Prevalensi Pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
PREVALENSI PASIEN YANG MENGALAMI GEJALA PSIKOTIK
DENGAN RIWAYAT PENGGUNAAN NAPZA DI RSKO JAKARTA
PADA TAHUN 2011-2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH : Rima Pahlasari NIM : 110103000026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1434 H/2013 M
(2)
(3)
(4)
(5)
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat iman, islam, rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan penelitan ini. Shalawat dan salam senantiasa dicurahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat beliau.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul “Prevalensi Pasien yang Mengalami Gejala Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2013” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaKedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Prof. DR. (hc). dr. M.K Tadjudin, SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK, selaku ketua Program Studi Peendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terimakasih penulis juga sampaikan kepada dr.Adhi Wibowo Nurhidayat Sp. KJ, MPH dan dr. Achmad Zaki M.Epid Sp.OT sebagai dosen pembimbing riset penulis, yang telah banyak memberikan arahan, motivasi, bimbingan, waktu, tenaga, pikiran, masukkan, dan nasihat yang membangun kepada penulis selama penelitian dan penyusunan riset ini. Tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada dr. Marita Fadhilah. PhD dan dr. Erfira Sp. M yang telah banyak memberikan kritik dan saran yang sangat membantu dalam penyelesaian laporan penelitian ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak RSKO yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini, terutama kepada bagian rekam medik yang telah banyak membantu saat pengambilan data.
Ucapan terimakasih dan rasa hormat penulis sampaikan untuk kedua orang tua tercinta Alm.Ayahanda Drs. Tgk. Albar, Ibunda Dra. Ainul Mardhiah, yang telah memberikan doa, semangat dan kasih sayang kepada penulis. Serta
(6)
saudara-vi
saudaraku Nazri Adlani dan Sururimmaudhunati yang telah membantu dalam memberikan semangat.
Tak lupa ucapan terima kasih penulis untuk teman-teman seperjuangan kelompok riset M.Dadan Kurniawan, Febri Hanifa, Fajri Nugraha, Naparuddin dan teman seangkatan PSPD 2010, semoga kesuksesan dapat kita raih bersama di dunia dan akhirat.
Penulis sadari penyusunan laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya laporan penelitian ini.
Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga bermanfaat bagi para pembacanya dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Semoga Allah SWT selalu memberikan ridho-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Ciputat, 9 September 2013
(7)
vii ABSTRAK
Rima Pahlasari. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Prevalensi Pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012.
Pengguna Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) di Indonesia diperkirakan sekitar 3,2juta. Penelitian epidemiologi deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat pengguna NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta selama tahun 2011-2012. Beberapa dari zata diktif dapat menimbulkan efek pada sistem saraf baik pada sentral maupun pada sistem saraf perifer, sehingga dapat menimbulkan gangguanjiwa. Dari total 131 pasien yang mengalami gejala psikotik, 96 orang memiliki riwayat pengguna NAPZA. Prevalensi sebesar 73,3% yang sebagian besarnya berjenis kelamin laki-laki (90,6%), berasal dari kelompok usia 30-39 tahun (49%), dari kelompok tidak bekerja (53,1%) dan lulusan SMA (55,2%). Sebagian besar dari populasi merupakan pengguna 2 jenis zat dengan shabu sebagai jenis yang paling banyak digunakan (66,7%).
Kata Kunci : Psikotik, NAPZA, Prevalensi, RSKO
ABSTRACT
Rima Pahlasari. Medical Education Study Program, Faculty of Medicine and Health Sciences, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Prevalence of Patients with psychotic symptoms with a history of using drug at Drug Dependence Hospital RSKO Jakarta 2011-2012.
Users of narcotics, psychotropic and addictive substances (drugs) in Indonesia is estimated around 3.2 million. Descriptive epidemiological study was conducted to determine the prevalence of patients with a history of psychotic symptoms in drug users Drug Dependence Hospital RSKO Jakarta during 2011-2012. Some of addictive substances may cause effects on the nervous system as well as on both the peripheral nervous system, which can cause mental disorders. Of the total 131 patient who experienced psychotic symptoms, 96 had a history of drug users. A prevalence of 73.3% which is largely male (90,6%), are from the age group 30-39 years (49%), unemployment (53.1%) and high school graduates (55,2%). Most of the population are 2 types of substance users with methamphetamine as the most widely used (66,7%).
