Pengoptimuman Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbangun di Kota Bogor

(1)

(2)

Kota Bogor. Dibimbing oleh TONI BAKHTIAR dan FARIDA HANUM.

Konversi lahan ruang terbuka hijau ke lahan ruang terbangun tanpa perencanaan akan menyebabkan berkurangnya lahan pertanian dan menurunnya kualitas lingkungan. Berkurangnya lahan pertanian yang disertai dengan buruknya pola tanam komoditas pertanian mengakibatkan berkurangnya kemampuan swasembada pangan suatu wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mengatur luas ruang terbuka hijau dan ruang terbangun yang mengacu pada peningkatan kemampuan swasembada pangan. Perencanaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan model matematika. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model goal programming. Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah memodelkan masalah tata guna lahan dan menentukan nilai optimum luas ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor. Penyelesaian dengan menggunakan software LINGO 11.0 memberikan informasi mengenai luasan optimum penggunaan lahan, luas optimum area budidaya tanaman pertanian, kekurangan/kelebihan luas ruang terbangun, kekurangan/kelebihan luas ruang terbuka hijau, serta kekurangan/kelebihan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian. Informasi tersebut menunjukkan bahwa sasaran pemenuhan ruang terbangun dan ruang terbuka hijau tercapai, sedangkan sasaran pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas tanaman pertanian belum tercapai. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah Kota Bogor dalam menentukan kebijakan tata guna lahan di Kota Bogor.


(3)

of Bogor. Supervised by TONI BAKHTIAR and FARIDA HANUM.

Conversion of green open space to built space without planning will lead to the decrease of agricultural land and environmental degradation. The decrease in agricultural land and poor agricultural cropping patterns result in the reduction of food self-sufficiency ability of a region. It is therefore necessary to organize green open space and built space which supports food self-sufficiency program. This plan can be done using mathematical models. In this work we model the land use problem in the framework of a goal programming. The objective of this research is to optimize the built space, green open space, and agricultural cropping pattern in the City of Bogor. The program used to obtain the solution is LINGO 11.0. The optimal solution of the problem is expressed in term of optimum land use, optimum area of agricultural crops, deficit/surplus built space, deficit/surplus green open space, as well as the deficit/surplus consumption demand the fulfillment of local agricultural commodities. This information shows that the fulfillment built space and green open space target is achieved, while the target local consumption demand of farm crops is not reached. The results of this work can be utilized by the government of Bogor in determining land use policy.


(4)

INDIN FABRINA FIRDAUSY

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Matematika

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(5)

Nama : Indin Fabrina Firdausy

NIM

: G54070083

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc.

Dra. Farida Hanum, M.Si.

NIP. 19720627 199702 1 002

NIP. 19651019 199103 2 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Berlian Setiawaty, MS.

NIP. 19650505 198903 2 004


(6)

pertolongan-Nya sehingga penulisan karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1 Dr. Toni Bakhtiar, M.Sc. dan Dra. Farida Hanum, M.Si. selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah dengan sabar membimbing penulis dalam menyusun karya ilmiah ini, 2 Teduh Wulandari Mas’oed, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik, Drs. Siswandi, M.Si.

selaku dosen penguji, dan seluruh dosen Departemen Matematika FMIPA IPB, 3 Ibu dan bapak tercinta atas doa, dukungan, kasih sayang, nasihat, dan kepercayaannya, 4 saudara-saudaraku: Zulfi Laily Fahriza, Andina Fabrini Firdausya, Mohammad Rizal Izzati

atas doa, bantuan, dukungan, dan kasih sayang,

5 sahabat-sahabatku: Evi, Afdholliatus Syafa’ah, Masayu Nur Dzikriana, Yanti Anjarwati Abbas, Diana Purwandari atas nasihat, dukungan, dan hari-hari penuh warna,

6 Windy Alfianti yang telah banyak memberi nasihat, dukungan, dan bantuan kepada penulis selama proses pengumpulan data,

7 teman-teman Kos Abunawas dan Pondok Rizqi atas segala dukungan yang telah diberikan, 8 teman-teman Matematika 44 atas segala dukungan, bantuan, dan ketulusan hati yang telah

diberikan,

9 seluruh staf Departemen Matematika: Ibu Susi, Bapak Yono, Mas Heri, Mas Deni, Bapak Bono, Bapak Acep, Ibu Ade yang telah membantu penulis dalam administrasi dan sebagainya, 10 teman-teman bimbel Sm@rt atas pengalaman berharga yang telah diberikan,

11 teman-teman OMDA HIMASURYA atas rasa kekeluargaan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Maret 2012


(7)

Fatkhurrahman dan Erma Suryani. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis antara lain SDN Tanjung Sari II (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 1995–2001, SLTPN 2 Taman (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 2001-2004, SMAN 1 Taman (Sidoarjo, Jawa Timur) tahun 2004-2007, dan Institut Pertanian Bogor Departemen Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam tahun 2007-2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) pada tahun 2007. Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor penulis mengambil mata kuliah supporting coursedi Departemen Gizi Masyarakat.

Disamping kegiatan akademis, penulis pernah aktif dalam organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) selama tiga tahun, organisasi mahasiswa daerah HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya), LES (Leadership and Entrepreneurship School) tahun 2007-2008, dan pengurus di Bimbel Sm@rt. Selain itu penulis juga pernah menjadi fasilitator petani asal kota Cirebon dalam kegiatan Pesta Petani Muda se-Jawa Barat dan Banten tahun 2011.


(8)

DAFTAR TABEL ………. viii

DAFTAR LAMPIRAN ………. viii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Tujuan ……… 1

II LANDASAN TEORI 2.1 Beberapa Istilah dan Pengertian ………. 1

2.2 Pemrograman Linear ……….. 2

2.3 Goal Programming ……… 3

III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian ………... 4

3.2 Pengumpulan Data ………. 5

3.2.1 Pengambilan Data ……… 5

3.2.2 Jenis dan Sumber Data ………. 5

3.3 Pengolahan Data ………. 5

IV FORMULASI MODEL 4.1 Notasi ………. 5

4.2 Variabel Keputusan ……… 6

4.3 Formulasi ……… 6

V IMPLEMENTASI PENENTUAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR 5.1 Deskripsi Masalah ……….. 7

5.2 PendugaanParameter ………. 7

5.3 Asumsi-asumsi ………... 9

5.4 Formulasi ……… 9

5.5 Hasil ………... 11

5.5.1 Perubahan Pola Penggunaan Lahan ……….. 12

5.5.2 Pemenuhan Ruang Terbangun ……….. 14

5.5.3 Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau ……… 14

5.5.4 Pola Tanam dan Permintaan Konsumsi Masyarakat Lokal akan Komoditas Pertanian ………... 15

VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………. 16

6.2 Saran ……… 16

DAFTAR PUSTAKA ……… 17

LAMPIRAN ……….. 18


(9)

1 Jenis dan sumber data ……… 5

2 Luas wilayah tiap kecamatan ………. 7

3 Jumlah penduduk tiap kecamatan ……….. 9

4 Indeks yang mewakili kecamatan ……….. 9

5 Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dan rencana ………... 10

6 Indeks yang mewakili komoditaspertanian ………... 10

7 Indeks yang mewakili musim tanam ……….. 10

8 Nilai optimum fungsi tujuan ……….. 12

9 Perubahan penggunaan lahan di setiap kecamatan ……… 13

10 Perubahan penggunaan lahandi Kota Bogor ………. 13

11 Luas ruang terbangun setiap kecamatan ……… 14

12 Luas ruang terbuka hijau setiap kecamatan ………... 14

13 Pola tanam komoditas pertanian ……… 15

14 Sasaran, produksi, dan kekurangan pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian ………. 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Syntaxprogram LINGO 11.00 untuk menyelesaikan masalah pemrograman linear dengan metodegoal programmingbeserta hasil yang diperoleh ……… 19

2 Koefisien ruang terbuka hijau dan ruang terbangun ……….. 22

3 Luas tiap jenis lahan aktual ………... 22

4 Struktur logika perencanaan penggunaan lahan ……… 23

5 Kesesuaian penggunaan lahan ………... 24

6 Produktivitas komoditas tanaman pertanian di tiap jenis lahan pertanian ………… 25

7 Intensitas penanaman tiap jenis komoditas pertanian ………... 25

8 Rataan konsumsi ……… 26

9 Syntaxprogram LINGO 11.0 beserta hasil yang diperoleh ……….. 27

10 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (Xijklm) ……… 37

11 Area budidaya pertanian optimal (Yijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan ……… 40


(10)

Kota Bogor memiliki luas 11.686 ha (BPS Kota Bogor 2010). Luasan tersebut dibagi menjadi dua kriteria kawasan, yaitu kawasan terbangun dan kawasan belum terbangun. Kawasan terbangun di antaranya meliputi pemukiman, industri, perkantoran/pertokoan, dan bangunan lainnya, sedangkan kawasan belum terbangun meliputi ruang terbuka hijau (termasuk di dalamnya lahan pertanian) dan lahan kering/kosong (Bappeda Kota Bogor 2011).

