Analisis Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bogor

(1)

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN,

POLA RUANG DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH

DI KOTA BOGOR

DWI SEPTIANA MAYASARY

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015 Dwi Septiana Mayasary


(4)

Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bogor. Dibimbing oleh SANTUN R. P. SITORUS dan LA ODE SYAMSUL IMAN.

Kota Bogor merupakan Kota hujan yang berjarak 60 km dari Jakarta Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia dan 120 km dari Bandung Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Lokasi lahan pertanian yang strategis dan nilai land rent yang tidak terlalu mahal, mengakibatkan banyak stakeholder yang menanamkan investasi, baik dalam bidang budidaya pertanian maupun non pertanian. Hal ini mengakibatkan konversi lahan tidak dapat dihindari meskipun pemerintah sudah mengatur tentang peruntukan penggunaan lahan dalam Undang-Undang Penataan Ruang (UU No 26 tahun 2007). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) Mengetahui penggunaan lahan eksisting (penggunaan lahan tahun 2014). (2) Mengetahui perubahan penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 dan tahun 2012.(3) Membandingkan pemanfaatan penggunaan lahan dengan alokasi ruang menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor. (4) Mengetahui tingkat perkembangan wilayah di Kota Bogor. (5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan. Penelitian ini dimulai dengan pembuatan peta penggunaan lahan yang diperoleh dari hasil digitasi peta administrasi dengan skala 1:5000 terhadap citra yang telah dikoreksi yaitu citra ikonos Kota Bogor tahun 2005 dan 2012. Konsisten dan inkonsisten penggunaan lahan diperoleh dari hasil overlay peta penggunaan lahan tahun 2012 dengan peta alokasi ruang (RTRW) Kota Bogor tahun 2011-2031. Tingkatan hirarki wilayah diperoleh dari hasil analisis data PODES dengan menggunakan metode skalogram. Analisis faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan metode regresi berganda. Penggunaan lahan secara eksisting terdiri dari 9 jenis penggunaan lahan. Secara berurutan dari yang terluas hingga yang tersempit adalah: kebun campuran, permukiman tidak teratur, sawah, permukiman teratur, kawasan perdagangan, badan air, ladang, lahan terbuka, kawasan pemerintahan. Perubahan penggunaan lahan pada kebun campuran berubah menjadi 6 penggunaan lahan, pada ladang berubah menjadi 2 penggunaan lahan, pada lahan terbuka berubah menjadi 6 penggunaan lahan dan pada sawah berubah menjadi 6 penggunaan lahan. Penggunaan lahan yang konsisten (sesuai) dengan peruntukan ruang menurut RTRW sebesar 40.95% dan yang inkonsisten (tidak sesuai) sebesar 59.05%. Selama periode 2006 dan 2012 tingkat perkembangan wilayah di Kota Bogor sebagian besar (42 kelurahan/61.8%) tidak mengalami perubahan hirarki wilayah dan sebagian kecil mengalami peningkatan hirarki wilayah (12 kelurahan/17.6%), sedangkan yang mengalami penurunan hirarki wilayah 14 kelurahan (20.6%) dan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005-2012 adalah luas lahan pertanian tahun 2005, pertumbuhan fasilitas sosial, dan pertumbuhan fasilitas ekonomi.

Kata kunci: Hirarki Wilayah, Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang, Konversi Penggunaan Lahan, Pola Ruang, RTRW.


(5)

ABSTRACT

DWI SEPTIANA MAYASARY. Analysis of Land Use Change, Spatial Plan, and Regional Development of Bogor City. Supervised by SANTUN R.P. SITORUS and LA ODE SYAMSUL IMAN.

Bogor City is located 60 kms from the Indonesian Capital Jakarta and 120 kms from Bandung the capital of West Java Province. Strategic agricultural land and inexpensive land price have encouraged stakeholders to invest in agricultural sector and also non agricultural sector. Land use conversion is inevitable, although the goverment has set up the regulation to control land usage (Act No 26 year 2007). This research are conducted: (1) To analyze existing land use of Bogor City (land use in 2014). (2) To analyze the land use change in period of 2005-2012. (3) To analyze the consistency of existing land use compare to land allocation in the RTRW of Bogor City. (4) To identify regional development hierarchy level in Bogor City. (5) To determine factors that influencing land use change. This research was started with land usage map designing which retrieved from digitized result on administrative map 1: 5000 scales to ikonos image of Bogor City in years of 2005 and 2012. Consistency and inconsistency is obtained by overlaying land use map in 2012 and land allocation map of Bogor City years 2011-2031 (RTRW map). PODES is used to determine the regional hierarchy level by multiple regression method. Existing land use classified into 9 land use, in sequence from the largest one are: mixed garden, non-wellarrang ed settlement, paddy field, well arranged settlement, trade area, water body, dryland farm, open field and goverment office area. Dryland farm land use changes into 2 land use, open field land use change into 6 land use and paddy field land use change into 6 land use. The consistent existing land use compare to RTRW is 40.95% while inconsistence existing land use is 59.05%. During period of 2006 to 2012, most of regional development hierarchy in Bogor City are the relative constant hierarchy (42 villages/61.8%). 12 villages (17.6%) are increase in the hierarchy whilst 14 villages (20.6%) are decrease in the hierarchy. Factors that influencing land use change of Bogor City in period of 2005-2012 are: area of agricultural land in the years of 2005, social facilities growth, and economy facilities growth.

Keyword : Land Use Conversion, Land Use Inconsistency, Regional Hierarchy, Spatial Plan.


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN,

POLA RUANG DAN TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH

DI KOTA BOGOR

DWI SEPTIANA MAYASARY

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBER DAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(8)

(9)

Judul Skripsi : Analisis Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bogor.

Nama : Dwi Septiana Mayasary NIM : A14100052

Disetujuioleh

Prof. Dr Ir Santun R.P.Sitorus

Pembimbing I La Ode Syamsul Iman, SP.M.Si Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr IrBaba Barus, MSc Ketua Departemen


(10)

(11)

ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah konversi penggunaan lahan, dengan judul Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah Di Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus selaku dosen Pembimbing skripsi pertama yang senantiasa memberikan ilmu, bimbingan, dan motivasi selama masa studi di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan. Terima kasih kepada La Ode Syamsul Iman, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi kedua atas ilmu, bimbingan dan saran dalam penyempurnaan penulisan skripsi.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Ir Widiatmaka DAA selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

2. Bapak Soiran, Ibu Purmini, Nur Indah Permatasary, M. Riza Fauzi selaku keluarga yang selalu memberi semangat dan dorongan positif memberikan doa dan kepercayaan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S1 ini.

3. Bappeda Kota Bogor, P4W IPB dan masyarakat Kelurahan dan Kecamatan di Kota Bogor atas bantuan, penerimaan dan kerjasamanya dengan baik.

4. Dosen dan staff bagian perencanaan pengembangan wilayah atas ilmu yang diberikan, dukungan serta motivasi kepada penulis.

5. Luthfia, Zulfa, Angela, Nuning, Salimah, Aeni, Ardhy, Andang. Teman-teman laboratorium perencanaan pengembangan wilayah, Atas bantuan, kerjasama, dukungan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian. 6. Tuty Evelina, Sulvina, Hanum, Larissa, Fitri, Ajeng, Dea, Zarina, Nurul,

Linda, Ardya, Nialiani, Rike, Safira, Dea hasna, Karjono, Fatimah, Akbar, Rita, Syifa, Miftah, Bang Priyadi, Bang Dicky, Kak Wida, Kak Ian, Kak Putri, Bang Dodi, Bang Felix, Bang Agung, Serta seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas dukungan, semangat, motivasi, bantuan, masukan dan kebersamaannya selama penulis melakukan penelitian.

Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dabn dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Bogor, Februari 2015


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Wilayah dan Hirarki Wilayah 2

Penataan Ruang 3

Pembangunan dan Perkembangan Wilayah 4

Lahan, Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan 4

Faktor Perubahan Penggunaan Lahan 5

METODE PENELITIAN 6

Waktu dan Lokasi Penelitian 6

Jenis dan Sumber Data 6

Teknik dan Analisis Data 7

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15

Letak Geografis dan batas Admisistrasi wilayah 15

Ketinggian, Iklim, dan Tanah 15

Pemerintahan Kota Bogor 15

Kependudukan 16

Kondisi Ekonomi 17

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Penggunaan Lahan Eksisting Kota Bogor 17 Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor Periode 2005-2012 22 Konsistensi/Inkonsistensi Penggunaan Lahan tahun 2012 dengan

RTRWKota Bogor tahun 2011-2031 28

Tingkat Perkembangan Wilayah 35


(13)

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 44


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Data Spasial yang Digunakan 7

2. Alat Penelitian 7

3. Teknik dan Analisis Data 8

4. Matriks Logika Konsistensi Penggunaan Lahan 10 5. Variabel Fasilitas Yang Digunakan dalam Analisis Skalogram 11 6. Variabel Untuk Mengidentifikasi Faktor Penentu

PerubahanPenggunaan Lahan 13

7. Data Total Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor 16 8. Matriks Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2005-2012 24 9. Pola Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor Tahun 2005-2012 27 10. Keterkaitan Penggunaan Lahan (2012) dengan Alokasi Ruang

menurut PERDA No 8 tahun 2011 30

11. Matriks Konsistensi Penggunaan Lahan Tahun 2012 Dengan RTRW

2011-2031 31

12. Konsistensi Penggunaan Lahan 2012 dengan dengan Alokasi

RTRW tahun 2011-2031 32

13. Kelompok Hirarki Wilayah Kota Bogor Tahun 2006-2012 36 14. Tabel Pertumbuhan Hirarki Tahun 2006 ke 2012 37 15. Hasil Analisis Regresi Perubahan Penggunaan Lahan 40

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. LokasiPenelitian 6

2. Diagram AlirMetodePenelitian 14

3. Sebaran Spasial Eksisting Penggunaan Lahan Kota Bogor 17 4. Kenampakan


(15)

Penggunaan Lahan Badan Air 22 13. Sebaran Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor

Tahun 2005-2012 22

14. Sebaran Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor

Tahun 2005 23

15. Sebaran Spasial Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor

Tahun 2012 23

16. Grafik Konversi Kebun Campuran, Sawah, Ladang dan Lahan

terbuka 2005-2012 24


(16)

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesenjangan yang terjadi akibat kebijakan pembangunan yang kurang merata mengakibatkan timbulnya kesenjangan dalam pengembangan wilayah dan sumber daya pembangunan di Indonesia. Pendekatan pembangunan yang mengandalkan pada kapasitas birokrasi saja, tidak mampu mengembangkan partisipasi masyarakat secara optimal, hal ini diperburuk oleh masih belum optimalnya tindak lanjut pemantauan dan evaluasi pembangunan untuk memperbaiki keadaan. Secara umum perbedaan perkembangan wilayah dan pembangunan kawasan Indonesia itu timbul karena: (1) Potensi dan sumber daya alam, (2) implementasi pembangunan dan (3) dinamika penduduk dan perubahan sosial. Perbedaan potensi dan sumber daya alam merupakan sesuatu yang positif bila dikelola dengan kemitraan yang sejajar dan saling mengisi. Otonomi daerah yang bertujuan untuk mengembangkan kemandirian daerah, memberikan kewenangan kepada daerah untuk menciptakan akses bagi warganya untuk mengembangkan fasilitas disekitar tempat tinggal. (Mappamiring, 2006). Menurut White (1987) dalam Mappamiring (2006). Pembangunan sebenarnya tidak lain dari perubahan yang diinginkan di berbagai sektor kehidupan Wilayah suatu negara sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan, karena setiap wilayah memiliki potensi SDM maupun SDA untuk dikembangkan.

