Padi pada Lahan Bekas Tambang Melalui Penimbunan Bahan Tanah Mineral dan Aplikasi Bahan Organik
23
Pelaksanaan Penelitian
Tahapan Reklamasi a.
Pembersihan lahan dan konstruksi fisik, yaitu pembersihan lahan dari
semak belukar
dan sisa-sisa
penambangan. Selanjutnya dilakukan konstruksi fisik yang meliputi perataan
lahan, pengukuran lahan, pembuatan saluran air dan pembuatan pematang
sawah.
b. Aplikasi bahan tanah mineral, yaitu
penimbunan bahan tanah mineral subsoil insitu T
dan bahan tanah sobsoil dari luar T1 setebal 10 cm
1,638 tonplot. Setelah aplikasi penimbunan bahan tanah mineral,
lahan sawah di inkubasi selama 4 minggu.
c. Pengolahan tanah dan aplikasi bahan
organik, yaitu
pemberian pupuk
kandang kambing dan jerami padi yang aplikasinya bersamaan pada saat
pengolahan tanah. Bahan organik yang diberikan sebanyak 12 kgplot.
Tahapan Budidaya a.
Penanaman. Setelah bibit berumur 21 hari
dilakukan transplanting
bibit tanaman ke lahan sawah sebanyak 3
tanaman per lobang. Sistem tanam yang
digunakan adalah
dengan menggunakan sistem
tanam jajar
legowo 2:1 dengan jarak tanam 25 cm x 12,5 cm x 50 cm.
b. Pengelolaan air. Pengelolaan air
dilakukan dengan sistem irigasi terputus intermitten irrigation. Setelah
bibit ditanam kondisi jenuh air, sawah
baru digenangi
kembali. Selanjutnya dilakukan pergiliran air
dengan selang waktu 3 hari dengan tinggi genangan 3 cm. Cara ini
dipertahankan terus sampai tanaman padi mencapai fase anakan maksimal.
Sawah selanjutnya digenangi terus mulai dari fase pembentukan malai
hingga pengisian biji. Sawah baru dikeringkan kembali sekitar 10-15
sebelum panen. c.
Pengelolaan hara. Penggunaan pupuk anorganik sebagai pupuk dasar
digunakan secara merata pada semua plot percobaan. Pupuk anorganik yang
digunakan adalah Urea 300 kgha, SP-36 100 kgha dan KCl 100
kgha. Pupuk diberikan pada umur 7- 10 HST, 21 HST dan 42 HST. Pada 7-
10 HST diberikan sebanyak 150 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 50kg KCL per
ha. Pada 21 HST diberikan sebanyak 75 kg Urea per hektar dan pada 42
HST diberikan 75 kg Urea dan 50 kg KCl per ha.
Hasil dan Pembahasan
1. Jumlah Anakan
Pengamatan jumlah anakan umur 2, 4, dan 6 MST pada perlakuan
penimbunan bahan tanah mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik dapat
dilihat pada Tabel 1. Rataan tertinggi jumlah
anakan pada
perlakuan penimbunan bahan tanah mineral adalah
perlakuan penimbunan
bahan tanah
mineral insitu T
.
Rataan tertinggi pada perlakuan pupuk organik untuk parameter
jumlah anakan pada pengamatan umur 2, 4 dan 6 MST adalah jerami padi O
2
. Demikian juga dengan perlakuan dosis
pupuk organik, rataan tertinggi parameter jumlah anakan terdapat pada D
3
dosis 30 ton.ha
-1
pada pengamatan umur 2, 4, dan 6 MST.
Tabel 1. Jumlah anakan pada perlakuan penimbunan
bahan tanah
mineral, pupuk organik dan dosis pupuk organik umur pengamatan
2, 4 dan 6 MST.