Sesuai perannya sebagai kawasan penyokong ibu kota, pertumbuhan pesat dalam berbagai bidang tak dapat dielakkan. Pesatnya pertumbuhan ini memicu peningkatan jumlah penduduk, pemukiman, perindustrian, perkantoran/pertokoan, dan transportasi. Hal tersebut menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Lahan-lahan ruang terbuka hijau, khususnya lahan pertanian pada akhirnya banyak dialihkan menjadi ruang terbangun untuk memenuhi kebutuhan pembangunan berbagai fasilitas perkotaan.

Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian akan berdampak pada penurunan pendapatan petani akibat berkurangnya kepemilikan lahan pertanian. Penurunan pendapatan ini diperparah dengan pola tanam yang kurang memperhatikan permintaan masyarakat lokal sehingga sering terjadi kelebihan ataupun kekurangan dalam produksi komoditas

komoditas pertanian menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan pola tanam dengan memperhatikan kebutuhan konsumsi masyarakat lokal.

Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menetapkan luas optimum ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian. Pengoptimuman dapat dilakukan dengan menggunakan metodegoal programming. Metode ini merupakan perluasan dari pemrograman linear yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dengan banyak fungsi tujuan.

Model dalam karya ilmiah ini sebagian besar didasarkan pada model dari (Sadhegi et al. 2009) dan Ciptaningrum (2009). Dengan melakukan pengoptimuman terhadap ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian diharapkan akan terwujud tata guna lahan yang lebih terarah. 1.2 Tujuan

Tujuan dari karya ilmiah ini ialah:

1. memodelkan secara matematis tata guna lahan di Kota Bogor, khususnya pengelolaan ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian,

2. menentukan nilai optimum luas ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor.

II LANDASAN TEORI

Untuk memahami masalah dalam karya ilmiah ini diperlukan beberapa definisi dan konsep berikut.

2.1 Beberapa Istilah dan Pengertian Definisi 1 (Ruang Terbangun)

Ruang terbangun adalah kawasan terbangun yang di antaranya meliputi pemukiman, industri, perkantoran/pertokoan, dan bangunan lainnya.

(Bappeda 2011). Menurut Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, persentase ruang terbangun yang dimiliki oleh setiap wilayah disebut dengan koefisien dasar bangun. Koefisien dasar bangun untuk

kawasan dengan kepadatan tinggi ditetapkan maksimum 70%, untuk kawasan dengan kepadatan sedang ditetapkan maksimum 50%, sedangkan untuk kawasan dengan kepadatan rendah ditetapkan maksimum 30%.

Untuk selanjutnya, koefisien dasar bangun dalam karya ilmiah ini disebut dengan koefisien ruang terbangun.

Definisi 2 (Ruang Terbuka Hijau)

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. (UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang)


(11)

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, luas ideal ruang terbuka hijau (RTH) kawasan perkotaan minimal sebesar 30% dari luas kawasan perkotaan. Luas tersebut mencakup RTH publik dan RTH privat. Penyediaan RTH menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah, sedangkan ruang RTH privat menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupaten/pemerintah kota kecuali provinsi DKI Jakarta oleh pemerintah provinsi.

Definisi 3 (Lahan)

Lahan merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi serta benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap potensi penggunaan lahan.

(Arsyad 2010) Definisi 4 (Penggunaan Lahan)

Penggunaan lahan adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan nonpertanian.

(Arsyad 2010) Definisi 5 (Alih Fungsi Lahan)

Alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian adalah bagian dari proses transformasi struktur ekonomi kawasan perkotaan, yang ditandai dengan berkembangnya sektor sekunder dan tersier yang menggeser peran sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan.

(Nugroho & Dahuri 2004) Alih fungsi lahan lebih besar terjadi pada lahan pertanian dibandingkan pada tanah kering. Hal ini dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: pertama, pembangunan kegiatan nonpertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah pertanian yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering;kedua,akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk pertanian maka infrastruktur ekonomi lebih

tersedia di daerah pertanian daripada daerah tanah kering; ketiga, daerah pertanian secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.

(Irawan 2005 dalam Akbar 2008) Definisi 6 (Pergiliran Tanaman)

Pergiliran tanaman adalah sistem penanaman berbagai tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada suatu bidang tanah.

(Arsyad 2010) Pergiliran merupakan suatu cara yang penting dalam konservasi tanah. Pergiliran dapat berupa padi–palawija, padi–tanaman penutup tanah/pupuk hijau, atau palawija – tanaman penutup tanah/pupuk hijau. Pada tanah berlereng, pergiliran yang efektif untuk pencegahan erosi adalah menurut pola tanaman bahan makanan – tanaman penutup tanah. Selain berfungsi sebagai pencegah erosi, pergiliran tanaman memberikan keuntungan-keuntungan antara lain seperti: 1) pemberantasan hama dan penyakit; menekan populasi hama dan penyakit karena memutus siklus hidup hama dan penyakit atau mengurangi sumber makanan dan tempat hidup hama penyakit, 2) pemberantasan gulma; penanaman satu jenis tanaman tertentu terus-menerus akan meningkatkan pertumbuhan jenis gulma tertentu, 3) mempertahankan dan memperbaiki sifat-sifat fisik dan kesuburan tanah; jika sisa atau potongan tanaman pergiliran dijadikan mulsa atau dibenamkan dalam tanah akan mempertinggi kemampuan tanah dalam menahan dan menyerap air, mempertinggi stabilitas agregat dan kapasitas infiltrasi tanah; jika tanaman tersebut adalah leguminosae akan menambah kandungan nitrogen tanah; dan 4) memelihara keseimbangan unsur hara karena absorpsi unsur dari kedalaman dan preferensi yang berlainan.

Suatu sistem pergiliran tanaman yang tersusun baik, selain dari mempertahankan kesuburan tanah dan menghindari kerusakan tanah, akan mempertinggi produksi per satuan luas, per musim dan per tahun.

(Arsyad 2010) 2.2 Pemrograman Linear

Pemrograman linear adalah kegiatan merencanakan untuk mendapatkan hasil yang optimum. Model pemrograman linear meliputi


(12)

pengoptimuman suatu fungsi linear terhadap kendala linear.

(Nash & Sofer 1996) Pemrograman linear memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. tujuan masalah tersebut adalah memaksimumkan atau meminimumkan suatu fungsi linear dari sejumlah variabel keputusan. Fungsi yang akan dimaksimumkan atau diminimumkan ini disebut fungsi tujuan,

b. nilai variabel-variabel keputusan harus memenuhi suatu himpunan kendala. Setiap kendala harus berupa persamaan linear atau pertaksamaan linear,

c. ada pembatasan tanda untuk setiap variabel dalam masalah ini. Untuk sembarang variabel , pembatasan tanda menentukan harus taknegatif ( ≥ 0) atau tidak dibatasi tanda (unrestricted in sign).

(Winston 2004) 2.3 Goal Programming

Metode goal programming ditemukan oleh A. Charnes dan W.M. Cooper pada tahun 1955 dan mulai dipopulerkan pada tahun 1961. Model ini merupakan pengembangan dari model pemrograman linear yang mampu menyelesaikan kasus-kasus pemrograman linear yang memiliki lebih dari satu sasaran/tujuan yang hendak dicapai. Pada dasarnya model padagoal programmingsama dengan model pada pemrograman linear, perbedaannya hanya terletak pada kehadiran sepasang variabel deviasi yang akan muncul di fungsi tujuan dan di fungsi-fungsi kendala model goal programming. Sepasang variabel deviasi ini adalah variabel dan yang taknegatif. Variabel berfungsi menampung deviasi yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki, sedangkan variabel berfungsi menampung deviasi yang berada di atas sasaran yang dikehendaki.

Ada tiga kemungkinan yang akan terjadi dalam penyelesaian dengan metode ini, yaitu: 1. Sasaran tercapai

terjadi bila = = 0, 2. Sasaran tidak tercapai

terjadi bila ≥ 0dan = 0, 3. Sasaran terlampaui

terjadi bila = 0dan ≥ 0.

(Siswanto 2007) Ilustrasi bentuk model goal programming dapat dilihat pada Contoh 1.