(8)
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN PANITIAN UJIAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 2
1.3Tujuan Penelitian ... 2
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Bagi Peneliti ... 3
1.4.2 Bagi Institusi ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 NAPZA ... 4
2.1.1 Narkotika ... 4
2.1.2 Psikotropika ... 5
2.1.3 Zat Adiktif ... 6
2.2 Psikotik ... 6
2.3 NAPZA dan Gejala Psikotik ... 7
(9)
ix
BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN ... 12
3.1 Desain Penelitian ... 12
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 12
3.3 Populasi dan Sampel ... 12
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi ... 13
3.5 Cara Kerja ... 13
3.5 Managemen Data ... 14
3.7 Definisi Operasional... 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil Penelitian ... 16
4.1.1Prevalensi Gejala Psikotik Pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta ... 16
4.1.2 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat NAPZA Berdasarkan Riwayat Penggunaan NAPZA ... 17
4.1.3 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pasien Penggunaan NAPZA ... 20
4.1.4 Gambaran Diagnosis Kerja Pada Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta ... 20
4.1.5 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien ... 21
4.1.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pengguna Zat Terbanyak ... 21
4.2 Pembahasan ... 23
4.2.1 Prevalensi Gejala Psikotik Pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta... 23
4.2.2 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat NAPZA Berdasarkan Riwayat Penggunaan NAPZA ... 23
4.2.3 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pasien Penggunaan NAPZA ... 25
4.2.4 Gambaran Diagnosis Kerja Pada Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta ... 26
4.2.5 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien ... 26
4.2.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pengguna Zat Terbanyak ... 26
(10)
x
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Simpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR PUSTAKA ... 29
LAMPIRAN 1 ... 34
(11)
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Gangguan kesehatan mental terkait dengan gangguan penggunaan NAPZA ... 7 Tabel 3.7 Definisi Operasional ... 14
(12)
xii
DAFTAR GRAFIK
Grafik4.1 Prevalensi Gejala Psikotik pada Pengguna NAPZA di RSKO
Jakarta... ... 17
Grafik4.2 Pola Distribusi Pasien Berdasarkan Usia ... 17
Grafik4.3 Pola Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ... 18
Grafik4.4 Pola Distribusi Pasien Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 18
Grafik4.5 Pola Distribusi Pasien Berdasarkan Status Pernikahan ... 19
Grafik4.6 Pola Distribusi Pasien Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 19
Grafik4.7 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pengguna NAPZA ... 20
Grafik4.8 Gambaran Diagnosis Kerja Pasien Psikotik ... 20
Grafik4.9 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien ... 21
Grafik4.10 Distribusi Pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik berdasarkan jumlah pengguna Amfetamin ... 21
Grafik4.11 Distribusi Pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik berdasarkan jumlah pengguna Kanabis ... 22
Grafik4.12 Distribusi Pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik berdasarkan jumlah pengguna Alkohol ... 22
(13)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Metamfetamin . ... 8 Gambar 2.2 Kanabis ... 9
(14)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang MasalahPenggunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) dalam beberapa tahun terakhir meningkat pesat. Kasus pemakai dan penggunaannya sangat merata mulai dari kalangan atas hingga kalangan menengah kebawah dan banyak terdapat pada usia produktif. Berdasarkan data United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) pada tahun 2011 diperkirakan 6,9% atau 315 juta populasi dunia setidaknya sekali dalam setahun pernah menggunakan NAPZA.1 Menurut data Drug Use Monitoring in Austalia (DUMA) pada tahun 2008 pengguna NAPZA ditahan oleh polisi dengan hasil positif menggunakan NAPZA adalah sebesar 68%.2 Di Indonesia, menurut hasil estimasi perhitungan yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) diperkirakan ada 3,2 juta orang atau sekitar 1,5% dari total populasi mempunyai riwayat pengguna NAPZA.3
Berbagai efek yang dapat ditimbulkan pada penggunaan NAPZA berupa perasaan depresi, meningkatkan gangguan persepsi dan kognitif, meningkatkan gairah, serta gejala penarikan diri yang tidak menyenangkan. Selain efek internal tubuh, penggunaan NAPZA juga mempengaruhi fisik penggunanya serta dapat mengganggu hubungan bidang sosialnya seperti merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan produktivitas dan kemampuan belajar secara drastis, ketidakmampuan untuk membedakan mana yang baik dan yang buruk, dan perubahan perilaku antisosial.