Perlakuan jumlah anakan rumpun
2 MST 4 MST
6 MST Penimbunan Bahan
Tanah Mineral bahan tanah mineral
insitu T0
11,36 a 10,52 b
21,51 a 19,78 b
24,13 a 22,24 b
24
bahan tanah mineral subsoil
T1 Pupuk Organik
pupuk kandang
kambing O1 jerami padi O2
10,97 10,91
20,28 b 21,00 a
22,93 23,44
Dosis Pupuk Organik 0 ton.ha
-1
D0 10 ton.ha
-1
D1 20 ton.ha
-1
D2 30 ton.ha
-1
D3 9,97 c
10,43 c 11,23 b
12,12 a 19,08 d
19,95 c 21,22 b
22,32 a 21,22 d
22,20 c 24,00 b
25,33 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada
kelompok perlakuan dengan kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf Uji Jarak Berganda Duncan 5.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa penimbunan bahan tanah mineral subsoil
memberikan hasil yang lebih rendah dibanding
penimbunan bahan
tanah mineral insitu. Lebih rendahnya hasil
penimbunan bahan tanah mineral subsoil diduga karena tanaman padi mengalami
keracunan besi fero. Tingginya kadar besi fero yang meracunin tanaman merupakan
dampak negatif dari penggenangan dan rendahnya kualitas tanah timbunan subsoil
yang digunakan. Hartatik et al 2005 menyebutkan bahwa salah satu pengaruh
negatif yang merugikan pertumbuhan tanaman padi akibat penggenangan adalah
peningkatan kelarutan besi fero, selain itu status kesuburan tanah yang rendah juga
menyebabkan tanaman menyerap secara langsung besi fero lebih banyak. Prasetyo
2007 juga menyebutkan bahwa bahan tanah mineral subsoil yang berwarna
kemerahan
hingga merah
memiliki kandungan oksida Fe dan Al yang tinggi.
Efisiensi pemupukan pada tanah jenis ini sangat rendah, karena terdapatnya unsur-
unsur tanah yang mempunyai daya fiksasi tinggi sehingga pupuk yang diberikan
menjadi tidak tersedia bagi tanaman
Dari Tabel 1 juga terlihat bahwa aplikasi pupuk kandang kambing dan
jerami padi tidak berbeda nyata pada parameter jumlah anakan pada umur 2 dan
6 mst, namun aplikasi jerami padi memberikan hasil yang lebih tinggi
dibanding dengan
pupuk kandang
kambing. Hal ini karena hara nitrogen, fosfor, dan kalium sebagai faktor pembatas
utama untuk produktifitas padi sawah, banyak didapat pada kompos jerami padi.
Dengan mengembalikan jerami ke dalam lahan sawah artinya memupuk kalium,
karena 80 kandungan K pada tanaman padi
terdapat dalam
jerami. Oleh
karenanya jerami padi memiliki nilai strategis yang tinggi untuk lahan sawah
Setyorini et al, 2007. Las et al 1999 menyatakan bahwa dalam meningkatkan
produksi padi perlu dilakukan pelestarian lingkungan
produksi, termasuk
mempertahankan kandungan
bahan organik tanah dengan memanfaatkan
jerami padi. Arafah 2004 menyatakan bahwa pemberian jerami padi sebagai
kompos pupuk organik pada tanaman padi sawah dapat memberikan pengaruh yang
sangat baik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah bahkan pemberian
kompos jerami selama 3 musim tanam berturut-turut tidak perlu menggunakan
pupuk SP-36 dan KCl.
Arafah 2004
menunjukkan bahwa pengaruh aplikasi bahan organik
baru kelihatan nyata peranannya dalam meningkatkan hasil setelah diaplikasikan
selama empat musim penanaman. Isroi 2009
menyebutkan bahwa
setelah menggunakan kompos
jerami selama kurang lebih 5
– 6 kali musim tanam dosis pupuk kimia dapat dikurangi hingga dosis
75 kg
NPK ha
-1
dibanding tidak
menggunakan kompos jerami sebesar 150- 200 kg NPK ha
-1
. Hasil penelitian Adiningsih 1984 menunjukkan bahwa
penggunaan jerami sebanyak 5 ton.ha
-1
selama 4
musim tanam
dapat meningkatkan
hasil gabah
dan menyumbang hara sekitar 170 kg K.
Padi pada Lahan Bekas Tambang Melalui Penimbunan Bahan Tanah Mineral dan Aplikasi Bahan Organik
25 Tabel 2. Pengaruh interaksi penimbunan
bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik terhadap jumlah
anakan tanaman padi 6 MST.