Contoh 1

Misalkan diberikan model pemrograman linear:

max = +

terhadap kendala7 + 3 ≥ 40 10 + 5 ≥ 60 5 + 4 ≤ 35 100 + 60 ≤ 600

, ≥ 0. (1) Dengan mengasumsikan bahwa ada tiga tujuan yang akan dicapai, yaitu pada kendala pertama, kedua, dan ketiga, maka dengan menambahkan variabel deviasi, model pemrograman linear dapat diubah menjadi modelgoal programmingsebagai berikut:

min = + +

terhadap kendala7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60

5 + 4 + − = 35

100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3.

(2) Dalam formulasi (2), yang diminimumkan adalah + + karena yang hendak diminimumkan adalah deviasi yang berada di bawah sasaran yang dikehendaki. Dengan menggunakansoftwareLINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (2) sebesar 5 dengan solusi optimal = 5, = 1.67, = 0, = 0, = 1.67, = 0, = 3.33, = 0 (lihat Lampiran 1). Solusi ini berarti bahwa tujuan pertama berhasil dicapai sedangkan tujuan kedua dan ketiga gagal dicapai.

Bila setiap tujuan yang hendak dicapai memiliki prioritas yang berbeda untuk dicapai, setiap fungsi tujuan bisa diberi bobot. Ilustrasi bentuk model goal programming dengan bobot seperti berikut:

min = 200 + 100 + 50

terhadap kendala7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60

5 + 4 + − = 35

100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3.

(3) Dengan menggunakan softwareLINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (3) sebesar 250 dengan solusi optimal 1= 6, 2= 0,

1 − = 0,

1 + = 2,

2 − = 0,

2 + = 0,

3 − = 5,

3 + = 0


(13)

Namun, dalam banyak situasi seringkali pembuat keputusan tidak dapat menentukan nilai prioritas dari setiap tujuan, sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan bobot yang hendak diberikan pada tiap tujuan. Masalah ini dapat dituangkan ke dalam model goal programming dengan mengatur urutan prioritas peminimuman. Peringkat tujuan diurutkan dari yang paling penting hingga tujuan yang tidak terlalu penting. Misalkan diasumsikan bahwa pembuat keputusan memiliki n tujuan, maka urutan prioritas tujuan n yang akan diminimumkan pada fungsi tujuan akan dinotasikan sebagai . Diasumsikan bahwa ≫ ≫ ≫ , dan semakin besarPmaka semakin diprioritaskan. Fungsi tujuan pada formulasi (2) dapat diubah menjadi + + . Untuk menerapkan modelgoal programmingdengan prioritas, fungsi tujuan harus dipisah menjadi n komponen, dengan komponen ke-i mengandung tujuan ke-i, yang dinotasikan sebagai berikut:

= fungsi tujuan yang memuat tujuan ke-i, dengani= 1,2,…,n.

Berdasarkan fungsi tujuan (2), fungsi tujuan dipisah menjadi tiga komponen, yaitu

= , = , dan =

dengan kendala yang sama dengan (2) dan menambahkan kendala = 0pada formulasi dengan fungsi tujuan serta menambahkan kendala = 0 dan = 0 pada formulasi dengan fungsi tujuan . Ilustrasi bentuk model goal programming dengan prioritas sebagai berikut:

Prioritas ke-1 min =

terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60

5 + 4 + − = 35

100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3.

(4) Dengan menggunakan software LINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (4) sebesar 0

dengan solusi optimal = 5.71, = 0, = 0, = 0, = 2.86, = 0, = 6.43, = 0 (lihat Lampiran 1). Kemudian ditambahkan = 0 pada kendala di prioritas ke-2, sehingga modelnya menjadi Prioritas ke-2

min =

terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60

5 + 4 + − = 35

100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3

= 0.

(5) Dengan menggunakan softwareLINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (5) sebesar 0 dengan solusi optimal = 6, = 0, = 0, = 2, = 0, = 0, = 5, = 0 (lihat Lampiran 1). Kemudian ditambahkan = 0 pada kendala di prioritas ke-3, sehingga modelnya menjadi

Prioritas ke-3 min =

terhadap kendala 7 + 3 + − = 40 10 + 5 + − = 60

5 + 4 + − = 35

100 + 60 ≤ 600 , , , ≥ 0, = 1,2,3

= 0 = 0.

(6) Dengan menggunakan softwareLINGO 11.0 diperoleh nilai fungsi tujuan dari (6) sebesar 5 dengan solusi optimal = 6, = 0, = 0, = 2, = 0, = 0, = 5, = 0 (lihat Lampiran 1).

Solusi akhir menunjukkan bahwa tujuan pertama dan kedua berhasil dicapai, sedangkan tujuan ketiga gagal dicapai.

(Winston 2004)

III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik. Ada tiga tahapan yang dilakukan, yaitu 1) persiapan penelitian, 2) pengumpulan data, dan 3) pengolahan data. Tiga tahapan ini menggambarkan secara keseluruhan rangkaian

penelitian yang tidak dapat dipisahkan. Uraian tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut.

3.1 Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu studi literatur,


(14)

penetapan lokasi penelitian, penyusunan proposal penelitian, dan pembuatan perizinan penelitian.

Studi literatur dilakukan untuk mencari topik dan permasalahan yang terkait sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Setelah didapatkan literatur yang cukup untuk penelitian ini, selanjutnya dilakukan penetapan lokasi penelitian. Setelah didapatkan perkiraan lokasi penelitian yang cocok, langkah selanjutnya adalah penyusunan proposal penelitian dan pembuatan perizinan penelitian.

Lokasi penelitian adalah Kota Bogor Jawa Barat yang mencakup enam kecamatan, yaitu Bogor Utara, Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal. Pemilihan Kota Bogor sebagai lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan: 1) terdapat instansi-instansi yang bersedia untuk memberikan data yang terkait dengan penelitian, 2) lokasi penelitian tidak terlalu jauh dengan lokasi penulis.

3.2 Pengumpulan Data 3.2.1 Pengambilan Data

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengambilan data yaitu mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini penulis harus datang ke instansi pemerintahan Kota Bogor untuk mencari data yang diperlukan.

3.2.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan data hipotetik. Penggunaan data sekunder karena Kota Bogor cukup luas sehingga cukup sulit untuk mendapatkan data primer, sedangkan data hipotetik digunakan karena terdapat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini namun tidak tersedia di instansi tempat pengambilan data. Jenis dan sumber data sebagaimana dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan sumber data Jenis data Sumber data luas wilayah BPS Kota Bogor penggunaan lahan BPS Kota Bogor dan

Bappeda Kota Bogor rataan konsumsi BPS Kota Bogor jumlah penduduk BPS Kota Bogor kesesuaian lahan hipotetik 3.3 Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data, sebagian data yang telah didapatkan dari tahapan sebelumnya perlu diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

IV FORMULASI MODEL

Pemodelan dilakukan untuk menentukan luas optimum ruang terbangun, ruang terbuka hijau, dan pola tanam komoditas pertanian di Kota Bogor. Pengoptimuman ruang terbangun dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbangun, pengoptimuman ruang terbuka hijau dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau, sedangkan pengoptimuman pola tanam dilakukan dengan meminimumkan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk memenuhi permintaan konsumsi masyarakat lokal.

4.1 Notasi

Dalam karya ilmiah ini digunakan notasi-notasi sebagai berikut:

Himpunan:

I = himpunan kecamatan,

J = himpunan jenis lahan aktual,

lahan aktual adalah lahan awal sebelum dilakukan optimasi,

K = himpunan jenis lahan rencana,

lahan rencana adalah lahan setelah dilakukan optimasi pada lahan aktual, L = himpunan komoditas pertanian, M = himpunan musim tanam. Indeks:

i = indeks kecamatan,iI, j = indeks jenis lahan aktual, jJ, k = indeks jenis lahan rencana,kK, l = indeks komoditas pertanian,lL, m = indeks musim tanam,mM. Parameter:

Ai = luas lahan di kecamatani(ha), Aij = luas lahan di kecamatanidengan jenis

lahan aktual j(ha),


(15)

yaitu persentase ruang terbangun yang harus dimiliki,

β = standar koefisien ruang terbuka hijau, yaitu persentase ruang terbuka hijau yang harus dimiliki,

θk = koefisien ruang terbangun pada jenis lahan rencanak,

yaitu persentase ruang terbangun yang dimiliki oleh setiap jenis lahan rencana k,

γk = koefisien ruang terbuka hijau pada jenis lahan rencanak,

yaitu persentase ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh setiap jenis lahan rencanak,

μ = koefisien perlindungan kawasan hijau dan bentang alam,

E = jumlah penduduk (orang),

Plk = produktivitas komoditas pertanian l pada jenis lahan rencanak(ton/ha), Qjk = kesesuaian alokasi penggunaan lahan

dengan jenis lahan aktual j untuk dialokasikan ke jenis lahan rencanak, denganQjk= 1,

0, bila sesuai selainnya   

Rl = rataan konsumsi komoditas pertanianl (kg/orang/tahun),

Slm = intensitas penanaman komoditas perta-nianlpada musim tanamm.

