Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu Negara berkembang adalah untuk memperkuat perekonomian nasional, meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Salah satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan di sektor industri yang merupakan usaha jangka panjang untuk
memperbaiki struktur ekonomi dan menyeimbangkan antara industri dan pertanian.
Sektor industri merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar untuk meningkatkan perekonomian indonesia. Maka pemerintah terus berusaha
meningkatkan sektor-sektor industri yang memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
TABEL 1.1 LAJU PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS
KUMULATIF
No Lapangan Usaha
2010 2011
2012
1 Makanan, Minuman dan Tembakau
2,7805 9,1884
8,1857 2
Tekstil, Brg. Kulit Alas kaki 1,7667
7,5181 1,4145
3 Brg. Kayu Hasil hutan lainnya
-3,4670 0,3497
-0,8573 4
Kertas dan Barang cetakan 1,6695
1,4958 0,4987
5 Pupuk, Kimia Barang dari karet
4,7009 3,9508
9,1917 6
Semen Barang galian bukan logam
2,1793 7,1883
6,1073 7
Logam Dasar Besi Baja 2,3838
13,0567 5,5737
8 Alat Angk., Mesin Peralatannya
10,3802 6,9999
6,2255 9
Barang Lainnya 3,0026
1,8244 4,2099
Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas
5,1165 6,8270
6,1265 Pertumbuhan PDB
6,1954 6,4570
6,3077
Sumber: Statistik Industri Kementrian Perindustrian Tabel 1.1 menunjukan pertumbuhan industri pengolahan non migas tahun
2012 mengalami penurunan yaitu hanya menjadi 6,12 persen dibandingkan tahun
2011 yaitu sebesar 6,82 persen. Sedangkan penurunan pertumbuhan industri pengolahan non migas ini mengakibatkan pertumbuhan PDB mengalami
penurunan pada tahun 2012 yaitu menjadi 6,3 persen dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 6,45 persen. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah harus terus
berupaya untuk meningkatkan kembali industri pengolahan sehingga industri pengolahan mampu untuk mengalami pertumbuhan positif.
GAMBAR 1.2 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI
MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2013 q-to-q
Berdasarkan Gambar 1.2 pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Jawa Barat naik sebesar 0,31 persen, di tingkat nasional pada
triwulan I tahun 2013 q-to-q ini mengalami penurunan produksi sebesar -2,25 persen. Penurunan pada triwulan I ini jauh dibawah triwulan sebelumnya yang
mengalami pertumbuhan sebesar 7,65 persen, dimana pada saat yang sama produksi Jawa barat hanya tumbuh 0,64 persen. Hal ini menunjukan industri
manufaktur besar dan sedang di Jawa Barat perlu diperhatikan sehingga mampu untuk mengalami pertumbuhan kembali.
Sumber: Berita Resmi Statistik Jawa Barat No.220532Th.XV
GAMBAR 1.3 PERBANDINGAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MIKRO
DAN KECIL PROVINSI JAWA BARAT DAN NASIONAL TAHUN 2013 q-to-q
Berdasarkan Gambar 1.3 produksi Industri Mikro dan Kecil IMK mengalami kenaikan pada triwulan I q-to-q tahun 2013 sebesar 1,74 persen,
sedangkan Jawa Barat mengalami pertumbuhan lebih tinggi yaitu sebesar 4,78 persen. Secara year on year triwulan I tahun 2013 dibandingkan periode yang
sama tahun 2012 produksi IMK nasional naik sebesar 4,84 persen sesuai dengan kenaikan produksi Jawa Barat sebesar 6,09 persen. Hal tersebut menunjukan
bahwa perindustrian khususnya untuk mikro dan kecil baik nasional maupun Provinsi Jawa Barat dalam kondisi pertumubuhan yang baik.
