Efektifitas dan peranan Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam mewujudkan proses mediasi

EFEKTIFITAS DAN PERANAN PENGADILAN AGAM A JAKARTA SELATAN DALAM
M EW UJUDKAN PROSES M EDIASI

Disusun oleh :
UBAIDILLAH
106044201479

KONSENTRASI ADM INISTRASI KEPERDATAAN ISLAM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

DAFTAR ISI

OUT LINE
Daft ar isi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Lat ar Belakang M asalah

B. Bat asan dan Rumusan M asalah
C. Tujuan dan M anfaat Penelit ian
D. M etode Penelit ian

BAB II

E.

Review St udi Terdahulu

F.

Sist emat ika Penulisan

EKSISTENSI PENGADILAN AGAM A JAKARTA SELATAN
A. Sejarah singkat berdirinya Pengadilan Agama dan lokasinya
B. St rukt ur dan job descripton
C. Susunan Badan Pengadilan Agama
D. Tugas dan Wew enang Pengadilan Agama
E.


BAB III

Perkara yang masuk dan dit anda t angani oleh Pengadilan sejak dua t ahu terahir

UPAYA M EWUJUDKAN PERDAM AIAN
A. Definisi dan pengert ian M ediasi dit ingkat Pengadilan
B. Ruang lingkup mediasi
C. M acam-macam M ediasi
D. Tujuan dan manfaat mediasi
E.

Proses M ediasi di Pengadilan

F.

M ediasi diluar Pengadilan dengan akt a perdamaian

BAB IV


PERAN PENGADILAN AGAM A DALAM M EWUJUDKAN PERDAM AIAN
A. Upaya para hakim dalam mendamaikan
B. Hambat an para Hakim dalam usaha mendamaikan
C. Tingkat keberhasilan Pengadilan Agama dalam usaha mendamaikan

BAB V

KESIM PULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAM PIRAN-LAM PIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah gerbang menuju masa depan. Dalam islam perkawinan
adalah suatu ibadah juga salah satu kaidah bagi pembentukan keluarga dan untuk

melahirkan keturunan. Apabila dilihat dari sisi historis hukum yang paling pertama
muncul adalah hukum keluarga khususnya hukum perkawinan yang ditandai dengan
perkawinan adam dan hawa manusia meyakini benar bahwa Adam a.s adalah
manusia yang pertama dan anak istri serta anak-anaknyayang hidup sejaman dengan
Adam as dipandang sebagai generasi pertama, maka disutulah hukum dimulai yaitu
dari generasi adam dan kelurganya.1
Perkwinan bukan saja bertujuan untuk berkembang biak tetapi pada dasarnya
adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal. Sesuai dengan pasal 1 UndangUndang No . 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan menegaskan:
“ Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang wanita dan seoarang
pria sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa”

Untuk mewujudkan kebahagiaan tersebut maka sangat diperlukan sekali
kasih sayang antara dua orang tesebut yang berbeda latar belakang dari segala sisi

1

M. Amin Suma, Hukum kelurga Islam Di Dunia. (Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2004), cet1., h.3-4

1


2

dengan kasih sayang dan cinta yang ditanamkan Allah SWT. Maka akan tebentuk
keluarga sakinah mawaddahwarohmah.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mempertahankan mahligai rumah
selamanya sungguh sangat berat dan penuh perjuangan, tanpa adanya prinsip diatas
tak ayal lagi mahligai rumah tangga dapat berhenti dan putus ditengah jalan
.kenyataan membuktikan bahwa banyak percerayan yang terjadi dari tahun ke tahun
yang tercatat di PA di masing masing daerah . putusnya perkawinan dapat terjadi
karena berbagai alasan dan berbgai hal, baik karena meninggal dunia atau karena
faktor biologi,ekonomi dan psikologis, seperti salah satu pihak melalaikan
kewajibanya, atau terjadi peselisihan yang tidak pernah padam, atau adanya
intervensi pihak ketigaseperti orang tua dan sebagainya. Namun tidak saja hal-hal
yang bersifat materi atau seperti yang disebut diatasyang bisa menjadi sebab terjadi
percerayan, ada pula semata-mata terjadi karena terbentur kebutuhan dan sikap
sehari-hari dan masing-masing pihak maunya menang sendiri2
Sesuai dengan salah satu tujuan perkawinan adalah mendapatkan keturunan
dan berkembang biak agar kehidupan kita berlanjut, serta untuk menciptakan
ketenangan dan kedamaian dalam hidup maka disamping cinta yang diberikan oleh

Allah SWT pada manusia, harus ada prinsip bahwa perkawinan adalah suatu ikatan
yang kuat dan selamanya, bukan hanya dalam waktu tertentu saja, oleh karena itu

2

Satria Effendi M. Zein, Prolematika Hukum Islam Kontemporer (Analisis Dengan
Pendekatan Ushuliah), Jakarta, Prenada

3

perkawinan harus dilandasi atas dasar kerelaan dan keiklasan hati sehingga tujuan
perkawinan yang langgeng dapat terwujud.3
Pada dasarnya benturan-benturan dalam rumah tangga sangat mudah untuk
dihindari dan dapat mudah pula untuk ditangani seandainya terjadi, semua berawal
dari prinsip prinsip saling mengerti dan memahami satu sama lain kekurangan
maupun kelebihan masing-masing.
Namun apabila hal-hal diatas dapat terselesaikan maka pasangan suami istri
dapat mempertahankan mahligai rumah tangganya, namun sebaliknya apabila tidak
dapat di diselesaikan


maka yang akan timbul adalah percerayan sebagai jalan

keluarnaya. Percerian adalah sebuah jalan terahir

dalam sebuah penyelesainya

kemelut rumah tangga, setelah sebelumnya dilakukan upaya preventif dari pihak
masing-masing keluarga.
Percerayan menurut islam pada prinsipnya dilarang, hal itu dapat dilihat dan
ditegaskan oleh Rosullah SAW dalam sabdahnya bahwa perceraian adalah sesuatu
yang halal akan tetapi sangat dibenci Allah SWT.
Dari Ibnu Umar R.A. berkata. Bahwasanya Nabi SAW bersabda:
4

(‫ ﺍﻟﻄﻠﻼ ﻕ )ﺭ ﻭﺍ ﻩ ﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺯ ﻭ ﺍﳊﺎ ﻛﻢ‬‫ﺍﺑﻐﺾ ﺍﳊﻼ ﻝ ﺍﻟﺊ ﺍ‬

“ sesuatu perbuatan yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah talak
(percerayan) “ (Riwayat Abu Daud, ibnu majah dan al-hakim dari ibnu
umar)


3

Abdurrahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta, Prenada Media,2003,) edisi ke-2 h. 36
Sunnah Abu Daud, Abu Daud Sulaeman Sajastani : Tahqiq, Ahma Saad Ali Kairo:
Musthafa Al-Babi Al-Jalabi Juz 1, 1952, h. 503
4

4

Islam memberikan hak talak kepada suami untuk menceraikan istrinya dan
hak khulu kepada istri untuk menceraikan suaminya dan fasakh untuk kedua-duanya.
Dengan demikian

yang memutuskan perkawinan dan

menyebabkan percerayan

antara suami dan istri adalah:
a)


Kematian

b)

Thalak

c)

Khulu’

d)

Fasakh5

Seandainya terjadi percerian maka bukan berarrti persoalan-persoalan rumah
tangga akan berahir begitu saja, justru dengan adanya percerayan maka akan timbul
berbagai permasalahan yang akan diselesaikan oleh suami istri, selain permasalahan
anak,nafkah anak, istri juga yang tak kalah rumitnya adalah permasalahan harta
bersama serta pengurusanya.
Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang

perkawianan di Indonesia yang merupakan objek harta bersama adalah harta yang
didapat dari selama dalam perkawinan.
Pasal 35 ayat 1Tentang .
“Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama”
Hukum islam “AL-Qur’an dan As-Sunnah “ tidak mengenal harta bersama,
namun menurut pandangan Yahya Harahap harta bersama tidak bertentangan secara
diametral dengan hukum islam. Sekalipun secara teori fiqh islam tidak mengenal
5

Mahmud Yunus, Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta pt. Hidayakarya, 1996)

5

harta bersama hal itu tidak menghalangi

terciptanya lembaga hukum itu dalam

keluarga islam apabila dalam kenyataan kehidupan mereka, isrti selama membantu
suami dalam pekerjaan


dengan sendirinnya secara diam-diam terwujudlah harta

bersama:

‫ ﻭﺳﻠﻢ‬‫ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺳﺎﻟﻮﺍ ﺍﺯﻭﺍﺝ ﺍﻟﻨﱯ ﺍ‬‫ ﻋﻨﻪ ﺍﻥ ﻧﻔﺮﺍ ﻣﻦ ﺍﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﱯ ﺻﻠﻲ ﺍ‬‫ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﺭﺿﻲ ﺍ‬
‫ ﻻﺍﻧﺎﻡ ﻋﻠﻲ‬: ‫ ﻻﺍﻛﻞ ﺍﻟﻠﺤﻢ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ‬:‫ﻋﻦ ﻋﻤﻠﻪ ﰲ ﺍﻟﺴﺮ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻻﺍﺗﺰﻭﺝ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ‬
‫ ﻣﺎﺑﺎﻝ ﺍﻗﻮﺍﻡ ﻗﻮﺍﻡ ﻗﺎﻟﻮﺍ ﻛﺪﺍﻭﻛﺪﺍﻟﻜﲏ ﺍﺻﻠﻲ ﻭﺍﻧﺎﻡ ﻭﺍﺻﻮﻡ ﻭﺍﻓﻄﺮ‬: ‫ ﻭﺍﺛﻨﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻘﺎﻝ‬‫ﻓﺮﺍﺷﺰ ﻓﺤﻤﺪ ﺍ‬
6

(‫ﻭﺍﺗﺰﻭﺝ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ ﻓﻤﻦ ﺭﻏﺐ ﻋﻦ ﺳﻨﱵ ﻓﻠﻴﺲ ﻣﲏ )ﺭﻭﺍﳘﺴﻠﻢ‬

Artinya : Dari Anas RA, bahwa sekelompok orang dari sahabat Nabi SAW
bertanya kepada istri-istri Nabi tentang amalan beliau yang tersenbunyi, lalu sebagian
sahabat berkata, “Aku tidak akan menikahi perempuan, “ sebagian lain berkata, “aku
tidak akan makan daging” , sebagian lain mengatakan, “Aku tidak akan tidur di atas
kasur” Mendengar semua itu, Rasulullah SAW mengucapkan pujian kepada Allah,
lalu bersabda, “mengapa orang-orang mengatakan begini dan begitu, padahal aku
shalat dan juga tidur, berpuasa dan berbuka, dan aku juga menikahi perempuan.
Jadi barang siapa membenci ajaranku dia bukan termasuk golonganku.(HR
Muslimin)

Banyak diantara mereka benar-benar sungguh-sungguh dalam melaksanakan
keinginannya untuk membina dan mempertahankan rukun damai dan serasi diantar
mereka dan banyak dari mereka melakukan usaha kearah terwujudnya situasi yang di
idam-idamkan itu,walaupun usaha tersebut dilakukan tanpa rencana, tanpa ilmu dan
tanpa pengalaman. Walaupun usaha dan keinginan itu serius, namun dalam
6

M uhammad Nasihin Al-Albni, Ringkasan shahih M uslim, (Jakarta pustaka Azzam),h.558.

6

kenyataannya kerukunan dan keharmonisan itu kadang-kadang tidak berhasil
diciptakan dan sering mengalami gangguan-gangguan.gangguan-gangguan ini
ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan yang muncul atau menampakkan diri. Dengan
demikian terjadilah ketegangan yang akhirnya menjadi persengketaan atau konflik.
Penyelesaian suatu perselisihan atau konflik yang terbaik adalah dengan cara
perdamaian atau mediasi. Hokum islam mementingkan penyelesaian perselisihan
dengan cara perdamaian , sebelum dengan cara putusan Pengadilan, karena putusan
pengadilan dapat menimbulkan dendam yang mendalam, terutama bagi pihak yang
terkalahkan. Untuk itu sebelum diperiksa hakim wajib berusaha mendamaikan kedua
belah pihak terlebih dahulu, apabila hal ini belum dilakukan oleh hakim bisa
berakibat bahwa putusan yang dijatuhkan batal demi hokum.7
Sebagian besar dari konflik-konflik itu tidak sampai menghasilkan
perceraian, tetapi bukan berarti persengkataan tersebut telah selesai. Bukan tidak
mungkinhal tersebut nantinya akan menjadi pemicu yang kuat untuk terjadinya
perceraian.8
Jika terjadi perceraian, maka hal pertama yang akan dilakukan pihak yang
ingin bercerai adalah mengajukan permohonan kepada pengadilan agama (khusus
yang beragama islam). Dipengadilan itu sendiri, pada sidang pertama hakim akan
menganjurkan kepada pihak untuk menganjurkan mediasi yang mana hal ini bersifat

7

Jaenal arifin, Pengadilan Agama dalam Bingkai Reformasi Hukum di Indonesia.( Jakarta,
Kencana prenada M edia Group, 2008), h.351
8

Departemen Agama RI, Pedoman Konseling Keluarga Sakinah (Jakarta : Departemen
Agama RI,2004), h.135.

7

wajib/mutlak dilakukan dan dicantumkan dalam Berita Acara Sidang. Meskipun
dalam sidang selanjutnya upaya damai masih dapat diupayakan.9
Hakim agama mengemban fungsi mendamaikan. Oleh karena penyelesaian
perkara dengan jalan damai akan mengurangi rasa permusuhan antara kedua belah
pihak yang berperkara. Peran hakim pengadilan Agama dalam proses persidangan
pertama dan utama ialah mendamaikan para pihak yang berperkara, karena
mendamaikan adalah prioritas utama yang terutama dalam proses penyelesaian dalam
pembagian harta bersama, sedang kan fungsi mengadili merupakan kegiatan tindak
lanjut atas kegagalan upaya mendamaikan. Hal ini sesuai dengan pasal 28 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, “selama perkara belum diputuskan , usaha
mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan”.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka sangat menarik untuk mengkaji dan
mengadakan penelitian terhadap pengadilan Agama Jakarta selatan dalam bentuk
karya ilmiah atau sekripsi yang bejudul “EFEKTIFITAS DAN PERANAN
PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN DALAM MEWUJUDKAN
PROSES MEDIASI”

B. Perumusan Dan Pembatasan Masalah
Pangadilan merupakan lembaga yang diberi kewenangan untuk memutus
perkawinan disamping itu Pengadilan memilik kewajiban untuk mengusahakan
terjadi perdamaian dan mempersulit percerayan dan perselisihan.Untuk lebih
9

Roihan A Rasyid, Hukum Acara Peradialn Agama (Jakarta: rajawali press. 2002), h.97-98.

8

memperjelas dan memberi arah yang tepat dalam pembahasan sekripsi ini, penulis
memberi batasan sesuai dengan judul yang ada sebagai berikut:
a) Bahwa lembaga Pengadilan Agama yang menjadi studi analisis dalam sekripsi ini
adalah lembaga Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
b) Penelitian ini realita yang terjadi

dilapangan yaitu hasil dari

mediasi yg

dikarjakan olah Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Adapun masalah yang dapat penulis rumuskan adalah Banyaknya ketentuan
Undang-Undang teristimewa Al-Quran, Hadis dan berbagai kitan Fiqh

yang

membuka pintu baik bentuk anjuran ataupun perintah kearah perdamain, namun
dalam kenyataanya justru percraian dan perselisihan antara pihak semakin hari
semakin marak walaupun telah diusahakn secara maksimal oleh mediator. Dari
batasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan dalam kerangka pertanyaan sebagai
berikut:
1) Bagaimana proses mediasi yang dilakukan diPengadialan Agama Jakarta Selatan?
2) Apakah proses mediasi tersebut efektif atau tidak?
3) Dari sejumlah kasus yang diajukan ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan berapa
perkara yang berhasil didamaikan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjawab

permasalahan

tentang

bagaimana

proses,

efektifitas

keberhasilan Pengadilan Agama dalam menyelesaikan mediasi tersebut.

dan

9

2. Sebagai

syarat mendapatkan gelar S.sy di Fakultas Sya’riah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Jakarta
Adapun manfaat penelitian
a)

Secara teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini adalah dalam rangka untuk
pengembangan wawasan ilmu khususnya hukum perdata yang berlaku di
lingkungan peradilan Agama.

b)

Secara praktis
Secara praktis dari hasil
pengetahuan diri

penelitian ini adalah untuk memperluas

penulis dan sebagai bahan bacaan serta informasi bagi

masyarakat yang ingin mengetahui percerayain dan akibat hukumnya terhadap
benda yang diperoleh selama perkawinan yang diselesaikan dengan
perdamaian di luar sidang serta untuk memenuhi syarat akademis dalam
rangka memperoleh gelar sarjan hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif hidayatullah.

D. Review Study Terdahulu
Sejauh ini penulis belum menemukan sekripsi yang secara khusus membahas
judul yang sama seperti judul yang penulis ajukanatau yang serupa khususnya di
fakultas syariah dan hokum UIN Syarif hidayatullah Jakarta dan fakultas hokum
Universitas lain pada umumnya.

10

Hemat penulis, ada beberapa karya tulis lain yang berhubungan dengan
sekripsi ini khususnya di Fakultas syariah dan hukum tetapi hanya sekedar membahas
sekedar harta bersamanya diantaranya.
No
1

2

Identitas Terdahulu

Subtansi

Perbedaan

Proses pembagian harta

Hanya membahas

Membahas semua

bersama melalui

perdamain di depan

perkara yang perlu

perdamain didepan sidang,

sidang, tidak

dimediasi.

di Pengadilan Agama

membahas diluar

Kewarisan,perceraian

Jakarta Timur (analisa

sidang.

dan kasus-kasus yang

putusan PAJT Nomor :

masuk diterima

1585/Pdt.G/2007/PA.JT).

Pengadilan Agama

Siti mushofa

Jakarta Selatan.

Peranan pengadilan dalam

Hanya membahas

Membahas realita

mewujudkan perdamain

secara umum tidak

yang terjadi di

dipengadilan Agama

membahas langsung

masyarakat di

Jakarta Timur.

ke putusan-putusan

wilayah jakrta

Mutia rahmadani

yangtelah diputuskan

selatan

Dengan demikian sekripsi ini berbeda dengan penelitian terdahulu.Oleh
karena itu pula penulis merasa perlu mengangkat judul dan pembahasan yang
diangkat dalam sekripsi ini

11

E. Metode Penelitian
Metode yang diguanakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis yang dilakukan melalui pendekatan kualitatif.Metode deskriptif analitis
adalah metode yang menggambarkan dan memberikan analisa terhadap kenyataan
dilapangan.Sedangkan yang dimaksud dengan penelitian yang menggunakn
pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang-orang atau prilaku yang diamati.10
Jenis penelitian dilakukan dengan mengadakan penelitian hukum kepustakaan
(library research) penelitian hukum kepustakaan adalah penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Dalam hal
ini data sekunder diperoleh dari hasil kajian hukum terhadap buku-buku, majalahmajalah, dan Undang-Undang yang ada relevensinya dengan tema sekripsi ini.
Seperti undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974 tentang penjelasan atas Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang perkawinan, peraturan pemerintah nomor 9 Tahun 1974 tentang
penjelsan atas Undang-unadng no 1 tahun 1974, unadang-undang no 7 tahun 1989
yang sudah diamandemen oleh undang-undang no 3 tahun 2006 tentang peradilan
agama, intruksi persiden nomor 1 tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam), kitab
Undang-Undang hukum perdata (BW) dan RIB/HIR. sedang data primernya
dihasilkan dari data wawancara dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

10

Lexy j. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT, Remaja Rosda Karya, 2004),
h 3.

12

a. Alat Pengumpul Data
Data dalam penelitian ini dihasilkan dengan menggunakan alat pengumpul
data sebagai berikut :
1) Bahan hukum, yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dalam hal ini berupa
berkas-berkas Akta perdamain di Pengadilan Agama Jakarta selatan yang
berkekuatan hukum tetap ( BHT) .

peraturan perundang-Undangan.

Sedeangkan bahan hukum sekundernya adalah buku-buku hukum lain yang
mendukung yang memperjelas bahan hukum sekunder.
2)

Wawancara, Tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung
yaitu antara pewawancara dengan TAMAH,SH. Sebagai Koordinator mediasi
di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. yang bertujuan untuk mendapatkan
data dari tangan pertama (primer). Sedang alat pengumpul data yang
digunakan dalam wawancara ini adalah pedoman wawancara.

b. Alat Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dan diberikan interpretasi untuk
dapat menjawab permasalahan yang dirumuskan data yang diperoleh dari hasil
kajian hukum, dalam kaitan ini berupa berkas akta perdamaian dipengadilan
Agama Jakarta Selatan yang berkekuatan hukum tetap (BHT) laporan perkara
tahunan pengadilan Agama Jakarta Selatan tahun 2010

serta peraturan

perundang-undangan, akan ditinjau lebih jauh untuk mendapatkan hasil yang

13

diinginkan dengan didukung oleh referensi-referensi yang memperkuat data yang
diperoleh dari bahan hukum diatas.
Kajian terhadap hukum-hukum tersebut bertujuan untuk memperoleh datadata yang diperlukan, sehingga dapat menjwab rumusan maslah dalam penulisan
ini.
Sedang pengolahan data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan dengan
cara :
Pertama :

mengedit (editing)data yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah
jawaban-jawaban dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sudah
sesuai belum dengan yang dibutuhkan, jawaban yang dianggap lengkap
dan yang belum atau tidak menjawab dipisahkan.

Kedua :

mengklasifikasikan data yaitu mengkelompokkan data berdasrkan
masing-masing permaslahan yang masing-masing dirumuskan.

Setelah pengolahan data kemudian dilanjutkan dengan menginterpretasikan
data. Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data tersebut secara
jelas, kemudian menginterpretasikannya menggunakan bahasa penulis sendiri, dengan
demikian akan nampak jelas rincian atas jawaban atas permasalahan yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan sekripsi

ini lebih sistematis maka, untuk itu penyusun

membagi menjadi lima bagian yang akan dipaparkan sebagai berikut :

14

Bab Pertama
masalah,
serta

: Yang berisikan pendahuluan , yang mencakup latar belakang

tujuan dan manfaat penelitian, reviw study terdahulu, metode penelitian,

sistematika penulisan.

Bab Kedua : eksistensi peradilan Agama, terdiri dari sejarah singkat berdirinya
Pengadilan Agama Jakarta Selatan samapi lokasinya,struktur organisasi dan Struktur
Organiasasi Tata Kerja Pengadilan Agama Jakarta Selatan, tugas dan wewenang
Pengadilan Agama.
Bab Ketiga :upaya mewujudkan Mediasi, terdiri dari pengertian Mediasi ditingkat
pengadilan, macam-macam Mediasi, tujuan dan manfaat mediasi, proses mediasi di
Pengadilan.
Bab Keempat: Peranan Pengadilan Agama dalam mewujudkan perdamaian terdiri
dari upaya para Hakim dalam Mediasi, hambatan-hambatan para Hakim dalam usaha
Mediasi dan tingkat keberhasilan dalam upaya Mediasi
Bab Kelima : penutupan yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

15

BAB II
EKSISTENSI PERADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

1. Sejarah singkat dan

Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan
Pengadilan Agama Jakarta Selatan sebagai salah satu instansi yang
melaksanakan tugasnya memiliki dasar hukum dan landasan kerja sebagai berikut :
1. Undang-undang Dasar 1945 Pasal 24 ;
2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 ;
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ;
4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 ;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 ;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 ;
7. Peraturan/instruksi/Edaran Mahkamah Agung RI ;
8. Intruksi Dirjen Bimas Islam/ Bimbingan Islam ;
9.

Keputusan Menetri Agama Agama RI. Nomor 69 Tahun 1963, tentang
Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan ;

10. Peraturan-peraturan lain yang berhubungan dengan tata Kerja dan Wewenang
Pengadilan Agama. 11
2. Sejarah Pembentukan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

11

Sejarah pengadilan Agama Jakarta Sealatan di akses pada 20 januari 2011 darI www.PAjaksel.co.id

15

16

Pengadilan Agama Jakarta selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan
Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963.
Pada mulanya Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat
tiga kantor yang dinamakan Kantor Cabang yaitu :
1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara ;
2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah ;
3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk ;
4. Semua Pengadilan Agama tersebut diatas termasuk Wilayah Hukum Cabang
Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya Cabang
Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat keputusan Menteri Agama
Nomor 71 tahun 1976 tangga;l 16 Desember 1976. semua Pengadilan Agama di
Propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama yang berada di Daerah Ibu
Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah Hukum Mahkamah Islam Tinggi
Cabang Bandung. Dalam perkembangan selanjutnya istilah Mahkamah Islam
Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi Agama (PTA).12
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor
61 tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta di pindah di Jakarta, akan tetapi
realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987 dan secara otomatis
Wilayah Hukum Pengadilan Agama diwilayah DKI Jakarta adalah menjadi Wilayah
Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta

12

Ibid

17

3. Perkembangan dari masa ke masa :
A. PA. Jakarta Selatan Berkantor Di Serambi Masjid (1967- 1979)
Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan
jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun 1967
merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang berkantor di
jalan Otista Raya Jakarta Timur.13
Sebutan pada waktu itu adalah cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Kantor cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai dengan banyaknya
jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman penduduk serta tuntutan
masyarakat Jakarta Selatan yang diwilayahnya cukup luas. Untuk itu keadaan kantor
ketika itu masih masih dalam keadaan darurat yaitu menempati gedung bekas Kantor
Kecamatan Pasar Minggu disuatu gang kecil yang sampai saat ini dikenal dengan
gang Pengadilan Agama Pasar Minggu Jakarta Selatan pimpinan kantor di pegang
oleh. H. POLANA.14
Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada tentang
warisan masuk kepada Komparisi itu pun dimulai tahun 1969 kerjasama dengan
Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bapak BISMAR SIREGAR, SH.

13
14

ibid
Ibid

18

Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal itu di
tentang oleh pihak keamanan karena bertepatan dengan kewenangan karena
bertentangan dengan kewenangannya sehingga sempat beberapa orang termasuk Pak
HASAN MUGHNI di tahan karena Penetapan Fatwa Waris sehingga sejak itu Fatwa
Waris di tambah dengan kalimat “Jika ada harta peninggalan”.15
Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan
pindah ke Blok D Kebayoran baru Jakarta Selatan dengan menempati serambi
Masjid Syarief dan sebutan Kantor Cabang pun dihilangkan menjadi Pengadilan
Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu diangkat pula beberapa Hakim honorer
yang diantaranya adalah Bapak H. ICHTIJANTO, SA, SH16
Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif Kepala Kandepag Jakarta Selatan
yang waktu itu di jabat oleh Bapak Drs. H. MUHDI YASIN. Seiring dengan
perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani tugas – tugas
kepaniteraan yaitu ILYAS HASBULLAH, HASAN JAUHARI, SUKANDI,
SAIMIN, TUWON HARYANTO, FATHULLAH AN, HASAN MUGHNI, dan
IMRON, keadaan penempatan Kantor di serambi Masjid tersebut bertahan sampai
pada tahun 1979.17

B. PA. Jakarta Selatan Berkantor Di Gedung Sendiri

15

ibid
ibid
17
ibid
16

19

1) Pada bulan September 1979 kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke
gedung Baru di. Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati gedung
Baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN Pondok
Pinang dan pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta Selatan
dipimpin oleh Bapak H. ALIM BA diangkat pula Hakim-Hakim honorer untuk
menangani perkara-perkara yang masuk, mereka diantaranya KH, YA’KUB, KH.
MUHDATS YUSUF, HAMIM QARIB, RASYID ABDULLAH, ALI IMRAN,
Drs. H. NOER CHAZIN.18
2) Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan

Drs. H.

DJABIR MANSHUR, SH, Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke
Jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan dengan
menempati gedung baru. Digedung baru ini meskipun tidak memenuhi syarat
untuk sebuah kantor Pemerintah setingkat walikota, karena gedungnya berada
ditengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas jalan III C. Namun
sudah lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang, pembenahan – pembenahan
fisik terus dilakukan terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H.
JAYUSMAN, SH. Begitu pula pembenahan – pembenahan administrasi terutama
pada masa kepemimpinan Bapak Drs. H. AHMAD KAMIL, SH pada masa ini
pula Pengadilan Agama Jakarta Selatan mulai mengenal computer walaupun

18

ibid

20

hanya sebatas pengetikan dan ini terus ditingkatkan pada masa kepemimpinan
Bapak Drs. RIF’AT YUSUF.19
3) Pada masa perkembangannya selanjutnya Tahun 2000 ketika kepemimpinan
dijabat oleh Bapak Drs. H. ZAINUDDIN FAJARI, SH pembenahan-pembenahan
semua bidang, baik fisik maupun non fisik diadakan sistim komputerisasi dengan
online Komputer, dan ini terus dibenahi sampai sekarang oleh Ketua Pengadilan
Agama Bapak Drs. H. Syed Usman, SH. Yang tujuannya adalah untuk
meningkatkan pelayan kepada masyarakat pencari keadilan dan menciptakan
peradilan yang mandiri dan beribawa.
4) Perkembangannya selanjutnya Tahun 2007-2008 ketika kepemimpinan dijabat
oleh Bapak Drs. H. A. CHOIRI, SH, MH pembenahan-pembenahan semua
bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online Komputer,
pada periode ini juga Pengadilan agama Jakarta Selatan berhasil pengadaan tanah
untuk bangunan gedung baru seluas + 6000 m2 yang terletak di Jl. Harsono RM,
Ragunan, JakSel. 20
5) Selanjutnya sejak Tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai dengan
prototype Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap, tahap
pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu Pengadilan Agama
Jakarta Selatan di Ketuai oleh Bapak Drs. H. PAHLAWAN HARAHAP, SH,
MA.

19
20

ibid
ibid

21

6) Selanjutnya pada akhir April 2010 Gedung baru Pengadilan Agma Jakarta
Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru lainnya di
Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian pada
awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas
perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan Agama
Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. AHSIN.A.HAMID, SH.
7) Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif tersebut di
Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam segala hal, baik
dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam hal peningkatkan
IT yang sudah semakin canggih disertai dengan program-program yang
menunjang pelaksanaan tugas pokok, seperti program SIADPA yg sudah berjalan
dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch Screen (KIOS-K) serta
beberapa fitur tambahan dari WEBSITE pa-jakartaselatan.go.id.21
C. Data Dan Keterangan Wilayah Hukum Pengadilan Agama Jakarta Selatan
Secara geografis, Pengadilan Agama Jakarta Selatan terletak di Kotamadya
Jakarta Selatan, luas wilayah Kotamadya Jakarta Selatan adalah seluas 145,73
Kilometer persegi (Km2) dan secara astronomis wilayah kotamadya Jakarta Selatan
terletak dan berada pada posisi 06’15’40,8’ Lintang Selatan dan 106’45/0,00’Bujur
Timur, dan berada pada kemiringan 26,2 meter diatas permukaan laut. Jakarta
Selatan bercirikan daerah yang beriklim khas Tropis dengan temperature udara
sekitar 27,7’ celcius dan kelembaban udara rata-rata 75 % yang disapu angin dengan
21

ibid

22

kecepatan sekitar 0,2 knot sepanjang tahun. Curah hujan mencapai ketinggian
2,596,7 mm setahun atau rata – rata sekitar 85,8 mm perhari yang terjadi selama 182
hari dalam setahun. Curah hujan tertinggi terjadi dalam bulan Januari (737,5 mm)
dan Februari (425,3 mm) Didaerah Jakarta Selatan terdapat Rawa / setu ( Setu
Babakan) wilayah ini cocok digunakan sebagai daerah resapan air, dengan iklimnya
yang sejuk sehingga ideal dikembangkan sebagai wilayah penduduk. 22
Didaerah Jakarta Selatan juga banyak terdapat kegiatan usaha dan
perkantoran.
a. Pembagian Wilayah :
Secara administratif, wilayah ini terbagi menjadi 10 Kecamatan dan 65
Kelurahan dengan luas keseluruhan mencapai, 145,73 Km2.23

1. KECAMATAN TEBET :
KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Manggarai

0.95

8,885

164

12

Manggarai Selatan

0.51

6,245

131

10

Bukit Duri

1.08

8,958

151

12

22

Ibid

23

Sejarah PA Jaksel, diakses pada 20 januari 2011 dari wwwPAjaksel.com.

23

Menteng Dalam

2.58

10,087

139

14

Tebet Timur

1.39

5,876

110

11

Tebet Barat

1.72

7,721

102

8

Kebon Baru

1.30

9,248

153

14

TOTAL

9.53

57,020

950

81

2. KECAMATAN SETIA BUDI 24

24

KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Setiabudi

0.94

369

16

3

Karet

0.94

3,170

59

7

Karet Semanggi

0.90

765

17

3

Karet Kuningan

1.79

5,863

79

6

Menteng Atas

0.90

8,160

145

11

Kuningan Timur

2.15

1,606

30

5

Pasar Manggis

0.78

5,961

142

12

Guntur

0.65

893

23

2

ibid

24

TOTAL

9.05

26,787

511

49

3. KECAMATAN MAMPANG PRAPATAN :25
KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Kuningan Barat

0.98

2,400

46

5

Mampang Prapatan

0.78

3,211

71

6

Pela Mampang

1.62

8,919

150

13

Tegal Parang

1.06

4,290

64

6

Bangka

3.30

4,375

65

5

TOTAL

7.74

23,195

396

35

4. KECAMATAN PASAR MINGGU :26

25
26

KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Pejaten Barat

2.90

8,122

100

8

ibid
ibid

25

Pasar Minggu

2.79

5,045

111

10

Jatipadang

2.50

5,161

101

10

Ragunan

5.05

7,471

111

11

Cilandak Timur

3.53

6,065

68

7

Kebagusan

2.26

9,678

87

8

Pejaten Timur

2.88

8,145

145

11

TOTAL

21.91

49,687

723

65

5. KECAMATAN KEBAYORAN LAMA27 :
KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Grogol Utara

3.33

7,165

156

14

Grogol Selatan

2.85

5,042

114

10

Cipulir

1.94

7,075

140

11

Kebayoran Lama Utara

1.78

10,138

104

10

Pondok Pinang

6.84

11,548

186

17

2.57

5,779

139

12

Kebayoran

27

ibid

Lama

26

Selatan
TOTAL

19.31

46,747

839

74

6. KECAMATAN CILANDAK :
KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Gandaria Selatan

1.76

4,344

74

7

Cipete Selatan

2.37

7,099

75

7

Cilandak Barat

6.05

9,709

144

12

Lebak Bulus

4.41

6,161

72

8

Pondok Labu

3.61

7,455

96

10

TOTAL

18.20

34,768

461

4

7. KECAMATAN KEBAYORAN BARU : 28

28

KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Senayan

1.53

1,288

27

5

Rawa Barat

0.69

794

44

7

ibid

27

Selong

1.40

1,110

39

6

Gunung

1.32

2,625

68

8

Kramat Pela

1.23

3,665

84

10

Melawai

1.26

673

43

9

Petogogan

0.86

4,535

79

6

Pulo

1.27

2,681

48

8

Gandaria Utara

1.52

6,751

147

15

Cipete Utara

1.83

4,977

104

11

TOTAL

12.91

29,099

683

85

8. KECAMATAN PANCORAN 29 :

29

KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Pancoran

1.24

4,585

58

5

Duren Tiga

2.45

6,325

76

7

Kalibata

2.20

6,760

116

9

Cikoko

0.72

2,450

42

5

ibid

28

Pengadegan

0.95

4,199

84

8

Rawajati

0.67

3,880

80

8

TOTAL

8.23

28,199

456

42

9. KECAMATAN JAGAKARSA

30

:

KELURAHAN

LUAS(Km2)

KK

RT

RW

Tanjung Barat

3.65

6,120

66

6

Jagakarsa

4.85

8,491

80

7

Lenteng Agung

2.28

9,892

114

10

Srengseng Sawah

6.75

10,502

156

19

Ciganjur

3.61

5,233

61

6

Cipedak

4.24

4,161

60

6

TOTAL

25.38

44,399

537

54

KK

RT

RW

10. KECAMATAN PESANGGRAHAN :
KELURAHAN

30

ibid

LUAS(Km2)

29

Petukangan Utara

2.99

5,075

119

11

Petukangan Selatan

2.11

3,364

83

7

Ulujami

1.71

5,480

88

8

Pesanggrahan

2.10

3,092

84

8

Bintaro

4.56

6,429

135

14

TOTAL

13.47

23,440

509

48

b. Pengurus Pengadilan Agama Jakarta Selatan31
KETUA:

: Drs. H. Ahsin A. Hamid ,SH

WAKIL KETUA

: Drs. Yasardin, SH.MH

HAKIM

: Dra. H. Noor Jannah Aziz, SH. MH
: Dra. Ai Zainab, SH
: Hj. Shafwah, SH.MH
: H. Muh.Kaelani, SH, MH
: Dra. H. Farchanah, M. HUM
: Dra. Muhayah. SH
: Drs. Nurafizal. SH
: Drs. Muaslim. SH. MHI
: Tamah. SH
: Dra. Hj. Tuty Uluwiyah. SH
: Dra. Hj. Ida Nursaadah, SH.MH
: Drs. Sohel, MH

31

ibid

30

PANITERA

: Drs. Ach. Jufry, SH

WAKIL PANITERA : Ghiar fau’ah. SH

PANITERA MUDA PEMOHON

: Dra. Ida Fitriani,

PANITERA MUDA HUKUM

: Drs. Taufiki, SH

PANITERA MUDA GUGATAN

: Mohammad Hambali, SH

KASUB. BAG. KEPEGAWAIAN

: Yuni Winarti, SHI

PANITERA PENGGANTI

: Teguh maghzan, SH
: Ahmad Irfan, SH
: Rahmi, SH
: Nurhayati, SH
: Ikrimawatiningsih, S.Ag
: Eva Zulhaefah, SH
: Ahlan, SH
: Siti Faradilah. Aps.SH
: Rita Syuriah, SH
: M.Yasin.MH
: Nur aini,SHI
: Ratu Ayu Rahmi, Shi
: Tohir, SH

JURU SITA

: Wardono

JURU SITA PENGGANTI

: Ombang Hasyim Ashari, S.Ag
: Sudiono
: M Zamrun najib, SE
: Wisno Widjaya, SE
: Ahmad Furqoni, SE
: Fa’ilatun

31

: Nining Widiawati32
: Nurdiansyah, SH
: Mely Yonda, SH
: Nur holia
: Adji Juanda Racmad
: Kunthi septianti, A.Md
: Ustiana Putri Utami. A.Md
STAF

: Sujiati
: M Shahid
: Nurhasan

CALON HAKIM

: Harisman, SHi

CALON PANITERA

: Muhammad Yunus, SHi

CALON JURUSITA

: Nanang Wahyudi, AMd

32

ibid

32

33

C. Tugas Dan Wewenang Pengadilan Agama
Kata “kekuasaan” sering disebut “kompetensi” yang berasal dari bahasa
Belanda “competentie”, yang kadang-kadang diterjemahkan dengan “kewenangan”
dan terkadang dengan “kekuasaan”.33
Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman (yudicial power) di Indonesia
dilaksanakan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama,
Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara yang berpuncak pada Mahkamah
Agung sebagai Pengadilan Negara Tertinggi. Pengadilan pada keempat lingkungan
Peradilan itu memiliki cakupan dan batasan kekuasaan masing-masing. Cakupan dan
batasan pemberian kekuasaan untuk mengadili (attributie van rechtmacht) itu,
ditentukan oleh bidang yuridiksi yang dilimpahkan undang-undang kepadanya.34
Berkenaan dengan hal itu, terdapat atribusi cakupan dan batasan kekuasaan
masing-masing badan

peradilan

Kekuasaan

pengadilan

dalam lingkungan

Peradilan Umum di bidang pidana umum, perdata adat, dan perdata Barat minus
perkara pidana militer dan tindak pidana yang dilakukan oleh anggota tentara dan
polisi Kekuasaan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama di bidang perdata
tertentu di kalangan orang-orang yang beragama Islam, yang dilakukan berdasarkan
hukum Islam. Kekuasaan pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer di bidang
pidana militer dan pidana umum yang dilakukan oleh anggota tentara dan polisi.

33

DJalil, Peradilan Agama di Indonesia, h. 137.
M. Yahya Harahap. Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama: UndangUndang No.7 Tahun 1989 (Jakarta: Pustaka Kartini, 1990), h.89.
34

34

Kekuasaan pengadilan dalam lingkungan Pengadilan Tata Usaha Negara di bidang
sengketa tata usaha Negara.35
Kekuasaan pengadilan pada masing-masing lingkungan terdiri atas
kekuasaan

relatif

(relative

competentie)

dan

kekuasaan

mutlak

(absolute

competentie).36
1. Kekuasaan relatif (relative competentie)
Kekuasaan relatif berhubungan dengan daerah hukum suatu pengadilan,
baik pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan tingkat banding. Artinva.
cakupan dan batasan kekuasaan relative pengadilan ialah meliputi daerah
hukumnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.37
Sebagaimana telah dikemukakan, bahwa daerah hukum Pengadilan
Agama, sebagaimana Pengadilan Agama, sebagaimana Pengadilan Negeri,
meliputi daerah kota atau kabupaten. Sedangkan daerah hukum Pengadilan Tinggi
Agama, sebagaimana Pengadilan Tinggi, meliputi wilayah propinsi Namun
demikian, dalam penjelasan pasal 4 ayat (1) dinyatakan, "Pada dasarnya tempat
kedudukan Pengadilan Agama ada di kotamadva atau di ibukota kabupaten, yang
daerah hukumnya meliputi wilavah kotamadva atau kabupaten, tetapi tidak
tertutup kemungkinan adanya kekecualian”.38

35

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia (Jakarta: Rajawali Press. 2003) h.217
Ibid., h.218
37
Ibid
38
Ibid
36

35

“Adanya kekecualian” itu banyak sekali ditemukan, oleh karena proses
pemecahan daerah kota dan kabupaten terjadi terus menerus seiring dengan
pertumbuhan dan penyebaran penduduk, selain proses perubahan dari kawasan
pedesaan menuju kawasan perkotaan (ubanisasi) Di samping itu, pembentukan
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama (PA dan PTA) dilakukan secara
terus menerus. Hal itu untuk memenuhi tuntutan kebutuhan karena beban perkara
semakin besar; dan untuk melakukan penyesuaian dengan pengembangan
pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum (PN dan PT). Dengan sendirinya
terjadi “pembagian” daerah yuridiksi antara pengadilan yang terlebih dahulu
dibentuk dengan “saudaranya” atau “tetangganya” yang baru dibentuk.39
Pembentukan pengadilan dalam suatu kawasan pengembangan, khususnya
kawasan pemukiman penduduk memiliki arti yang sangat penting karena terdapat
korelasi positif antara jumlah penduduk, terutama yang beragama Islam, di dalam
daerah hukum Pengadilan (PA dan PTA) dengan jumlah perkara yang diajukan ke
pengadilan itu Sedangkan secara teknis efektivitas kekuasaaan relatif pengadilan
tergantung kepada para pihak yang bertempat tinggal di daerah hukum
pengadilan. Dengan kata lain, Pengadilnn Agama memiliki kekuasaan untuk
memeriksa dan memutus perkara di daerah hukumnya.40

39
40

Ibid., h. 219
Ibid,. h 220

36

2. Kekuasaan mutlak (absolute competentie)
Kekuasaan mutlak Pengadilan berkenaan dengan jenis perkara dan
sengketa kekuasaan pengadilan Misalnya ;
Pengadilan Agama berkuasa atas perkara perkawinan bagi mereka yang
beragama Islam sedangkan bagi yang selain Islam menjadi kekuasaan Peradilan
Umum. Pengadilan Agamalah yang berkuasa memeriksa dan mengadili perkara
dalam tingkat pertama, tidak boleh langsung berperkara di Pengadilan Tinggi
Agama atau di Mahkamah Agung. Banding dari Pengadilan Agama diajukan ke
Pengadilan Agama, tidak boleh diajukan ke Pengadilan Tinggi. Terhadap
kekuasaan absolut ini, Pengadilan Agama diharuskan untuk meneliti perkara yang
diajukan kepadanya apakah termasuk kekuasaan absolutnya atau bukan. Kalau
jelas-jelas tidak termasuk kekuasaan absolutnya. Pengadilan Agama dilarang
menerimanya. Jika Pengadilan Agama menerimanva juga maka pihak tergugat
dapat mengajukan keberatan yang disebut "eksepsi absolut" dan jenis eksepsi ini
boleh diajukan sejak tergugat menjawab pertama gugatan bahkan boleh diajukan
kapan saja, bahkan sampai di tingkat banding atau kasasi Pada tingkat kasasi,
eksepsi absolut ini termasuk salah satu di antara tiga alasan yang
memperbolehkan orang memohon kasasi dan dapat dijadikan alasan oleh
Mahkamah Agung untuk membatalkan putusan Pengadilan Agama yang telah
melampa'ui batas kekuasaan absolutnya.41

41

Rasyid. Hukum Acara Peradilan Agama. h.27-28.

37

Adapun kekuasaan absolut Peradilan Agama disebut dalam Pasal 49 dan
50 UU No

7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diamandemen

dengan UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No 7 Tahun 1989
tentang Pengadilan Agama yang berbunyi42 :
Pasal 49 tentang Pengadilan Agama.
Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus. dan
menyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang
beragama Islam di bidang :
a. Perkawinan
b. Waris
c. Wasiat
d. Hibah
e. Wakaf
f. Zakat
g. Infak
h. Sedekah
i. Ekonomi islam
Pasal 50 tentang peradilan Agama,
1) Dalam hal terjadi sengketa mengenai hak milik atau sengketa lain dalam
perkara-perkara sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 29, khusus objek

42

Djalil, peradilan Agama diindonesia, h.141.

38

sengketa tersebut harus diputus lebih dahulu oleh Pengadilan dan lingkungan
Peradilan Umum.
2) Apabila terjadi sengketa hak milik sebagaimana dimaksud pada Ayat (I) yang
subjek hukumnya antara orang-orang yang beragama Islam. Objek sengketa
tersebut diputuskan oleh Pengadilan Agama bersama perkara yang dimaksud
dalam Pasal 4943

43

Lihat UUNo. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan UU No. 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.

39

BAB III
UPAYA MEWUJUDKAN PERDAMAIAN

A. Pengertian Mediasi
Perdamaian secara etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penghentian permusuhan44.

Sedang dalam bahsa arab, perdamaian berasal dari

terjemahan kata yang merupakan masdar dari ‫ ﺻﻠﺤﺎ ﯾﺼﻠﺢ ﺻﻠﺢ‬yang artinya :

‫ﺍﻟﺼﻠﺢ ﻓﻰ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﺳﻢ ﻣﻦ ﺍﳌﺼﺎﳊﺔ ﻭﻫﻲ ﺍﻟﺴﺎﳌﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﳌﻨﺎﺯﻋﺔ ﻭﰲ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻋﻘﺪ ﻳﺮﻓﻊ ﺍﻟﻨﺰﺍﻉ‬
Ash-Shulhu (perdamain) merupakan suatu nama dari mushalamah yang
artinya saling menyerah setelah adanya pertikaian. Dan didalam syariat ash-Shulhu
berarti suatu akad yang dapat menghilangkan pertikaian .

‫ﻭﺇﻥ ﻃﺎﺋﻔﺘﺎﻥ ﻣﻦ ﺍﳌﺆﻣﻨﲔ ﺍﻗﺘﺘﻠﻮﺍ ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﻓﺈﻥ ﺑﻐﺖ ﺇﺣﺪﺍﳘﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺧﺮﻯ ﻓﻘﺎﺗﻠﻮﺍ ﺍﻟﱵ ﺗﺒﻐﻲ ﺣﺘﻰ‬
.‫ ﳛﺐ ﺍﳌﻘﺴﻄﲔ‬‫ ﻓﺈﻥ ﻓﺎﺀﺕ ﻓﺄﺻﻠﺤﻮﺍ ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ ﺑﺎﻟﻌﺪﻝ ﻭﺃﻗﺴﻄﻮﺍ ﺇﻥ ﺍ‬‫ﺗﻔﻴﺊ ﺇﱃ ﺃﻣﺮ ﺍ‬
Artinya: dan jika ada dua golongan dari dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika dari salah satu golongan itu berbuat aniaya
terhadap golongan lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga
golongan itu Kn kembali kejalan Allah: jika golongan itu kembali (kepada perintah

44

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta : balai
pustaka, 1988)

40

Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”. (al-Hujurot ayat: 9)

Mediasi dalam literatur hukum islam bisa disamakan dengan konsep
“Tahkim” kata tahkim berasal dari bahasa arab yang artinya adalah menyerahkan
putusan pada seseorang dan menerima itu, yang secara etimologis berarti menjadikan
sesorang atau pihak ketiga atau yang disebut “hakam” sebagai penengah suatu
sengketa.
Tahkim digunakan sebagai istilah bagi orang atau kelompok yang ditunjuk
unutk mendamaikan sengketa yang terjadi diantara kedua belah pihak. Tahkim
dimaksud sebagai upaya untuk menyelesaikan sengketa dimana para pihak yang
terlibat dalam sengketa diberi kebebasan untuk memilih seseorang Hakam (mediator)
sebagai penengah atau yang dianggap netral yang dianggap mampu mendamaikan
keuda belah pihak yang bersengketa.
Tahkim sebagaimana dimaksud telah dipraktekkan sejak masa awal islam
Ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup.ketika itu Nabi Muhammad SAW juga
telah menrima putusan Sa’ad Ibnu Mu’adz mengenai bani quraidhah. Demikian juga
pertengkaran antar Umar bin Khattab ra dengan Ubay bin ka’ab tentang kebun kurma,
perkara ditahkimkan oleh Zaid bin Tsabit, semua sahabat sepakat menerima
keputusan hakam dan membenarkannya45.

45

Siti Juwariah, “Potret Mediasi Dalam Islam”, Artikel diakses pada 26 februari 2009 dari
http://badilag.net/2009/02/potret-mediasi-dalam-islam.html,

41

Menurut Rahmadi Usman, menyimpulkan bahwa mediasi adalah cara
penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak
ketiga yang bersikap netral (non intervensi) dan tidak berpihak (imparsial) kepada
pihak-pihak yang bersengketa. Pihak ketiga tersebut disebut “mediator” atau
“penengah” yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam
menyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil
keputusan. Dengan perkataan lain, mediator disini hanya bertindak sebagai fasilitator
saja. Dengan mediasi diharapkan dicapai titik temu penyelesaian masalah atau
sengketa

yang dihadapi para pihak, yang selanjutnya akan dituangkan sebagai

kesepakatan bersama. Pengambilan keputusan tidak berada ditangan mediator, tapi
ditangan para pihak yang bersengketa.
Mediasi dan negoisasi bukanlah dua proses yang terpisah namun lebih
mengarah kepada negoisasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral. Meskipun
secara subtansi negoisasi berbeda dengan mediasi, namun sering kali dikatakan bila
tidak ada negoisasi tidak ada mediasi. Oleh karena negoisasi merupakan nilai penting
dalam mediasi, maka tawaran pihak pertama dan harga konsensi akan sangat
menetukan pada hasil akhir egoisasi (mediasi).46
Adapun dalam pasal 1851 KUHPerdata dikemukakan bahwa yang dimaksud
dengan perdamain adalah suatu perstujuan dimana keduah belah pihak dengan
menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara

46

2003), h.82

Rachmadi Usman, Pilihan Sengketa Diluar Pengadilan (Bandung: PT Aditiya Bakti,

42

yang sedang begantung atau mencegah timbulnya suatu

perkara. Pertujuan

perdamain tidak sah melainkan harus dibuat secara tertulis. Kemudian dalam pasal
130 HIR dan Pasal 154 R.Bg dikemukakan bahwa jika pada hari persidangan, maka
Ketua Majlis Hakim berusaha mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa tersebut.
Jika dicapai perdamain maka persidangan hari itu juga dibuat putusan perdamain dan
kedua pihak dihukum untuk mentaati perstujuan yang telah disepakati itu. Putusan
Hakim yang dubuat muka sidang itu mempunyai hukum tetap dan dapat dilaksanakan
eksekusi sebagaimana layaknya putusan biasa yang memepunyai kekuatan hukum
tetap. Terhadap putusan perdamaian ini tidak dapat diajukan banding kepengadilan
tinggakat banding.

B. Ruang Lingkup Mediasi
Konflik atau sengketa yang terjadi antara manusia cukup luas dimensi dan
ruang lingkupnya. Konflik dan persengketaan dapat saja terjadi dalam wilayah publik
maupun wilayah privat. Konflik dalam wilayah konflik publik berkait erat dengan
kepentingan umum, dimana negara berkepentingan untuk mempertahankan
kepentingan umum tersebut. Kejahatan dan pelanggaran yang dilakukan seseorang
harus diselesaikan secar hukum melalui penegakan aturan penegakan pidana
dipengadilan. Dalam kasus pidana, pelaku kejahatan atau pelanggaran tidak dapat
melakukan tawar-menawar (bargaining)dengan negara sebagai penjelma dan dan
penjaga kepentingan umum. Dalam dimensi ini, seorang pelaku kejahatan berkonflik

43

atau bersengketa dengan negara, dan ia tidak dapat menyelesaikan sengketanya
melalui kesepakatan atau konpensasi kepada negara.47
Mediasi sebagai salah satu bentuk penyelesaian sengketa memiliki ruang
lingkup utama berupa wilayah privat/perdata. Sengketa-sengketa perdata berupa
sengketa keluarga, waris, kekayaan, kontrak, perbankan, bisnis, lingkukngan hidup
dan berbagai jenis sengketa perdata lainya dapat diselsaikan melauli jalur mediasi.
Dalam perundang-undangan Indonesia ditegaskan ruang lingkup sengketa yang dapat
dijalankan kegiatan mediasi.48
Dalam perundang-undangan Indonesia ditegaskan ruang lingkup sengketa
yang dapat dijalankan kegiatan mediasi. Dalam UU No. 30 Tahun 2000 tentang
arbitrase dan alternatif penyelsaian sengketa disebutkan bahwa sengketa atau beda
pendapat perdata dapat diselesaikan oelh para pihak melalui alternatif penyelesaian
sengketa yang didasarkan dengan oiktikad baik dengan menympingkan penyelesaian
secara litigasi dipengadilan Negeri dan pengadilan Agama.
Ditegaskan dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) RI No.1 Tahun
2008 tentang Prosedur mediasi diPengadilan pasal 2 disbutkan bahwa semua perkara
perdata yang diajukan kePengadilan tingkat pertama wajib terlebih dahulu
diselesaikan melalui perdamain dengn bantuan mediator. Ketentuan pasal ini
menggambarkan bahwa ruang lingkup sengketa yang dapat di mediasi adalah seluruh

47

Abbas, M ediasi Dalam Perspekrif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional.)

.h21
48

Abbas, Mediasi Dalam Perapektif Hukum Syariah, Hukum Adat,dan Hukum
Nasional,h.22.

44

perkara perdata yang menjadi kewenangan perdilan umum dan peradilan agama pada
tingkat pertama. Kewenangan perasdilan agama meliputi perkara perkawinan,
kewarisan wakaf, hibah, sedekah, wasiat dan ekonomi islam.

C. Macam-macam Mediasi
1. Perdamaian dalam perkara perdata pada umumnya
Perdamaian dalam perkara perdata pada umumnya, diataur dalam pasal
1851 KUHPerdata