4.2 Variabel Keputusan

Variabel-variabel keputusan dalam model ini adalah sebagai berikut:

di

-= kekurangan pemenuhan sasaran luas ruang terbangun di kecamatani(ha), di+ = kelebihan pemenuhan sasaran luas

ru-ang terbru-angun di kecamatani(ha), gi

-= kekurangan pemenuhan sasaran luas ruang terbuka hijau di kecamatan i (ha),

gi +

= kelebihan pemenuhan sasaran luas ru-ang terbuka hijau di kecamatani(ha), hl

-= kekurangan pemenuhan sasaran per-mintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanianl(ton), hl

+

= kelebihan pemenuhan sasaran permin-taan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanianl(ton),

Xijk = luas lahan di kecamatanidengan jenis lahan aktualjyang dialokasikan untuk jenis lahan rencanak(ha),

Yijklm= luas lahan di kecamatanidengan jenis lahan aktualjyang dialokasikan untuk jenis lahan rencanak dengan budidaya komoditas pertanian l pada musim tanamm(ha).

4.3 Formulasi Fungsi Tujuan

Fungsi tujuan dimodelkan sebagai berikut: minz=

1000

.

i i l

i I l L

i I i i l

d g h

A A R E

      

Parameter merupakan konsumsi masyarakat akan komoditas pertanian dalam satu tahun. Karena satuannya masih dalam kg/tahun, maka perlu diubah ke dalam bentuk ton/tahun agar satuannya sama dengan parameter lainnya, oleh karena itu perlu dibagi dengan 1000.

Nilai z adalah penjumlahan dari proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbangun, proporsi kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau dan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal.

Fungsi Kendala

1. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbangun di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbangun di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan mencapai standar ruang terbangun yang harus dimiliki setiap kecamatani, yaitu

k ijk

i i i, . j J k K

X d d A i I

 

 

    

 

2. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatani, yaitu bahwa luas ruang terbuka hijau di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak diusahakan mencapai standar ruang terbuka hijau yang harus dimiliki setiap kecamatani, yaitu

k ijk

i i i, . j J k K

X g g A i I

 

 

    

 

3. Kendala jenis lahan aktual j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di kecamatani, yaitu bahwa luas kecamatani dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanakharus sama dengan luas kecamatan i dengan jenis lahan aktualj, yaitu

, , .

ijk ij k K

X A i I j J

   

4. Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan, yaitu bahwa luas seluruh kecamatan


(16)

i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k tidak lebih dari luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang sesuai untuk diubah ke jenis lahan rencana k, yaitu

, , .

ijk ij jk

i I i I

X A Q j J k K

 

   

5. Kendala areal penanaman, yaitu luas lahan di kecamatanidengan jenis lahan aktualj yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak yang ditanami komoditas pertanian l di musim tanam m harus sama dengan luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak, yaitu

, , , .

,

ijklm ijk l L

Y X i I j J k K m M

     

6. Kendala perlindungan kawasan bentang alam, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktualj yang berupa kawasan hijau dan bentang alam yang dialokasikan ke jenis lahan rencanakyang berupa kawasan hijau dan bentang alam

dipertahankan bentuknya setidaknya melebihi koefisien perlindungan kawasan hijau dan bentang alam di kecamatan i dengan jenis lahan aktualjberupa kawasan hijau dan bentang alam, yaitu

, ,

k aw asan h ijau d an b en tan g alam . ijk ij

X A i I j k

  

 

7. Kendala sasaran pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal, yaitu produktivitas komoditas pertanian l yang ditanam di jenis lahan rencana k diusahakan mencapai pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat akan komoditas pertanianl, yaitu

1000 , .

lk lm ijklm i I j J k K m M

l l l

P S Y

h h R E l L

   

 

   

  

8. Kendala ketaknegatifan

, , , , , , , 0,

, , , , .

i i i i i i ijk ijklm

d d g g h h X Y

i I j J k K l L m M

     

     

V IMPLEMENTASI PENENTUAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN

RUANG TERBANGUN DI KOTA BOGOR

5.1 Deskripsi Masalah

Sebagai wilayah penyokong ibu kota, pertumbuhan yang pesat di Kota Bogor tak dapat dielakkan. Pertumbuhan ini berdampak pada peningkatan pembangunan fisik untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, baik untuk pertumbuhan ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, maupun transportasi. Pesatnya pembangunan menyebabkan terjadi alih fungsi lahan. Lahan-lahan pertanian banyak diubah menjadi ruang terbangun. Bila alih fungsi lahan pertanian ini dibiarkan maka luas ruang terbangun di Kota Bogor akan terus bertambah hingga melebihi standar, sedangkan luas ruang terbuka hijau akan terus menurun hingga berada di bawah standar yang seharusnya. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di Kota Bogor.

Penurunan luas ruang terbuka hijau berbanding lurus dengan penurunan luas lahan pertanian dan berdampak pada berkurangnya produksi komoditas pertanian di Kota Bogor. Berkurangnya produksi komoditas pertanian dapat menurunkan pendapatan petani dan kemandirian Kota Bogor dalam memenuhi

sendiri permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanian.

5.2 Pendugaan Parameter

Penentuan parameter model secara garis besar dilakukan dengan menggunakan data, asumsi berdasarkan logika tertentu, atau dengan gabungan data dan asumsi.

1. Luas wilayah

Parameter luas wilayah menggunakan data luas kecamatan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010). Data luas wilayah terdapat dalam Tabel 2.

Tabel 2 Luas wilayah tiap kecamatan Kecamatan Luas wilayah (ha)

Bogor Utara 1.768,30

Bogor Selatan 2.926,70

Bogor Timur 1.015,00

Bogor Barat 3.134,00

Bogor Tengah 811,30

Tanah Sareal 2.030,70

Jumlah 11.686,00


(17)

Koefisien ruang terbuka hijau (RTH) pada tiap penggunaan lahan rencana ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, yang menyebutkan bahwa:

a. koefisien RTH pada ruang terbangun sebesar 10%,

b. koefisien RTH pada taman sebesar 80%, sisanya untuk bangunan fasilitas rekreasi, olahraga, dan fasilitas penunjang lainnya,

c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTH sehingga koefisien RTH sebesar 0%,

d. pada lahan lainnya 100% merupakan RTH sehingga koefisien RTH sebesar 100%. Penentuan nilai koefisien RTH

100% dimaksudkan untuk

menyederhanakan model. Pada kenyataannya angka tersebut berbeda untuk setiap penggunaan lahan. Hal tersebut ditentukan oleh tutupan lahan pada tiap penggunaan lahan.

Data koefisien RTH terdapat dalam Lampiran 2.

3. Standar koefisien ruang terbuka hijau Parameter standar koefisien ruang terbuka hijau ditentukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yaitu sebesar 30% dari luas wilayah perkotaan.

4. Koefisien ruang terbangun

Luas ruang terbangun dari suatu jenis lahan merupakan selisih antara luas lahan dengan luas ruang terbuka hijau, sehingga berdasarkan parameter koefisien ruang terbuka hijau (RTH) yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditentukan koefisien ruang terbangun (RTB) sebagai berikut: a. koefisien RTB pada ruang terbangun

sebesar 90%,

b. koefisien RTB pada taman sebesar 20%,

c. pada lahan kosong dan perairan tidak terdapat RTB sehingga koefisien RTB sebesar 0%,

d. pada lahan lainnya 100% merupakan RTH sehingga koefisien RTB sebesar 0%.

Data koefisien RTB terdapat dalam Lampiran 2.

5. Standar koefisien ruang terbangun

Parameter standar koefisien ruang terbangun ditentukan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor 2011-2031, yang menyebutkan bahwa koefisien ruang terbangun di wilayah dengan kepadatan sedang sebesar 50%.

6. Luas tiap jenis lahan aktual

Luas tiap jenis lahan aktual di setiap kecamatan merupakan penggabungan antara data luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010), luas tiap jenis lahan di Kota Bogor tahun 2007 (Bappeda Kota Bogor 2007). Karena keterbatasan data, diasumsikan tidak terjadi perubahan penggunaan lahan dari tahun 2007 hingga tahun 2009. Data selengkapnya terdapat dalam Lampiran 3. 7. Kesesuaian penggunaan lahan

Parameter kesesuaian penggunaan lahan seharusnya ditentukan dengan metode analisis spasial peta penggunaan lahan, tetapi dalam karya ilmiah ini ditentukan berdasarkan struktur logika dalam Lampiran 4 (ide didasari oleh struktur logika perencanaan pengggunaan lahan dalam Ciptaningrum 2009). Hal ini karena untuk melakukan analisis spasial peta penggunaan lahan diperlukan gambar citra satelit Kota Bogor, namun penulis tidak berhasil mendapatkannya dari instansi terkait. Data kesesuaian penggunaan lahan terdapat dalam Lampiran 5.

8. Produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian

Produktivitas komoditas padi, ubi, dan sayur-sayuran per hektar menggunakan data produktivitas komoditas pertanian di Kota Bogor (Diperta Jawa Barat 2011), sedangkan untuk produktivitas buah-buahan per hektar dianggap sama dengan produktivitas di DAS Citarum Hulu (Ghufrona 2010), dikarenakan tidak tersedia data mengenai produktivitas buah-buahan per hektar di Kota Bogor. Berdasarkan data tersebut ditentukan produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian dengan asumsi: a. produktivitas komoditas pertanian

tanaman semusim pada sawah 1 kali rataan, sedangkan pada ladang dan pekarangan 0,8 kali rataan,

b. tidak ada produktivitas komoditas pertanian tanaman tahunan pada sawah


(18)

karena tanaman tahunan tidak dapat ditanam di lahan tersebut, sedangkan produktivitas pada ladang dan pekarangan 1 kali rataan,

c. tidak ada produktivitas padi pada ladang dan pekarangan.

Data produktivitas komoditas pertanian di tiap jenis lahan pertanian terdapat dalam Lampiran 6.

9. Intensitas penanaman tiap komoditas pertanian

Diasumsikan bahwa satu musim tanam setara dengan empat bulan, sehingga dalam satu tahun ada tiga musim tanam. Parameter intensitas penanaman tiap jenis tanaman pertanian adalah sebagai berikut: a. intensitas penanaman sayuran daun

dalam satu musim tanam adalah empat kali, karena sayuran daun mempunyai masa tanam tiga minggu,

b. intensitas penanaman padi dan sayuran buah dalam satu musim tanam adalah satu kali, karena padi dan sayuran buah merupakan tanaman semusim yang mempunyai masa tanam tiga–empat bulan,

c. tidak ada intensitas penanaman buah pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal tersebut karena buah merupakan tanaman tahunan yang baru bisa dipanen buahnya satu tahun sekali,

d. tidak ada intensitas penanaman ubi kayu dan ubi jalar pada musim tanam I dan musim tanam II, sedangkan pada musim tanam III adalah satu kali. Hal ini karena ubi kayu dan ubi jalar mempunyai masa tanam 4-6 bulan. Data intensitas penanaman terdapat dalam Lampiran 7.

10. Rataan konsumsi komoditas pertanian Parameter rataan konsumsi komoditas pertanian menggunakan data konsumsi rata-rata penduduk Kota Bogor tahun 2007 (BPS Kota Bogor 2007). Karena keterbatasan data, diasumsikan pola konsumsi ini tidak mengalami perubahan. Data rataan konsumsi komoditas pertanian terdapat dalam Lampiran 8.

11. Jumlah penduduk

Parameter jumlah penduduk mengguna-kan data jumlah penduduk tiap kecamatan di Kota Bogor tahun 2009 (BPS Kota Bogor 2010). Data jumlah penduduk terdapat dalam Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah penduduk tiap kecamatan Kecamatan Jumlah penduduk

(orang)

Bogor Utara 166.943

Bogor Selatan 180.270

Bogor Timur 94.722

Bogor Barat 205.997

Bogor Tengah 112.425

Tanah Sareal 185.847

Jumlah 946.204

5.3 Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1. lahan kosong cocok untuk ditanami semua

jenis tanaman sehingga bisa diubah ke semua bentuk lahan pertanian,

2. pengubahan lahan tidak memperhatikan kesesuaian lahan berdasarkan kemiringan lereng suatu wilayah,

3. biaya perubahan dari lahan aktual ke lahan rencana tidak diperhitungkan.

5.4 Formulasi

Dalam kasus di Kota Bogor, indeks yang mewakili kecamatan dinotasikan i, dengan i=1,2,..,6. Perinciannya terdapat dalam Tabel 4.

Tabel 4 Indeks yang mewakili kecamatan Kecamatan

(i) Keterangan

1 Bogor Utara

2 Bogor Selatan

3 Bogor Timur

4 Bogor Barat

5 Bogor Tengah

6 Tanah Sareal

Indeks yang mewakili jenis lahan aktual dinotasikanj, dengan j=1,2,..,12. Indeks yang mewakili jenis lahan rencana dinotasikan k, dengan k=1,2,..,12. Perinciannya terdapat dalam Tabel 5.


(19)

aktual dan rencana Jenis lahan Keterangan Aktual (j) Rencana (k)

1 1 ruang terbangun

2 2 sawah

3 3 ladang, pekarangan

4 4 danau, sungai, kolam

5 5 hutan kota, kebun

raya

6 6 jalur hijau jalan

7 7 lapangan olahraga

8 8 sempadan sungai

9 9 TPU

10 10 taman

11 11 kawasan hijau dan bentang alam

12 12 lahan kosong

Indeks yang mewakili komoditas pertanian dinotasikan l, dengan l = 1,2,..,18. Perinciannya terdapat dalam Tabel 6. Tabel 6 Indeks yang mewakili komoditas

pertanian Komoditas pertanian (l) Keterangan 1 padi 2 tomat 3 terong

4 kacang panjang

5 mentimun

6 cabai

7 bayam

8 buncis

9 kacang tanah

10 ubi kayu

11 ubi jalar

12 jambu biji

13 jeruk 14 nangka 15 nanas 16 pepaya 17 pisang 18 rambutan

Indeks yang mewakili musim tanam dinotasikan m, dengan m = 1,2,3. Perinciannya terdapat dalam Tabel 7. Tabel 7 Indeks yang mewakili musim tanam

Musim tanam

(m) Keterangan

1 musim tanam I

(Januari - April)

2 musim tanam II

(Mei - Agustus) 3 musim tanam III

(September–Desember)

Parameter-parameter yang digunakan adalahAi(lihat Tabel 2),E(lihat Tabel 3),θk (lihat Lampiran 2), γk (lihat Lampiran 2),Aij (lihat Lampiran 3),Qjk(lihat Lampiran 5),Plk (lihat Lampiran 6),Slm(lihat Lampiran 7), Rl (lihat Lampiran 8).

Tahap pertama untuk menyelesaikan masalah ini ialah membagi fungsi tujuan menjadi dua bagian sesuai dengan urutan prioritas.

Prioritas pertama

Meminimumkan proporsi kekurangan pemenuhan sasaran ruang terbangun, yaitu

minz1=

0, 50

.

i

i I i

d A

 

Kendala yang digunakan sebagai berikut: 1. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan

ruang terbangun di kecamatan i, yaitu bahwa luas ruang terbangun di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k diusahakan untuk mencapai 50% luas kecamatani, yaitu

12 12 1 1

0, 50 , .

k ijk i i i

j k

X d d A i I

        



2. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan ruang terbuka hijau di kecamatani, yaitu bahwa luas ruang terbuka hijau di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak diusahakan untuk mencapai 30% luas kecamatani, yaitu

12 12 1 1

0, 30 , .

k ijk i i i

j k

X g g A i I

        



3. Kendala jenis lahan aktual j yang akan dialokasikan ke jenis lahan rencana k di tiap kecamatan i, yaitu bahwa luas tiap kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak


(20)

harus sama dengan luas tiap kecamatan i dengan jenis lahan aktualj, yaitu

12 1

, , .

ijk ij k

X A i I j J

   

4. Kendala kesesuaian alokasi penggunaan lahan, yaitu bahwa luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencana k tidak lebih dari luas seluruh kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang sesuai untuk diubah ke jenis lahan rencana k, yaitu

6 6 1 1

, , .

ijk ij jk

i i

X A Q j J k K

 

   

5. Kendala areal penanaman, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak yang ditanami komoditas pertanianldi musim tanammharus sama dengan lahan di kecamatanidengan jenis lahan aktual j yang dialokasikan ke jenis lahan rencanak, yaitu

20 1

, , , , .

ijklm ijk l

Y X i I j J k K m M

     

6. Kendala perlindungan kawasan hijau dan bentang alam

Menurut Bappeda 2007, kawasan hijau dan bentang alam harus dipertahankan fungsinya setidaknya sebesar 50% dari luas lahan yang ada, yaitu bahwa luas lahan di kecamatan i dengan jenis lahan aktualj=11 yang dialokasikan untuk lahan rencanak=11 tidak kurang dari 50% luas kecamatan i dengan jenis lahan aktual j=11, yaitu

,11,11 0, 50 ,11, .

i i

XA  i I

7. Kendala agar setidaknya 70% ladang dan pekarangan di Kota Bogor tetap dipertahankan (asumsi agar tidak semua lahan ladang dan pekarangan diubah fungsinya), yaitu bahwa luas lahan di kecamatanidengan jenis lahan aktualj=3 yang dialokasikan sebagai lahan rencana k=3 tidak kurang dari 70% luas kecamatan idengan jenis lahan aktualj=3, yaitu

,3,3 0, 70 ,3, .

i i

XA  i I

8. Kendala sasaran pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, yaitu produktivitas komoditas pertanian l yang ditanam di jenis lahan rencanakdiusahakan mencapai pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal akan komoditas pertanianl, yaitu

6 12 3 2 2 2 1 1 1

6 12 3 3 3 3 1 1 1

1000 , . l lm ij lm i j m

l lm ij lm i j m

l l l

P S Y

P S Y

h h R E l L

         





dengan 2 lm

S = intensitas penanaman komoditas pertanianlpada musim tanammdi sawah,

3 lm

S = intensitas penanaman komoditas pertanianlpada musim tanammdi ladang dan pekarangan.

