commit to user 41
B. DESKRIPSI DATA
Dengan  melakukan  perhitungan  statistik  deskriptif,  maka  dapat  diketahui gambaran  tentang  data  Economic  Value  Added  EVA,  Return  On  Asset,  return
On  Equity  dan  Return  Saham.  Gambaran  mengenai  data  tersebut  dapat  dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics Variabel  N
Minimum Maximum
Mean Std. Deviation
EVA 150  -71013026.9900  2416697.1610  -598929.392310  6143181.7926673
ROE 150
.0102 .7764
.163597 .1383709
ROA 150
.0034 .3920
.095039 .0833102
RETURN  150 -.8457
4.2857 .142330
.6636468 Sumber: Hasil pengolahan data lampiran
Dari  tabel  4.2  diatas,  dapat  diketahui  nilai  rata-rata  Return  yaitu  sebesar 598929.392310.  Nilai  Return  terkecil  dicapai  oleh  PT  Semen  Gresik    Tbk,  yaitu
sebesar  -0,8457  pada  tahun  2006.  Sedangkan  nilai  Return  terbesar  dicapai  oleh PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk, yaitu sebesar 4,2857 pada tahun 2006.
Variabel  Economic  Value  Added  memiliki  nilai  rata-rata  sebesar  - 546828,573568. Nilai Economic Value Added terkecil dicapai oleh PT. Indorama
Sintetic Tbk, yaitu sebesar -71013026,9900 pada tahun 2008. Sedangkan nilai
commit to user 42
Economic Value Added terbesar dicapai oleh PT. Astra International Tbk, yaitu sebesar 2416697,1610 pada tahun 2007.
Nilai  Return  On  Asset  terkecil  dicapai  oleh  PT.  Indorama  Sintetics  Tbk, yaitu  sebesar  0,0034  pada  tahun  2006.  Nilai  Return  On  Asset    terbesar  dicapai
oleh PT. Sepatu Bata Tbk, yaitu sebesar 0,3920 pada tahun 2008. Variabel Return On Equity memiliki nilai rata-rata sebesar 0,163597. Nilai
Return  On  Equity    terkecil  dicapai  oleh  PT.  Unggul  Indah  Cahaya  Tbk,  yaitu sebesar  0,0102  pada  tahun  2006.  Sedangkan  nilai  Return  On  Equity  terbesar
dicapai oleh PT. Unilver Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0,7764 pada tahun 2006.
C. PENGOLAHAN DATA
Pengolahan  data  dalam  penelitian  ini  menggunakan  bantuan  SPSS  versi 15.00  for  Windows.  Sebelum  melakukan  regresi  untuk  pengujian  hipotesis,
terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas data dan pengujian asumsi klasik yang merupakan persyaratan untuk melakukan regresi.
1.  Uji Normalitas Data Uji  normalitas  data  bertujuan  untuk  menguji  dalam  model
regresi,  variabel  dependen  dan  variabel  independen  keduanya mempunyai  distribusi  normal  atau  tidak.  Pengujian  normalitas  data
dilakukan  dengan  menggunakan  model  kolmogorov-smirnov.  Uji  ini dilakukan  dengan  membandingkan  nilai  signifikansi  yang  diperoleh
dengan  taraf  signifikansi  yang  sudah  ditentukan  yaitu  0,05.  Apabila nilai signifikansi p-value lebih besar dari taraf signifikansi yaitu 0,05,
maka data berdistribusi normal.
commit to user 43
Hasil  pengujian  normalitas  data  dengan  menggunakan  uji kolmogorov-smirnov dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3. Hasil Uji
Kolmogorov-Smirnov I Variabel
Nilai Sig. Sig. 5
Kesimpulan
Unstandardized Residual
0,013 0,05
Tidak berdistribusi normal
Sumber: Hasil pengolahan data lampiran Dari hasil pengujian diatas, diketahui nilai signifikansi lebih kecil
dari taraf signifikansi yaitu 0,05. Untuk menormalkan distribusi, maka dilakukan  transformasi  data  dalam  bentuk  LN  Logaritma  Natural.