Salah satu konsekuensi dari penggunaan NAPZA yaitu adanya komorbiditas berupa gejala gangguan jiwa. Gejala gangguan jiwa dapat berupa gejala depresi, ansietas ataupun gejala gangguan jiwa yang lebih berat yaitu psikotik. Penelitian sebelumnya secara retrospektif oleh Hambrecht dan Hafner memperlihatkan sepertiga dari pasien skizofrenia memiliki riwayat
(15)
2
penggunaan NAPZA.4 Penelitian lain juga mendapatkan bahwa enam dari sepuluh orang yang skizofrenia pernah menggunakan NAPZA.5 Penggunaan NAPZA yang erat kaitannya dengan timbulnya psikosis adalah jenis kanabis.6 Tidak hanya penggunaan jenis kanabis saja namun berbagai jenis NAPZA lain turut berperan dalam hal terjadinya gangguan jiwa.
Komorbiditas berupa gangguan jiwa sangat berpengaruh dalam hal perilaku pasien. Berbagai penelitian telah dilakukan dalam hal hubungan penggunaan NAPZA dan terjadinya gangguan jiwa terutama psikosis, yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan pasien. Melihat pentingnya hal ini, maka peneliti bertujuan untuk melihat prevalensi gejala psikotik pada pasien dengan riwayat penggunaan NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta (RSKO).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah berapa prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta pada tahun 2011-2012?
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui berapa prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta.
(16)
3
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.2 Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui berapa prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta.
Peneliti dapat menambah wawasan atau masukan tentang pengaruh dan efek dari pengguna NAPZA terhadap gejala psikotik yang timbul.
Manambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang NAPZA.
Dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama melakukan penelitian.
1.4.3 Bagi Institusi
Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk menambah ilmu pengetahuan tentang NAPZA di Jakarta Bagi Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta,
mendapatkan informasi tentang pengaruh NAPZA terhadap gejala psikotik.
(17)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 NAPZANarkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) merupakan zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, suasana hati dan juga perilaku.7 Istilah NAPZA digunakan oleh Kementrian Kesehatan untuk menggantikan istilah drugs dan substance.8, 9
Penggunaan NAPZA digunakan dengan berbagai cara antara lain dengan disuntik, dihirup, diisap, diminum dan sebagainya.7 NAPZA dapat dibedakan menurut efek pada pemakai, bahan-bahan dasarnya, dan cara pembuatannya. Menurut efeknya NAPZA dapat dibedakan menjadi : (1) Stimulan yaitu zat yang dapat merangsang sistem syaraf pusat. (2) Depresan dapat menekan sistem syaraf. (3) Halusinogen adalah zat yang dapat merubah daya persepsi /halusinasi.7
2.1.1 Narkotika
Narkotik merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetismaupun semi sintetis yang efeknya dapat berupa perubahan pada perasaan, menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan.
Jenis narkotika dibagi menjadi tiga golongan : 1. Golongan I :
Narkotika yang paling bahaya, daya adiktifnya sangat tinggi menyebabkan ketergantungan, hanya dapat dilakukan untuk penelitian.Contoh : ganja, putauw adalah heroin tidak berbentuk bubuk
2. Golongan II :
Narkotika yang memikiki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: morfin, petidin.
3. Golongan III :
(18)
5
bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: kodein dan turunannya.
2.1.2 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan jiwa.10
Penggolongan Psikotropika (Undang-Undang Indonesia Nomor 5 tahun 1997) :
1. Golongan I:
Psikotropika golongan ini dapat digunakan hanya untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: amfetamin/ metamfetamin)
2. Golongan II:
Psikotropika yang khasiatnya dapat digunakan untuk pengobatan dan/atau bertujuan untuk ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. (contoh: metilfenidat atau ritalin).