9. Kendala ketaknegatifan

, , , , , , , 0,

, , , , .

i i i i i i ijk ijklm

d d g g h h X Y

i I j J k K l L m M

     

     

Didapatkan nilai optimum dari , yaitu ∗= 0 (lihat Lampiran 7). Kemudian dilanjutkan dengan menambahkan pertaksamaan ≤ ∗+ pada kendala di prioritas kedua.

Prioritas kedua

Meminimumkan proporsi dari kekurangan pemenuhan ruang terbuka hijau dan proporsi kekurangan produksi komoditas pertanian untuk pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal, yaitu

minz2=

0, 30 1000

.

i l

i I i l L l

g h

A R E

 

 

Kendala yang digunakan sebagai berikut: 1. Kendala 1-9 di prioritas pertama. 2. Kendala nilai optimum , yaitu

≤ ∗+ dengan

= 0 (merupakan nilai optimum dari z

1

di prioritas pertama). = 0,10; 0,20; 0,30; …;1. 5.5 Hasil

Penyelesaian masalah pengoptimuman ruang terbuka hijau dan ruang terbangun di Kota Bogor diselesaikan menggunakan software LINGO 11.0. Program dan output dari LINGO 11.0 ditulis pada Lampiran 9. Output tersebut juga disajikan dalam bentuk tabel pada Lampiran 10 dan Lampiran 11. Informasi yang diperoleh meliputi nilai optimum fungsi tujuan, luas optimum tiap


(21)

0, 30 i

i I i

g A

 

1000

.

l l L l

h R E

 

0

0, 30 i

i I i

g A

 

0, 76 1000 l l L l

h R E

 

Fungsi tujuan+

0 0 0 0,76

0,10 0,10 0,10 0,70

0,20 0,20 0,20 0,66

0,30 0,30 0,22 0,65

0,40 0,40 0,22 0,65

0,50 0,50 0,22 0,65

0,60 0,60 0,22 0,65

0,70 0,70 0,22 0,65

0,80 0,80 0,22 0,65

0,90 0,90 0,22 0,65

1,00 1,00 0,22 0,65

0.6 0.65 0.7 0.75 0.8

0 0.1 0.2 0.3

z2


(22)

Tabel 9 Perubahan penggunaan lahan di setiap kecamatan

Kecamatan Lahan aktual Luas lahan rencana (ha)

Ruang terbangun Sawah

Bogor Utara sawah 43,28 0

ladang, pekarangan 89,16 0

kawasan hijau dan bentang alam 127,74 6,05

lahan kosong 0 205,00

Bogor Selatan sawah 737,47 0

ladang, pekarangan 138,75 0

kawasan hijau dan bentang alam 0 273,75

lahan kosong 65,76 0

Bogor Timur kawasan hijau dan bentang alam 0 59,88

Bogor Barat sawah 111,90 0

ladang, pekarangan 66,48 0

kawasan hijau dan bentang alam 0 267,15

lahan kosong 88,24 425,38

Bogor Tengah kawasan hijau dan bentang alam 0 17,15

Tanah Sareal kawasan hijau dan bentang alam 0 230,23

lahan kosong 0 100,00

Tabel 10 Perubahan penggunaan lahan di Kota Bogor Penggunaan lahan aktual Luas

(ha) Penggunaan lahan rencana Luas (ha)

ruang terbangun 5.251,18 ruang terbangun 6.719,96

sawah 1.174,92 sawah 1.866,84

ladang, pekarangan 1.183,40 ladang, pekarangan 889,01

danau, sungai, kolam 220,83 danau, sungai, kolam 220,83

hutan kota, kebun raya 129,74 hutan kota, kebun raya 129,74

jalur hijau 152,38 jalur hijau 152,38

lapangan olahraga 151,52 lapangan olahraga 151,52

sempadan sungai 181,79 jalur hijau sempadan sungai 181,79

TPU 134,64 TPU 134,64

taman 257,33 taman 257,33

kawasan hijau dan bentang alam 1.963,91 kawasan hijau dan bentang alam 981,95

lahan kosong 884,38 lahan kosong 0

Berdasarkan Tabel 9, jenis lahan yang mengalami pengalihfungsian ialah sawah, ladang, pekarangan, kawasan hijau dan bentang alam, dan lahan kosong. Lahan-lahan tersebut dialihfungsikan menjadi ruang terbangun dan sawah. Di bidang pertanian, perubahan lahan dari lahan aktual difokuskan menjadi lahan sawah, hal ini karena produktivitas komoditas pertanian di sawah lebih besar daripada di ladang dan pekarangan.

Berdasarkan Tabel 10, lahan kosong seluruhnya diubah menjadi lahan lain karena

lahan ini tidak produktif. Peningkatan signifikan terjadi pada ruang terbangun, yaitu bertambah dari 5.251,18 ha menjadi 6.719,96 ha, sawah bertambah dari 1.174,92 ha menjadi 1.866,84 ha. Ladang dan pekarangan dipertahankan keberadaannya setidaknya 70% dari luas awal untuk melindungi keberadaan lahan tersebut dari pengalihfungsian ke ruang terbangun, sehingga terjadi penurunan dari 1.183,40 ha menjadi 889,01 ha, sedangkan kawasan hijau dan bentang alam dipertahankan setidaknya 50% sesuai dengan kebijakan pemerintah Kota Bogor (dapat


(23)

dilihat pada kendala 6 di prioritas pertama). Hal tersebut dilakukan guna menjaga kelestarian kawasan hijau dan bentang alam yang berfungsi sebagai tempat hidup berbagai jenis hewan, daerah penahan erosi tanah, daerah resapan air, dan penyerap polusi udara, sehingga terjadi penurunan dari 1.963,91 ha menjadi 981,95 ha.

5.5.2 Pemenuhan Ruang Terbangun Keadaan aktual (dapat dilihat pula di Lampiran 3), sasaran (50% dari luas wilayah), optimal (didapat dari penjumlahan antara sasaran dengan kelebihan), dan kelebihan luas ruang terbangun dari sasarannya setelah optimasi disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Luas ruang terbangun setiap kecamatan

Keca-matan

Luas ruang terbangun (ha)

Aktual Sasaran Optimal Kele-bihan

Bogor

Utara 813,25 884,15 884,15 0

Bogor

Selatan 477,50 1.463,35 1.463,35 0

Bogor

Timur 563,26 507,50 509,67 2,17

Bogor

Barat 1.562,25 1.567 1.567 0

Bogor

Tengah 584,46 405,65 541,73 136,08

Tanah

Sareal 1.250,46 1.015,35 1.133,54 118,19

Agar luas bangunan tidak terpusat di kecamatan tertentu, koefisien dasar bangun 50% perlu diterapkan di setiap kecamatan. Hasil optimasi yang telah disajikan dalam Tabel 11 menunjukkan bahwa Kecamatan Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Bogor Barat masih bisa melakukan berbagai pembangunan fisik, sedangkan di Kecamatan Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Tanah Sareal sudah tidak dapat lagi dilakukan pembangunan fisik karena luas bangunan di kecamatan ini sudah melebihi nilai koefisien dasar bangun, sehingga terjadi kelebihan ruang terbangun di Kecamatan Bogor Timur sebesar 2,17 ha, Bogor tengah sebesar 136,08 ha, dan Tanah Sareal sebesar 118,19 ha.