Menurut Nasoetion dan Winoto (1996) dalam Sitorus et al. (2011), pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat secara fluktuatif berdampak pada meningkatnya perkembangan wilayah. Perkembangan suatu wilayah ditandai oleh perkembangan sektor ekonomi dan peningkatan kelengkapan fasilitas-fasilitas umum seperti sekolah, pertokoan, industri dan lain sebagainya. Pembangunan fasilitas umum yang masif di wilayah yang berkembang menjadi daya tarik penduduk wilayah lain dan proses ini mendorong pertambahan penduduk secara signifikan. Kebutuhan pangan membutuhkan lahan pertanian untuk berproduksi, sedangkan permukiman dan sarana pelayanan umum membutuhkan sarana umum dan lahan terbangun. Kondisi tersebut mengakibatkan penggunaan lahan pertanian akan berpeluang besar untuk dialih gunakaan menjadi penggunaan non-pertanian.

Bogor merupakan salah satu hinterland Jakarta, selain Bekasi, Depok dan Tangerang yang telah banyak mengalami perubahan penggunaan lahan. Akibat perkembangan pesat kegiatan pembangunan yang dipicu oleh pertambahan penduduk yang meningkat mengakibatkan proses konversi penggunaan lahan tidak dapat dihindari demi memenuhi kebutuhan hidup. Pembangunan pesat terjadi di Kota Bogor di segala sektor termasuk kawasan industri, Central Bussines District (CBD), dan perumahan. Jumlah lahan terbuka menurun dan membuat RTH di Kota Bogor semakin berkurang.

Pembangunan daerah seharusnya dilakukan melalui penataan ruang secara lebih terpadu dan terarah, agar sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah melalui keterpaduan dan keserasian pembangunan dalam pola ruang yang tertata secara baik. Untuk itu dibutuhkan penataan ruang, baik dalam proses perencanaan,


(18)

pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang sebagai satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan, dan dilaksanakan secara terpadu, sinergi serta berkelanjutan, demi terciptanya lingkungan yang teratur, tertata, selaras, harmonis dan seimbang (Mappamiring, 2006).

Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:(1) Belum diketahui penggunaan lahan eksisting. (2) Terjadinya perubahan penggunaan lahan yang relatif cepat. (3) Mengetahui penggunaan lahan eksisting apakah sudah sesuai dengan arahan penggunaan lahan atau belum sesuai dengan alokasi tata ruang. (4) Belum diketahuinya tingkat perkembangan wilayah di Kota Bogor, sehingga penyusunan arahan perkembangan wilayah belum baik untuk menyeimbangkan perkembangan antar wilayah. (5) Belum diketahui faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan, untuk dapat mengendalikan perubahan penggunaan lahan maka faktor-faktor tersebut sangat penting untuk ditinjau lebih baik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) Mengetahui penggunaan lahan eksisting (tahun 2014). (2) Mengetahui perubahan penggunaan lahan Kota Bogor Tahun 2005 dan Tahun 2012. (3) Menganalisis konsisten/inkonsisten penggunaan lahan berdasarkan peruntukan RTRW Kota Bogor. (4) Menganalisis tingkat perkembangan wilayah di Kota Bogor berdasarkan data Potensi Desa Kota Bogor. (5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penggunaan lahan.

TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah dan Hirarki Wilayah

Menurut UU No 26 tahun 2007, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional (Pemerintah Republik Indonesia, 2007). Menurut Rustiadi et al. (2011), wilayah dapat didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik (tertentu) dimana komponen-komponennya memiliki arti dalam pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumber daya pembangunan. Konsep wilayah yang paling klasik menurut Richardson (1969) dan Hangget et al. (1977) dalam Rustadi et al. (2011), menjelaskan mengenai tipologi wilayah, dimana wilayah dibagi menjadi 3 kategori: (1) Wilayah homogen (uniform atau homogeneous region)yaitu wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan keseragaman atau seperangkat ciri atau karakteristik tertentu dari aspek fisik, sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan beserta kombinasi dan turunannya. (2) Wilayah nodal yaitu wilayah yang secara fungsional memiliki sifat saling ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah


(19)

dibelakangnya (hinterland). (3) Wilayah perencanaan (planning region atau programming region) yaitu wilayah yang batasannya didasarkan secara fungsional dalam kaitannya dengan maksud perencanaan. Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal dipandang sebagai salah satu bentuk wilayah sistem, sedangkan dalam kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif-politis dan wilayah perencanaan fungsional. Penjabaran konsep wilayah nodal, wilayah diasumsikan sebagai suatu sel hidup yang terdiri dari inti dan plasma yang masing-masing memiliki fungsi yang saling mendukung. Inti diasumsikan sebagai pusat kegiatan industri atau pusat pasar, sedangkan plasma atau hinterland merupakan pusat pemasok bahan mentah, tenaga kerja, dan pusat pemasaran barang-barang hasil yang di produksi di inti (Panuju dan Rustiadi 2013)

Menurut Blakely dan Brandshow (2002) dalam Panuju dan Rustiadi (2013), analisis hirarki merupakan salah satu teknik analisis yang dapat digunakan untuk membangun indikator struktur perekonomian suatu wilayah, dimana suatu pusat yang berorde tinggi pada umumnya mempunyai jumlah sarana dan jumlah jenis sarana dan prasarana pelayanan yang lebih banyak dari orde yang lebih rendah. Dengan demikian pusat yang berorde lebih tinggi melayani pusat-pusat yang berorde lebih rendah. Selain itu jumlah jenis sarana dan sarana pelayanan yang ada pada suatu pusat pada umumnya berkolerasi erat dengan jumlah penduduk. Dengan demikian pada pusat-pusat yang berorde tinggi seringkali mempunyai kepadatan penduduk yang lebih tinggi.

Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Prinsip penataan ruang adalah pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, efektif dan efisien, serasi, selaras, seimbang, berkelanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum. Adapun penataan ruang bertujuan untuk terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan, terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan: sistem fungsi utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis kawasan.penataan ruang. Berdasarkan sistem terdiri atas sistem wilayah dan sistem internal perkotaan. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayah kota/kabupaten. Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan: kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan, kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pertanahan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu kesatuan, dan geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan


(20)

upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. Pelaksaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional sebagaimana dilaksanakan pemerintah daerah melalui dekonsentrasi (Pemerintah Republik Indonesia, 2007).

Menurut Rustiadi (2007), urgensi atas penataan ruang timbul sebagai akibat dari tumbuhnya kesadaran akan pentingnya intervensi publik atau collective action terhadap kegagalan mekanisme pasar (market failure) dalam menciptakan pola dan struktur ruang yang sesuai dengan tujuan bersama. Penataan ruang merupakan bentuk intervensi positif atas kehidupan sosial dan lingkungan guna meningkatkan kesejahteraan yang berkelanjutan. Secara lebih spesifik, penataan ruang dilakukan untuk: (1) Optimasi pemanfaatan sumber daya, (2) alat dan wujud distribusi sumber daya (mobilisasi dan alokasi pemanfaatan sumber daya) dan (3) menjaga keberlanjutan pembangunan.

Pembangunan dan Pengembangan Wilayah

Secara filosofis suatu proses pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai macam alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistic. Pembangunan dapat dikonseptualisasikan sebagai suatu proses perbaikan yang berkesinambungan atas suatu masyarakat atau suatu system social secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik dan pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Menurut Rustiadi et al. (1991); Rustiadi dan Panuju (2002) dalam Rustiadi et al. (2011), sebuah proses pengembangan wilayah berkaitan dengan proses suburbanisasi di wilayah tersebut. Proses suburbanisasi adalah proses pengembangan wilayah yang menonjol dan akan semakin berpengaruh nyata dalam proses penataan ruang disekitar wilayah suburbanisasi diartikan sebagai proses terbentuknya pemukiman-pemukiman baru dan juga kawasan industri di pinggiran wilayah perkotaan, tempat bermukim dan tempat untuk kegiatan industri.

Lahan, Penutupan Lahan dan Penggunaan Lahan

Menurut Sitorus (1989), Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007), dan Sitorus (2014), lahan atau sumberdaya lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaannya. Termasuk didalamnya adalah akibat-akibat kegiatan manusia, baik pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan hutan, dan akibat-akibatnya merugikan seperti erosi dan akumulasi garam. Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang (space) atau tempat.

Penggunaan lahan merupakan suatu bentuk pemanfaatan atau suatu fungsi dari perwujudan suatu bentuk penutupan lahan. Istilah penggunaan lahan didasari pada fungsi kenampakan penutupan lahan bagi kehidupan, baik itu kenampakan alami maupun buatan manusia. Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk campur tangan (intervensi) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual (Sitorus, 1989). Hampir setiap


(21)

aktivitas manusia melibatkan penggunaan lahan karena jumlah aktifitas manusia bertambahnya dengan cepat, maka lahan menjadi sumber daya yang langka. Keputusan untuk mengubah pola penggunaan mungkin memberikan keuntungan atau kerugian yang besar, baik ditinjau dari pengertian ekonomis, maupun terhadap perubahan lingkungan. Dengan demikian, membuat keputusan tentang penggunaan lahan merupakan aktivitas politik dan sangat dipengaruhi keadaan sosial dan ekonomi (Sitorus, 2004).

Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam Firdian et al. (2011), penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik objek-objek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek-objek tersebut. Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat 7ETM+ Tahun 2009, terdapat 9 jenis penutupan/penggunaan lahan, yaitu : (1) Hutan, (2) perkebunan, (3) pertanian lahan kering, (4) pertanian lahan basah, (5) permukiman, (6) pertambangan, (7) padang rumput, (8) tanah terbuka dan (9) tubuh air.