Perlakuan Dosis Pupuk Organik
ton.ha
-1
10 ton.ha
-1
20 ton.ha
-1
30 ton.ha
-1
Penimbunan Bahan Tanah
Mineral T
21,30 d 22,90 c
25,20 b 27,13 a
T
1
21,13 d 21,50 d
22,80 c 23,53 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau
kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf Uji Jarak
Berganda Duncan 5. Dari Tabel 2, pada pengamatan
kombinasi penimbunan bahan tanah mineral dan dosis pupuk organik umur 6
MST , jumlah anakan terbanyak dijumpai pada kombinasi penimbunan bahan tanah
mineral insitu dan dosis pupuk organik 30 ton.ha
-1
yaitu 27,13 anakanrumpun sedangkan yang terendah dijumpai pada
kombinasi penimbunan bahan tanah mineral subsoil dan dosis 0 ton.ha
-1
yaitu 21,13 anakanrumpun.
Hasil penelitian
Tabel 2
menunjukkan terjadinya
peningkatan jumlah anakan tanaman padi pada kedua
jenis bahan
tanah mineral
setiap penambahan volume pupuk organik.
Karama et al. 1990 mengemukakan bahwa bahan organik memiliki fungsi-fungsi
penting dalam tanah yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah
seperti
memperbaiki agregasi
dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat
meningkatkan kapasitas tukar kation KTK tanah, meningkatkan daya sangga tanah
dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi
penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad
renik tanah. Tan 1991; Hastuti et al 2007 melaporkan bahwa penambahan
kompos dapat meningkatkan nilai KTK tanah. Selain meningkatkan C-organik,
aplikasi
pupuk organik
juga dapat
meningkatkan KTK tanah yang rendah. Hasil
penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan bahan organik pada lahan sawah tidak memberikan respon yang
nyata terhadap parameter pertumbuhan dan produksi tanaman, namun bukan
berarti bahan organik tidak penting. Karena biasanya pengaruh bahan organik
baru terlihat untuk jangka pemberian yang lama, tergantung sifat biofisik dan jenis
tanahnya Pramono, 2001.
Tabel 3. Pengaruh interaksi penimbunan bahan tanah mineral, pupuk
organik dan dosis pupuk organik terhadap
jumlah anakan
tanaman padi umur 6 MST.
Perlakuan Dosis Pupuk Organik
0 ton.ha
- 1
10 ton.ha
-1
20 ton.ha
-1
30 ton.ha
-1
T x O T
O
1
21,80 efg
22,67 def
24,20 c 26,20 b
T O
2
20,80 g 23,13
cde 26,20 b
28,07 a T
1
O
1
20,80 g 21,07 g
23,20 cde
23,53 cd
T
1
O
2
21,47 fg 21,93
efg 22,40
def 23,53
cd
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom
yang sama tidak berbeda nyata pada taraf Uji Jarak Berganda
Duncan 5. Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
kombinasi T O
1
, T O
2
dan D
1
O
2
didapat jumlah anakan yang lebih banyak pada
setiap dosis bahan organik 30 ton.ha
-1
dimana kombinasi
T O
2
D
3
memiliki jumlah anakan terbanyak yaitu 28,07
anakan rumpun. Jumlah anakan paling sedikit didapat pada kombinasi T
O
2
D dan T
1
O
1
D yaitu 20,80 anakanrumpun.
26 Pemberian
pupuk organik
menyebabkan perbaikan sifat fisik tanah, dimana tanah menjadi lebih gembur yang
penting dalam perkembangan akar dan ketersediaan air tanah. Pengelolaan air juga
berperan dalam meningkatkan jumlah anakan tanaman padi, dengan sistem
irigasi
terputus intermitten
irrigation didapat kondisi tanah sawah macak-macak.
Simarmata dan Joy 2012 menyebutkan bahwa kondisi ekologis sawah yang dari
tergenang anaerob
menjadi tidak
tergenang aerob memberikan dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan
anakan dan
perkembangan sistem
perakaran dan peningkatan produksi padi serta aktifitas biologi tanah.
2. Luas Daun cm