5.5.3 Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau Keadaan aktual, sasaran, optimal, dan kelebihan luas ruang terbuka hijau setelah optimasi disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12 Luas ruang terbuka hijau setiap kecamatan

Keca-matan

Luas ruang terbuka hijau (ha)

Aktual Sasaran Optimal Kele-bihan

Bogor Utara

800,05 530,49 834,15 303,66

Bogor

Selatan 2.283,45 878,01 1.463,35 585,34 Bogor

Timur 451,74 304,50 505,33 200,83

Bogor

Barat 977,30 940,20 1.486,17 545,97

Bogor

Tengah 226,84 243,39 269,57 26,18

Tanah

Sareal 590,25 609,21 807,16 197,95

jumlah 5.329,63 3.505,80 5.365,73 1.859,93

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kota Bogor perlu memiliki ruang terbuka hijau minimal seluas 3.505,80 ha (30% luas Kota Bogor). Luas aktual ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 5.329,63 ha sudah mencukupi syarat minimum ruang terbuka hijau yang harus dimiliki. Namun, penyebarannya di setiap kecamatan tidak merata sebesar 30% dari luas wilayah kecamatan. Setelah dilakukan optimasi, luas ruang terbuka hijau di setiap kecamatan menjadi tidak kurang dari 30% luas wilayahnya. Peningkatan yang signifikan pada luas ruang terbuka hijau seperti tampak pada Tabel 12 melebihi sasaran minimum. Hal tersebut untuk mencapai tujuan peningkatan produksi komoditas pertanian guna pemenuhan permintaan konsumsi masyarakat lokal.

Besarnya lahan terbuka hijau yang dapat dimiliki Kota Bogor berdampak positif bagi kualitas lingkungan di Kota Bogor. Ruang terbuka hijau memiliki banyak fungsi bagi lingkungan di wilayah perkotaan, antara lain sebagai pengatur iklim mikro, sebagai daerah resapan air, pelindung tanah dari erosi, dan pengurang polusi udara. Polusi udara yang dihasilkan oleh banyaknya volume kendaraan dapat dinetralisasi oleh ruang terbuka hijau. Ruang terbuka hijau juga dapat memberikan manfaat sosial dan pendidikan, antara lain sebagai tempat rekreasi, bersosialisasi, dan menjadi sarana pendidikan untuk mengenal alam.


(1)

X( I5, J7, K7) 5.400000 0.000000 X( I5, J8, K8) 11.19000 0.000000 X( I5, J9, K9) 1.610000 0.000000 X( I5, J10, K10) 78.56000 0.000000 X( I5, J11, K2) 17.15000 0.000000 X( I5, J11, K11) 17.15000 0.000000 X( I6, J1, K1) 1250.460 0.000000 X( I6, J2, K2) 1.500000 0.000000 X( I6, J3, K3) 19.10000 0.000000 X( I6, J4, K4) 90.00000 0.000000 X( I6, J6, K6) 18.01000 0.000000 X( I6, J7, K7) 24.77000 0.000000 X( I6, J8, K8) 9.000000 0.000000 X( I6, J9, K9) 16.78000 0.000000 X( I6, J10, K10) 40.61000 0.000000 X( I6, J11, K2) 230.2350 0.000000 X( I6, J11, K11) 230.2350 0.000000 X( I6, J12, K2) 100.0000 0.000000 P( L1, K2) 4.730000 0.000000 P( L2, K2) 6.180000 0.000000 P( L2, K3) 4.944000 0.000000 P( L3, K2) 6.200000 0.000000 P( L3, K3) 4.960000 0.000000 P( L4, K2) 4.580000 0.000000 P( L4, K3) 3.664000 0.000000 P( L5, K2) 9.080000 0.000000 P( L5, K3) 7.264000 0.000000 P( L6, K2) 4.520000 0.000000 P( L6, K3) 3.616000 0.000000 P( L7, K2) 2.200000 0.000000 P( L7, K3) 1.760000 0.000000 P( L8, K2) 11.87000 0.000000 P( L8, K3) 9.496000 0.000000 P( L9, K2) 2.190000 0.000000 P( L9, K3) 1.752000 0.000000 P( L10, K3) 11.24000 0.000000 P( L11, K3) 9.840000 0.000000 P( L12, K3) 1.000000 0.000000 P( L13, K3) 1.710000 0.000000 P( L14, K3) 20.90000 0.000000 P( L15, K3) 6.000000 0.000000 P( L16, K3) 4.330000 0.000000 P( L17, K3) 7.520000 0.000000 P( L18, K3) 8.720000 0.000000 Y( I1, J2, K2, L1, M1) 53.31709 0.000000 Y( I1, J2, K2, L1, M2) 53.31709 0.000000 Y( I1, J2, K2, L8, M3) 53.31709 0.000000 Y( I1, J3, K3, L10, M3) 203.3316 0.000000 Y( I1, J3, K3, L14, M3) 4.708384 0.000000 Y( I1, J11, K2, L1, M1) 6.049579 0.000000 Y( I1, J11, K2, L1, M2) 6.049579 0.000000 Y( I1, J11, K2, L2, M3) 6.049579 0.000000 Y( I1, J12, K2, L1, M1) 205.0000 0.000000 Y( I1, J12, K2, L1, M2) 205.0000 0.000000 Y( I1, J12, K2, L2, M3) 205.0000 0.000000 Y( I2, J2, K2, L1, M1) 161.4322 0.000000 Y( I2, J2, K2, L1, M2) 161.4322 0.000000 Y( I2, J2, K2, L2, M3) 161.4322 0.000000 Y( I2, J3, K3, L10, M3) 202.8426 0.000000 Y( I2, J3, K3, L11, M3) 120.9074 0.000000 Y( I2, J11, K2, L1, M1) 273.7500 0.000000 Y( I2, J11, K2, L1, M2) 273.7500 0.000000 Y( I2, J11, K2, L7, M3) 273.7500 0.000000

Y( I3, J2, K2, L1, M1) 66.00000 0.000000 Y( I3, J2, K2, L1, M2) 66.00000 0.000000 Y( I3, J2, K2, L7, M3) 66.00000 0.000000 Y( I3, J3, K3, L10, M3) 0.9292339 0.000000 Y( I3, J3, K3, L17, M3) 170.7858 0.000000

Y( I3, J11, K2, L7, M3) 59.88000 0.000000 Y( I4, J3, K3, L17, M3) 155.1200 0.000000 Y( I4, J11, K2, L1, M1) 267.1500 0.000000 Y( I4, J11, K2, L1, M2) 267.1500 0.000000 Y( I4, J11, K2, L3, M3) 55.81721 0.000000 Y( I4, J11, K2, L5, M3) 211.3328 0.000000 Y( I4, J12, K2, L1, M1) 425.3789 0.000000 Y( I4, J12, K2, L1, M2) 425.3789 0.000000 Y( I4, J12, K2, L2, M3) 65.49780 0.000000 Y( I4, J12, K2, L3, M3) 26.61482 0.000000 Y( I4, J12, K2, L4, M3) 252.0526 0.000000 Y( I4, J12, K2, L7, M3) 81.21367 0.000000 Y( I5, J11, K2, L1, M1) 17.15000 0.000000 Y( I5, J11, K2, L1, M2) 17.15000 0.000000 Y( I5, J11, K2, L8, M3) 17.15000 0.000000 Y( I6, J2, K2, L1, M1) 1.500000 0.000000 Y( I6, J2, K2, L1, M2) 1.500000 0.000000 Y( I6, J2, K2, L2, M3) 1 .500000 0.000000 Y( I6, J3, K3, L11, M3) 19.10000 0.000000 Y( I6, J11, K2, L1, M1) 230.2350 0.000000 Y( I6, J11, K2, L1, M2) 230.2350 0.000000 Y( I6, J11, K2, L3, M3) 230.2350 0.000000 Y( I6, J12, K2, L1, M1) 100.0000 0.000000 Y( I6, J12, K2, L1, M2) 100.0000 0.000000 Y( I6, J12, K2, L3, M3) 100.0000 0.000000

S_1( L1, M1) 1.000000 0.000000 S_1( L1, M2) 1.000000 0.000000 S_1( L2, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L3, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L4, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L5, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L6, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L7, M3) 4.000000 0.000000 S_1( L8, M3) 1.000000 0.000000 S_1( L9, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L2, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L3, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L4, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L5, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L6, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L7, M1) 4.000000 0.000000 S_2( L7, M2) 4.000000 0.000000 S_2( L7, M3) 4.000000 0.000000 S_2( L8, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L8, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L8, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M1) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M2) 1.000000 0.000000 S_2( L9, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L10, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L11, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L12, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L13, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L14, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L15, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L16, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L17, M3) 1.000000 0.000000 S_2( L18, M3) 1.000000 0.000000


(2)

Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan selelah optimasi (

X

ijk)