Faktor Perubahan Penggunaan Lahan

Para ahli berpendapat bahwa perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Perubahan penggunaan lahan pada umumnya dapat diamati dengan menggunakan data spasial dari peta penggunaan lahan pada titik tahun yang berbeda. Data penginderaan jauh seperti citra Satelit, radar dan foto udara sangat berguna dalam pengamatan perubahan penggunaan lahan. Berdasarkan perubahan penggunaan lahan yang terjadi dalam periode tertentu dapat dibangun model perubahan penggunaan lahan yang mampu memprediksi penggunaan lahan yang akan terjadi (Munibah, et al., 2009).

Menurut Lopulisa (1995) dalam Sitorus et al. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi pola dan jenis penggunaan lahan di indonesia adalah sifat fisik lahan (iklim, topografi, drainase, sifat fisik dan kimia tanah dan lain-lain). Kondisi faktor budaya dan ekonomi serta faktor kebijakan pemerintah, besarnya kontribusi dan faktor-faktor tersebut akan sangat beragam menurut waktu dan ruang.

Faktor-faktor penyebab perubahan penggunaan lahan antara lain adalah: Besarmya arus urbanisasi dan lambatnya proses pembangunan dipedesaan, peningkatan jumlah kelompok dan golongan berpendapatan menengah keatas diwilayah perkotaan hal ini berakibat tingginya permintaan terhadap permukiman (komplek-komplek perumahan), transformasi struktur perekonomian yang akan menggeser kegiatan pertanian/lahan hijau khususnya didaerah perkotaan dan fragmentasi pemilikan lahan menjadi satuan-satuan usaha dengan ukuran yang secara ekonomi tidak efisien. Proses irreversible perubahan penggunaan lahan umumnya bersifat tidak dapat balik. Secara umum, struktur yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu (1) Struktur permintaan atau kebutuhan lahan, (2) struktur penawaran dan ketersediaan lahan, dan (3) struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktifitas sumber daya alam (Saefulhakim, 1999).


(22)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kota Bogor (Kecamatan Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Selatan, Bogor Utara, Bogor Tengah dan Tanah Sareal). Analisis data dilakukan di Studio Divisi Perencanaan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumber daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai Januari 2015. Lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer, data spasial dan data sekunder (dokumen informasi penting terkait penelitian). Data primer diperoleh dengan melakukan pengecekan lapangan disertai pengambilan titik pengamatan dengan bantuan alat GPS serta wawancara. Data spasial yang digunakan berupa: Citra Ikonos Kota Bogor tahun 2005, citra ikonos Kota Bogor


(23)

tahun 2012, dokumen RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 dan peta administrasi Kota Bogor. Perangkat yang digunakan berupa komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pemetaan. Peralatan lainnya yang digunakan adalah Global Positioning System (GPS) dan kamera digital. Data spasial yang digunakan untuk penelitian ditunjukkan pada Tabel 1 dan alat penelitian tertera pada Tabel 2.

Tabel 1. Data Spasial yang Digunakan

No. Jenis data Skala Sumber Keterangan

1. Peta administrasi

Kota Bogor 2011 1:25000 Bappeda Kota Bogor Untuk mengetahui batas wilayah administrasi Kota Bogor (Desa) 2. Peta RTRW

Kota Bogor Tahun 2011-2031

1:50000 Bappeda Kota

Bogor Untuk mengetahui penggunaan lahan menurut perencanaan tata ruang

3. Citra Ikonos Kota Bogor tahun 2005 Citra resolusi tinggi (resolusi spasial 0,6m) Bappeda Kota

Bogor Untuk membuat peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2012

4. Citra Ikonos Kota Bogor tahun 2012 Citra resolusi tinggi (resolusi spasial 0,6m) Bappeda Kota

Bogor Untuk membuat peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005

5. Data Potensi Desa Kota Bogor tahun 2012

- LPPM-P4W Untuk mengetahui hirarki wilayah Kota Bogor

6. Peta penggunaan lahan Kota Bogor 2005-2012

1:5000 - Interpretasi visual citra ikonos 2005-2012

Tabel 2. Alat Penelitian

No. Alat Keterangan

1 ArcGIS Interpretasi penggunaan/penutupan lahan dan pengolahan data 2 Microsoft Office Excel 2007 Tabulasi data

3 Kamera digital Mendokumentasikan pada saat cek lapang 4 GPS Menentukan titik kordinat saat cek lapang

Teknik Analisis Data

Penelitian dilakukan dalam 6 tahap, yaitu : Tahap analisis dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel 3. Berikut penjelasan secara rinci jenis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini :


(24)

Tabel 3. Teknik dan Analisis Data

No Teknik analisis data Keterangan

1 Persiapan Pengecekan kembali data primer dan sekunder, serta ketersediaan alat dalam penelitian.

2 Pengumpulan data Data yang tersedia di kumpulkan sebelum di olah (Citra Ikonos Kota Bogor tahun 2005 dan 2012, peta administrasi Kota Bogor dan data Podes Kota Bogor tahun 2006 dan 2012)

3 Pengecekan Lapang Untuk mengetahui akurasi peta penggunaan lahan dengan keadaan nyata di lapang.

4 Tabulasi analisis dan

data Analisis Skalogram dan Analisis Regresi Berganda 5 Interpretasi Hasil Menginterpretasikan penggunaan lahan

6 Penyusunan skripsi Kegiatan akhir penyusunan hasil penelitian.

Analisis Data Spasial

Sebelum proses digitasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan koreksi geometri dengan maksud agar memiliki sistem referensi dan acuan sistem koordinat yang sama. Sistem proyeksi koordinat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem UTM dengan datum WGS 84 pada zona 48S. Koreksi geometri dilakukan pada perangkat lunak pemetaandengan menentukan titik kontrol GCP (Ground Control Point) sebanyak 4 titik yang berbeda. Akurasi koreksi geometri diukur dengan nilai RMS-Error (Root Mean Square-Error).

Peta penggunaan lahan diperoleh dari digitasi peta administrasi Kota Bogor Skala 1:5000 terhadap citra yang sudah dikoreksi dengan menggunakan citra ikonos Kota Bogor tahun 2005 dan citra ikonos Kota Bogor tahun 2012, dan menghasilkan peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 dan peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2012. Unsur-unsur interpretasi yang digunakan menurut Lint dan Simonett dalam Sutanto (1986), yaitu: (1) rona ialah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto, menunjukan adanya tingkat keabuan yang teramati pada foto udara hitam putih. (2) Warna dapat dipresentasikan terhadap tiga unsur (hue, value, chroma). (3) Pola merupakan karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsikan tata ruang pada citra. (4) Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra foto udara. (5) Ukuran ialah pertimbangan bentuk obyek sehubungan dengan skala foto. (6) Bentuk, merujuk pada konfigurasi umum suatu objek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh. (7) Bayangan, berasosiasi dengan bentuk dan tinggi objek. (8) Situs, menjelaskan tentang posisi muka bumi dan citra yang diamati dalam kaitannya dengan kenampakan disekitarnya. (9) Asosiasi, menunjuk suatu komunitas objek yang memiliki keseragaman tertentu atau beberapa objek yang berdekatan secara erat dimana masing-masing membentuk keberadaan yang lainnya.

Perubahan Penggunaan Lahan

Pada tahap ini, dilakukan overlay pada peta penggunaan lahan tahun 2005 dengan peta penggunaan lahan tahun 2012 untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor pada periode tahun 2005 sampai 2012. Hasil


(25)

perbandingan anatara kedua peta penggunaan lahan tersebut menghasilkan peta perubahan penggunaan lahan. Pada citra Ikonos di lokasi penelitian, klasifikasi penggunaan lahan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 9 kelas, yaitu:

1. Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan merupakan kawasan yang diperuntukan untuk kegiatan perdagangan dan jasa, termasuk pergudangan yang diharapkan mampu mendatangkan keuntungan bagi pemiliknya dan memberikan nilai tambah pada suatu kawasan perkotaan (Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Kawasan Perdagangan diinterpretasi berwarna putih atau putih keabu-abuan. bertekstur halus, berbentuk persegi panjang dan berada di dekat jalan (Daruati, 2002).

2. Kawasan Pemerintahan

Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pemerintahan baik itu kegiatan politik, administratif dan kegiatan perkantoran (Purba, 2005). Kawasan pemerintahan diinterpretasikan berbentuk persegi panjang, polanya teratur dan dekat dengan jalan utama (Daruati, 2002).

3. Kebun Campuran

Kebun campuran merupakan bentuk budidaya pertanian lahan kering dengan komoditas yang beragam (mixed farming) dan biasanya kebun campuran ditanami tanaman budidaya dan pohon berkayu. Mayoritas kebun campuran tersebar di permukiman tidak teratur (Sitorus et al. 2012). Kebun campuran diinterpretasikan ronanya terang, tekstur agak kasar, warnanya beragam, polanya bergerombol berdekatan dengan pemukiman atau mengikuti jalur aliran sungai (Saripin, 2003).

4. Sawah

Sawah merupakan bentuk budidaya pertanian lahan basah dengan komoditas utama tanaman padi (Sitorus et al. 2012). Sawah diinterpretaskan berbentuk Petakan hampir seragam yang dibatasi oleh pematang, rona gelap/terang, polanya petak-petak bertekstur seragam (Saripin, 2003).

5. Ladang

Ladang merupakan bentuk budidaya pertanian lahan kering dengan komoditas yang beragam dan biasanya dominan tanaman palawija, kacang-kacangan dan umbi-umbian pada satu petak lahan (Sitorus et al. 2012). Ladang diinterpretasikan dengan petakan bervariasi berwarna coklat bercampur hijau, dengan bentuk persegi panjang, bertekstur agak halus dan pola berkelompok (Saripin, 2003).

6. Lahan terbuka

Lahan terbuka merupakan lahan kosong, lahan tanpa penutup vegetasi (Sitorus et al. 2012). lahan terbuka diinterpretasikan rona agak bervariasi tergantung kelembaban tanah, warna cokelat tua kemerahan, ukuran bervariasi, bertekstur halus (Saripin, 2003).

7. Pemukiman Teratur

Permukiman teratur merupakan sekumpulan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dengan bentuk, ukuran dan jarak rumah satu dengan yang lain seragam menyebar di seluruh kecamatan (Sitorus et al. 2012). Permukiman teratur diinterpretasikan ukurannya bervariasi, rona agak terang, tekstur agak kasar, pola persegi dengan jaringan jalan yang jelas dan tegas (Saripin, 2003).


