Rona Lingkungan Kaji Banding

Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Rona Lingkungan

Luas lahan : 56.182 m2 KDB : 40 Luas lantai dasar maksimal : 56.182 m2 x 40 = 22.472,8 m2 KLB : 0.6 Luas lantai keseluruhan maksimal: 56.182 m2 x 0.6 = 33709.2 m2 Jumlah lantai maksimal : 33709.2 m2 : 22.472,8 m2 = 1,5 lantai GSB : 4 m Batas wilayah ; 1. Utara : Perkebunan 2. Selatan : Komplek Manglayang Sari 3. Timur : Jalan Cigagak, Perkebunan 4. Barat : Lembah 44

D. Kaji Banding

1. Perbandingan Pusat Rehabilitasi Penyalahgunaan NARKOBA Tabel 3. 4. Kaji Banding N o. Objek Kajian UNITRA Lido Bogor FAN Campus Bogor Rumah PALMA RSJ Prov. Jawa Barat Balai Rehabilitasi Sosial Putera Parmadi 1. Lokasi Jalan Raya Bogor Sukabumi, Desa Wates Jaya, Cigombong, Kabupaten Bogor. Jalan Jurang No.28, Desa Tugu Utara, Cisarua, Bogor. Jalan Kolonel Masturi Km.11, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Jalan Maribaya No. 22, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Luas Lahan 11,2 Ha 5 Ha 4,2 Ha 4,7 Ha 3. Luas Bangunan 5 Ha Tidak Ditemukan Tidak Ditemukan 3189 m2 4. Jumlah Lantai dan Akses Sirkulasi  Jumlah Lantai : 3 Lantai  Akses : Sebuah Tangga  Jumlah Lantai : 3 Lantai  Akses : Sebuah Tangga  Jumlah Lantai : 1 Lantai  Jumlah Lantai : 1 Lantai 5. Jenis Rehabilita si Berdasark an Pelayanan nya  Pelayanan Medis : Detoksifikasi Lengkap  Pelayanan Rehabilitasi : Therapeutic Community TC  Pelayanan Medis : Detoksifikasi Metadon  Pelayanan Rehabilitasi : Therapeutic Community TC  Pelayanan Medis : Detoksifikasi Lengkap  Pelayanan Rehabilitasi : Therapeutic Community TC  Pelayanan Rehabilitasi : Therapeutic Community TC 6. Daya Tampung  200 Residen Pria. Rentang usia 16-37 Tahun.  100 Residen Pria dan Wanita. Rentang usia 18-42 Tahun.  300 residen Pria dan Wanita bersama fasilitas Jiwa  100 Residen Pria dan Wanita 45 7. Pengelola  Bukan Mantan Pecandu NARKOBA  Mantan Pecandu NARKOBA  Mantan Pecandu NARKOBA  Bukan Mantan Pecandu NARKOBA  Mantan Pecandu NARKOBA  Bukan Mantan Pecandu NARKOBA  Mantan Pecandu NARKOBA 8. Pengguna  Residen Pria  Residen Magang PriaWanita; Orang LSM yang mempelajari sistem TC dan bukan mantan pecandu NARKOBA  Staff Medis  Staff Klinis  Staff Sosial  Staff Religi  Staff Administrasi  Konselor  Staff Keamanan  Staff Kebersihan  Keluarga Residen  Residen Pria  Residen Wanita  Staff Medis  Staff Klinis  Staff Sosial  Staff Religi  Staff Administrasi  Konselor  Staff Keamanan  Staff Kebersihan  Keluarga Residen  Residen Pria  Residen Magang PriaWanita; Orang LSM yang mempelajari sistem TC dan bukan mantan pecandu NARKOBA  Staff Medis  Staff Klinis  Staff Sosial  Staff Religi  Staff Administrasi  Konselor  Staff Keamanan  Staff Kebersihan  Keluarga Residen  Psikiater  Psikolog  Dokter  Social Worker Pekerja Sosial  Perawat  Sarjana Agama  Sarjana Pendidikan  Instruktur ketrampilan dari Departeme n Tenaga Kerja dan Swasta  Instruktur PBB dari Pusdikajen Lembang  Satpam 9. Aktivitas  Rawat Jalan  Detoksifikasi  Primary Care  Terapi Metadon  Primary Care  Re-Entry After Care  Rawat Jalan  Detoksifikasi  Primary Care  Terapi medis  Terapi perilaku  Terapi Individu 46 Re-Entry After Care  Re-Entry After Care  Terapi kelompok  Terapi religi  Terapi rekreasi dan olahraga  After-care 1 0. Rencana Situasi Site Plan 1 1. Denah Gedung Rehabilitasi Gedung Rehabilitasi Gedung Rehabilitasi Denah Detoksifikasi Denah Primary Care Tidak Ditemukan 47 Denah Re-EntryAfter Care 1 2. Organisasi Ruang Tidak Ditemukan Tidak Ditemukan 48 Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 1 3. Sistem Keamanan  Perletakan ruang staff garis hijau untuk memudahkan pengawasan  Garis Merah : Pagar Dinding , Garis Hijau : Taman, Garis  Penggunaan lantai kayu akan bermanfaat untuk mengetahui setiap pergerakan karena lantai kayu yang terinjak akan mengeluarkan bunyi.  