3. Golongan III :
Psikotropika yang memiliki khasiat untuk pengobatan, banyak digunakan dalam terapi dan/atau dapat digunakan dengan tujuan ilmu pengetahuan mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan (contoh: fenobarbital, flunitrazepam).
(19)
6
4. Golongan IV:
Psikotropika yang memiliki khasiat untuk terapi sangat luas dan/atau digunakan dalam ilmu pengetahuan serta memiliki potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantugan (contoh: diazepam, fenobarbital)
2.1.3 Zat Adiktif Lainnya
Bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif selain narkotika dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh: alkohol, nikotin.
2.2 PSIKOTIK
Psikotik adalah gangguan mental berat yang menyebabkan timbulnya persepsi dan pemikiran yang abnormal.11 Dua gejala utama adalah adanya delusi (waham) dan halusinasi.12
Halusinasi adalah persepsi yang salah dapat timbul tanpa adanya rangsangan dari luar.13 Halusinasi adalah hal-hal penginderaan yang terlihat secara nyata, tetapi dihasilkan oleh sebuah pikiran. Delusi (waham) adalah keyakinan yang salah tentang sesuatu yang terjadi dan berpikir bahwa itu nyata.14, 15
Psikosis dapat disebabkan oleh penyebab organik, intoksikasi, dan gangguan fungsional seperti skizofrenia, gangguan bipolar, schizophreniform disorder,
schizoaffective disorder, paranoid disorder, induced psychotic disorder, dan
atypical psychosis. Namun, penyebab paling umum dari psikosis adalah skizofrenia.16
Skizofrenia dapat dibagi menjadi subtipe: 1) tipe paranoid : didominasi delusi atau halusinasi, 2) tipe disorganisasi : adanya masalah bicara dan perilaku, 3) tipe katatonik : adanya katalepsi atau stupor, agitasi ekstrim, negativisme ekstrim atau mutisme , postur katatonik, dan kegembiraan katatonik, 4) tipe residual : dalam keadaan remisi tetapi masih memperlihatkan gejala penarikan diri secara sosial, afek datar, perilakueksentrik, dan pikiran tak logis. 5) tipe tak terinci, gejala
(20)
7
halusinasi dan waham dominan, tetapi tidak dapat digolongkan dalam tipe skizofrenia lain.17
Pada penggolongan gangguan-gangguan yang diderita oleh seseorang, istilah yang dipakai adalah seorang dengan skizofrenia, seorang dengan neurotik, atau seorang dengan ketergantungan zat.18
2.3NAPZA dan Gejala Psikotik
Menurut Kushner & Mueser, ada 4 asumsi yang menghubungkan NAPZA dan psikosis: (1) Penggunaan NAPZA menyebabkan skizofrenia, (2) Penggunaan NAPZA merupakan penyebab dari skizofrenia, (3) Skizofrenia dan penggunaan NAPZA dengan penyebab yang sama, dan (4) Skizofrenia dan penggunaan NAPZA berinteraksi dan memelihara satu sama lain.19
Tabel 2.1 Gangguan Kesehatan Mental Terkait Dengan Gangguan Penggunaan NAPZA.8
Jenis NAPZA Gangguan Amnesia Gangguan Cemas
Delirium Gangguan Mood Gangguan Psikosis Gangguan Fungsi Seksual Gangguan Tidur CNS Depresan
Opioid
Sedatif-Hipnotik Solven-inhalasia CNS stimulant
Amfetamin
Kafein
Kokain
Nikotin
(21)
8
(Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.422/Menkes//SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA)
2.3.1 Metamfetamin, Amfetamin dan Psikotik
Metamfetamin dan amfetamin adalah NAPZA yang digolongkan pada psikotropika yang dapat menganggu kerja dari sistem saraf pusat.