Kabupaten Majalengka merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang sedang mengembangkan kawasan industri. Sektor industri memegang
peranan yang sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain dapat meningkatkan nilai tambah juga sangat
besar peranannya dalam penyerapan tenaga kerja. Angka pencari kerja di Kabupaten Majalengka selama tahun 2012 cukup
tinggi. Hal tersebut nampak dari besarnya jumlah permintaan pembuatan kartu Sumber: Berita Resmi Statistik Jawa Barat No.220532Th.XV
kuning di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinsosnakertrans Kabupaten Majalengka. Selama tahun 2012 lalu, dinas telah mengeluarkan
sebanyak 15.608 lembar kartu kuning. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan permintaan Kartu Kuning tahun 2011 yang hanya mencapai angka di kisaran 12
ribu lembar saja. Sumber: www.daerah.sindonews.com diakses tanggal 26 Februari 2013, 19:34 WIB
TABEL 1.2 DISTRIBUSI PERSENTASE PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN MAJALENGKA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2010-2012
Lapangan usaha 2010
2011 2012
1 2
3 4
1 Pertanian 33,52
32,83 33,53
2 Pertambangan dan penggalian 3,17
3,21 3,21
3 Industri Pengolahan 15,58
15,58 14,89
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,50
0,51 0,51
5 Bangunan 4,12
4,34 4,34
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18,03
18,54 18,54
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,98
5,86 5,86
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 4,13
4,10 4,10
9 Jasa-jasa 14,95
15,02 15,02
Produk Domestik Regional Bruto 100,00
100,00 100,00
Keterangan: Angka Sementara Sumber: BPS, Majalengka Dalam Angka 2012
PDRB Kabupaten Majalengka yang terdapat pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa sektor industri pada tahun 2012 mempunyai peranan sebesar 14,88 persen
dan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 15,58 persen. Peranan sektor industri masih menempati urutan ketiga setelah sektor
perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 18,54 persen. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar pada PDRB Kabupaten Majalengka yaitu
sebesar 33,53 persen. Tabel 1.2 menunjukan Kabupaten Majalengka merupakan daerah potensi pertanian sehingga pengembangan industri perlu diarahkan kearah
argo industri dan industri manufaktur sehingga keseimbangan pembangunan industri dan pertanian dapat berjalan baik.
TABEL 1.3 BANYAKNYA PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG
MENURUT PRODUKSI UTAMA DIRINCI PER KECAMATAN TAHUN 2012
No Kecamatan
Produksi utama
P a
k a
ia n
M a
k a
n a
n G
en te
n g
J a
ri n
g a
n L
is tr
ik B
u b
u k
P la
st ik
B o
la S
a p
u i
ju k
K er
a n
ja n
g
R o
ta n
L a
in n
y a
1 Lemahsugih
2 Bantarujeg
1 3
Malausma 1
4 Cikijing
9 1
5 Cingambul
6 Talaga
7 Banjaran
8 Argapura
9 Maja
1 10
Majalengka 1
11 Cigasong
2 12
Sukahaji 11
2 13
Sindang 14
Rajagaluh 15
Sindangwangi 9
1 16
Leuwimunding 4
17 Palasah
5 18
Jatiwangi 1
254 1
1 19
Dawuan 1
62 20
Kasokandel 27
1 21
Panyingkiran 1
1 22
Kadipaten 1
23 Kertajati
6 24
Jatitujuh 1
1 25
Ligung 23
26 Sumberjaya
3 1
Kab. Majalengka 15
7 384
1 3
1 2
14 7
Keterangan: Angka Sementara Sumber: Stat. Produksi Survei Industri BesarSedang BPS Kab. Majalengka
Berdasarkan Tabel 1.3 tahun 2012 jumlah industri besar di Kabupaten Majalengka sebanyak 10 perusahaan dengan 4.582 orang tenaga kerja yang
terserap dan industri sedang sebanyak 424 perusahaan dengan tenaga kerja yang
terserap sebanyak 15.104 orang. Apabila dilihat dari jenis produksinya, industri besarsedang yang berada di Kabupaten Majalengka 88,48 persen merupakan