(26)

8. Permukiman Tidak Teratur

Permukiman tidak teratur merupakan sekumpulan bangunan dengan bentuk, ukuran dan jarak antar rumah yang tidak seragam (Sitorus et al. 2012). Permukiman tidak teratur diinterpretasikan ukurannya bervariasi, rona agak terang, tekstur agak kasar, pola persegi dengan jaringan jalan yang menyebar/ tidak jelas (Saripin, 2003).

9. Badan Air

Badan air merupakan sekumpulan air yang berada disuatu wilayah yang terdiri dari sungai, sempadan sungai dan danau (Menteri Pekerjaan Umum, 2007). Badan air diinterpretasikan dengan bentuk memanjang atau melebar, berwarna kehitaman dan biru dengan pola menyebar (Daruati, 2002).

Analisis Inkonsistensi Pemanfaatan Ruang

Bentuk inkonsistensi pemanfaatan ruang di Kota Bogor dapat diketahui dengan tumpang tindih (overlay) peta penggunaan lahan dan peta pola ruang. Peta hasil tumpang tindih di-query berdasarkan matrik logik inkonsistensi yang menghasilkan peta inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bogor. Pergeseran penggunaan lahan berlangsung secara searah dan bersifat irreversible (tidak dapat balik), seperti lahan-lahan hutan yang sudah dikonversi menjadi lahan pertanian umumnya sulit dihutankan kembali. Sektor-sektor yang komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi. Sebaliknya sektor-sektor yang kurang mempunyai nilai komersial nilai land rent-nya semakin kecil (Barlowe dalam Rustiadi et al. 2011).

Tabel 4. Matrik Logika Konsistensi Penggunaan Lahan di Kota Bogor. Peruntukan (RTRW) Badan Air Penggunaan Lahan Kota Bogor Lahan

Terbangun Terbuka Lahan RTH

Fasilitas Kesehatan X V X X

Fasilitas OR dan Rekreasi X V V X

Fasilitas Pendidikan X V X X

Fasilitas Peribadatan X V X X

Fasum Fasos X V X X

Hutan Kota X X X V

Industri X V X X

Jasa X V X X

KBC X X X V

Militer X V X X

Pemerintahan X V X X

Penunjang Pertanian X V X X

Perdagangan X V X X

Pertanian X V X X

Prasarana Kota X V X X

Pusat WP X V X X

RTH X X X V


(27)

RTH Kebun Penelitian X X X V

RTH Taman X X X V

RTH Taman Kota X X X V

RTH Taman Lingkungan X X X V

Rumah Rendah X V X X

Rumah Sedang X V X X

Rumah Tinggi X V X X

Sempadan Jalan Tol X V X X

Sempadan Rel KA X V X X

Sempadan Saluran V X X X

Sempadan Sungai V X X X

Sempadan SUTT X X X V

Sungai V X X X

TPU X X X V

Transportasi X V X X

Utilitas Kota X V X X

Keterangan: V = Konsisten, X = Inkonsisten

Badan Air = Badan Air, Lahan Terbuka = Lahan Terbuka, Lahan Terbangun = Pemukiman Teratur, Permukiman Tidak Teratur, Kawasan Industri, dan RTH = Kebun Campuran, Sawah, Ladang.

Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah

Tingkat perkembangan wilayah didapatkan dari hasil analisis data Potensi Desa Kota Bogor tahun 2012 dengan menggunakan metode skalogram. Metode skalogram digunakan untuk mengetahui hirarki yang ada di suatu wilayah. Penetapan hirarki pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan didasarkan pada penetapan jumlah dan jenis unit sarana-prasarana serta fasilitas sosial ekonomi yang tersedia.

Metode ini menghasilkan hirarki atau peringkat yang lebih tinggi pada pusat pertumbuhan yang memiliki jumlah dan jenis fasilitas yang lebih banyak. Penentuan tingkat perkembangan wilayah dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Hirarki I, jika indeks perkembangan ≥ ( rata-rata + simpang baku) b) Hirarki II, jika rata-rata < indeks perkembangan < ( rata-rata + simpang

baku)

c) Hirarki III, jika indeks perkembangan < rata-rata

Fasilitas yang dianalisis dikelompokkan atas kesamaan dan kemiripan sifat kedalam lima kategori, yaitu: (1) fasilitas pendidikan, (2) fasilitas sosial, (3) fasilitas kesehatan, (4) fasilitas ekonomi, (5) aksesibilitas. Pada Tabel 5 disajikan variabel data yang digunakan dalam analisis skalogram.

Tabel 5. Variabel Fasilitas yang digunakan dalam Analisis Skalogram. Kelompok Indeks Variabel yang digunakan

FasilitasPendidikan Jumlah TK Negeri dan Swasta Jumlah SD Negeri dan Swasta Jumlah SLTP Negeri dan Swasta Jumlah SMU Negeri dan Swasta Jumlah SMK Negeri dan Swasta


(28)

Jumlah Akademi Negeri dan Swasta Jumlah SLB Negeri dan Swasta Jumlah Pondok

Pesantren/Madrasah Diniyah Swasta Fasilitas Sosial Jumlah Surau

Jumlah Mesjid

Jumlah Gereja Kristen Jumlah Gereja Katolik Jumlah Pura

Jumlah Vihara Fasilitas Kesehatan Jumlah Rumah Sakit

Jumlah Rumah Sakit Bersalin Jumlah Poliklinik/balai pengobatan Jumlah Puskesmas

Jumlah Puskesmas Pembantu Jumlah Tempat Praktek Dokter Jumlah Tempat Praktek Bidan Jumlah Posyandu

Jumlah Apotik

Fasilitas Ekonomi Jumlah Wartel/Kiospon/Warpostel/Warparpostel Jumlah Warung internet (Warnet)

Jumlah Super market/ pasar swalayan/toserba/mini market Jumlah Restoran/rumah makan

Jumlah Warung/kedai makanan minuman Jumlah Toko/Warung kelontong

Jumlah Hotel Jumlah Penginapan(hostel/motel/losmen/wisma) Jumlah Koperasi Jumlah Minimarket Jumlah KUD Jumlah KOPINKRA Jumlah KOSPIN Jumlah Bank Umum Jumlah Perkreditan Rakyat Jumlah Semi Nari Swasta Jumlah Kursus Bahasa Asing Jumlah Kursus Komputer Jumlah Kursus Tata Busana Jumlah Kursus Kecantikan Jumlah Industri dari Kulit Jumlah Industri dari kayu

Jumlah Industi dari logam dan logam mulia Jumlah Industri anyaman

Jumlah Industri gerabah/ keramik Jumlah Industri dari Kain tenun Jumlah industri makan dan minuman Jumlah Industri lainnya

Aksesibilitas (Km) Jarak dari TK Terdekat Jarak dari SD Terdekat Jarak dari SMP Terdekat Jarak dari SMA Terdekat Jarak dari SMK Terdekat Jarak dari RS ke sarana Terdekat


(29)

Jarak dari RSB ke sarana Terdekat Jarak dari Poliklinik ke sarana Terdekat Jarak dari Puskesmas ke sarana Terdekat

Jarak dari Puskesmas pembantu ke sarana Terdekat Jarak dari Bank Umum ke sarana terdekat

Jarak dari Bank perkreditan rakyat terdekat

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pada penelitian ini dianalisis dengan regresi berganda dengan metode forward stepwise pada perangkat lunak Statistica 7. Perubahan penggunaan lahan yang di analisis yaitu perubahan lahan pertanian menjadi lahan non pertanian (lahan terbangun) pada periode 2005-2012. Pada Tabel 6 disajikan variabel data yang digunakan dalam analisis regresi berganda. Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah:

Y = A0 + A1X1 + A2X2 + .... + AnXnb Y = Dipendent variabel (peubah tujuan).

Xi = Indipendent variabel (peubah penduga) ke-i, dengan i = 1,2, .... Ai = Koefisien regresi peubah ke-i.

Tabel 6. Variabel untuk Mengidentifikasi Faktor Penentu Perubahan Penggunaan Lahan.

Peubah tujuan (Y) Peubah penduga (X) Perubahan luas lahan

pertanian menjadi lahan terbangun

(X1) Pertumbuhan Penduduk (X2) Pertumbuhan Fasilitas Sosial (X3) Pertumbuhan Fasilitas Ekonomi (X4) Pertumbuhan Fasilitas Pendidikan (X5) Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan (X6) Indeks Perkembangan Desa (X7) Alokasi Lahan Pertanian (ha) (X8) Alokasi Lahan Terbangun (ha) (X9) Luas Lahan Pertanian 2005 (ha) (X10) Luas Lahan Terbangun 2005 (ha)

Kegiatan penelitian ini diawali denganpengoreksian geometri yang dilakukan pada citra ikonos Kota Bogor tahun 2005 dan 2012, citra yang telah terkoreksi dioverlay kedalam peta batas wilayah administrasi kota Bogor untuk dapat dilakukan digitasi penggunaan lahan yang menghasilkan peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 dan peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2012 (peta perubahan penggunaan lahan 2005-2012), peta perubahan penggunaan lahan dioverlay dengan peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 dan menghasilkan peta konsisten (sesuai) dan inkonsisten (tidak sesuai) penggunaan lahan Kota Bogor. Data potensi desa (PODES) Kota Bogor tahun 2006 dan 2012 dengan metode skalogram diolah untuk mengetahui tingkat perkembangan wilayah di Kota Bogor. Faktor-faktor perubahan penggunaan lahan dilakukan


(30)

dengan cara mengolah data atribut perubahan penggunaan lahan (peubah Y) dan variabel independent terpilih (peubah X) dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Pelaksanaan kegiatan penelitian disajikan dalam diagram alir penelitian pada Gambar 2.

Batas Administrasi

Pemilihan Variabel

Variabel Independent terpilih (Peubah X)

koreksi Geometrri Digitasi dan Klasifikasi Citra Ikonos Terkoreksi 2005 dan 2012

Peta Penggunaaan Lahan 2005

Peta Perubahan Penggunaan Lahan 2012 overlay Citra Ikonos 2005 Citra Ikonos 2012 Peta Penggunaan Lahan 2012 Pengecekan Lapang overlay Data Podes Kota Bogor 2006 Data Podes Kota Bogor

2012 Analisis Skalogram Hirarki Wilayah 2006-2012

Peta RTRW Kota Bogor 2011-2031 Data Atribut Perubahan Penggunaan Lahan (Peubah Y) Analisis Regresi Berganda Matriks Ketidaksesuaian Tata ruang Konsisten dan Inkonsisten Penggunaan Lahan dengan RTRW Faktor yang

mempengaruhi perubahan penggunaan lahan


(31)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis dan Batas Administrasi

Secara geografis Kota Bogor terletak diantara 106048’BT dan 60 26”LS Kedudukan geografis Kota Bogor ditengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasinya sangat dekat dengan ibu kota negara, merupakan potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan pariwisata (BPS Kota Bogor, 2013).

