai stakeholder, yaitu perangkat daerah Provinsi

DKI Jakarta, mitra pembangunan, masyarakat, dan dunia usaha. Adapun peluang utama bagi pembangunan layanan air minum dan air limbah DKI Jakarta ini terletak

pada:

1. Keselarasan dengan misi pembangunan DKI Jakarta 2018-2022

2. Agenda Nasional Universal Akses, Sustainable Development Goals, dan Agenda Global lainnya

3. Dukungan pembiayaan melalui kolaborasi multipihak

3 TUJUAN DAN TARGET PENYEDIAAN LAYANAN AIR MINUM DAN AIR LIMBAH DOMESTIK DKI JAKARTA

Pentahapan menuju layanan air minum dan air limbah domestik yang aman dan berkelanjutan selama 2018-2022 mengenal 3 (tiga) fase, fase akselerasi (2018-2019), fase peningkatan kualitas layanan (2020- 2021), dan fase pemantapan kualitas layanan (2022). Setiap tahapan/fase memiliki target tertentu dan strategi pokok. Target dan strategi pokok di setiap fase ini selanjutnya menjadi panduan formulasi program dan kegiatan beserta target hasil yang terukur.

3.1 Tujuan Pembangunan Layanan Air Minum dan Air Limbah Domestik DKI Jakarta 2018-2022