Penggunaan jendela mati untuk mengurangi resiko residen yang melarikan diri.  Seluruh bagian jendela dilapisi teralis besi untuk mengurangi pasien yang mencoba melarikan diri.  Penggunaan CCTV pada beberapa sudut ruangan.  Konselor ditempatkan pada setiap bangunan untuk mengawasi segala kegiatan yang terjadi. 49 Kuning : Area TC. Disini residen tidak diperkenankan keluar dari wilayah kuning.  Pengawasan dua menara pada bagian luar dan CCTV pada area dalam bangunan Lantai 2 1 4. Foto  Gerbang Masuk  Gerbang Masuk  Gerbang Masuk  Gerbang Masuk 50  Pagar Pembatas Lingkungan dengan area luar  Pagar Dinding Pembatas Gedung TC dengan lingkungan UNITRA Lido Bogor  Gedung Therapeutic Community TC  Ruang Terapi pada Gedung TC  Suasana Lingkungan  Guest House  Musholla  Suasana Lingkungan  Gedung Rawat Jalan  Lapangan Olahraga  TPSS  Suasana Lingkungan  Gerbang AdministrasiUmum  Saung 51  Koridor pada Gedung TC  Tangga Utama pada Gedung TC  Saung  Gedung Therapeutic Community TC  Ruang Keluarga pada Gedung TC  TPS Limbah D3  IPAL  Generator  Gedung Rawat Inap  Respsionis Gedung Rawat Inap  Ruang Tidur Gedung Rawat Inap 52  Ruang Tidur pada Gedung TC  Toilet WC pada Gedung TC  Ruang Makan Residen pada Gedung TC  Ruang Makan Staff pada Gedung TC  Dapur pada Gedung TC  Ruang Administrasi Gedung Detoksifikasi  Ruang Tindakan Medis Gedung Detoksifikasi  WC Gedung Rawat Inap 53  Ruang Penyimpanan pada Gedung TC  Ruang Jemur Pakaian pada Gedung TC  Ruang Makan pada Gedung TC  Ruang Tidur pada Gedung TC  Ruang Tengah Serbaguna pada Gedung TC  Pantri Medis Gedung Detoksifikasi  Ruang BersamaSantai Gedung Detoksifikasi  WC Gedung Rawat Inap 54  Aula Multi fungsi pada Gedung TC  Ruang Menonton TV pada Gedung TC  Ruang Duduk Santai pada Gedung TC  Ruang Kelas pada Gedung TC  Ruang Isolasi  Ruang Cuci Pakaian  Ruang WC Gedung Detoksifikasi  Ruang Tidur Gedung Detoksifikasi 55  Ruang Monitoring Komunal pada Gedung TC  Ruang Komputer pada Gedung TC  Ruang Tidur Gedung Preliminary CareAfter Care  Ruang Bersama Gedung Preliminary CareAfter Care 56  Ruang Ibadah Gedung Preliminary CareAfter Care  WC Gedung Preliminary CareAfter Care 57  Resepsionis Gedung Preliminary CareAfter Care Material Dominan  Lantai : Marmer  Dinding : Bata Cat Putih  Kusen : Alumunium  Pintu : Kaca  Jendela : Jendela Mati  Lantai : Kayu dan Batu  Dinding : Kayu  Kusen : Kayu  Pintu : Kayu  Lantai : Keramik  Dinding : Bata Cat Putih  Kusen : Kayu  Pintu : Kayu  Jendela : Jendela Hidup  Lantai : Lantai  Dinding : Bata Cat Putih  Kusen : Kayu  Pintu : Kayu 58 Kaca  Jendela : Jendela Mati Kaca Kaca + Tralis  Jendela : Jendela Mati Kaca Sumber : Analisis Penulis,2015 1. Kajian Terhadap Pola Perilaku Pasien Tabel 3. 5. Pola Perilaku Pasien No. Objek Kajian UNITRA Lido Bogor FAN Campus Bogor Rumah PALMA RSJ Prov. Jawa Barat Balai Rehabilitasi Sosial Putera Parmadi 1. Motivasi Karena hanya terdapat beberapa aktivitas yang dapat terpenuhi, kenyamanan residen ketika melakukan rehabilitasi pun menjadi kurang optimal sehingga tujuan utama untuk sembuh pun terkalahkan oleh motivasi untuk segera keluar dari lingkungan ini tidak nyaman. Karena seluruh aktivitas layaknya berada di rumah yang dapat dipenuhi oleh lingkungan ini, FAN Campus memberikan sugesti positif kepada residen yang ada di dalamnya untuk sembuh. FAN Campus memberikan kenyamanan bagi residen sehingga penyembuhan pun lebih optimal. Karena seluruh aktivitas layaknya berada di rumah yang dapat dipenuhi oleh lingkungan ini, Rumah Palma memberikan sugesti positif bagi pasien untuk sembuh. Namun, karena sedikitnya pasien rawat inap di sini, mengakibatkan banyaknya fasilitas yang terbengkalai. Karena seluruh aktivitas layaknya berada di rumah yang dapat dipenuhi oleh lingkungan ini, sugesti positif pun timbul di dalam diri pasien sehingga proses penyembuhan pasien menjadi lebih efektif. Ditambah dengan kondisi lingkungan yang alami menyebabkan pasien merasa nyaman. 