Luas wilayah Kota Bogor sebesar 11 850 ha, terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kemudian secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Bogor dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong gede dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor

2. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor.

Ketinggian, Iklim dan Tanah

Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian minimum 190 mdpl dan maksimum 330 mdpl. Kondisi iklim di Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26 oC dengan suhu terendah 21.8 oC dan suhu tertinggi 30.4 oC, kelembaban udara 70%, Kota Bogor identik dengan kota hujan, hal ini dikarnakan keadaan cuaca dan udara yang sejuk dengan curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3 500-4 000 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari (BPS Kota Bogor, 2013).

Secara umum Kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tupaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa alluvium/kal dan kipas alluvium/kpal). Lapisan batuan ini agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial yang tersusun oleh tanah, pasirdan kerikil hasil dari pelapukan endapan, hal ini baik untuk pertumbuhan vegetasi dan tanaman budidaya. Jenis tanah yang hampir terdapat di seluruh wilayah adalah latosol cokelat kemerahan dan sebagian besar mengandung tanah liat (clay) serta bahan-bahan yang berasal dari letusan gunung berapi, sehingga keadaan tanahnya mengandung tanah liat, batu-batuan dan pasir. Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosol cokelat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi.

Pemerintahan Kota Bogor

Secara administratif Kota Bogor terdiri dari 6 wilayah kecamatan, 68 kelurahan. Kecamatan Bogor Utara terdiri dari 8 Kelurahan yaitu: Bantar Jati,


(32)

Tegal Gundil, Cibuluh, Tanah Baru, Ciluar, Cimahpar, Kedung Halang, dan Ciparigi. Pada Bogor Selatan Terdiri dari 16 kelurahan yaitu: Empang, Lawang

Gintung, Batu Tulis, Bondongan, Pamoyanan, Ranggamekar, Mulyaharja, Cikaret, Bojongkerta, Rancamaya, Kertamaya, Harjasari, Muarasari, Genteng, Pakuan dan Cipaku. Pada Bogor Timur Terdiri dari 6 Kelurahan yaitu:

Baranangsiang, Sukasari, Tajur, Katulampa, Sindang Sari dan Sindang Rasa. Pada Kecamatan Bogor Barat Terdiri dari dari 16 kelurahan yaitu: Menteng, Pasir

Kuda, Pasir Jaya, Pasir Mulya, Gunung Batu, Bubulak, Situ Gede, Margajaya, Balumbang Jaya, Semplak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Curug, Loji, Curug Mekar, Sindang Barang. Pada Kecamatan Bogor Tengah terdiri dari 11 kelurahan

yaitu: Pabaton, Tegallega, Sempur, Babakan Pasar, Panaragan, Cibogor, Babakan, Paledang, Ciwaringin, Gudang, Kebon Kelapa. Pada Kecamatan Tanah Sareal

terdiri dari 11 kelurahan yaitu: Tanah Sareal, Kebon Pedes, Kedung Badak, Kedung Jaya, Kedung Waringin, Sukaresmi, Sukadamai, Mekarwangi, Kencana, Kayumanis, Cibadak. Dari keluran tersebut lima diantaranya termasuk desa tertinggal yaitu desa pamoyanan, Genteng, Balumbangjaya, Mekar wangi dan Sindangrasa. Kota Bogor memiliki 210 dusun, 623 RW, 2 712 RT (BPS Kota Bogor, 2013).

Kependudukan

Jumlah laju pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk tahun 2008-tahun 2012 tertera pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa peningkatan pertumbuhan penduduk pada tahun 2008-2009 adalah sebesar 2%, pada tahun 2009-2010 peningkatan pertumbuhan penduduk sebesar 6%, pada tahun 2010-2011 peningkatan pertumbuhan penduduk sebesar 2% dan peningkatan jumlah penduduk pada tahun 2011-2012 adalah sebesar 2%. Peningkatan pertumbuhan penduduk terbesar adalah pada tahun 2009-2010 yaitu sebesar 6%, dibandingkan tahun-tahun sebelum dan sesudahnya yang relatif konstan untuk pertumbuhan penduduk yaitu sebesar 2%. Pada tahun 2014 laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor mencapai angka 1.89%, dengan laju pertumbuhan seperti itu, maka jumlah penduduk Kota Bogor diperkirakan mencapai 104 juta jiwa (Buwono, 2014) .

Tabel 7. Data Total Pertumbuhan dan Kepadatan penduduk Kota Bogor

Tahun 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Pria (jiwa) 453 916 445 835 484 791 493 496 503 317 Jumlah Wanita (Jiwa) 440 376 449 761 465 543 473 902 484 131 Total Penduduk (Jiwa) 876 292 895 596 950 334 967 398 987 448

Pertumbuhan Penduduk (%) - 2 6 2 2

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km) - - 8 506 8 658 8 838 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat (2013).


(33)

Kondisi Ekonomi

Kota Bogor saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif, karena pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Bogor mencapai angka 6.11% dan pada tahun 2014 mengalami peningkatan mencapai 6.26%. Pertumbuhan perekonomian Kota Bogor ini didorong oleh peningkatan nilai investasi yang masuk dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 nilai investasi mencapai Rp. 8.7 triliun, pada tahun 2013 mencapai Rp. 9.01 triliun dan tahun 2014 mengalami peningkatan mencapai Rp. 10.4 triliun. Pertumbuhan ekonomi ini dipicu oleh beberapa faktor makro ekonomi. diantaranya adalah pertambahan jumlah penduduk (Buwono, 2014).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Lahan Eksisting Kota Bogor Interpretasi Visual Penggunaan Lahan Melalui Citra Ikonos.

Penggunaan lahan yang dijumpai di Kota Bogor adalah: yaitu (1) kebun campuran, (2) sawah, (3) ladang, (4) permukiman tidak teratur, (5) permukiman teratur, (6) kawasan perdagangan, (7) kawasan pemerintahan, (8) lahan terbuka, (9) badan air. Peta penggunaan lahan Kota Bogor eksisting secara spasial disajikan pada Gambar 3.


(34)

Kebun Campuran

Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas beberapa atau campuran vegetasi antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim dalam suatu lahan. Pada citra ikonos kebun campuran memiliki tekstur yang kasar dengan rona terang, tekstur agak kasar, warnanya beragam, polanya bergerombol berdekatan dengan permukiman atau mengikuti jalur aliran sungai. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang kebun campuran disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan kebun campuran.

Sawah

Sawah merupakan bentuk budidaya pertanian lahan basah dengan komoditas utama tanaman padi. Pada citra ikonos Sawah diinterpretaskan berbentuk petakan hampir seragam yang dibatasi oleh pematang, rona gelap/terang, polanya petak-petak bertekstur seragam Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang sawah disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan sawah.

Ladang

Ladang merupakan bentuk budidaya pertanian lahan kering dengan komoditas tanaman semusim yang beragam dan biasanya dominan tanaman palawija, kacang-kacangan dan umbi-umbian pada satu petak lahan. Pada citra


(35)

ikonos ladang diinterpretasikan dengan petakan bervariasi berwarna coklat bercampur hijau, dengan bentuk persegi panjang, bertekstur agak halus dan pola berkelompok. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang ladang disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan ladang

Permukiman Tidak Teratur

Permukiman tidak teratur merupakan sekumpulan bangunan dengan bentuk, ukuran dan jarak antar rumah yang tidak seragam. Pada citra ikonos pemukiman tidak teratur diinterpretasikan ukurannya bervariasi, rona agak terang, tekstur agak kasar, pola persegi dengan jaringan jalan yang menyebar/tidak jelas. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang permukiman tidak teratur disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan permukiman tidak teratur.

Permukiman Teratur

Permukiman teratur merupakan sekumpulan bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal dengan bentuk, ukuran dan jarak rumah satu dengan yang lain seragam menyebar di seluruh kecamatan. Pada citra ikonos permukiman teratur diinterpretasikan ukuran bervariasi, rona agak terang, tekstur agak kasar, pola persegi dengan jaringan jalan yang jelas dan tegas. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang permukiman teratur disajikan pada Gambar 8.


(36)

Gambar 8. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan permukiman teratur.

Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan didefinisikan sebagai areal yang digunakan untuk suatu pusat perbelanjaan seperti pasar, mall dan perusahaan. Pada citra ikonos Kawasan perdagangan diinterpretasi berwarna putih atau berwarna putih keabuan, bertekstur halus dengan bentuk persegi memanjang, ukurannya agak besar dan berada dekat dengan jalan. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang kawasan perdagangan disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan kawasan perdagangan.

Kawasan Pemerintahan

Kawasan pemerintahan merupakan tempat untuk melaksanakan segala sesuatu hal yang berkaitan dengan pemerintahan baik itu kegiatan politik, administratif dan kegiatan perkantoran. Kawasan pemerintahan diinterpretasikan berbentuk persegi panjang, polanya teratur dan dekat dengan jalan utama. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang kawasan pemerintahan disajikan pada Gambar 10.


(37)

Gambar 10. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan kawasan pemerintahan.

Lahan Terbuka

Lahan terbuka merupakan lahan kosong, lahan tanpa penutup vegetasi dan tidak ada aktivitas yang dilakukan pada areal tersebut. Pada citra ikonos lahan terbuka diinterpretasikan rona agak bervariasi tergantung kelembaban tanah, warna cokelat tua kemerahan, ukuran bervariasi, bertekstur halus. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang lahan terbuka disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan terbuka.

Badan Air

Penggunaan lahan badan merupakan sekumpulan air yang berda disuatu wilayah yang terdiri dari sungai, sempadan sungai dan danau. Pada citra ikonos badan air diinterpretasikan pola yang berkelok-kolak, bentuk memanjang dengan rona yang gelap dan terkstur kasar. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang badan air disajikan pada Gambar 12.


(38)

Gambar 12. Kenampakan objek pada citra dan foto pengamatan lapang penggunaan lahan badan air.

Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor Periode 2005-2012 Penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 secara spasial disajikan pada Gambar 14. Dan penggunaan lahan kota bogor tahun 2012 disajikan pada Gambar 15.

Ket : BDA= badan air, KBC= kebun campuran, SWH= sawah, LDG= ladang, KWD= kawasan perdagangan, KWP= kawasan pemerintahan, PKM= permukiman teratur, PKM_T= permukiman tidak teratur, LHT= lahan terbuka

.