Gambar 2.1 Metamfetamin
(Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.422/Menkes//SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA)
Zat yang bekerja secara tidak langsung ini dapat menyebabkan beberapa efek yang ditimbulkan mulai dari rasa sigap, insomnia, euforia, anoreksia.20,21 Bila pada dosis yang sangat tinggi dapat menyebabkan timbunya gejala-gejala psikotik berupa halusinasi dan waham, ini dapat terjadi karena zat ini sangat mudah masuk ke sistem saraf pusat melalui sirkulasi.20 Metamfetamin sangat mirip dengan amfetamin hanya saja metamfetamin memiliki efek sentral yang lebih kuat dibandingkan dengan amfetamin.21
Penelitian oleh Curran et al dalam review 54 studi tentang zat stimulan dan psikosis, memperlihatkan bahwa dosis tunggal obat stimulan dapat memicu peningkatan psikosis 50–70% dari responden dengan skizofrenia dan gejala akut psikosis.22
(22)
9
2.3.2 Kanabis dan Psikotik
Kanabis merupakan jenis zat terlarang yang paling sering disalahgunakan.Zat aktif pada kanabis adalah delta-9-hidrokanabinol, merupakan kanabinoid psikoaktif.8 Pada manusia kandungan aktif dari kanabis ini dapat diubah secara cepat menjadi 11-hidroksil-9-THC, yang sifatnya aktif pada sistem saraf pusat.21
Sejumlah besar penelitian telah melaporkanhubungan yang signifikan antara penggunaan ganja dan psikosis dan ada banyak bukti tentang hubungan antara dua hal tersebut dalam studi epidemiologi yang melibatkan populasi umum.
Gambar 2. Kanabis
(Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan No.422/Menkes//SK/III/2010 tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA)
Studi di Selandia Baru pada 1.011 orang diperoleh bahwa mereka yang pengguna ganjaharian memiliki tingkat gejalapsikotik2,3-3,3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakan ganja.23
(23)
10
2.3.3 Alkohol dan Psikotik
Alkohol adalah suatu kelompok besar dari molekul organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) melekat pada atom jenuh.21 Bentuk alkohol paling lazim digunakan dan digunakan untuk minuman adalah etanol.Rumus kimia dari etanol adalah CH3-CH2-OH.21
Banyak efek yang dapat ditimbulkan oleh alkohol, salah satunya adalah efek pada otak dengan mendepresi fungsi SSP, mengganggu pengaturan inhibisi dan eksitasi di otak sehingga menyebabkan terjadinya disinhibisi, ataksia, sedasi, dan pada kadar yang lebih tinggi menyebabkan bicara tidak jelas, adanya efek stimulasi SSP, bila penggunaan dalam jangka panjang dapat berpengatuh pada gangguan mental dan neurologis yang berat, berupa gangguan tidur, hilangnya daya ingatan dan psikis.14
DSM-IV-TR mengkategorikan gangguan psikotik akibat terinduksi alkohol kedalam gangguan akibat terinduksi zat.14 Gejala psikotik yang ditimbulkan akibat penggunaan alkohol ini adalah berupa halusinasi dan waham.24 Halusinasi yang paling sering adalah auditorik yaitu mendengar suara yang memfitnah, mencela atau smengancam, dapat berlangsung kurang dari satu minggu dan pada beberapa mungkin bertahan.21 Halusinasi dapat terjadi pada semua kelompok usia, namun biasanya terjadi pada orang yang menyalahgunakan alkohol jangka panjang.
(24)
11
2.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
= Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti
Mengalami gejala Psikotik
Delusi Halusinasi
Faktor Risiko: Usia
JenisKelamin Pekerjaan
Status Perkawinan Status Pendidikan Riwayat Penggunaan NAPZA
Riwayat kepribadian menyendiri
(25)
12
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif kategorik untuk mengetahui prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat: Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta. Jalan Lapangan Tembak No.75 Cibubur, Jakarta Timur 13720
Waktu: Juli 2013
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah pasien psikotik menjalani perawatan di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012.
3.3.2 Sampel Penalitian
Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah menggunakan metode consecutive sampling yaitu mengambil seluruh data pasien yang mengalami gangguan psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA
Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah sampel adalah: 25
(26)
13
Ket :
2
adalah derivat baku alfa ditentukan oleh tingkat kepercayaan pada = 0,05 : = 1,96
adalah jumlah sampel
adalah proporsi kategori variable yang diteliti= 50% = 0,5 adalah 1-P = 1-0.5 = 0.5
adalah presisi 10% = 0.1
3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
Data pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat penggunaan NAPZA dan menjalani perawatan di RSKO Jakarta tahun 2011-2012.