2. Interaksi Karena terdapatnya hirarki ruang yang jelas dan batasan ruang- ruang yang dapat dimasuki dan tidak dapat dimasuki, maka pola interaksi residen pun menjadi terbatas. Karena skala atau lingkup residen FAN Campus yang lebih sedikit, penerapan hirarki ini tidak terlalu berpengaruh. Karena terdapatnya hirarki ruang yang jelas dan pengelompokan ruang berdasarkan pelayanannya, aktivitas pasien pun menjadi terbatas dan hanya terbentuk di ruangan tersebut. Karena pelayanan yang diberikan hanya pelayanan rehabilitasi psikologis dan sosial, interaksipun banyak terjadi baik di dalam bangunan maupun di lingkungan sekitar. 3. Privasi Tidak terdapatnya ruang privasi Terdapatnya ruang privasi yaitu Tidak terdapatnya ruang privasi Terdapatnya ruang privasi yaitu 59 bagi residen. Salah satu contohnya kamar mandi yang bersifat terbuka sehingga memudahkan resinden lain untuk saling melihat satu sama lain. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ruang-ruang yang akan menjadi tempat persembunyian residen. Kamar Mandi. bagi residen. Salah satu contohnya kamar mandi yang bersifat terbuka sehingga memudahkan resinden lain untuk saling melihat satu sama lain. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ruang-ruang yang akan menjadi tempat persembunyian residen. Kamar Mandi. 4. Keamana n Kecenderungan akibat sesama gender berkumpul dalam waktu yang lama dengan berbagai konflik yang terjadi di dalamnya dapat menimbulkan perasaan tidak aman. Untuk mengatasi hal tersebut, digunakanlah kamera CCTV sebagai media pengamanan. Pengaturan ruang-ruang yang memusat membuat pengawasan semua kegiatan dapat lebih maksimal sehingga tidak memerlukan CCTV dan petugas keamanan yang berpatroli. Pengamanan terhadap pasien dilakukan langsung oleh staf yang berjaga di setiap ruangan ditambah dengan penggunaan CCTV pada beberapa sudut ruangan yang minim pengawasan. Pengamanan terhadap pasien dilakukan langsung oleh staf yang berjaga di setiap ruangan. 5. Kenyama nan Waktu relaksasi yang diberikan cukup banyak. Aktivitas yang dapat dilakukan residen hanya di dalam gedung tidak dapat mempergunakan ruang luar. Namun karena pengaturan elemen Dengan penggunaan kayu sebagai maerial utama bangunan, nuansa hangat dan relaksasi pun dapat dirasakan, ditambah lagi sarana untuk berinteraksi sosial yang lebih bebas untuk mempergunakan luar Waktu relaksasi dibatasi dan tetap diberikan pengawasan. Aktivitas relaksasi pasien pun hanya dapat dilakukan didalam gedung. Namun, karena pengaturan elemen ruang yang belum tepat, efek relaksasi Waktu relaksasi dibatasi dan tetap diberikan pengawasan. Kenyamanan timbul dari setiap aktivitas yang dilakukan karena sebagian besar aktivitas yang dilakukan berkaitan dengan 60 ruang yang belum tepat, efek relaksasi tidak dirasakan di dalam gedung ini padahal sebagian besar kegiatan dilakukan di dalam gedung dan akses pemandangan keluar juga tidak memberikan efek relaksasi tersebut. ruangan sehingga memberikan kenyamanan yang lebih baik. Akses pemandangan ke luar pun menimbulkan perasaan rileks. pun kurang dirasakan oleh pasien. lingkungan. 6. Pembent ukan Karakteri stik Karena adanya pengaturan ruang dan pemakaian yang jelas terhadap fungsi ruang tersebut, maka residen memiliki disiplin diri yang baik. Penerapan aturan cukup tegas dan hirarki sangat dijunjung tinggi disini layaknya sebuah organisasi. Karena adanya penerapan nilai-nilai kekeluargaan yang lebih hangat dan terasa dekat memberikan semangat pada residen untuk menjalani proses rehabilitasinya selalu lebih baik dari hari ke hari. Karena adanya penerapan nilai- nilai kekeluargaan yang lebih hangat dan terasa dekat memberikan semangat pada residen untuk