(39)

(40)

Tabel 8. Matriks perubahan penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005-2012

Penggunaan Lahan 2005

(ha)

Penggunaan lahan 2005-2012 (ha)

KBC SWH LDG PKM_T PKM KWD KWP LHT BDA

KBC 3 361.60 156.2 - 401.2 32.3 12.2 2.6 21.7 -

SWH 375 2 358.50 23 200.5 156.8 17 - 29.9 -

LDG - 71.1 42.8 26.6 - - - - -

PKM_T - - - 3 014.90 - - - - -

PKM - - - 752.7 - - - - -

KWD - - - 207.6 - - -

KWP - - - 43 - -

LHT 48.9 29.1 7.2 13.5 51.8 6.9 - 163 -

BDA - - - 76.2

Ket : BDA= badan air, KBC= kebun campuran, SWH= sawah, LDG= ladang, KWD= kawasan perdagangan, KWP= kawasan pemerintahan, PKM= permukiman teratur, PKM_T= permukiman tidak teratur, LHT= lahan terbuka.

Gambar 16. Grafik Konversi kebun campuran, sawah, ladang dan lahan terbuka tahun 2005-2012.

Pada Gambar 16, luas kebun campuran yang tidak mengalami perubahan selama periode 2005-2012 adalah sebesar 3 361.6 ha, sedangkan untuk konversi kebun campuran terbesar selama periode 2005-2012 adalah konvesi dari kebun campuran menjadi permukiman tidak teratur yaitu sebesar 401.2 ha, konversi kebun campuran menjadi sawah sebesar 156.2 ha, sedangkan konversi dari kebun campuran menjadi pemukiman teratur adalah sebesar 32.3 ha, konversi kebun campuran menjadi lahan terbuka yaitu sebesar 21.7 ha, konversi dari kebun campuran menjadi kawasan perdagangan sebesar 12.2 ha dan konversi kebun campuran terkecil adalah konversi dari kebun campuran menjadi kawasan pemerintahan yaitu sebesar 2.6 ha. Luas sawah yang tidak mengalami perubahan selama periode 2005-2012 adalah sebesar 2 358.50 ha, sedangkan untuk konversi sawah terbesar selama periode 2005-2012 adalah konversi dari sawah menjadi kebun campuran yaitu sebesar 375.0 ha, sedangkan konversi dari sawah menjadi


(41)

pemukiman teratur adalah sebesar 156.8 ha, konversi dari kebun campuran menjadi ladang adalah sebesar 23.0 ha, konversi sawah menjadi lahan terbuka adalah sebesar 29.9 ha, konversi dari sawah menjadi permukiman tidak teratur adalah sebesar 200.5 ha dan konversi sawah terkecil adalah konversi dari sawah menjadi kawasan perdagangan yaitu sebesar 17.0 ha. Luas ladang yang tidak mengalami perubahan selama periode 2005-2012 adalah sebesar 42.8 ha, sedangkan untuk konversi ladang terbesar selama periode 2005-2012 adalah konversi dari ladang menjadi sawah yaitu sebesar 71.7 ha, dan konversi ladang terkecil terjadi pada perubahan ladang menjadi permukiman tidak teratur sebesar 26.6 ha. Luas lahan terbuka yang tidak mengalami konversi lahan selama periode 2005-2012 adalah sebesar 163.0 ha, sedangkan untuk konversi lahan terbuka terbesar selama periode 2005-2012 adalah konversi dari lahan terbuka menjadi permukiman teratur yaitu sebesar 51.8 ha, konversi dari lahan terbuka menjadi kebun campuran yaitu sebesar 48.9 ha, konversi dari lahan terbuka menjadi sawah sebesar 29.1 ha, konversi dari lahan terbuka menjadi permukiman tidak teratur adalah sebesar 13.5 ha, konversi dari lahan terbuka menjadi ladang adalah sebesar 7.2 ha, konversi terkecil adalah konversi dari lahan terbuka menjadi kawasan perdagangan adalah sebesar 6.9 ha dan tidak mengalami perubahan untuk kawasan pemerintahan dan badan air.

Gambar 17. Grafik Luas permukiman tidak teratur, permukiman teratur,

kawasan perdagangan, kawasan pemerintahan dan badan air yang tidak mengalami perubahan pada periode tahun 2005-2012.

Pada Gambar 17, penggunaan lahan sebagai permukiman tidak teratur pada periode 2005-2012 tidak mengalami konversi lahan dengan luas kawasan permukiman yang tetap sama yaitu sebesar 3 014.90 ha. Penggunaan lahan sebagai permukiman teratur pada periode 2005-2012 tidak mengalami konversi lahan dengan luas kawasan permukiman yang tetap sama yaitu sebesar 752.7 ha. Penggunaan lahan sebagai kawasan perdagangan pada periode 2005-2012 tidak mengalami konversi lahan dengan luasan kawasan perdagangan yang tetap sama yaitu sebesar 207.6 ha. Penggunaan lahan sebagai kawasan pemerintahan pada periode 2005-2012 tidak mengalami konversi lahan dengan luas kawasan pemerintahan yang tetap sama yaitu sebesar 43 ha. Penggunaan lahan sebagai


(42)

badan air pada periode 2005-2012 tidak mengalami konversi penggunaan lahan sehingga luasannya tetap sama yaitu sebesar 76.2 ha.

Gambar 18. Grafik Perubahan Penggunaan Lahan Kota Bogor Tahun 2005-2012 Perubahan penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005-2012 disajikan secara grafik pada Gambar 18. Pada Gambar 18, terdapat grafik perubahan penggunaan lahan periode 2005-2012 dapat diketahui bahwa luas kebun

campuran mengalami penurunan luas wilayah, pada tahun 2005 luas kebun

campuran adalah 3 987.7 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 3 785.5 ha, penurunan luasan kebun campuran selama periode 2005-2012 adalah sebesar 202,2 ha (1.73%). Pada periode 2005-2012 Sawah mengalami penurunan luas wilayah, pada tahun 2005 luas sawah adalah 3 160 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 2 615.0 ha, penurunan sawah selama periode 2005-2012 adalah sebesar 545.7 ha (4.66%). Pada periode 2005-2012 Ladang mengalami penurunan luas wilayah, pada tahun 2005 luasan ladang adalah 140.6 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 73.0 ha. Penurunan ladang selama periode 2005-2012 adalah sebesar 67.6 ha (0.58%). Pada periode 2005-2005-2012 kawasan

permukiman tidak teratur mengalami pertambahan luasan wilayah pada tahun

2005 sebesar 3 014.9 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 3 656.8 ha, pertambahan luas kawasan permukiman tidak teratur selama periode 2005 sampai 2012 adalah sebesar 641.9 ha (5.48%). Pada periode 2005-2012 kawasan

permukiman teratur mengalami pertambahan luasan wilayah pada tahun 2005

sebesar 752.7 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 993.5 ha, pertambahan luas kawasan selama periode 2005 sampai 2012 adalah sebesar 240.8 ha (2.06%).

3 987.7 3 160.7 140.6 3 014.9 752.7 207.6 43.0 320.5 76.2 3 785.5 2 615.0 73.0 3 656.8 993.5 243.6 45.6 214.5 76.2 0.0 500.0 1000.0 1500.0 2000.0 2500.0 3000.0 3500.0 4000.0 4500.0

KBC SWH LDG PKM_T PKM KWD KWP LHT BDA

Tahun 2005 Tahun 2012 Lu asan (h a)

Ket : KBC= kebun campuran, SWH= sawah, LDG= ladang, PKM_T= permukiman tidak teratur, PKM= permukiman teratur, KWD= kawasan perdagangan, KWP= kawasan pemerintahan, LHT= lahan terbuka, BDA= badan air.


(43)

Pada periode 2005-2012 kawasan perdagangan mengalami pertambahan luas wilayah pada tahun 2005 sebesar 207.6 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 243.6 ha, pertambahan luas kawasan selama periode 2005 sampai 2012 adalah sebesar 36.0 ha (0.31%). Pada periode 2005-2012 kawasan pemerintahan mengalami pertambahan luas wilayah pada tahun 2005 sebesar 43.0 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 45.6 ha, pertambahan luas kawasan selama periode 2005 sampai 2012 adalah sebesar 2.6 ha (0.02%). Pada periode 2005-2012 lahan

terbuka mengalami penurunan luasan wilayah, pada tahun 2005 luasan lahan

terbuka adalah 320.5 ha dan pada tahun 2012 berubah menjadi 214.5 ha, penurunan luas kebun campuran selama periode 2005-2012 adalah sebesar 106,0 ha (0,91%). Pada periode 2005-2012 badan air tidak mengalami perubahan dimana luasannya tetap sama yaitu sebesar 76,2 ha.

Tabel 9. Pola Perubahan Penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005-2012 Pola Perubahan Penggunaan lahan

2005-2012

Luas Lahan (ha)

BDA Terbangun Lahan Terbuka Lahan RTH

Badan Air-->Badan Air 76.2

Kawasan Pemerintahan-->Kawasan

Pemerintahan 38.9

Kawasan Perdagangan-->Kawasan

Perdagangan 210.8

Kebun Campuran-->Kawasan Pemerintahan 2.6 Kebun Campuran-->Kawasan Perdagangan 12.7

Kebun Campuran-->Kebun Campuran 3 361.1

Kebun Campuran-->Lahan Terbuka 21.7

Kebun Campuran-->Permukiman Teratur 32.3 Kebun Campuran-->Permukiman Tidak

Teratur 402.4 0.2

Kebun Campuran-->Sawah 156.2

Ladang-->Ladang 42.8

Ladang-->Permukiman Tidak Teratur 26.8

Ladang-->Sawah 71.1

Lahan Terbuka-->Kawasan Perdagangan 6.9

Lahan Terbuka-->Kebun Campuran 48.9

Lahan Terbuka-->Ladang 7.2

Lahan Terbuka-->Lahan Terbuka 163.0

Lahan Terbuka-->Permukiman Teratur 51.8 Lahan Terbuka-->Permukiman Tidak Teratur 13.3

Lahan Terbuka-->Sawah 72.1

Permukiman Teratur-->Permukiman Teratur 758.7 Permukiman Tidak Teratur-->Permukiman


(44)

Sawah-->Kawasan Perdagangan 17.0

Sawah-->Kebun Campuran 372.8

Sawah-->Ladang 23.0

Sawah-->Lahan Terbuka 29.9

Sawah-->Permukiman Teratur 150.8

Sawah-->Permukiman Tidak Teratur 202.5 1.4

Sawah-->Sawah 2313.1

Keterangan: *(LHB) Lahan terbangun:**kawasan perdagangan, kawasan pemerintahan, permukiman teratur, permukiman tidak teratur. *(RTH) Ruang Terbuka Hijau

:**sawah, ladang, kebun campuran, *(LHT) lahan terbuka: **lahan

terbuka,*(BDA) badan air:**badan air.

