23
8. Golongan Fluorokuinolon Golongan fluorokuinolon termasuk di dalamnya asam nalidixat, siprofloxasin,
norfloxasin, ofloxasin, levofloxasin, dan lain–lain. Golongan fluorokuinolon aktif terhadap bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati
infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan oleh shigella,
salmonella, E.coli, dan Campilobacter Katzung, 2007.
2.1.4. Resistensi Antibiotika 2.1.4.1. Definisi
Resistensi terhadap antibiotika adalah perubahan kemampuan bakteri hingga menjadi kebal terhadap antibiotika. Resistensi terhadap antibiotika terjadi
akibat berubahnya sifat bakteri sehingga tidak lagi dapat dimatikan atau dibunuh. Keampuhan obat menjadi melemah atau malah hilang. Bakteri yang resisten
terhadap antibiotika tidak akan terbunuh oleh antibiotika,lalu berkembang biak dan menjadi lebih berbahaya WHO, 2011.
2.1.4.2. Penyebab Terjadinya Resistensi
Terdapat berbagai faktor penyebab terjadinya resistensi yaitu faktor primer adalah penggunaan antibiotika, munculnya strain bakteri yang resisten terhadap
antibiotika, dan penyebaran strain tersebut ke bakteri lain. Selain itu,faktor penjamu, seperti lokasi infeksi, kemampuan antibiotika mencapai organ target
infeksi sesuai dengan konsentrasi terapi, flora normal pasien, dan ekologi lingkungan merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Penggunaan
antibiotika secara berlebihan, memiliki andil yang besar dalam menyebabkan peningkatan resistensi terhadap antibiotika, terutama di rumah sakit. Peresepan
antibiotika yang kurang perlu dan banyak terjadi di negara industri juga ditemukan pada banyak negara berkembang. Faktor yang juga berpengaruh adalah
penyalahgunaan antibiotika oleh praktisi kesehatan yang tidak ahli,karena kurangnya perhatian pada efek yang merusak dari penggunaan antibiotika tidak
tepat Harniza, 2009.
Universitas Sumatera Utara
24
Penggunaan antibiotika yang tidak tepat meningkatkan jumlah dan jenis bakteri yang kebal terhadap antibiotika. Setiap kali seseorang mengonsumsi
antibiotika, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh, tetapi bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotika yang
berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bakteri yang kebal terhadap obat. Penggunaan antibiotika secara cerdas, tepat, adalah
kunci pengendalian penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotika WHO, 2011.
2.1.4.3. Mekanisme Terjadinya Resistensi
Beberapa bakteri mampu menetralkan antibiotik sebelum membunuhnya, bakteri lain mampu dengan cepat mengeluarkan antibiotika dari sel mereka dan
bakteri lainnya mampu mengubah titik serang antibiotika sehingga tidak menggangu fungsi hidupnya. Antibiotika membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri yang peka. Tetapi, terkadang, salah satu bakteri dapat bertahan hidup karena mampu menetralisir atau menghindar dari efek antibiotika.
Bakteri semacam ini akan berkembang biak dan menggantikan tempat bakteri- bakteri yang terbunuh. Bakteri yang semula peka terhadap suatu antibiotika pun
dapat menjadi kebal melalui perubahan genetik di dalam selnya, atau dengan menerima DNA yang sudah resisten dari bakteri lain. Artinya bakteri dapat
menjadi resisten terhadap beberapa antibiotika sekaligus. Ini tentu menyulitkan para dokter memilih antibiotika yang tepat untuk pengobatan WHO, 2011.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mekanisme terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotika beraneka ragam, baik melalui pembentukan enzim
penghancur antibiotika, penurunan aktivitas protein pengikat antibiotika, dan sebagainya. Fenotip yang tampil semuanya mempunyai dasar genetik. Beberapa
contoh gen yang dikaitkan dengan resistensi bakteri terhadap antibiotika dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.1. Gen yang Terkait dengan Resistensi terhadap Antibiotika
No. Bakteri Antibiotik Gen terkait
1. Staphylococcus Metisilin MecA 2. Enterococcus Vankomisin VanC
3. Mycobacterium Isoniazid KatG 4. Mycobacterium Rifampisin RpoB
5. Mycobacterium Etambutol EmbB 6. Mycobacterium Pirazinamid PncA
7. Mycobacterium Fluorokuinolon GyrA
Pembicaraan mengenai resistensi bakteri terhadap antibiotika akan menyangkut dua jenis bakteri:
1. Bakteri yang secara alamiah resisten terhadap antibiotik tertentu resistensi intrinsik. Faktor genetik yang melandasinya bersifat kromosomal.
2. Bakteri yang berubah sifatnya dari peka menjadi resisten. Perubahan fenotip ini dapat terjadi karena mutasi kromosomal danatau didapatnya materi genetik
dari luar. Telah lama diketahui bahwa galur bakteri resisten dapat timbul lewat pemaparan bakteri dengan antibiotik dalam konsentrasi tinggi untuk waktu
yang lama Sjahrurachman, 2011. Resistensi adalah kemampuan bakteri untuk menetralisir dan melemahkan
daya kerja antibiotika. Hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu Drlica Perlin, 2011:
1. Merusak antibiotik dengan enzim yang diproduksi. 2. Mengubah reseptor titik tangkap antibiotik.
3. Mengubah fisiko-kimiawi target sasaran antibiotik pada sel bakteri. 4. Antibiotik tidak dapat menembus dinding sel, akibat perubahan sifat dinding sel
bakteri. 5. Antibiotik masuk ke dalam sel bakteri, namun segera dikeluarkan dari dalam
sel melalui mekanisme transport aktif ke luar sel.
Universitas Sumatera Utara
26
2.1.5. Prinsip Penggunaan Antibiotika