menjalani proses rehabilitasinya selalu lebih baik dari hari ke hari. Karena adanya penerapan nilai- nilai kekeluargaan yang lebih hangat dan terasa dekat memberikan semangat pada residen untuk menjalani proses rehabilitasinya selalu lebih baik dari hari ke hari. Sumber: Analisis Penulis,2015 2. Simpulan Kaji Banding Berdasarkan hasil kaji banding ke 4 lokasi pusat rehabilitasi, terdapat beberapa kajian yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam perancangan. Adapun kajian tersebut adalah sebagai berikut : a. Lokasi Pusat Rehabilitasi sebaiknya berada pada kawasan yang jauh dari keramaian, guna menciptakan kondisi lingkungan rehabilitasi yang nyaman. b. Massa bangunan sebaiknya dibuat satu lantai guna meminimalisir terjadinya kecelakaan pada pasien baik yang disengaja seperti pasien yang meloncat untuk bunuh diri dan tidak disengaja seperti hilangnya kontrol sehingga pasien terjatuh. c. Sirkulasi di dalam bangunan dibuat mengalir agar memudahkan pasien dalam bergerak dengan pertimbangkan kondisi pasien yang memiliki kesadaran yang rendah. d. Setiap kelompok pelayanan rehabilitasi dipisahkan satu sama lainnya guna memaksimalkan kegiatan di dalam bangunan dan menghindari terjadinya kontak langsung pasien dengan orang luar. Selain itu, dengan terdapatnya pemisahan ini juga akan memaksimalkan sistem keamanan. Karena pada dasarnya, pasien Pusat Rehabilitasi ini harus mendapatkan perlindungan dari pengguna NARKOBA yang masih aktif. e. Tampak depan bangunan harus menciptakan suasana yang ramah, tidak formal, dan alami sehingga persepsi awal pasien yang baru datang akan merasa terayomi dan merasa nyaman. f. Area hijau didalam tapak dibuat luas guna menghindari pandangan secara langsung ke area luar tapak. Selain itu juga, penggunaan pohon-pohon tinggi dapat digunakan guna pengalaman pada area tapak dan menciptakan batas secara halus. g. Area servis diletakan jauh dari massa bangunan rehabilitasi guna meminimalisir kontak langsung pasien dengan petugas servisorang luar. h. Material kaca pada bangunan dapat digunakan guna menciptakan pengawasan secara alami terhadap aktifitas pasien di dalam ruangan. i. Pada area kamar tidur pasien di dalam pelayanan rehabilitasi psikologis dapat menggunakan kasur tingkat guna menciptakan interaksi antara pengguna kasur bawah dan kasur atas. j. Pada area kamar mandi, tingkat privasi pasien dihilangkan karena biasanya pada area ini pasien cenderung melakukan hal-hal negatif bahkan melakukan hal yang berbahaya bagi dirinya sendiri. Area kamar mandi dapat dibuat semi terbuka, sehingga aktifitas pasien didalam kamar mandi tetap mendapatkan pengawasan dari luar. k. Pada bagian jendela, dapat digunakan jendela mati dengan tipe jendela khusus guna menghindari pasien yang melarikan diri. Untuk sistem penghawaan dapat digunakan sistem AC. Akbar Raditya Permana, 2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Dokumen yang terkait

Analisis Pola Asuh Orangtua Remaja Korban Penyalahgunaan Narkoba Binaan Al-Kamal Sibolangit Centre

3 75 91

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba/Napza

1 27 186

PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA - repositoryUPI S TB 1104333 Title

0 0 8

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 17

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 2

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 11

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 42

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 5

Evaluasi Program Pelayanan Sosial Terhadap Korban Penyalahgunaan Narkoba di LKS Yayasan Nazar Medan Pusat Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Napza

0 0 16

PUSAT TERAPI DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PROVINSI JAWA TENGAH DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Perilaku -

0 0 66