Keca-matan

Lahan aktual

Lahan rencana (ha)

ruang

terbangun

sawah

ladang,

pekarangan

danau,

sungai,

kolam

hutan

kota,

kebun

raya

jalur

hijau

lapangan

olahraga

sempadan

sungai

TPU

taman

kawasan

hijau dan

bentang

alam

lahan

kosong

Bogor

Utara

ruang terbangun

713,25

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

43,28

53,32

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

89,16

0

208,04

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

50

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

58,34

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

15,65

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

20,85

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

3,53

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

40,3

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

127,74

6,05

0

0

0

0

0

0

0

0

133,79

0

lahan kosong

0

205

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Bogor

Selatan

ruang terbangun

677,50

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

737,47

161,43

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

138,75

0

323,75

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

3,87

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

65,92

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

74,85

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

100,80

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

29,10

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

0

273,75

0

0

0

0

0

0

0

0

273,75

0

lahan kosong

65,76

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3


(3)

Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (

X

ijk) (lanjutan)

Keca-matan

Lahan aktual

Luas lahan rencana

ruang

terbangun

sawah

ladang,

pekarangan

danau,

sungai,

kolam

hutan kota,

kebun raya

jalur

hijau

lapangan

olahraga

sempadan

sungai

TPU

taman

kawasan

hijau dan

bentang

alam

lahan

kosong

Bogor

Timur

ruang terbangun

563,26

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

0

66,00

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

0

0

183,00

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

45,57

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

4,89

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

16,70

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

2,14

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

13,68

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

0

59,88

0

0

0

0

0

0

0

0

59,88

0

lahan kosong

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Bogor

Barat

ruang terbangun

1.462,25

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

111,90

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

66,48

0

155,12

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

80,83

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

57,62

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

2,93

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

34,89

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

49,20

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

9,78

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

55,08

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

0

267,15

0

0

0

0

0

0

0

0

267,15

0

lahan kosong

88,24

425,38

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

3


(4)

Lampiran 10 Perubahan penggunaan lahan setelah optimasi (

X

ijk) (lanjutan)

Keca-matan

Lahan aktual

Luas lahan rencana

ruang

terbangun

sawah

ladang,

pekarangan

danau,

sungai,

kolam

hutan

kota,

kebun

raya

jalur

hijau

lapangan

olahraga

sempadan

sungai

TPU

taman

kawasan

hijau dan

bentang

alam

lahan

kosong

Bogor

Tengah

ruang terbangun

584,46

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

72,12

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

23,66

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

5,40

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

11,19

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

1,61

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

78,56

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

0

17,15

0

0

0

0

0

0

0

0

17,15

0

lahan kosong

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Tanah

Sareal

ruang terbangun

1.250,46

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

sawah

0

1,5

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

ladang, pekarangan

0

0

19,10

0

0

0

0

0

0

0

0

0

danau, sungai, kolam

0

0

0

90,00

0

0

0

0

0

0

0

0

hutan kota, kebun raya

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

jalur hijau

0

0

0

0

0

18,01

0

0

0

0

0

0

lapangan olahraga

0

0

0

0

0

0

24,77

0

0

0

0

0

sempadan sungai

0

0

0

0

0

0

0

9,00

0

0

0

0

TPU

0

0

0

0

0

0

0

0

16,78

0

0

0

taman

0

0

0

0

0

0

0

0

0

40,61

0

0

kawasan hijau dan

bentang alam

0

230,23

0

0

0

0

0

0

0

0

230,23

0

lahan kosong

0

100

0

0

0

0

0

0

0

0

0

0

Keterangan: luas lahan rencana merupakan output dari program LINGO 11.0 di Lampiran 9

3


(5)

Lampiran 11 Area budidaya pertanian optimal (

Y

ijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan

Keca-matan

(

i

)

Lahan aktual

(

i

)

Lahan

rencana (

k

)

Komoditas

pertanian (

l

)

Luas lahan (ha)

produktivitas

(ton/ha/1

masa panen)

Intensitas

penanaman

Produksi (ton)

produksi/

tahun (ton)

Musim (

m

)

Musim (

m

)

Musim (

m

)

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Bogor

Utara

sawah

sawah

padi

53,32

53,32

0

4,73

1

1

0

252,20

252,20

0

504,41

buncis

0

0

53,32

11,87

0

0

1

0

0

632,91

632,91

ladang,

pekarangan

ladang,

pekarangan

ubi kayu

0

0

203,33

11,24

0

0

1

0

0

2.285,43

2285,43

nangka

0

0

4,71

20,90

0

0

1

0

0

98,44

98,44

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

6,05

6,05

0

4,73

1

1

0

28,62

28.62

0

57,23

tomat

0

0

6,05

6,18

0

0

1

0

0

37,39

37,39

lahan kosong

sawah

padi

205,00

205,00

0

4,73

1

1

0

969,65

969.65

0

1.939,30

tomat

0

0

205,00

6,18

0

0

1

0

0

1.266,90

1.266,90

Bogor

Selatan

sawah

sawah

padi

161,43

161,43

0

4,73

1

1

0

763,56

763,56

0

1.527,13

tomat

0

0

161,43

6,18

0

0

1

0

0

997,64

997,64

ladang,

pekarangan

ladang,

pekarangan

ubi kayu

0

0

202,84

11,24

0

0

1

0

0

2.279,92

2.279,92

ubi jalar

0

0

120,91

9,84

0

0

1

0

0

1.189,75

1.189,75

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

273,75

273,75

0

4,73

1

1

0

1.294,84

1.294,84

0

2.589,67

bayam

0

0

273,75

2,20

0

0

4

0

0

2.409,00

2.409,00

Bogor

Timur

sawah

sawah

padi

66,00

66,00

0

4,73

1

1

0

312,18

312,18

0

624,36

bayam

0

0

66,00

2,20

0

0

4

0

0

580,80

580,80

ladang,

pekarangan

ladang,

pekarangan

ubi kayu

0

0

0,93

11,24

0

0

1

0

0

10,45

10,45

pisang

0

0

170,78

7,52

0

0

1

0

0

1.284,26

1.284,26

rambutan

0

0

11,28

8,72

0

0

1

0

0

98,36

98,36

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

59,88

59,88

0

4,73

1

1

0

283,23

283,23

0

566,46

bayam

0

0

59,88

2,20

0

0

4

0

0

526,94

526,94

4


(6)

Lampiran 11 Area budidaya pertanian optimal (

Y

ijklm) dan hasil produksi tiap kecamatan (lanjutan)

Keca-matan

(

i

)

Lahan aktual

(

j

)

Lahan

rencana (

k

)

Komoditas

pertanian (

l

)

Luas lahan (ha)

produktivitas

(ton/ha/1

masa panen)

Intensitas

penanaman

Produksi (ton)

Produksi/

tahun (ton)

Musim (

m

)

Musim (

m

)

Musim (

m

)

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Bogor

Barat

ladang,

pekarangan

ladang,

pekarangan

pisang

0

0

155,12

7,52

0

0

1

0

0

1.166,50

1.166,50

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

267,15

267,15

0

4,73

1

1

0

1.263,62

1.263,62

0

2.527,24

terong

0

0

55,82

6,20

0

0

1

0

0

346,08

346,08

mentimun

0

0

211,33

9,08

0

0

1

0

0

1.918,88

1.918,88

lahan kosong

sawah

padi

425,38

425,38

0

4,73

1

1

0

2.012,05

2.012,05

0

4.024,09

tomat

0

0

65,49

6,18

0

0

1

0

0

404,73

404,73

terong

0

0

26,61

6,20

0

0

1

0

0

164,98

164,98

kacang

panjang

0

0

252,05

4,58

0

0

1

0

0

1.154,39

1.154,39

bayam

0

0

81,21

2,20

0

0

4

0

0

714,65

714,65

Bogor

Tengah

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

17,15

17,15

0

4,73

1

1

0

81,12

81,12

0

162,24

buncis

0

0

17,15

11,87

0

0

1

0

0

203,57

203,57

Tanah

Sareal

sawah

sawah

padi

1,50

1,50

0

4,73

1

1

0

7,09

7,09

0

14,19

tomat

0

0

1,50

6,18

0

0

1

0

0

9,27

9,27

ladang,

pekarangan

ladang,

pekarangan

ubi jalar

0

0

19,10

9,84

0

0

1

0

0

187,94

187,94

kawasan hijau

dan bentang

alam

sawah

padi

230,23

230,23

0

4,73

1

1

0

1.088,99

1.088,99

0

2.177,97

terong

0

0

230,23

6,20

0

0

1

0

0

1.427,43

1.427,43

lahan kosong

sawah

padi

100,00

100,00

0

4,73

1

1

0

473,00

473,00

0

946,00

terong

0

0

100,00

6,20

0

0

1

0

620,00

620,00

Keterangan: luas lahan merupakan output dari program LINGO 11.0 di Lampiran 9,

produksi merupakan hasil perkalian antara luas lahan, produktivitas, dan intensitas penanaman.

4