industri genteng. Sumber: Stat. Produksi Survei Industri BesarSedang BPS Kab. Majalengka
TABEL 1.4 PERKEMBANGAN INDUSTRI GENTENG JATIWANGI
KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010-2012
No Kecamatan
Tahun 2010
2011
2012
1 Cigasong
2 2
2
2 Sukahaji
11 11
11
3 Palasah
6 5
5
4 Jatiwangi
251 254
254
5 Dawuan
56 62
62
6 Kasokandel
33 27
27
7 Ligung
21 23
23
8 Sumberjaya
1 -
-
Kab. Majalengka 341
384
384
Sumber: Data diolah dari Stat. Produksi BPS Kab. Majalengka Tabel 1.4 menunjukan terjadi pertumbuhan pada jumlah unit usaha
genteng di Kabupaten majalengka, pada tahun 2010 sebanyak 341 unit usaha dan pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan menjadi 384 dan pada tahun 2012
industri genteng Kabupaten Majalengka tidak mengalami pertumbuhan dan penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Hal ini menunjukan perlu
dikembangkan kembali industri genteng jatiwangi Kabupaten Majalengka sehingga mampu terus menjadi sektor industri unggulan untuk meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Majalengka dan terus mampu menjadi unggulan untuk sektor industri genteng dari tanah liat di Indonesia.
Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka merupakan kecamatan yang dikenal sebagai sentra industri genteng dengan 254 unit usaha. Genteng hasil
produksi di Kecamatan Jatiwangi terkenal dengan sebutan “Genteng Jatiwangi”.
Perkembangan industri genteng di Kecamatan Jatiwangi didukung oleh tersedianya bahan baku tanah liat yang ada di sekitar wilayah Kecamatan
Jatiwangi. Selain itu karena adanya keterampilan penduduk dalam membuat genteng.
TABEL 1.5 UNIT USAHA, TENAGA KERJA, JUMLAH PRODUKSI,
NILAI PRODUKSI INDUSTRI GENTENG JATIWANGI KECAMATAN JATIWANGI TAHUN 2010-2012
Tahun Unit Usaha Unit
Tenaga Kerja Orang
Jumlah Produksi Unit
Nilai Produksi Ribu rupiah
2010 251
8785 84.055.000
58.838.500 2011
254 9.053
85.060.000 59.542.000
2012 254
8988 84.473.000
59.131.100
Sumber: Data diolah 2013 Berdasarkan Tabel 1.5 menunjukan penurunan industri genteng jatiwangi
di Kecamatan Jatiwangi. Penururan tersebut terjadi pada berbagai sektor di industri genteng tersebut. Tenaga kerja pada tahun 2012 mengalami penurunan
menjadi 8988 tenaga kerja dibandingkan tahun 2011. Hal ini dikarenakan citra baik akan industri genteng jatiwangi semakin menurun sehingga minat kerja pada
kalangan usia remaja untuk bekerja di pabrik genteng semakin menurun. Hal tersebut menyebabkan pengusaha kesulitan untuk mencari tenaga kerja dan
mempertahankan tenaga kerja yang ada pada perusahaan. Sejumlah pengusaha genteng di Kabupaten Majalengka mengaku kesulitan
untuk merekrut karyawan di pabrik miliknya. Pasalnya, para karyawan yang ada, seiring memasuki musim tanam, mereka memilih untuk berganti menjadi buruh di
sawah. Sumber: http:ekbis.sindonews.com diakses tanggal 28 Februari 2013, 20:52 WIB
Berdasarkan Tabel 1.5 jumlah produksi pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 84.473.000 dibandingkan tahun 2011. Hal ini menunjukan
tingkat produktivitas pada industri genteng jatiwangi mengalami penurunan. Penurunan produktivitas terjadi dikarenakan pengusaha kurang memperhatikan
tingkat efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan sehingga menyebabkan penuruan pada produktivitas perusahaan di industri genteng jatiwangi. Nilai produksi
mengalami penurunan pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2011. Pengusaha menyatakan penurunan nilai produksi tersebut dapat mempengaruhi pencapaian
laba yang didapatkan oleh perusahaan di industri genteng jatiwangi.