3.4.2 Kriteria Ekslusi
Data pasien yang mengalami gejala psikotik dengan tidak memiliki riwayat penggunaan NAPZA dan menjalani perawatan di RSKO Jakarta tahun 2011-2012.
3.5 Cara Kerja Penelitian
Pembuatan Proposal
Pembuatan surat izin di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Izin RSKO Jakarta
Instalasi Rekam Medik
Pengambilan Data Pasien Psikotik di Rekam Medik
Riwayat NAPZA (+) Riwayat NAPZA (-)
Bedah rekam medik
Pengolahan Data Prevalensi pasien yang
mengalami gejala psikotik dengan riwayat
(27)
14
3.6 Manajemen Data
3.6.1 Metode Pengumpulan Data
Dengan melihat rekam medik pasien yang memiliki gejala psikotik yang memiliki riwayat pengguna NAPZA.
3.6.2 Analisis data
Setelah melakukan pengumpulan data dari rekam medik pasien psikotik yang memiliki riwayat pengguna NAPZA di RSKO Jakarta pada tahun 2011-2012 didapatkan 96 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data yang terkumpul di input ke dalam SPSS 16.0 dan diverifikasi. Analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan prevalensi dan distribusi frekuensi.Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif dalam bentuk grafik dan dinarasikan dengan bentuk tulisan.
3.7 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat ukur Skala pengukuran 1. Pengguna
NAPZA
Pasien yang menggunakan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
Riwayat pasien NAPZA pada rekam medik pasien Hasil Urinalisis
Kategorik Nominal NAPZA (+) NAPZA (-) 2. Psikotik Pasien yang mengalami
halusinasi dan delusi (waham)
Diagnosis gejala yang tertulis pada rekam medic pasien selama perawatan di RSKO Kategorik Nominal Halusinasi Waham Halusinasidan Waham 3 Usia Usia pasien saat bulan
Desember 2012
Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal <20 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50-60 tahun
(28)
15
6 Jenis Kelamin
Diklasifikasikan Laki-laki dan Perempuan
Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
7. Pekerjaan Pekerjaan pasien saat pertama kali mendaftar sebagai pasien
Data administrasi pasien RSKO Kategorik Nominal TidakKerja Wiraswasta KaryawanSwa sta PNS TNI/POLRI 8. Status
pernikahan
Diklasifikasikan belum menikah, menikah, cerai
Data administrasi pasien RSKO
Kategorik Nominal
9. Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir pasien saat terdaftar sebagai pasien di RSKO
Data administrasi pasien RSKO Kategorik Nominal SD SMP SMA PT 10. Diagnosis Diagnosis akhir pasien
berdasarkan PPDGJ-III
Diagnosis Kerja pasien selama perawatan di RSKO Jakarta
Kategorik Nominal Skizofrenia Psikotik Akut Drug Induce
Psikotik Bipolar 11. Jenis
NAPZA
NAPZA yang digunakan pasien berdasarkan UU RI No. 35 tahun 2009
Form riwayat penggunaan Zat Hasil Urinalisis
Kategorik Nominal Kanabis Amfetamin Alkohol
(29)
16
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada 131 responden, dimana responden adalah pasien psikotik yang memiliki riwayat penggunaan NAPZA di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta pada tahun 2011-2012. Tekhnik pengambilan data sekunder ini dengan cara bedah rekam medik secara konsekutif sampling
(Consecutive Sampling) sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
4.1.1 Prevalensi Gejala Psikotik pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta
Hasil dari pengambilan data rekam medik pasien gejala psikotik yang menggunakan NAPZA di RSKO Jakarta adalah 96 pasien dan total keseluruhan pasien yang mengalami gejala psikotik sebanyak 131 pasien. Dari hasil pengumpulan data tersebut, prevalensinya adalah:
Keterangan: Ʃ=Jumlah, Konstanta = 100%
Maka prevalensi pasien pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik di RSKO Jakarta tahun 2011-2012 adalah :
Prevalensi =Ʃ pasien psikotik (dengan NAPZA) x Konstanta
Ʃ pasien psikotik 2011-2012
Prevalensi = 96 x 100 % = 73,28%
(30)
17
Grafik 4.1 Prevalensi Gejala Psikotik pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta
4.1.2 Pola Distribusi Pasien Psikotik Berdasarkan dengan Riwayat Penggunaan NAPZA
4.2.1.1 Usia Pasien
Grafik 4.2 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA Berdasarkan Usia
Dari grafik 4.2 di atas, diketahui bahwa persentasi pengguna NAPZA didominasi kelompok usia 30-39 tahun 2011-2012 dengan persentase 49%.
