DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1. Lembar Jawaban Siswa
3 Gambar 2.1. Skema Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Bamboo Dancing 25
Gambar 2.2. Persegi ABCD 31 Gambar 2.3. Segitiga Siku-Siku
32 Gambar 2.4. Segitiga Siku-Siku di Titik A
33 Gambar 2.5. Segitiga Siku-Siku dengan Sudut 30
dan 60 33
Gambar 2.6. Perbandingan Panjang Sisi pada Segitiga 34
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 42
Gambar 4.1. Gambar Rata-Rata Nilai Pretest dan Posttest Kedua Kelas 54
Gambar 4.2. Skema Hubungan Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing dengan Aspek Komunikasi Matematis
61 Gambar 5.1. Lokasi Penelitian
168 Gambar 5.2. Plangkat SMP Harapan 2 Medan
168 Gambar 5.3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa pada kelas eksperimen 169
Gambar 5.4. Siswa saat menerima LAS 169
Gambar 5.5. Guru mengenalkan subtopik 170 Gambar 5.6. Siswa diskusi kelompok 170
Gambar 5.7. Siswa saat bertukar pasangan 171 Gambar 5.8. Guru memberikan bantuan pada kelompok
yang mengalami kesulitan 171
Gambar 5.9. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi 172 Gambar 5.10. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa pada kelas kontrol 172
Gambar 5.11. Guru menjelaskan materi pembelajaran 173
Gambar 5.12. Salah satu siswa mengajukan pertanyaan 173
Gambar 5.13. Siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan guru 174 Gambar 5.14. Memberikan bantuan kepada siswa yang bertanya 174
Gambar 5.15. Salah satu siswa mengerjakan soal di papan tulis 175
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 RPP I Bamboo Dancing 66
Lampiran 2 RPP II Bamboo Dancing 72
Lampiran 3 RPP I Ekspositori 86
Lampiran 4 RPP II Ekspositori 91
Lampiran 5 Lembar Aktifitas Siswa 1 101
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS 1 104
Lampiran 7 Lembar Aktifitas Siswa 2 107
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS 2 111
Lampiran 9 Lembar Aktifitas Siswa 3 115
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS 3 118
Lampiran 11 Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika Pre Test
121 Lampiran 12 Kisi-Kisi Kemampuan Komunikasi Matematika
Post Test 122
Lampiran 13 Pre Test 123
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Pre Test 125
Lampiran 15 Post Test 128
Lampiran 16 Alternatif Penyelesaian Post Test 130
Lampiran 17 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
135 Lampiran 18 Lembar Validasi Tes Pre Test
137 Lampiran 19 Lembar Validasi Tes Post Test
143 Lampiran 20 Daftar Validator Soal Pre Test dan Post Test Siswa
149 Lampiran 21 Data Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen
150 Lampiran 22 Data Komunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol
152 Lampiran 23 Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan Simpangan Baku
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
154 Lampiran 24 Perhitungan Uji Normalitas Data
157 Lampiran 25 Perhitungan Uji Homogenitas Data
162 Lampiran 26 Perhitungan Uji Hipotesis Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa 165
Lampiran 27 Dokumentasi 168
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya
mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sebagaimana dikemukakan Buchori
dalam Trianto, 2011:5, bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan,
tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu
yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna
mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya.
Cockroft dalam Abdurrahman, 2009:253 mengemukakan : “Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1 selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3 merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; 4 dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5 meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6 memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.
Namun saat ini mutu pendidikan matematika di negara kita masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO dalam ugm, 2012 mutu
pendidikan matematika Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang
diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk
pendidikan terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi matematika, khususnya komunikasi matematis siswa yaitu matematika merupakan pelajaran
yang sulit oleh siswa. Siswa menganggap matematika adalah pelajaran yang terlalu banyak berhitung dan penuh rumus. Hal ini menyebabkan siswa kurang
berminat dalam mengikuti pelajaran matematika dan kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, dan malu mengungkapkan ide-
ide atas soal yang diberikan guru. Akan tetapi ketakutan-ketakutan yang muncul dari siswa tidak hanya disebabkan siswa itu sendiri, tetapi juga disebabkan oleh
ketidakmampuan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik terhadap matematika. Menurut Bambang R dalam Rbaryans, 2007 bahwa :
“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis,
sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika
karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.
Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Mata
pelajaran matematika perlu diajarkan untuk membekali siswa dengan mengembangkan
kemampuan menggunakan
bahasa matematika
dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika. Hal senada juga diungkapkan
oleh Fathoni bahwa : “Dalam mempelajari matematika bukan semata-mata hanya menghafal,
tetapi siswa harus bisa mengartikan simbol-simbol matematika dan rumus yang terdapat dalam matematika karena simbol-simbol matematika
bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya”. www.komunikasimatematika.com
Dari observasi yang dilakukan peneliti pada materi luas segitiga, kuadrat dan akar kuadrat suatu bilangan sebagai materi prasyarat pada teorema Pythagoras
di SMP Harapan 2 Medan pada Kelas VIII-A tahun ajaran 20122013, peneliti