Ke Bogor Timur Evaluasi Penggunaan Lahan Tahun 2014 Terhadap Pola

10 Tingkat pemekaran tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah yaitu Kelurahan Babakan dengan luas penambahan lahan terbangun 4,90 Ha atau 9,91 . Penambahan lahan terbangun periode tahun 2005-2014 di Kelurahan Babakan disebabkan adanya penambahan lahan terbangun berupa beberapa blok permukiman yang terbangun memanfaatkan areal lahan kosong yang masih tersedia di Kelurahan Babakan. e. Kec. Bogor Utara Tingkat pemekaran Tahun 2005-2014 di Kecamatan Bogor Utara, terdiri dari kelas pemekaran sangat rendah mencakup 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Bantarjati, Cibuluh, Ciluar, Ciparigi, dan Tegalgundil. Kelas pemekaran rendah mencakup 3 Kelurahan yaitu Kedunghalang, Tanah Baru dan Cimahpar. Tingkat pemekaran tertinggi di Kecamatan Bogor Utara yaitu Kelurahan Cimahpar dengan penambahan lahan terbangun 12,82 Ha atau tingkat pemekaran 34,33 . Dominasi perkembangan lahan terbangun di Kelurahan Cimahpar adalah pembangunan kawasan perumahan yang tersebar secara acak. f. Kec. Tanah Sareal Tingkat pemekaran Tahun 2005-2014 di Kecamatan Tanah Sareal, terdiri dari tingkat pemekaran dengan kelas sangat rendah mencakup 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Pedes, Tanah Sareal, Kedungbadak dan Kedungwaringin. Sementara itu bagian tengah memiliki tingkat pemekaran rendah mencakup 6 Kelurahan yaitu Kelurahan Kedungjaya, Sukadamai, Mekarwangi, Kayumanis, Sukaresmi dan Cibadak. Sedangkan bagian utara memiliki tingkat pemekaran tinggi yaitu Kelurahan Kencana. Tingkat pemekaran tertinggi yaitu pada Kelurahan Kencana seluas 30,01 Ha atau tingkat pemekaran 62,91 . Penambahan lahan terbangun di Kelurahan Kencana didominasi oleh pengembangan kawasan perumahan. Hal ini disebabkan karena posisi Kelurahan Kencana yang berada di perbatasan Kota Bogor dengan Kabupaten Bogor yang dibatasi oleh Jalan Kolektor. Selain itu letak Keluruhan 11 Kencana yang berdekatan dengan Stasiun Cilebut yang secara administratif berada di Kabupaten Bogor turut memberikan pengaruh berkembangnya kawasan perumahan di Kelurahan Kencana karena memiliki kemudahan aksesibilitas menuju Kota Bogor maupun menuju Kota Jakarta melalui moda transportasi kereta listrik Jabodetabek.

4.1.2 Arah Pemekaran

Konsep perkembangan lahan terbangun ini dijelaskan lebih detailnya dengan menggunakan metode windrose, yaitu analisis arah mata angin dan jarak dari pusat kota. Hal ini dipakai peneliti untuk lebih mudah menjelaskan arah secara lebih kualitatif. Arah mata angin dibagi menjadi delapan arah sedangkan jarak dari pusat kota dibagi menjadi 5 kelas dengan interval 2 Km sampai dengan batas administrasi terluar Kota Bogor yaitu 10 Km. Tabel 4.2 Arah Perkembangan Lahan Terbangun Kota Bogor Tahun 2005-2014 Sumber : Analisis Data, 2015 Zona selatan memiliki perkembangan lahan terbangun 31,06 mencakup sebagian besar wilayah di Kecamatan Bogor Selatan. Perkembangan lahan terbangun tertinggi terdapat di Kelurahan Pamoyan dan Mulyaharja dan sebagian Kelurahan Rancamaya dan Kertamaya. Hal tersebut terjadi akibat pembangunan kawasan perumahan mewah dengan kondisi nyaman yang fasilitas pendukungnya. Kelurahan Pamoyan dan Mulyaharja terdapat kawasan perumahan Bogor Nirwana Residence yang dilengkapi fasilitas wisata seperti Water Park Jungle Land. Kelurahan Rancamaya dan Kertamaya terdapat perumahan Rancamaya yang berorientasi pada kenyaman tempat tinggal dengan kondisi sejuk karena berada di kawasan kaki Gunung Salak 12 dilengkapi sarana olahraga yaitu lapangan golf. Zona utara memiliki perkembangan lahan terbangun 28,62 mencakup sebagaian besar Kecamatan Bogor Utara dan Tanah Sareal merupakan wilayah yang lokasinya berdekatan Kawasan Jabodetabek jelas mendapat efek sehingga muncul berbagai aktifitas perekonomian yang mengakibatkan tingginya permintaan akan lahan. 4.1.3 Tipe Pemekaran Berdasarkan identifikasi tingkat pemekaran Kota Bogor periode tahun 2005-2014 dengan satuan analisis Kelurahan menunjukan bahwa pada umumnya pemekaran yang terjadi di Kota Bogor diawali dengan tipe pemekaran memanjang atau ribbon development dan berkembang secara mengelompok atau concentric development.

