Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan sampel dengan purposive sampling karena kedua kelompok tidak dilakukan keacakan sesungguhnya, hanya berdasarkan kelas yang ada.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono 2011:61 variabel bebas independent variable adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat dependent variable. Sedangkan variabel terikat dependent variable adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran matematika dengan strategi REACT, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes berupa instrumen data kuantitatif yaitu tes kemampuan komunikasi matematis, sedangkan instrumen non-tes berupa instrumen data kualitatif yaitu angket dan lembar observasi. Data-data tersebut diperlukan untuk menguji hipotesis dan menarik kesimpulan. Oleh sebab itu dibuatlah seperangkat instrumen yang terdiri dari instrumen data kuantitatif dan instrument data kualitatif.

1. Instrumen Data Kuantitatif

a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Tes kemampuan komunikasi matematis terdiri dari pretes dan postes. Tes ini dikembangkan berdasarkan pada indikator kemampuan komunikasi matematis. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berbentuk uraian subjektif. Pretes dan postes dilakukan untuk mengamati perbedaan hasil belajar yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dilangsungkan pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran dengan strategi REACT dan kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran secara Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu konvensional. Pretes dilakukan pada awal pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan postes dilakukan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberi perlakuan. Adapun kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan komunikasi matematis yang berpedoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jakabcsin Ansari dalam Setiadi, 2010:39 yaitu: Tabel 3.1 Kriteria Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Skor Menulis Written Text Menggambar Drawing Ekspresi matematis Mathematical Expression Tidak ada jawaban, kalaupun ada menunjukkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa. 1 Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. Gambar, diagram, atau tabel yang dibuat hanya sedikit yang benar. Hanya sedikit dari model matematika yang benar. 2 Penjelasan secara matematis masuk akal, namun hanya sebagian lengkap dan benar. Membuat gambar, diagram, atau tabel namun kurang lengkap dan benar. Membuat model matematika dengan benar dan melakukan perhitungan, namun ada sedikit kesalahan atau salah dalam mendapatkan solusi. 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis dan ada sedikit kesalahan. Membuat gambar, diagram, atau tabel dengan lengkap dan benar. Membuat model matematika dengan benar, melakukan perhitungan, dan mendapatkan solusi secara lengkap dan benar. 4 Penjelasan secara matematis masuk akal, benar, dan tersusun secara lengkap. Skor maksimal: 4 Skor maksimal: 3 Skor maksimal: 3 Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Sebelum instumen tes diberikan kepada siswa dalam proses penelitian, instrumen tes terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian diujicobakan kepada siswa di luar sampel yang telah mempelajarai materi yang akan dijadikan sebagai penelitian. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya dari soal-soal tersebut yaitu butir demi butir untuk diteliti kualitasnya. Perhitungan yang dilakukan menggunakan bantuan program Anates Versi 4.0. 1 Validitas Suherman dan Kusumah 1990:135 mengemukakan bahwa suatu alat evaluasi disebut valid absah atau sahih apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Menurut Ruseffendi 2006:125 validitas suatu tes ialah ketetapan tes itu mengukur apa yang semestinya diukur. Besarnya tingkat ketetapan koefisien validitas ini berkisar antara -0,1 dan +0,1. Untuk mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment Pearson Suherman dan Kusumah, 1990:154, yaitu: Keterangan: : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. : Skor siswa pada tiap butir soal. : Skor total tiap siswa. : Jumlah siswa. Hasil perhitungan koefisien korelasi diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria pengklasifikasian dari Guilford Suherman dan Kusumah, 1990:147, yaitu: Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Korelasi Besarnya r xy Interpretasi Validitas sangat tingggi sangat baik Validitas tinggi baik Validitas sedang cukup Validitas rendah kurang Validitas sangat rendah Tidak valid Selanjutnya melalui uji validitas dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh hasil uji validitas tiap butir soal yang disajikan pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Validitas Setiap Butir Soal No Soal Koefisien Validitas Signifikansi Korelasi Interpretasi 1 0,66 signifikan Validitas tinggi baik 2 0,54 - Validitas sedang cukup 3 0,51 - Validitas sedang cukup 4 0,52 - Validitas sedang cukup 5 0,62 signifikan Validitas tinggi baik Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diperoleh bahwa hasil pengolahan data untuk tiap butir soal yaitu soal nomor 1 dan 5 berkolerasi tinggi, artinya soal nomor 1 dan 5 validitasnya tinggi baik. Untuk soal nomor 2, 3, dan 4 berkolerasi sedang, artinya soal nomor 2, 3, dan 4 validitasnya sedang cukup. 2 Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama konsisten, ajeg, hasil pengukuran itu harus tetap sama relatif sama jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi Suherman dan Kusumah, 1990:167. Rumus yang digunakan untuk Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha Suherman dan Kusumah, 1990:194, yaitu: Keterangan: r 11 : Koefisien reliabilitas. n : Banyak butir soal item. : Jumlah varians skor tiap item. : Varians skor total. Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford Suherman dan Kusumah, 1990:177 yaitu: Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,27. Dari Tabel 3.4 dapat diambil kesimpulan bahwa soal tes kemampuan komunikasi matematis memiliki derajat reliabilitas yang rendah atau secara keseluruhan butir soal memiliki derajat reliabilitas rendah. 3 Indeks Kesukaran Suherman dan Kusumah 1990:212 mengungkapkan bahwa derajat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut Indeks Kesukaran. Bilangan tersebut adalah bilangan real pada interval kontinum 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran mendekati 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya soal dengan indeks kesukaran 1,00 berarti soal tersebu terlalu mudah. Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Rumus untuk menentukan indeks kesukaran Sari, -:2 yaitu: Keterangan: T K : Indeks tingkat kesukaran butir soal. S A : Jumlah skor kelompok atas. S B : Jumlah skor kelompok bawah. I A : Jumlah skor ideal kelompok atas. I B : Jumlah skor ideal kelompok bawah. Klasifikasi indeks kesukaran yang paling banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah 1990:213 adalah: Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran IK Klasifikasi IK = 0,00 Soal terlalu sukar 0,00 IK ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 IK ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 IK ≤ 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.6 berikut ini: Tabel 3.6 Indeks kesukaran Setiap Butir Soal No Soal Indeks Kesukaran IKTK Klasifikasi 1 0,56 Soal sedang 2 0,55 Soal sedang 3 0,69 Soal sedang 4 0,47 Soal sedang 5 0,59 Soal sedang Dari tabel 3.6 diperoleh bahwa soal tes kemampuan komunikasi matematis yang terdiri dari lima butir soal, kelima soal tersebut memiliki tingkat kesukaran sedang. Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4 Daya Pembeda Menurut Suherman dan Kusumah 1990:199-200 daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan daya pembeda tiap butir soal menurut Suherman Sari, 2012:63 yaitu: Keterangan: DP : Daya Pembeda. S A : Jumlah skor pada kelompok atas pada butir soal yang diolah. S B : Jumlah skor pada kelompok bawah pada butir soal yang diolah. I A : Jumlah skor ideal salah satu kelompok pada butir soal yang dipilih. Klasifikasi untuk daya pembeda yang banyak digunakan menurut Suherman dan Kusumah 1990:202 adalah: Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda DP Klasifikasi DP ൑ 0,00 Sangat jelek 0,00 DP ൑ 0,20 Jelek 0,20 DP ൑ 0,40 Cukup 0,40 DP ൑ 0,70 Baik 0,70 DP ൑ 1,00 Sangat baik Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Anates 4.0 diperoleh daya pembeda tiap butir soal tes yang terangkum dalam Tabel 3.8 berikut ini: Mega Mustikawati, 2013 Penerapan Pembelajaran Matematika Dengan Strategi REACT Dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.8 Nilai Daya Pembeda Setiap Butir Soal No Soal Daya Pembeda DP Klasifikasi 1 0,30 cukup 2 0,40 cukup 3 0,43 baik 4 0,52 baik 5 0,55 baik Berdasarkan Tabel 3.8 di atas, dapat diuraikan bahwa soal nomor 1 dan 2 memiliki daya pembeda cukup. Sedangkan soal nomor 3, 4, dan 5 memiliki daya pembeda baik. Berikut ini ditampilkan secara keseluruhan analisis setiap soal rekapitulasi analisis butir soal yaitu: Reliabilitas: 0,27 interpretasi rendah Tabel 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal No Soal Validitas Indeks Kesukaran Daya Pembeda Keterangan Koefisien Validitas Interpretasi IK Klasifikasi DP Klasifikasi 1 0,66 Baik 0,56 sedang 0,30 cukup Digunakan 2 0,54 Cukup 0,55 sedang 0,40 cukup Digunakan 3 0,51 Cukup 0,69 sedang 0,43 baik Digunakan 4 0,52 Cukup 0,47 Sedang 0,52 baik Digunakan 5 0,62 Baik 0,59 Sedang 0,55 baik Digunakan Berdasarkan validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran dari setiap butir soal yang diuji cobakan, maka semua soal digunakan sebagai instrumen tes dalam penelitian ini.

2. Instrumen Data Kualitatif

Dokumen yang terkait

Pengaruh strategi pembelajaran react dengan teknik scaffolding terhadap kemampuan koneksi matematik siswa di SMP Negeri 11 Depok

1 9 248

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP : Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII pada Salah Satu SMP Di Kabupaten Bandung Barat.

1 4 29

PENERAPAN TEKNIK PROBING - PROMPTING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KO NEKSI MATEMATIS SISWA SMP: Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII pada Salah Satu SMP Negeri di Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

3 9 47

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REACT : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 35 Bandung.

0 17 30

MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI MATEMATIS SISWA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas IX Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Majalengka.

0 3 41

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIKA SISWA SMP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PROBING-PROMPTING : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri di Kota Bandung.

0 11 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN STRATEGI KONFLIK-KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Negeri 14 Bandung.

0 5 67

PENERAPAN STRATEGI REACT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP.

0 0 43

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

1 3 51

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA : Studi Kuasi Eksperimen Pada Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

0 1 54