* Keterangan sebagai singkatan ** Keterangan sebagai cara menghitung

Konversi lahan pertanian menjadi lahan terbangun pada umumnya disebabkan oleh 3 fenomena sosial ekonomi yaitu: (1) Keterbatasan sumber daya lahan, (2) pertumbuhan penduduk, (3) pertumbuhan ekonomi. Data pada Tabel 9 menjelaskan bahwa perubahan penggunaan lahan selama periode 2005-2012 adalah sebesar 2 129 ha (28.93%) dari luasan lahan. Pada periode 2005 hingga 2012 terjadi perubahan penggunaan lahan yang signifikan seperti perubahan

lahan terbangun (kawasan pemerintahan, kawasan perdagangan, permukiman

teratur, permukiman tidak teratur) pada tahun 2005 luasannya adalah sebesar 4 124.4 ha dan mengalami pertambahan luasan pada tahun 2012 menjadi 4 939.5 ha, dimana pada periode tersebut terjadi perluasan wilayah sebesar 815.2 ha.

Kawasan RTH (sawah, kebun campuran, ladang) pada tahun 2005 luasannya

adalah 7 126.4 ha dan mengalami penurunan luasan wilayah pada tahun 2012 menjadi 6 473.5 ha dimana pada periode tersebut RTH mengalami penurunan luasan wilayah sebesar 652.9 ha. Lahan terbuka pada tahun 2005 luasannya adalah 373.2 ha dan mengalami penurunan luasan wilayah pada tahun 2012 menjadi 214.5 ha, dimana pada periode tersebut lahan terbuka mengalami penurunan luasan wilayah sebesar 158.7 ha. Badan air pada tahun 2005-2012

tidak mengalami perubahan penggunaan lahan dimana luasannya tetap sama yaitu 76.2 ha. Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dengan semakin berkurangnya lahan kosong di dalam wilayah tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh pertambahan jumlah penduduk dalam suatu wilayah baik secara alamiah maupun akibat semakin tingginya kebutuhan ruang untuk dijadikan tempat tinggal dan untuk tempat berwirausaha.

Konsistensi/Inkonsistensi Penggunaan Lahan Tahun 2012 dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor Tahun 2011-2031

Analisis konsistensi/inkonsistensi penggunaan lahan terhadap RTRW dilakukan untuk mengetahui apakah penggunaan lahan aktual sudah sesuai dengan RTRW yang telah disusun sebagai pedoman pelaksanaan pemanfaatan ruang. Analisis ini dilakukan dengan cara mengoverlay peta RTRW Kota Bogor tahun 2011-2031 (Gambar 19), dengan peta penggunaan lahan Kota Bogor Tahun 2012


(45)

(Gambar 15). Hasil dari overlay tersebut menghasilkan sebaran spasial konsistensi/inkonsistensi pemanfaatan ruang Kota Bogor tahun 2012 (Gambar 21).

Suatu penggunaan lahan dikatakan konsisten (sesuai) apabila suatu penggunaan lahan aktual (tahun 2012), sama dengan pengalokasian penggunaan lahan menurut pola ruang rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan suatu penggunaan lahan dianggap inkonsisten (tidak sesuai) apabila suatu penggunaan lahan aktual (tahun 2012), tidak sama atau berbeda dengan pengalokasian penggunaan lahan menurut RTRW, misalnya lahan aktual merupakan lahan terbangun sedangkan alokasi ruang sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dalam dokumen RTRW, sehingga kawasan tersebut dapat dikatakan inkonsisten (tidak sesuai).

Gambar 19. Sebaran Alokasi Ruang Berdasarkan RTRW Kota Bogor Tahun 2011-2031.

Alokasi penggunaan lahan menurut RTRW terbesar antara lain untuk lahan terbangun, dengan urutan tipe penggunaan lahan yaitu: rumah rendah, rumah sedang dan rumah tinggi, dimana peruntukan rumah rendah terpusat di kecamatan Bogor Selatan, sedangkan untuk rumah sedang peruntukannya terpusat di kecamatan Tanah Sareal, Bogor Barat, Bogor Tengah, Bogor Timur dan Bogor Utara dan rumah tinggi peruntukannya terpusat di Kecamatan Bogor Utara. Alokasi untuk ruang terbuka hijau (RTH) dikelompokan menjadi beberapa golongan yaitu: kawasan pertanian, hutan kota, RTH, RTH infrastruktur, RTH taman kota, RTH taman lingkungan, RTH tanaman dan RTH kebun penelitian.


(46)

Tabel 10. Keterkaitan penggunaan lahan (2012) dengan Alokasi Ruang menurut PERDA No 8 tahun 2011.

Pengguna-an LahPengguna-an

Eksisting Allokasi RTRW

Luasan RTRW (ha)

Pengguna-an LahPengguna-an

Eksisting Alokasi RTRW

Luasan RTRW (ha)

PKM_T Rumah rendah 3 156.5 SWH Pertanian 190.1 Rumah sedang 4 743.1 LDG Penunjang Pertanian 4.5

PKM Rumah tinggi 941.8 KBC RTH 104.9

KWD

Industri 209.5 RTH infrastruktur 03

Jasa 344 RTH kebun

penelitian 84.6

Perdagangan 233.6 RTH taman 37.7

Pusat WP 125.6 RTH taman Kota 1.2

KWP Fasilitas

kesehatan 32.6 RTH taman lingkungan 2.4 Fasilitas OR

dan rekreasi 117 Sempadan SUTT 117.4

Fasilitas

pendidikan 53.9 TPU 187.9

Fasilitas

peribadatan 2 Hutan kota 169.8

Fasum fasos 24.6 6 473.5 ha Jumlah (RTH) 900.8 Militer 94.9 LHT Sempadan jalan tol 123.3 Pemerintahan 106.5 Sempadan Rel KA 60.4 Prasarana Kota 5.5 214.5 ha Jumlah (LHT) 183.7 Transportasi 7 BDA Sempadan Saluran 102.6 Utilitas Kota 14 Sempadan Sungai 158.3

4939,5 Jumlah (LTB) 10212 Sungai 149.5

76.2 Jumlah

(BDA) 410.4

Ket : KBC= kebun campuran, SWH= sawah, LDG= ladang, PKM_T= permukiman tidak teratur, PKM= permukiman teratur, KWD= kawasan perdagangan, KWP= kawasan pemerintahan, LHT= lahan terbuka, BDA= badan air.

Tabel 10 menjelaskan bahwa lahan terbangun pada penggunaan lahan 2012 terdiri dari 4 penggunaan lahan (PKM_T, PKM, KWD, KWP), sedangkan pada alokasi RTRW terdapat 17 penggunaan lahan. Pada kawasan pertanian pada penggunaan lahan tahun 2012 terdiri dari 3 penggunaan lahan (KBC, SWH, LDG) sedangkan pada alokasi RTRW terdapat 11 penggunaan lahan. Pada kawasan lahan terbuka pada penggunaan lahan 2012 terdiri dari 1 penggunaan lahan yaitu


(47)

lahan terbuka sedangkan pada alokasi RTRW dikelompokan menjadi 2 tipe penggunaan lahan. Pada badan air (BDA) penggunaan lahan terdiri dari 1 penggunaan lahan yaitu badan air, sedangkan pada alokasi RTRW penggunaan lahan BDA dikelompokkan menjadi 3 tipe penggunaan. Penggunaan lahan (2012) dikelompokkan kedalam 9 tipe penggunaan lahan sedangkan penggunaan lahan menurut alokasi ruang (RTRW) dikelompokkan kedalam 33 tipe penggunaan lahan.

Pada data alokasi ruang menurut RTRW dapat diketahui alokasi ruang terluas disediakan untuk lahan terbangun yaitu sebesar 10 212.0 ha, lahan tersebut dalam rencana tata ruang meliputi: fasilitas olahraga dan rekreasi, pendidikan, peribadatan, fasilitas umum dan sosial, industri, jasa, militer, perdagangan, prasarana kota, pusat wp, transportasi, utilitas kota, rumah tinggi, rumah sedang dan ruang rendah. Alokasi untuk ruang terbuka hijau (RTH) disediakan seluas 900.8 ha, lahan tersebut dalam rencana tata ruang meliputi: hutan kota, penunjang pertanian, pertanian, RTH, RTH infrastruktur, RTH kebun penelitian, RTH taman lingkungan, RTH taman, TPU, sempadan SUTT. Alokasi ruang untuk lahan terbuka menurut alokasi RTRW adalah sebesar 183.7 ha, lahan tersebut dalam rencana tata ruang meliputi: sempadan jalan tol dan sempadan rel KA. Alokasi ruang untuk kawasan badan air menurut alokasi ruang adalah sebesar 410.4 ha, lahan tersebut dalam rencana tata ruang meliputi: sempadan saluran, sempadan sungai, sungai. Pada tabel peruntukan alokasi ruang menurut RTRW dapat diketahui, peruntukan alokasi ruang tertinggi adalah fasilitas rumah sedang seluas 4 743.1 ha, sedangkan untuk alokasi ruang terkecil adalah untuk fasilitas umum berupa RTH infrastruktur yaitu sebesar 0.3 ha.

Untuk menganalisis ketidaksesuaian pemanfaatan ruang, dilakukan penyamaan jenis penggunaan lahan pada alokasi RTRW dengan kondisi eksisting. Penyamaan tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengetahui apakah pemanfaatan ruang saat ini sesuai (konsisten) atau tidak sesusai (inkonsisten) dengan alokasi ruang RTRW. Pada Tabel 11 dijelaskan penggunaan lahan menurut alokasi RTRW yang dikelompokan kedalam penggunaan lahan eksisting. Tabel 11. Matriks Konsistensi Penggunaan Lahan tahun 2012 dengan RTRW

tahun 2011-2031. Alokasi RTRW

Luasan (ha)

Badan

Air Lahan Terbangun RTH Terbuka Lahan

BDA KWD KWP PKM PKM_T SWH KBC LDG LHT

Fasilitas Kesehatan 13 2 5 1 27 1 5

Fasilitas OR dan

Rekreasi 15 5 1 10 5 57 2 24

Fasilitas Pendidikan 1 18 3 1 47 3 32 1

Fasilitas Peribadatan 3 1 3 6

Fasum Fasos 1 6 3 15

Hutan Kota 2 7 3 12 9 46 1 7

Industri 50 4 99 30 130 4 15

Jasa 44 2 30 335 32 259 4 7


(48)

Pemerintahan 68 9 1 85 15 71 10

Penunjang Pertanian 2 7 2 8

Perdagangan 42 18 24 193 22 187 3 4

Pertanian 1 5 7 58 22 40 5

Prasarana Kota 1 2 2

Pusat WP 8 8 84 23 62 4 2

RTH 2 7 1 25 24 45 6

RTH Infrastruktur 2

RTH Kebun Penelitian 5 2 52 13 33 1 1

RTH Taman 29 6 24

RTH Taman Kota 1 2

RTH Taman Lingkungan 3 1 5

Rumah Rendah 11 35 32 1450 397 1186 28 43

Rumah Sedang 8 115 9 203 1847 352 1358 49 84

Rumah Tinggi 47 1 34 366 70 379 7 22

Sempadan Jalan Tol 40 44 128 2 1

Sempadan Rel KA 1 2 3 57 4 44 1 1

Sempadan Saluran 4 24 71 612 232 791 23 29

Sempadan Sungai 22 7 1 10 181 56 236 4 6

Sempadan SUTT 3 27 104 41 88 5

Sungai 24 7 1 9 128 69 261 9 2

TPU 4 11 130 34 128 2

Transportasi 2 2 8 6 9 1 1

Utilitas Kota 1 7 4 12 2

Keterangan : BDA= badan air, KWD= kawasan perdagangan, KWP= kawasan pemerintahan LDG= ladang, LHT= lahan terbuka, PKM_T= permukiman tidak teratur, PKM= permukiman teratur SWH= Sawah, KBC= kebun campuran.