Hasil pengujian normalitas data dengan menggunakan uji kolmogorov- smirnov setelah transformasi data dapat ditunjukkan pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.4. Hasil Uji
Kolmogorov-Smirnov II Variabel
Nilai Sig. Sig. 5
Kesimpulan
Unstandardized Residual
0,834 0,05
Berdistribusi normal
Sumber: Hasil pengolahan data lampiran
Dari tabel 4.4 diatas  menunjukkan bahwa variabel dependen dan variabel  independen  telah  berdistribusi  normal.  Hal  ini  ditunjukkan
commit to user 44
dengan  nilai  signifikansi  yang  lebih  besar  dari  taraf  signifikansi  yaitu 0,05.  Dengan  demikian  dapat  disimpulkan  bahwa  data  tersebut
berdistribusi normal. 2.  Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  digunakan  untuk  mendeteksi  adanya korelasi
internal diantara
anggota-anggota dari
serangkaian pengamatan  yang  tersusun  dalam  rangkaian  ruang  dan  waktu.  Untuk
mendeteksi  adanya  autokorelasi  dapat  dilihat  dari  nilai  Durbin- Watson.  Panduan  mengenai  angka  Durbin-Watson  D-W  untuk
mendeteksi autokorelasi bisa dilihat dalam tabel D-W. Adapun  dasar  pengambilan  keputusan  dalam  uji  Durbin-
Watson  ini,  yaitu  jika  nilai  -2  sampai  +2,  maka  tidak  terdapat autokorelasi positif atau  negative pada model regresi Santoso, 2001:
218-219.
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokorelasi
Model Nilai DW
Kriteria Kesimpulan
I 1,736
-2  DW +2
Tidak ada autokorelasi II
1,379 Tidak ada autokorelasi
Sumber: data primer diolah, 2010
Tabel  4.5  menjelaskan  bahwa  nilai  DW  hitung  berada antara  -2  sampai  +2.  Hal  ini  menunjukan  bahwa    tidak  ada
autokorelasi dalam model regresi tersebut.
commit to user 45
3.  Uji Multikolinearitas Uji  multikolinearitas  digunakan  untuk  menguji  ada
hubungan  yang  sempurna  atau  hubungan  yang  hampir  sempurna diantara  variabel  bebas  pada  model  regresi.  Cara  yang  digunakan
untuk mendeteksi gejala ada tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Jika nilai
tolerance dibawah 0,1 dan VIF lebih besar dari 10 maka menunjukkan adanya multikolinearitas. Sebaliknya jika nilai tolerance diatas 0,1 dan
VIF dibawah 10 maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil  pengujian  multikolinearitas  ditunjukkan  dalam  tabel
berikut ini: Tabel Tabel 4.6.
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel I
II Tranformasi Kesimpulan
Tolerance VIF
Tolerance VIF
EVA .985
1.016 .795
1.258 Tidak terjadi multikolinearitas
ROA .167
5.988 .168
5.939 Tidak terjadi multikolinearitas
ROE .166
6.020 .183
5.460 Tidak terjadi multikolinearitas
Sumber: Hasil pengolahan data lampiran
Dari  tabel  4.6.  diatas,  hasil  nilai  tolerance  untuk  semua variabel independen bernilai lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF bernilai
kurang  dari  10  regresi  I  maupun  regresi  II  setelah  ditransformasi
commit to user 46
data,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  dalam  model  regresi  tidak terdapat gejala multikolinearitas.
4.  Uji Heteroskedastisitas Pengertian  heteroskedastisitas  adalah  apabila  kesalahan
atau  residual  yang  diamati  tidak  memiliki  varian  yang    konstan. Kondisi heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross section,
atau data yang diambil dari beberapa responden pada suatu waktu tertentu.
Untuk  mendeteksi  masalah  heteroskedastisitas  dapat digunakan uji Glejser dengan ketentuan apabila nilai t
hitung
t
tabel
atau  nilai  probabilitas    0,05  5  maka  data  tidak  ada  masalah tidak mengalami heteroskedastisitas.
Tabel 4.7. Hasil Uji Heterokedastisitas
Variabel Model II
Kesimpulan t
hitung
p
EVA 1.240
.225 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
ROE .267
.791 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
ROA -.144
.887 Tidak Terjadi Heterokedastisitas
Sumber: data primer diolah 2011 Hasil  uji  heteroskedastisitas  yang  telah  dilakukan
pengolahan  data  dengan  bantuan  SPSS  pada  tabel  di  atas,  maka diketahui bahwa hasil pada model I variabel ROA memiliki nilai
commit to user 47
p    0,05  yang  berarti  ROA  mengalami  gejala  masalah heteroskedastisitas.
Setelah  data  ditranformasi,  hasil  pengujian  menunjukkan bahwa ketiga variabel  yang diteliti tidak ada  yang memiliki nilai
probabilitas  0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi  ini  standar  error  e  tidak  mengalami  gejala
heteroskedastisitas. Untuk lebih jelasnya, sebaran hasil pengujian heteroskedastisitas  akan  dilengkapi  gambar  scatter  plot  sebagai
berikut:
Regression Standardized Predicted Value
3 2
1 -1
-2
Regression Standardized Residual
2 1
-1 -2
-3
Scatterplot
Dependent Variable: LnRETURN
Gambar: Hasil pengujian Heteroskedastisitas Scatter-Plot II
commit to user 48
D. PENGUJIAN HIPOTESIS