Sumber: Data diolah dari Pra Penelitian
GAMBAR 1.4 RATA-RATA LABA PER BULAN SETIAP PERUSAHAAN
DI INDUSTRI GENTENG JATIWANGI KECAMATAN JATIWANGI TAHUN 2010-2012
Berdasarkan Gambar 1.4 rata-rata laba per bulan setiap perusahaan genteng jatiwangi Kecamatan Jatiwangi mengalami penurunan, pada tahun 2012
hanya mencapai Rp. 20.782.153,- sedangkan pencapaian laba perusahaan setiap
Rp20.000.000 Rp20.500.000
Rp21.000.000 Rp21.500.000
Rp22.000.000 Rp22.500.000
Rp23.000.000
2010 2011
2012
bulannya pada tahun 2011 mencapai Rp. 21.323.391,- dan pada tahun 2010 mencapai Rp. 22.193.113,- setiap bulannya. Hal ini menunjukan keberhasilan
usaha dalam hal pencapaian laba pada industri genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengalami penurunan.
Menurut Rue dan Byars dalam Riyanti 2003:24, keberhasilan usaha dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan organisasi.
Sebagian besar keberhasilan usaha sangat ditentukan oleh faktor wirausaha. Keberhasilan usaha dapat dinilai ketika suatu perusahaan berhasil mencapai tujuan
atau sasaran yang ditetapkan organisasi. Tujuan perusahaan salah satunya adalah dengan peningkatan produktivitas usaha. Kemampuan wirausaha untuk
meningkatkan produktivitas usaha untuk mencapai keberhasilan tidak lepas dari kompetensi atau kemampuan yang mereka miliki.
Menurut Zimmerer yang dikutip oleh Tunchalong Rungwitoo 2012:247 menyatakan bahwa:
Entrepreneurs should posses the knowledge with respect to these six guidelines: 1 knowing the business in depth,2 developing a solid
business plan, 3 managing financial resources, 4 understanding financial statement, 5 learning to manage people effectively, 6
monitoring constantly.”seorang wirausaha harus memiliki 6 kompetensi yaitu: 1 mengetahui bisnis, 2 membuat rencana bisnis, 3
mengendalikan keuangan perusahaan, 4 memahami pengelolaan keuangan, 5 mengetahui cara mengorganisasikan manajemen sumber
daya manusia, 6 mampu mengontrol perusahaan. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas menunjukan suatu hambatan
dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu menurunnya tenaga kerja, menurunnya jumlah produksi, dan menurunnya nilai produksi pada industri. Kompetensi
kewirausahaan berkaitan erat dengan kemampuan wirausaha mempertahankan
usahanya untuk mencapai keberhasilan. Untuk mencapai keberhasilan usaha para pengusaha genteng jatiwangi harus menerapkan kompetensi-kompetensi
kewirausahaan yang ada. Berdasarkan data-data dan permasalahan di atas maka penulis tertarik
untuk meneliti tentang usaha untuk meningkatkan keberhasilan usaha pada industri genteng jatiwangi. Banyak sekali yang dapat dijadikan pendorong
peningkatan keberhasilan pada sentra industri, namun dalam penelitian ini penulis
hanya akan membahas mengenai “Pengaruh Kompetensi Kewirausahaan terhadap Keberhasilan Usaha” Disini penulis mencoba meneliti apakah benar
kompetensi kewirausahaan dapat berpengaruh pada keberhasilan usaha pada perusahaan genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka.