Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

(1)

NAPZA DI RSKO JAKARTA TAHUN 2011-2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Fajri Nugraha

NIM: 1110103000013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1434 H/2013 M


(2)

(3)

(4)

(5)

v

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga penelitian dengan judul “Prevalensi Hepatitis C Pada Pasien Pecandu Napza Di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun sadar sepenuhnya bahwa bantuan dari berbagai pihak sangat berperan dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Oleh sebab itu, penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada:

1. Prof. Dr (hc). Dr. M.K Tadjudin, Sp. And dan dr. Djauhari Widjajakusumah AIF, PFK selaku dekan dan pembantu dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Kaprodi Pendidikan Dokter

3. dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, SpKJ, MPH, dan dr. Achmad Zaki. M. Epid, SpOT selaku dosen pembimbing penelitian yang telah berkenan membimbing penelitian ini dari awal hingga terselesaikannya laporan penelitian ini

4. dr. Rita Kesuma, M. Kes, SpP dan semua staf rekam medis RSKO Jakarta yang telah mengizinkan penggunaan rekam medis dan membimbing saya selama proses pengambilan sampel.

5. Mamah dan bapak selaku orangtua yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan baik moril maupun material serta kelima kakak penyusun yang selalu memberi motivasi demi terselesaikannya laporan penelitian ini 6. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini

Ciputat, 5 September 2013 Fajri Nugraha


(6)

vi

ABSTRAK

Fajri Nugraha, Program Studi Pendidikan Dokter, Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012. 2013

Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Tercatat pada tahun 2011 pengguna NAPZA mencapai 3,7 - 4,7 juta jiwa (2,2 %) dari total seluruh penduduk Indonesia, angka ini mengalami peningkatan dari jumlah tahun sebelumnya yaitu sebanyak 3,1 – 3,6 juta orang (1,9 % ) pada tahun 2008. Pengguna NAPZA terutama pengguna jarum suntik memiliki faktor risiko lebih tinggi terpapar penyakit Hepatitis C. Penelitian epidemiologi deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta sepanjang tahun 2011-2012. Hasilnya didapatkan penderita Hepatitis C sebanyak 61 orang dari 72 orang yang memiliki riwayat pecandu NAPZA. Dari data tersebut, pengguna NAPZA suntik (78,8%) dengan Heroin (84,60%) sebagai jenis yang paling banyak digunakan. Pengguna NAPZA dengan prevalensi (72,22%) sebagian besar adalah laki-laki (98,1%), pada kelompok usia 30-39 tahun (59,6%) dengan riwayat pendidikan terakhir adalah SMA (50%).


(7)

vii

ABSTRACT

Fajri Nugraha, Medical Education Program, Prevalence of Hepatitis C in Drug Useres in RSKO Jakarta during 2011-2012. 2013.

The users of narcotic, psychotropic, and addictive substances has increased from year to year. Recorded in 2011 the drug users reach 3.7 to 4.7 million people (2.2%) of the total population of Indonesia, this number has increased from the previous year is 3.1 to 3.6 million people (1.9 %) in 2008. The drug users, especially injecting drug users have a higher risk factor have Hepatitis C disease. Descriptive epidemiological study was conducted to determine the prevalence of Hepatitis C in drug users in the Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta during 2011-2012. The result obtained 61 people have Hepatitis C from 72 people who had a history of drug users. From these data, injecting drug users (78.8%) with heroin (84.60%) as the most widely used. The prevalence of drug users (72.22%) are predominantly male (98.1%), in the age group 30-39 years (59.6%) with a history of recent education is high school (50%).


(8)

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan khusus ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Bagi Peneliti ... 3

1.4.2 Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ... 3

1.4.3 Bagi RSKO Jakarta ... 3

1.4.4 Bagi Masyarakat Umum ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Hepatitis C ... 4

2.1.1 Definisi Hepatitis C... 4

2.1.2 Agen Virus Hepatitis C ... 5

2.1.3 Penularan Hepatitis C ... 7

2.1.4 Diagnostik Hepatitis C ... 8

2.2 NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) ... 9

2.2.1 Narkotika... 10


(9)

ix

2.1.4 Kerangka Teori ... 12

2.1.5 Kerangka Konsep ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 14

3.1 Desain Penelitian ... 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.3 Populasi Terjangkau... 14

3.4 Sampel dan cara Pengambilan Sampel ... 15

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 16

3.6 Cara Kerja ... 16

3.7 Definisi Operasional ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.1.1 Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta ... 19

4.1.2 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

4.1.3 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia 20 4.1.4 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 20

4.1.5 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan ... 21

4.1.6 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 21

4.1.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) ... 22-23 4.1.8 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik ... 24

4.2. Pembahasan...25

BAB V PENUTUP ... 28


(10)

x

5.2 Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29-30

LAMPIRAN………...………31-40


(11)

xi

Tabel 2.1 Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Hepatitis ...………... 4

Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian ... 14

Gambar 2.1 Virus Hepatitis C... 5


(12)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011 ………... 19

Grafik 2 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA

berdasarkan usia di RSKO Jakarta Tahun

2010-2011………...……... 19

Grafik 3 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jenis pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………..………... 20 Grafik 4 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA

berdasarkan status pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………..………... 21 Grafik 5 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA

berdasarkan pendidikan terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 21 Grafik 6 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA

berdasarkan jumlah pecandu Heroin di RSKO Jakarta Tahun

2010-2011………... 22

Grafik 7 Distribusi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA berdasarkan jumlah pecandu Ganja di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 22

Grafik 8 Distribusi pasien Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA berdasarkan jumlah pecandu Amfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 23


(13)

xiii

berdasarkan jumlah pecandu Zat adiktif (Alkohol) di RSKO Jakarta Tahun 2010-2011………... 23 Grafik 10 Distribusi pasien Hepatitis C positif berdasarkan cara penggunaan


(14)

xiv

DAFTAR SINGKATAN NAPZA : Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya VHC : Virus Hepatitis C

IDU : Intravenous Drug Use BNN : Badan Narkotika Nasional

PPHI : Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia RSKO : Rumah Sakit Ketergantungan Obat


(15)

1

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hepatitis C merupakan masalah kesehatan yang sangat besar. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 150 juta orang di dunia terinfeksi Virus Hepatitis C (VHC) kronis dan diantaranya 350.000 orang meninggal setiap tahunnya.1 Sementara di Indonesia dari data Depkes RI dapat diperkirakan sekitar 6,6 – 7 juta orang mengidap penyakit Hepatitis C. Pada tahun 2008, dilaporkan adanya 7.235 kasus positif Hepatitis C dari 21 provinsi. Tiga provinsi dengan kasus terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur. Dari jumlah itu, sekitar 50% berpotensi menjadi penyakit hepatitis kronis, bila tidak diobati secara baik maka 10% di antaranya dapat menjadi fibrosis hati dan kanker hati.2

Salah satu faktor risiko terpaparnya virus Hepatitis C adalah penggunaan jarum suntik yang digunakan secara bergantian dan tidak steril, penggunaan jarum suntik ini biasanya ditemukan pada pengguna NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya). Saat ini, tingkat angka kejadian VHC pada penderita NAPZA cukup tinggi.

Diketahui penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ketua Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia (PPHI) dr. Rino A Gani pada tahun 2002 menunjukan prevalensi Hepatitis C Virus di Indonesia sangat tinggi yaitu (74,9%).3 Sedangkan di Eropa Barat prevalensi penderita virus hepatitis C pada pengguna NAPZA berkisar 40-90 %.4


(16)

2

Selain itu tingginya angka pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia, merupakan masalah kompleks dan perlu dicari solusinya bersama. Diketahui dari data survei Badan Narkotika Nasional, perkembangan penyalahgunaan NAPZA pada tahun 2011 mencapai 3,7 - 4,7 juta jiwa (2,2 %) dari total seluruh penduduk Indosenia, angka ini mengalami peningkatan jumlah penyalahgunaan NAPZA dari tahun sebelumnya yaitu

sebanyak 3,1 – 3,6 juta orang (1,9 % ) pada tahun 2008.5 Tingginya jumlah penderita virus hepatitis C berbanding lurus dengan

tingginya angka penyalahgunaan NAPZA dari tahun ke tahun yaitu 1,9 % (2008) menjadi 2,2 (2011). Kondisi inilah yang menjadi salah satu alasan penelitian ini untuk dilakukan.

Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta merupakan salah satu rumah sakit rujukan utama untuk menangani penderita dengan pengguna NAPZA terutama di wilayah DKI Jakarta, karakteristik rumah sakit sesuai dengan penelitian terkait prevalensi hepatitis C kalangan pecandu NAPZA

1.2. Rumusan Masalah

Berapakah prevalensi penderita hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Cibubur tahun 2011-2012?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui jenis NAPZA yang digunakan penderita Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012

2. Untuk mengetahui data demografi (jenis kelamin, usia, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan status pernikahan) pada penderita Hepatitis C dengan pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012


(17)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

1. Mengaplikasikan bagaimana cara membuat penelitian yang baik dengan menggunakan metodologi yang sudah diperoleh selama perkuliahan

2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama di bidang kesehatan

1.4.2. Bagi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Menambah referensi penelitian di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang prevalensi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA

2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lain yang akan melanjutkan atau melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan penelitan Hepatitis C dan NAPZA.

1.4.3. Bagi RSKO Jakarta

Sebagai data dan bukti medis mengenai prevalensi pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA tahun 2011-2012

1.4.4. Bagi Masyarakat Umum

Sebagai informasi faktor risiko terpaparnya Hepatitis C pada pasien pengguna NAPZA


(18)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hepatitis C

2.1.1 Definisi Hepatitis C

Hepattis C merupakan penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis C (VHC), sebelum ditemukannya Virus Hepatitis C dikenal 2 jenis virus sebagai penyebab hepatitis, yaitu : virus hepatitis A (VHA) dan virus hepatitis B (VHB). Terdapat juga hepatitis bukan disebabkan oleh kedua virus ini dan tidak dapat dikenal sehingga dinamakan hepatitis non-A non-B (hepatitis NANB) yang pada akhirnya setelah di identifikasi virus baru ini dinamakan virus hepatitis C (VHC). Infeksi VHC merupakan masalah yang besar karena pada sebagian kasus dapat menjadi hepatitis kronis yang dapat menyebabkan terjadinya sirosis hati dan kanker hati.6 Hampir semua kasus hepatitis disebabkan oleh salah satu dari lima jenis virus yaitu : hepatitis A, B, C, D dan E. Seperti terlihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan Jenis Hepatitis

Virus Agen Cara Penularan

Masa Inkubasi Pemeriksaan Laboratorium

HAV Virus RNA

rantai tunggal

Fekal oral, air, parenteral (jarang)

15-45 hari, rata-rata 30 hari

Infeksi akut IgM anti HAV Infeksi lama IgG

HBV Virus DNA

berselubung ganda Parenteral, seksual, darah 60-180 hari, rata-rata 60-90 hari

HbsAg (infeksi akut), HbeAg (infeksius), anti Hbs, HbcAg, anti Hbc HCV Virus RNA untai

tunggal

Darah, hubungan seksual

15-160 hari, rata-rata 35 hari

Anti HCV

HDV Virus RNA untai tunggal

Darah, hubungan seksual

30-60 hari, rata-rata 35 hari

Anti HDV, HdAg, HbsAg

HEV Virus RNA untai tunggal tak berkapsul

Fekal oral, air 15-60 hari, rata-rata 40 hari

Anti HEV, RNA HEV dengan PCR


(19)

2.1.2 Agen Virus Hepatitis C

Virus hepatitis C merupakan virus RNA dengan rantai tunggal (RNA single strain). dengan genom positif, yang termasuk pada genus hepacivirus dan famili Flaviviridae. VHC berdiameter 30-60 nm, dengan panjang 9,4 kb atau 9600 nukleotida, mempunyai suatu open reading frame (ORF) dapat mengkode suatu protein yang tersusun atas 3000 asam amino.8 Berikut adalah gambar dan struktur dari VHC. :

Gambar 2.1. Virus Hepatitis C


(20)

6

Siklus hidup Virus Hepatitis C dapat di jelaskan sebagai berikut :

Virus yang telah dewasa dikeluarkan dari hepatosit ke pembuluh darah, menembus membran sel. Kecepatan replikasi VHC sangat besar, melebihi HIV dan HVB. Protein-protein yang dihasilkan VHC berfungsi penting dalam siklus hidup virus ini sehingga banyak penelitian yang berusaha memanfaatkan protein-protein tersebut maupun region dalam genVHC untuk membuat antivirus yang efektif.9,10

Virus Hepatitis C dapat diidentifikasi menjadi 6 grup atau genotip utama yang memepergunakan angka 1-6 dengan 11 subtipe dan isolat yang banyak. Genotip 1a dan 1b adalah genotip yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan Eropa Barat, diikuti oleh genotip 2 dan 3. Sementara Genotip 4 banyak ditemukan di Mesir, genotip 5 di Afrika Selatan dan genotip 6 di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, > 60 % yang di identifikasi merupakan

VHC masuk kedalam hepatosit dengan mengikat reseptor permukaan sel yang spesifik

Protein inti dari virus menembus dinding sel secara kimiawi

Didalam hepatosit, selaput virus (nukleokapsid) melarut dalam sitoplasma dan RNA virus keluar

Virus membuat hepatosit memproduksi protein-protein yang di butuhkan virus untuk berfungsi dan berkembang biak

Setelah proses ini virus dapat mengkopi dirinya sendiri dalam jumlah yang besar


(21)

genotip 1a dan 1b. Genotip 1 mempunyai replikasi lebih besar dari pada genotip lainnya sehingga kandungan virus pada pasien umumnya lebih besar, dengan prognosis lebih buruk.11

2.1.3 Penularan Hepatitis C

Cara penularan Hepatitis C dapat melalui : 1. Pengguna NAPZA suntik

Faktor risiko yang paling besar dengan terjadinya infeksi virus Hepatitis C di temukan pada pengguna NAPZA suntik (Intravenous drug use), hal ini disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang saling bergantian dan tidak steril. Bagi pengguna NAPZA, bergantian jarum suntik merupakan hal yang biasa bagi mereka. Oleh sebab itu, terjadinya penularan virus hepatitis C di kalangan pengguna NAPZA suntik sangat besar. Prevalensi pada pengguna NAPZA suntik (>80%), sementara penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 di Indonesia sebesar (74,9%). Keadaan ini dapat dilihat dari (Gambar 1) yang dijelaskan oleh Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia (PPHI), menggambarkan bahwa grafik penularan virus hepatitis C sebanyak 60% didominasi oleh penggunaan narkoba jarum suntik, yang di ikuti oleh seksual (15%) dan transfusi (10%).3,11,12 Selain itu penggunaan alat pribadi yang cenderung menimbulkan luka, seperti alat cukur, tato, gunting, sikat gigi dsb yang digunakan bersama, dapat juga menimbulkan risikonya tertular VHC.12


(22)

8

Sumber: http://pphi-online.org/alpha/?p=533

2. Kontak Seksual

Hubungan seksual dapat menularkan virus hepatitis C, hal ini dapat terjadi jika seseorang melakukan perilaku seks yang berisiko, walaupun persentase penularan melalui kontak seksual ini tidak terlalu besar yaitu sekitar 15% . Perilaku seks berisiko tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pengguna jasa PSK

2) Luka karena seks (kurangnya pelicin pada vagina dapat meningkatkan penularan melalui darah)

3) Memiliki lebih dari satu pasangan 4) Pria suka pria (homoseksual).13

3. Transfusi Darah

Di Amerika Serikat sebelum tahun 1986 kejadian Hepatitis C paska transfusi berkisar 5% sampai 13%. Dengan adanya pemeriksaan anti HCV untuk skrining donor yang diperkenalkan tahun 1990-1992, angka kejadian Hepatitis C setelah transfusi mengalami penurunan menjadi 0,1% pada awalnya dan akhirnya menjadi <0,1 %.11,13

4. Penularan Vertikal dari Ibu ke Bayi

Penularan (transmisi) vertikal HCV dari ibu kepada bayinya relatif lebih jarang terjadi dari pada penularan VHB, karena titer VHC secara umum lebih rendah dari pada VHB. Pada bayi yang lahir dari ibu dengan anti VHC positif, didapatkan angka 5% (antara 3%-6%). Namun bila Ibu menderita infeksi HIV bersama dengan VHC, maka kemungkinan tertular bagi bayi yang lahir akan lebih besar yaitu 14% (antara 5%-36%) dari pada Ibu yang hanya menderita VHC saja.13


(23)

Infeksi oleh VHC dapat diidentifikasi dengan memeriksa antibodi yang dibentuk tubuh terhadap VHC bila virus ini menginfeksi pasien. Antibodi ini akan terbentuk dan bertahan lama setelah terjadi. Deteksi antibodi terhadap VHC dilakukan umumnya dengan teknik enzyme immuno assay (EIA). EIA generasi ketiga yang banyak digunakan saat ini mengandung protein core dan protein struktural yang dapat mendeteksi antibodi terhadap VHC dalam waktu minggu ke 4-10 infeksi, dengan sensitifitas mencapai 99 % dan spesifisitas lebih dari 90%.6,11

Selain pemeriksaan Anti-HCV dapat dilakukan pemeriksaan VHC RNA untuk mengetahui adanya virus dalam tubuh pasien terutama dalam serum sehingga memberikan gambaran infeksi sebenarnya. Jumlah VHC dalam serum maupun hati relatif sangat kecil sehingga diperlukan teknik amplifikasi agar terdeteksi salah satunya menggunakan teknik PCR (polymerase chain reaction).11

2.2 NAPZA (Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) 2.2.1 Narkotika

Dalam buku UU RI NO 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Menurut potensinya yang menyebabkan ketergantungan Narkotika diklasifikasikan menjadi 3 golongan :

1. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. 2. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat pengobatan,


(24)

10

dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.

3. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.14

2.2.2 Psikotropika

Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut.

1. Psikotropika Golongan I :

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

2. Psikotropika Golongan II :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

3. Psikotropika Golongan III :

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam)


(25)

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh: diazepam, bromazepam, Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo, Rohip, Dum, MG). Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain

- Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu - Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur)

- Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.15

2.2.3 Zat Adiktif Lain

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang disebut narkotika dan psikotropika, meliputi :

Minuman beralkohol, mengandung etanol etil alkohol yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu : a. Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

b. Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur) c. Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (whiskey, vodca, TKW , Mansion

House, Johnny Wallker, Kamput

Inhalansia (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain : lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin. 15


(26)

12

2.2 Kerangka Teori

Hepatitis C

Tatto NAPZA

Suntik

Transmisi parenteral

Perilaku seks berisiko

Transfusi Darah

Penggunaan alat tidak steril

Transmisi Vertikal

Pengguna jasa PSK Luka karena seks Memiliki lebih dari satu pasangan Pria suka pria (homoseksual).

Sebelum dilakukan skrining

Penularan dari Ibu ke anak


(27)

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Penderita pengguna NAPZA

Hepatitis C (+)

NAPZA suntik NAPZA non-suntik

Transmisi Hepatitis secara parenteral

Hubungan seksual bebas Memakai tatto


(28)

14

BAB III

METODOLOGI PENELITAN 3.1. Desain Penelitian

Metodologi pada penelitian ini merupakan penelitian potong lintang / cross sectional

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat pengambilan data dilakukan di bagian rekam medik Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta, dengan rincian waktu penelitian sebagai berikut :

Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian

No Tanggal Kegiatan Tempat Hasil

1 1 Agustus – 31 Desember 2012

Pembuatan Proposal Rumah Proposal

2 1 Januari – 15 Januari 2013

Pengurusan izin fakultas untuk RSKO

Fakultas Surat izin

3 1 Februari – 31 Maret 2013

Pengambilan Data RSKO Data

4 1 April – 25 Juli 2013

Pengolahan data dan penyusunan laporan

Rumah Laporan


(29)

3.3. Populasi dan Sampel

Sampel untuk penelitian ini adalah seluruh populasi terjangkau, yaitu pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Cibubur pada tahun 2011-2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah konsekutif sapling. Estimasi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus :

n

=

n

=

Keterangan : n : Besar Sampel

Zα : 1,96 pada interval kepercayaan (IK) 95 %

P : proporsi dari kategori variabel yang diteliti, penelitian sebelumnya prevalensi hepatitis C pada NAPZA di Indonesia 74,9 %.3

d = 0,1

Q = 1-p = 0,251

Dengan perkiraan prevalensi sebesar 74,9 % ±10% = 64,9% - 84,9%, tingkat kepercayaan 95% dan presisi penelitian sebesar 10% maka besar sample sebanyak 72.


(30)

16

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

A. Faktor Inklusi

 Data pasien yang memiliki riwayat pecandu NAPZA tahun 2011-2012

 Data pasien terdiagnosis pasti Hepatitis C tahun 2011-2012 yang diperoleh dari hasil lab

B. Faktor Eksklusi

 Data pasien Hepatitis C yang tidak lengkap

3.5 Alur Penelitian

Pembuatan proposal

perizinan

klasifikasi Berdasarkan Usia, Jenis kelamin, Statu pernikahan, Tingkat pendidikan dan pekerjaan

Pengambilan sampel

Hepatitis C positif Instalasi Rekam Medik

Riwayat Pecandu NAPZA (-) Riwayat Pecandu NAPZA (+)

Hepatitis C Negatif

Pengolahan data

Prevalensi Hepatitis C positif pada pecandu NAPZA


(31)

3.5 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Skala

1 Hepatitis C

Hepatitis C merupakan penyakit hati kronis yang menyerang organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis C yamg termasuk golongan keluarga Flaviridae.

Buku rekam medik pasien di RSKO 2011-2012 Hasil pemeriksaan labolatorium

Anti HCV positif

Kategorik Nominal 2 Riwayat Pecandu NAPZA

Pecandu NAPZA adalah seorang penyalahguna narkoba yang telah mengalami ketergantungan terhadap satu atau lebih narkotik, psikotropika, dan bahan adiktif lain (narkoba), baik secara fisik maupun psikis sesuai UU RI No. 35 tahun2009 dan UU RI No. 5 tahun 1997

- Hasil Urinalisis

- Form Riwayat Penggunaan Zat dan Penanggulangan

- Laporan Kunjungan Rumah -Formulir Asesmen Wajib -Lapor dan Rehabilitasi Medis Form IGD

Kategorik Nominal

1 3 Jenis Kelamin Diklasifikasikan atas laki-laki dan

perempuan Data administrasi pasien RSKO

Kategorik Nominal 4 Usia Usia pasien saat terdaftar pasien

RSKO Data administrasi pasien RSKO

Kategorik Nominal

5 Jenis

Pekerjaan

Pekerjaan pasien ketika terdaftar

sebagai pasien di RSKO Data administrasi pasien RSKO

Kategorik Nominal

6 Status

Pernikahan Belum Menikah, Menikah dan Cerai Data administrasi pasien RSKO

Kategorik Nominal 7 Pendidikan

Terakhir

Pendidikan terakhir saat terdaftar

sebagai pasien di RSKO Data administrasi pasien RSKO

Kategorik Nominal

8 Jenis NAPZA

NAPZA sesuai UU RI No. 35 tahun 2009 dan UU RI No. 5 tahun 1997

baik single maupun poly drugs

- Hasil Urinalisis

- Form Riwayat Penggunaan Zat dan Penanggulangan

- Laporan Kunjungan Rumah - Formulir Asesmen Wajib - Lapor dan Rehabilitasi Medis - Form IGD

Kategorik Nominal

9 Cara

penggunaan Menggunakan Jarum suntik Form Riwayat Pengguna Napza

Kategorik Nominal


(32)

18 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1 Prevalensi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA di RSKO Jakarta

Hasil pengumpulan data rekam medik di RSKO Jakarta untuk pasien Hepatitis C pada pecandu NAPZA tahun 2011 dan 2012 adalah 52 pasien.

Dengan data tersebut, prevalensinya adalah :

Keterangan : jumlah konstanta = 100 %

Maka prevalensi pasien Hepatitis C positif dengan riwayat pecandu NAPZA di RSKO tahun 2011-2012 sebesar :

Point Pravalence Rate = Ʃ pasien Hepatitis C (dengan NAPZA) 2011-2012 x Konstanta

Ʃ Jumlah Sampel yang diambil

Point Pravalence Rate = 52 x 100% = 72,22%


(33)

Prevalensi Hepatitis C pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik . Prevalensi Hepatitis C pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

41.2 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik 2. Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan jenis kelamin di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

72,22% 27,78% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00%

Hepatitis C positif Hepatitis C Negatif

Series 1

Hepatitis C positif Hepatitis C Negatif

98,10% 1,90% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan


(34)

20

4.1.3 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

4.1.4 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

34,60%

59,65%

1,90% 3,80%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

20-29 30-39 40-49 >60

Series 1

20-29 30-39 40-49 >60

46,20% 19,20% 23,10% 7,70% 3,80% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% 45,00% 50,00%

Tidak Bekerja karyawan swasta wiraswasta PNS lainnya

Series 1


(35)

4.1.5 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

4.1.6 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Grafik Distribusi Hepatits C pada pecandu NAPZA Berdasarkan pendidikan Terakhir di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

57,70% 34,60% 7,70% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Belum Menikiah Menikah Cerai

Series 1

Belum Menikiah Menikah Cerai

3,80% 15,40% 50% 30,80% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00%

SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Series 1


(36)

22

4.1.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

36,50%

63,50%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Pecandu Ganja Bukan Pecandu Ganja Pecandu Ganja Bukan Pecandu Ganja

84,60%

15,40%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

Pecandu Heroin Bukan Pecandu Heroin

Series 1


(37)

36,50%

63,50%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00%

Pecandu Amfetamin Bukan Pecandu Amfetamin

Series 1

Pecandu Amfetamin Bukan Pecandu Amfetamin

15,40%

84,60%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

pecandu alkohol Bukan Pecandu Alkohol

Series 1


(38)

24

4.1.8 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

78,80%

21,20%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

Pengguna Jarum Suntik Bukan Pengguna Jarum Suntik

Series 1


(39)

4.2. Pembahasan

4.2.1 Pola distribusi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil pengambilan data diketahui laki-laki mendominasi dari total sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak (98,1%). Keadaan ini dipengaruhi dari tingginya pemakaian NAPZA yang menjadi salah satu faktor risiko pada penderita Hepatitis C. Hal ini sesuai dengan survei penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional pada tahun 2011 di Indonesia didapatkan jenis kelamin, laki-laki jauh lebih besar dari perempuan, yaitu sebanyak (81%) pada laki-laki dan (19%) pada perempuan.16

4.2.2 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia

Diketahui kelompok usia 30-39 tahun mendominasi lebih dari separuh dari keseluruhan data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi pada penderita Hepatitis C (59,65%) dan tertinggi kedua kelompok usia 20-29 tahun (34,6%). Kelompok usia ini merupakan kelompok usia produktif, dari data Riset Kesehatan Dasar pada 2007 tercatat 2,05 persen dari total penduduk Indonesia yang usianya di atas 15 tahun, menderita hepatitis C.Semakain bertambahnya usia maka semakin tingginya menderita Hepatitis C, keadaan ini dapat disebabkan perjalanan penyakit Hepatitis C akut yang tidak menimbulkan gejala spesifik.8 Hal ini sesuai dengan survey BNN tahun 2008, jumlah pecandu paling banyak berusia 29 tahun atau masih dalam kisaran usia produktif. 16


(40)

26

4.2.3 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan sebanyak (48,2%) didominasi pengangguran. Dari hasil survei lain, BNN Provinsi Bali menyatakan jumlah pecandu narkoba di Bali sebagian besar pengangguran. Data Badan Narkotika Kota Cimahi tahun 2009 juga menunjukkan di antara pengguna narkoba yang masih hidup, sebagian besar adalah pengangguran.

4.2.4 Pola Distribusi Hepatitis C Pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan

Sebanyak (57,7%) penderita Hepatitis C pada pecandu NAPZA Dalam buku Drug Abuse and Society, mengatakan ancaman remaja menjadi pecandu NAPZA sangat besar dan dapat mempengaruhi karakter dirinya. Hal ini disebabkan oleh tingginya rasa ingin tahu yang besar terhadap hal-hal baru, dalam hal ini konsumsi NAPZA yang membuat yang tadinya hanya coba-coba menjadi kecanduan, terutama bila remaja tersebut berada dalam suatu komunitas tertentu. Ditambah komunitas sebaya juga dapat meningkatkan tekanan untuk mengonsumsi NAPZA terutama bila ia belum menikah. Disisi lain, pecandu yang sudah menikah cenderung lebih cepat untuk merasa malu dan bersalah atas kecanduannya. Ini dapat disebabkan oleh tekanan dari pasangan ataupun keluarga pasangan. Sementara pecandu yang belum menikah atau bercerai, akan lebih sulit memperoleh pasangan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kepercayaan terhadap pasangan bila ia mengonsumsi NAPZA, terutama bila laki-laki dan tidak bekerja. Disisi lain, istri lebih sering menganggap pasangan buruk bila mengonsumsi NAPZA karena ditakutkan akan meningkatkan kemungkinan kekerasan dalam rumah tangga sehingga menjadikan itu sebagai salah satu alasan perceraian.18


(41)

4.2.5 Pola Distribusi Hepatitis C pada Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengangguran di Indonesia masih didominasi oleh lulusan SMA. Dari hasil penelitian hepatitis C pada pengguna NAPZA yang di lakukan surabaya di didaptkan sebanyak 62,2% berpendidikan SMU. Hal ini dibenarkan oleh penelitian Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim POLRI bahwa pelaku kejahatan narkoba berdasarkan latar belakang pendidikan terakhir didominasi oleh lulusan SMA sepanjang tahun 2006-2011. 19

Sedangkan pada penelitian ini didapatkan sebanyak (50%) pendidikan terakhir SMA.

4.2.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin (Putauw), Ganja (Canabis), Amfetamin (Shabu) dan Zat Adiktif (Alkohol)

Heroin (84.6%)_merupakan jenis NAPZA yang paling banyak digunakan dan rata-rata cara pemakaiannya dengan suntik. Jenis NAPZA ini dapat meningkatakn faktor risiko terpaparnya penyakit Hepatitis C yang terdapat pada penderita NAPZA suntik, meskipun berdasarkan survey BNN 2011 hubungan seks berisiko mayoritas terjadi pada pecandu NAPZA suntik. Untuk NAPZA suntik yang terbanyak digunakan adalah ganja dan shabu . NAPZA non-suntik lebih dipilih karena diketahui median pertama kali menggunakan NAPZA adalah usia 15 tahun (belum berpenghasilan) dimana untuk biaya pecandu NAPZA non-suntik biaya pertahun yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan pecandu NAPZA suntik ditambah NAPZA suntik lebih sulit diperoleh. Sementara untuk zat adiktif (alkohol), pecandu NAPZA suntik lebih cenderung pernah mengonsumsinya meskipun alkohol diketahui lebih menyebabkan kecanduan pada pecandu NAPZA non-suntik.19


(42)

28

4.2.7 Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Cara Penggunaan NAPZA Suntik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012

Pengguna NAPZA yang menggunakan jarum suntik dari hasil pengambilan data sebanyak (78,8%). Faktor risiko terpaparnya Hepatitis C sangat tinggi pada kelompok ini, prevalensi kejadiannya mencapai (>80%).6 Hal ini berhubungan dengan cara penularan VHC lewat parenteral penggunaan jarum suntik secara bergantian dan tidak steril. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan pada tahum 2002 di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan RS Mitra Menteng Abadi, Jakarta didapatkan (84%) narkotika digunakan dengan cara suntik dari 168 kasus.3


(43)

29 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Prevalensi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta tahun 2011-2012 adalah sebesar 72.2% yang sebagian besar didominasi oleh pecandu Heroin yaitu sebesar (84,6%) dengan penggunaan NAPZA suntik (78,8%).

2. Pola Demografi Hepatitis C pada pecandu NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012 didominasi oleh laki-laki sebanyak (98,1%), kelompok Usia 30-39 tahun (59,6%), tidak bekerja (46,2 %), belum menikah (57,7%), dan pendidikan sampai lulus SMA (50%).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari simpulan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan :

1. Perlunya menganalisa perilaku lain yang menjadi risiko Hepatitis C positif dari pecandu NAPZA seperti perilaku seksual berisiko, penggunaan tato, misal menggunakan kuisioner atau wawancara

2. Mencari hubungan antara faktor risiko dengan terjadinya Hepatitis C Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya dan dapat menjadi pertimbangan untuk membuat kebijakan mengenai penggunaan jarum suntik sebagai akibat dari kecanduan NAPZA sehingga penyebaran Hepatitis C dapat semakin ditekan.


(44)

(45)

30

1. World Health Organization (WHO). Hepatitis C; 2013

2. Departemen Kesehatan RI. Profil kesehatan Indonesia 2008. Jakarta; 2009 3. Gani RA, Budihusodo U, Waspodo A, Lesmana L.A., Hasan I, Akbar N et

al. Seroepidemiology and risk factors of Hepatitis B and C virus infections among drug users in Jakarta, Indonesia; 2002.hal.48

4. European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Hepatitis C and injecting drug use [dikutip 25 Juli 2013.]

Available from: www.emcdda.europa.eu

5. Laporan Survei Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia. Studi Kerugian Ekonomi dan Sosial Akibat Narkoba tahun 2008

6. Gani RA. Hepatitis C. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009

7. Centers for Disease Control and Prevention.Hepatitis C - [dikutip 25 Juli 2013]

Available from: www.cdc.gov/hepatitis/hcv/pdfs/hepcgeneralfactsheet.pdf

8. Jules L. Dienstag, Kurt J. Isselbacher. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Dennis L. Kasper, Eugene Braunwald, Anthony Fauci, Stephen Hauser, Dan Longo, J. Larry Jameson, Editor. Harrison’s – a textbook of Internal Medicine. 16th ed: McGraw-Hill; 2004

9. Mauss, Berg, Rockstroh, Sarrazin, Wedemeyer. The Flying Publisher Short Guide to

Hepatitis C.Volume 2. 2011

10.Sulaiman HA. Hepatitis C. Dalam : Sulaiman HA, Akbar HN,Lesmana LA, Noer HMS, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati. Edisi I. Jakarta: Jayaabadi; 2007

11.Gani RA. Patogenesis dan Diagnosis Hepatitis C. Dalam: Sulaiman AS, Sulaiman BS, Sulaiman H.A, Loho IM, Stephanie A, editor. Pendekatan


(46)

31

Terkini Hepatitis B dan C dalam Prakrik Klinis Sehari-hari. Jakarta: Sagung Seto; 2010

12.Artikel Umum. Hepatitis C. Perhimpunan Penelitian Hati Indonesia [dikutip 25 Juli 2013]

Available from :http://pphi-online.org/alpha/?p=533

13.Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, editor. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jilid 1.Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012

14. Undang Undang Repulik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. [Dikutip 18 Agustu 2012].

Available from :

http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/uu35narkotika.pdf

15. Undang Undang Repulik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. [dikutip 1 Mei 2013].

Available from : http://www.slideshare.net/Bembenk/uu-05-1997

16.Jenis-jenis Narkoba Badan Narkotika Nasional Indonesia.www.bnn.go.id di unduh (6 September 2012,jam 10.06 WIB)

17.Redaksi wakil Kepresidenan. Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional Tahun 2012[serial online] 2013 [dikutip 6 Mei 2013 ].

Available from URL: http://wapresri.go.id/index/preview/berita/2136

18. Prashant, Saroj. Drug Abuse and Society. New Delhi : Ashish Pub. House. 1993. P.160-7

19.Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Pengangguran jadi Pengedar Shabu [serial online] 2013 [dikutip 2013 Mei 1st ].

Available from URL:

http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.php?nama=Berita&op=deta il_berita&id=719&mn=6&smn=a

20.Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim POLRI.Kasus Narkoba Di Indonesia Tahun 2006-2010 [serial online] 2011 [Dikutip 2013 August 06th].

Available from URL: http://gmdm4nation.org/resources-24-drugsituation.html


(47)

21.Sopiyudin Dahlan. 2009. Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto


(48)

33 LAMPIRAN

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Jenis Kelamin di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics Jenis_Kelamin

N Valid 52 Missing 0

Jenis_kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid laki-laki 51 98.1 98.1 98.1 perempuan 1 1.9 1.9 100.0 Total 52 100.0 100.0


(49)

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Usia di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics Usia

N Valid 52 Missing 0

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid 20-29 18 34.6 34.6 34.6

30-39 31 59.6 59.6 94.2 40-49 1 1.9 1.9 96.2 >60 2 3.8 3.8 100.0 Total 52 100.0 100.0


(50)

35

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pekerjaan di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics Pekerjaan

N Valid 52 Missing 0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TIDAK BEKERJA 24 46.2 46.2 46.2

KARYAWAN SWASTA 10 19.2 19.2 65.4 WIRASWASTA 12 23.1 23.1 88.5 PNS 4 7.7 7.7 96.2 LAINNYA 2 3.8 3.8 100.0 Total 52 100.0 100.0


(51)

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Status_Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid BELUM MENIKAH 30 57.7 57.7 57.7

MENIKAH 18 34.6 34.6 92.3 CERAI 4 7.7 7.7 100.0 Total 52 100.0 100.0

Statistics Status_Pernikahan

N Valid 52 Missing 0


(52)

37

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif dengan Riwayat Pecandu NAPZA Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics Pendidikan_Terakhir

N Valid 52 Missing 0

Pendidikan_Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid SD 2 3.8 3.8 3.8

SMP 8 15.4 15.4 19.2 SMA 26 50.0 50.0 69.2 PT 16 30.8 30.8 100.0 Total 52 100.0 100.0


(53)

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,

Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics Heroin

N Valid 52 Missing 0

Heroin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid PECANDU HEROIN 44 84.6 84.6 84.6

BUKAN PECANDU HEROIN 8 15.4 15.4 100.0 Total 52 100.0 100.0


(54)

39

Ganja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid PECANDU GANJA 19 36.5 36.5 36.5

BUKAN PECANDU GANJA 33 63.5 63.5 100.0 Total 52 100.0 100.0

Statistics Amfetamin

N Valid 52 Missing 0

Amfetamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid PECANDU AMFETAMIN 19 36.5 36.5 36.5

BUKAN PECANDU

AMFETAMIN 33 63.5 63.5 100.0 Total 52 100.0 100.0

Statistics Ganja

N Valid 52 Missing 0


(55)

Statistics Alkohol

N Valid 52 Missing 0

Alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid PECANDU ALKOHOL 8 15.4 15.4 15.4

BUKAN PECANDU

ALKOHOL 44 84.6 84.6 100.0 Total 52 100.0 100.0


(56)

41

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Penggunaan Jarum Suntik di RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics

Cara_penggunaan

N Valid 52 Missing 0

Cara_penggunaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pengguna Jarum suntik 41 78.8 78.8 78.8

Bukan Pengguna Jarum

Suntik 11 21.2 21.2 100.0 Total 52 100.0 100.0


(57)

(58)

43

Riwayat Hidup Penulis

Nama Lengkap : Fajri Nugraha

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 15 Agustus 1990

Alamat : Ds.Margaasih 01/01, Kec.Cicalengka, Kab.Bandung

Telp : 081809128990

Agama : Islam

Pendidikan : SDN Negri 1 Sirnagalih MTS 34 Cibegol Soreang MAN 1 Kota Sukabumi


(1)

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Jumlah Pecandu Heroin,

Ganja, amfetamin (shabu) dan zat Adiktif (Alkohol) di RSKO Cibubur Jakarta Tahun

2011-2012

Statistics

Heroin

N Valid 52

Missing 0

Heroin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PECANDU HEROIN 44 84.6 84.6 84.6

BUKAN PECANDU HEROIN 8 15.4 15.4 100.0


(2)

39

Ganja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PECANDU GANJA 19 36.5 36.5 36.5

BUKAN PECANDU GANJA 33 63.5 63.5 100.0

Total 52 100.0 100.0

Statistics

Amfetamin

N Valid 52

Missing 0

Amfetamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PECANDU AMFETAMIN 19 36.5 36.5 36.5

BUKAN PECANDU

AMFETAMIN 33 63.5 63.5 100.0

Total 52 100.0 100.0

Statistics

Ganja

N Valid 52

Missing 0


(3)

Statistics

Alkohol

N Valid 52

Missing 0

Alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PECANDU ALKOHOL 8 15.4 15.4 15.4

BUKAN PECANDU

ALKOHOL 44 84.6 84.6 100.0


(4)

41

Pola Distribusi Pasien Hepatitis C Positif berdasarkan Penggunaan Jarum Suntik di

RSKO Cibubur Jakarta Tahun 2011-2012

Statistics

Cara_penggunaan

N Valid 52

Missing 0

Cara_penggunaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Pengguna Jarum suntik 41 78.8 78.8 78.8

Bukan Pengguna Jarum

Suntik 11 21.2 21.2 100.0

Total 52 100.0 100.0


(5)

(6)

43

Riwayat Hidup Penulis

Nama Lengkap

: Fajri Nugraha

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 15 Agustus 1990

Alamat

: Ds.Margaasih 01/01, Kec.Cicalengka, Kab.Bandung

Telp

: 081809128990

Agama

: Islam

Pendidikan : SDN Negri 1 Sirnagalih

MTS 34 Cibegol Soreang

MAN 1 Kota Sukabumi