Adaptasi untuk dapat diterima

Lutfatulatifah, 2015 Pola asuh orang tua anak usia dini dikampung adat benda kerep kota-Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu peneliti mencoba untuk tetap mengikuti aturan tersebut ketika bertemu dengan suami Mba Fatma atau kebetulan bertemu dengan laki-laki di wilayah benda kerep. Awalnya ketika peneliti melakukan kesalahan atau berperilaku tidak semestinya warga hanya berbisik-bisik atau membicarakan dibelakang dan tidak menegur atau memberi tahu perilaku yang semestinya, ini membuat peneliti merasa tidak nyaman. Ada keuntungan bagi peneliti sebagai orang asing yang beberapa aturan atau kesalahan dalam berperilaku dapat dimaklumi sehingga peneliti dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa melihat status untuk mendapatkan informasi lebih. Peneliti sering bersama para santri salah satu kyai sehingga dari mereka juga peneliti banyak mempelajari cara berperilaku di Benda Kerep, para santri juga tidak merasa canggung untuk menegur atau memberitahu ketika peneliti melakukan kesalahan. Seperti ketika peneliti memanggil salah satu anak kyai langsung namanya salah satu santri tanpa segan memberi tahu bahwa peneliti harus menggunakan “Aang” yang berarti Kakak meski usia anak kyai tersebut jauh dibawah usia peneliti. Selain itu peneliti juga sempat ditegur ketika berbicara terlalu dekat dan tanpa menunduk pada salah satu kakek-kakek yang ternyata itu adalah Kyai Sepuh.

b. Alat ektronik sebagai sarana yang justru mendekatkan

Di Benda Kerep ini untuk beberapa alat elektronik sendiri dilarang bahkan diharamkan seperti televisi yang hampir seluruh warganya tidak memiliki televisi. Untuk telepon genggam beberapa warga sudah memiliki, namun untuk santri dilarang membawa telepon genggam. Selama penelitian peneliti banyak dibantu smartphone yang peneliti miliki seperti untuk menggambil gambar dan membuat catatan ringkas. Tentunya membawa telepon genggam ini juga atas seijin Kyai. Tidak ada satu orangpun yang merasa terganggu dengan peneliti yang selalu membawa smartphone mereka justru tertarik dengan banyak hal terkait Lutfatulatifah, 2015 Pola asuh orang tua anak usia dini dikampung adat benda kerep kota-Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu telepon genggam, mereka baru mengenal handphone sampai pada jenis poliponik yang sebatas untuk SMS dan menelephon, disaaat dunia luar sudah berebut gadget terbaru. Baik Santri, warga dan bahkan keluarga Kyaipun banyak bertanya terkait kegunaan smartphone dan beberapa aplikasi seperti BBM, di Benda Kerep dilarang memutar lagu-lagu sehingga mereka tertarik membuka galeri yang berisikan foto-foto. Didalam galeri peneliti banyak menyimpan foto-foto hasil kunjungan peneliti kebanyak tempat seperti gunung Bromo, Cianjur, pantai Kejawanan, Gua Pawon, Gunung Batu, dan banyak foto-foto yang peneliti dapatkan dari media sosial tersimpan dimemori telepon genggam peneliti. Mereka banyak tertarik menanyakan banyak hal tentang tempat-tempat yang peneliti kunjungi, sehingga peneliti juga banyak bercerita. Peneliti merasa seolah menjadi mata kedua untuk mereka yang menjelaskan bagaimana dunia luar berkembang dengan cepat dan bagaimana keindahan alam. Ketika peneliti harus mendokumentasikan segala aktivitas masyarakat atau orang tua dan anaknya serta aktivitas peneliti sendiri, peneliti merasa kesulitan karena peneliti tidak bisa melakukan dua aktivitas dalam satu waktu yakni mendokumentasikan dan ikut membantu baik aktifitas didapur atau acara-acara tertentu. Ada beberapa orang tertentu yang enggan untuk difoto atau beberapa kegiatan tertentu yang penggunaan kamera tidak diijinkan sehingga peneliti harus rela melewatkan banyak momen tanpa diabadaikan. Namun dibeberapa kegiatan adat dan hajatan peneliti justru diminta untuk menjadi tukang foto, dan banyak warga yang dengan sengaja meminta difoto. Beberapa malam peneliti sempat tinggal di Benda Kerep dan itu mengharuskan peneliti membawa laptop untuk memudahkan pekerjaan peneliti, namun sering kali justru pekerjaan peneliti tertunda karena santri-santri yang langsung berkumpul untuk tahu banyak tentang laptop dan mencoba-coba. Tidak hanya santri saja yang haus akan banyak pengetahuan beberapa ibu muda pun banyak menanyakan hal tentang internet, online, dan facebook. Disatu sisi peneliti merasa senang menanggapi banyak hal yang menurut peneliti itu teknologi sederhana yang sudah banyak diketahui oleh orang luar Lutfatulatifah, 2015 Pola asuh orang tua anak usia dini dikampung adat benda kerep kota-Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu karena itu mereupakan awal dari pembicaraan yang mendekatkan peneliti dengan masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan mereka kadang begitu polos dan itu adalah sebuah rasa keingin tahuan yang tinggi. Namun disisi lain peneliti merasa takut bahwa hal-hal kecil sesederhana ini akan memberikan dampat buruk pada mereka, misalkan ada keinginan dari mereka untuk bisa memiliki, ingin keluar dari tempat dimana mereka tinggal atau justru adanya budaya-budaya luar yang masuk dan terjadinya asimilasi. Namun dengan banyaknya kehawatiran tersebut peneliti banyak berhati-hati dalam menggunakan alat elektronik maupun memberikan informasi yang baik bagi masyarakat Benda Kerep. c. Subjektif pribadi sebagai orang luar Selama berada di Benda Kerep peneliti sebagi orang luar melihat bahwa terdapat sistem kasta meski ini tidak secara tertulis. Dimana Kyai berada ditingkatan tertinggi dibandingkan warga bukan keturunan kyai lainnya, dan yang dilakukan para santri dan warga cukup berlebihan dalam berprilaku terhadap keluarga atau keturunan Kyai. Namun ketika peneliti berinteraksi lebih banyak dengan mereka dan mencoba menggunakan sudut pandang mereka yang mereka lakukan merupakan sebuah penghormatan terhadap keluarga Kyai yang merupakan seorang guru, seperti sebuah balas budi atas jasa Kyai dimana dalam menuntut ilmu harus ada kehikhlasan agar berkhah. Bahasa pengantar di Benda Kerep merupakan bahasa bebasan Cirebon. Meskipun peneliti berasal dari Cirebon peneliti jarang sekali bahkan nyaris tidak pernah menggunakan bahasa bebasan. sehingga beberapa kosakata harus ditanyakan lebih lanjut, beruntung Mba Fatma dan beberapa santri juga mengajari dan membantu menerjemahkan beberapa kosakata Bebasan sehingga peneliti dapat berkomunikasi dengan beberapa anak dan orang tua di Benda Kerep.

d. Subjektivitas sebagai mahasiswa PGPAUD

Selama penelitian, peneliti sering kali mengutamakan sudut pandang subjektif pribadi sehingga banyak hal yang peneliti nilai negatif. Seperti ketika