Tabel 12. Konsistensi Penggunaan Lahan tahun 2012 dengan Alokasi RTRW tahun 2011-2031

Konsistensi Penggunaan Lahan tahun 2012 dengan alokasi RTRW

Bogor

Barat Selatan Bogor Tengah Bogor Bogor Timur Bogor Utara Tanah Sareal

Inkonsisten Luas

(ha) 2001 2597 523 746 1579 1320

Kebun Campuran 1132 1593 370 477 955 752

Sawah 279 469 8 114 250 238

Ladang 62 32 2 15 33

Permukiman Tidak

Teratur 436 391 93 126 200 195

Permukiman Teratur 27 18 2 24 35 36

Kawasan Perdagangan 15 6 23 2 21 5

Kawasan Pemerintahan 9

Lahan Terbuka 41 61 17 1 102 57


(1)

Lampiran 3. Titik Pengecekan Lapang

No Kecamatan Kelurahan Koordinat (X) Koordinat (Y) Tahun 2005 Tahun (2014)

1 Bogor Barat Bubulak 694631 9273779 Kebun Campuran Kebun Campuran 2 Bogor Barat Pasir jaya 698298 9268436 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 3 Bogor Selatan Mulyaharja 697791 9266858 Kebun Campuran Kebun Campuran 4 Bogor Selatan Empang 698523 9268579 Badan Air Badan Air 5 Bogor Tengah Babakan Pasar 698998 9269761 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 6 Bogor Selatan Rangga mekar 698731 9267527 Kebun Campuran Kebun Campuran 7 Bogor Tengah Tegalega 699648 9269926 Lahan Terbuka Kawasan Perdagangan 8 Bogor Selatan Empang 698882 9268092 Kebun Campuran Kebun Campuran 9 Bogor Selatan Mulyaharja 698187 9265911 Sawah Sawah 10 Bogor Selatan Mulyaharja 697770 9265686 Sawah Sawah 11 Bogor Selatan Bondongan 699253 9268829 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 12 Bogor Timur Baranang siang 699589 9269451 Kebun Campuran Kebun Campuran 13 Bogor Timur Baranang siang 699725 9269297 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 14 Bogor Timur Baranang siang 699501 9269734 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 15 Bogor Timur Baranang siang 699618 9269444 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 16 Bogor Barat Situgede 693350 9275538 Kebun Campuran Kebun Campuran 17 Bogor Barat Pasir kuda 698033 9269190 Sawah Sawah 18 Bogor Utara Cibuluh 700261 9274261 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan


(2)

(Lampiran 3. Lanjutan)

19 Tanah Sareal Kedung halang 699906 9275257 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 20 Tanah Sareal Cibadak 697167 9274936 Sawah Kawasan Perdagangan 21 Bogor Barat Bubulak 694021 9273579 Kebun Campuran Sawah 22 Tanah Sareal Kedung badak 698039 9274428 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 23 Bogor Barat Pasirkuda 697900 9269129 Sawah Ladang 24 Bogor Barat Situgede 693492 9274276 Kebun Campuran Sawah 25 Bogor Barat Curug mekar 696041 9274222 Lahan Terbuka Lahan Terbuka 26 Bogor Barat Pasir jaya 698107 9269334 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 27 Bogor Barat Situgede 693039 9275568 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 28 Bogor Timur Baranang siang 699261 9269851 Badan Air Badan Air 29 Bogor Barat Pasir jaya 698065 9268469 Sawah Sawah 30 Bogor Selatan Lawang gintung 700478 9267505 Permukiman Teratur Permukiman Teratur 31 Bogor Selatan Genteng 700861 9265551 Permukiman Teratur Permukiman Teratur 32 Bogor Selatan Genteng 701668 9263883 Ladang Ladang 33 Bogor Selatan Kertamaya 700979 9263696 Badan Air Badan Air 34 Bogor Timur Tajur 701885 9266650 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 35 Bogor Timur Sukasari 700396 9268118 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 36 Bogor Utara Cimahpar 702082 9272921 Sawah Sawah 37 Tanah Sareal Mekar wangi 696472 9277113 Permukiman Tidak

Teratur

Permukiman Tidak Teratur 38 Bogor Barat Curug mekar 695865 9274421 Ladang Ladang


(3)

(Lampiran 3. Lanjutan)

39 Tanah Sareal Cibadak 695668 9276752 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 40 Bogor Barat Curug mekar 695661 9274845 Lahan Terbuka Lahan Terbuka 41 Bogor Barat Curug mekar 695737 9274603 Badan Air Badan Air 42 Tanah Sareal Cibadak 696373 9274942 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 43 Bogor Utara Bantar jati 699896 9272439 Kawasan Perdagangan Kawasan Perdagangan 44 Bogor Tengah Sempur 699082 9271048 Lahan Terbuka Lahan Terbuka 45 Bogor Timur Katulampa 701424 9269340 Permukiman Teratur Permukiman Teratur 46 Bogor Timur Baranang siang 701071 9268929 Permukiman Tidak Teratur Permukiman Tidak Teratur 47 Bogor Selatan Lawang gintung 700688 9267396 Lahan Terbuka Lahan Terbuka 48 Bogor Selatan Batu tulis 699710 9267183 Badan Air Badan Air 49 Bogor Selatan Genteng 701450 9264669 Sawah Ladang 50 Bogor Barat Sindang barang 695240 9272384 Ladang Sawah 51 Bogor Barat Sindang barang 695214 9272465 Sawah Sawah

52 Bogor Tengah Pabaton 695184 9272357 Kawasan Pemerintahan Kawasan Pemerintahan 53 Bogor Barat Bubulak 694609 9273805 Badan Air Badan Air 54 Bogor Barat Mulyaharja 698327 9266281 Kebun Campuran Permukiman Teratur 55 Bogor Selatan Mulyaharja 698073 9266575 Permukiman Tidak Teratur Permukiman Tidak Teratur 56 Bogor Barat Situgede 693109 9275479 Badan Air Badan Air


(4)

Lampiran 4. Foto Pengecekan Lapang

Kebun Campuran Lahan Terbuka

Ladang Sawah

Badan Air Kawasan Perdagangan

Permukiman Teratur Permukiman Tidak Teratur Kawasan Pemerintahan

Ket : X dan Y= Titik Koordinat dalam GPS

X= 694631 Y= 9273779 X= 700688 Y= 9267396

X= 698064,69 Y= 9268468,7 X= 697899,7 Y= 9269128,6

X= 710885,2 Y= 9266650,4 X= 696471,8 Y= 9277112


(5)

Lampiran 5. Formulir Pengecekan Lapang Nomor titik contoh : ...

Koordinat contoh : X=... Y=... Z=... Kode Foto Saat ini : U=... T=...

S= ... B= ... Jenis Perubahan (2005-2012) : ... Tutupan Saat ini :...

Pemilik Saat ini : 1. Masyarakat, 2. Pemerintah, 3. Pengusaha 4.Lainnya : ...

Sejak tahun : ... Sekuen Perubahan : Jenis : ...

Pemilik : ... Tahun : ... Jarak ke jalan terdekat : ... m Status Jalan Terdekat : Negara/ Provinsi/ Kabupaten/ Lokal Jarak ke fasilitas umum :... m

Terdekat jenis fasilitas : ... Jarak ke pemukiman : ... m Terdekat Teratur/Tidak Teratur

Jarak ke kota kecamatan :... Km Jarak ke pusat kabupaten : ... Km


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 01 September 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Soiran dan Ibu Purmuni, memiliki 1 kakak perempuan bernama Nur Indah Permatasary dan 1 adik laki-laki bernama Muhammad Riza Fauzi. Pada tahun 2007-2010 penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Bogor, Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian IPB periode 2011/2012 sebagai staf Departemen Keuangan, Penulis aktif sebagai Staf divisi Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) pada periode 2012/2013 Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian IPB. Penulis pernah diberi tanggung jawab menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Tata Ruang dan Penatagunaan Lahan, serta Pengantar Ilmu Tanah. Penulis juga mendapatkan kesempatan mengikuti program Kreatifitas mahasiswa di bidang kewirausahaan (PKM-K) yang di danai oleh DIKTI dengan tema “Pembuatan Lampu Tidur Aroma Theraphy” tahun 2012 dan penulis juga mendapatkan kesempatan mengikuti program kreatifitas mahasiswa di bidang karya cipta (PKM-KC) yang didanai oleh DIKTI dengan tema “pembuatan Soilrium” (Aquarium tanah) untuk mengamati biodiversitas fauna tanah tahun 2012. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti kepanitiaan dalam acara yang diselenggarakan oleh Fakultas, Departemen maupun oleh IPB seperti menjadi Panitia Acara Genus (Gebyar Nusantara) tahun 2011 dan tahun 2012, panitia Soilidarity tahun 2012, panitia awan sponsorship IPB tahun 2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan Unit Kreatifitas Mahasiswa (UKM) yaitu: Agriaswara (Paduan suara) dan MAX (Music Agriculture Expresion). Penulis melaksanakan kuliah kerja profesi (KKP) di Desa Ciasem Hilir Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang, Jawa Barat pada bulan juni hingga september 2013. Selama masa perkuliahan penulis juga aktif mengikuti Praktik Kerja Lapang di Kompas Gramedia, Litbang KOMPAS Jakarta. Tugas akhir penulis di IPB yaitu skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan, Pola Ruang dan Tingkat Perkembangan Wilayah di Kota Bogor.