4.2. Evaluasi Penggunaan Lahan Tahun 2014 Terhadap Pola

Ruang Penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2014 seluas 4714.16 Ha atau 40.25 dari rencana pola ruang Kota Bogor telah sesuai dengan rencana pola ruang Kota Bogor tahun 2011 – 2031. Penggunaan lahan seluas 5684.19 Ha atau 48.54 dari rencana pola ruang Kota Bogor belum terealisasi. Penggunaan lahan seluas 579.36 Ha atau 4.95 dari rencana pola ruang Kota Bogor tidak diperbolehkantidak sesuai. Dominasi klas tidak sesuai yaitu penggunaan lahan permukiman kepadatan sedang yang berada pada kawasan permukiman kepadatan rendah seluas 162.02 Ha 27.97. Hal ini menandakan bahwa perkembangan permukiman dengan kepadatan sedang sedang meningkat dengan pesat. Dampak dari berkembangnya permukiman kepadatan sedang adalah terdapat areal lahan permukiman kepadatan sedang dengan luas dengan luas 27.63 Ha 4.77 yang berada pada sempadaan sungai sebagai kawasan lindung pada rencana pola ruang karena dengan adanya bangunan yang berada di sempadan sungai, mampu merusak kelestarian sungai.

5. Kesimpulan Dan Saran

5.1. Kesimpulan 1.

Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi tingkat Pemekaran 13 Perkelurahan di Kota Bogor Tahun 2005-2014, diketahui bahwa tingkat pemekaran sangat rendah mencakup 35 Kelurahan, tingkat pemekaran rendah mencakup 27 Kelurahan, tingkat pemekaran sedang mencakup 2 Kelurahan, tingkat pemekaran tinggi mencakup 3 Kelurahan dan tingkat pemekaran sangat tinggi mencakup 1 Kelurahan. Arah perkembangan lahan terbangun mengarah kearah selatan 31,06 dan kearah utara 28,62. Tipe pemekaran Kota Bogor bersifat memanjang atau ribbon delelopment disepanjang jalan utama. 2. Penggunaan lahan Kota Bogor Tahun 2014 seluas 6.382,56 Ha atau 54,50 telah sesuai dengan rencana pola ruang. Penggunaan lahan seluas 4.330,57 Ha atau 36,93 belum terealisasi dan penggunaan lahan seluas 1.003,86 Ha atau 8,57 tidak sesuai dengan rencana pola ruang. Dominasi kelas tidak sesuai yaitu penggunaan lahan berupa permukiman kepadatan sedang yang berada pada kawasan permukiman kepadatan rendah seluas 162,02 Ha 16,14. 5.2. Saran 1. Diperlukan pengawasan terhadap kelurahan-kelurahan dengan tingkat pemekaran tinggi, khususnya pengembangan perumahan di Kelurahan Mulyaharja, Pamoyan, Kertamaya dan Rancamaya, karena pada Kelurahan tersebut berpotensi sebagai daerah tangkapan air hujan. 2. Diperlukan perhatian pemerintah Kota Bogor khususnya dalam kesesuaian penggunaan lahan Kota Bogor terhadap rencana pola ruang Kota Bogor Tahun 2011-2031 pada kawasan yang tidak sesuai dengan rencana pola ruang Kota Bogor Tahun 2011- 2031.