7,30%
31,20%
49,00%
8,30% 4,20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Kelompok Usia (tahun)
< 20 20-29 30-39 40-49 50-60 73,28; % 26,72; %
Responden
Psikotik dan Napza Psikotik dan Tanpa Napza(31)
18
4.2.1.2 Jenis Kelamin.
Grafik 4.3 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA Berdasarkan Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari grafik 4.3 diatas, diketahui bahwa pengguna NAPZA kebanyakan adalah laki-laki (90,6%).
4.2.1.3 Jenis Pekerjaan
Grafik 4.4 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA Berdasarkan Jenis Pekerjaan Bersadarkan Jenis Pekerjaan
Dari grafik 4.4 diatas, pengguna NAPZA didominasi oleh kelompok mereka yang tidak memiliki perkerjaan dengan persentase (53,1%).
90,60% 9,40% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 53,10% 30,30% 14,60% 1,00% 1,00% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Jenis Pekerjaan Tidak Kerja Wiraswasta Kary. Swasta PNS TNI/POLRI
(32)
19 64,60% 31,20% 4,20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Status Pernikahan Belum Menikah Menikah Cerai
3,10% 9,40%
55,20% 32,30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Pendidikan Terakhir SD SMP SMA PT 4.2.1.4 Status Pernikahan
Grafik 4.5 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA Berdasarkan Status Pernikahan
Dari grafik 4.5, didapatkan bahwa persentase pengguna NAPZA didominasi dari kelompok pasien yang belum menikah dengan persentase (64,6%).
4.2.1.5 Tingkat Pendidikan Terakhir.
Grafik 4.6 Pola Distribusi Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dari data yang terkumpul, didapatkan bahwa pengguna NAPZA berdasarkan pendidikan terakhir didominasi lulusan SMA sebesar (55,2%).
(33)
20
4.1.3 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pasien Pengguna NAPZA
Grafik 4.7 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pasien Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012
Dari grafik 4.7 diatas, didapatkan bahwa terdapat kesamaan persentase antara pasien yang hanya mengalami halusinasi dan memiliki gejala campuran yaitu halusinasi dan waham sebesar (45,8%).
4.1.4 Gambaran Diagnosis Kerja pada Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZAdi RSKO Jakarta.
Grafik 4.8 Gambaran Diagnosis Kerja pada Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZA di RSKO Jakarta
Dari grafik 4.8 diatas, didapatkan bahwa diagnosis akhir dari pasien NAPZA yang mengalami gejala psikotik didominasi skizofrenia dengan persentase 53,1%. 45,80% 8,30% 45,80% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Gejala Psikotik Halusinasi Waham Waham dan halusinasi 53,10% 35,40% 9,40% 2,10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Diagnosis Kerja Responden
Skiozofrenia
Psikotik Akut
Drug Induce Psikotik Bipolar
(34)
21
4.1.5 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien
Grafik 4.9 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien
Dari grafik diatas, didapatkan bahwa pengguna NAPZA didominasi oleh
multi drug user dengan 2 jenis yaitu sebesar 30,2%.
4.1.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pengguna Zat Terbanyak.
Grafik 4.10 Distribusi pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik berdasarkan jumlah pengguna Amfetamin (Shabu)
10,40% 14,60% 14,60% 30,20% 4,20% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Jenis NAPZA 5 Jenis 4 Jenis 3 Jenis 2 Jenis > 5 Jenis
66,70% 33,30% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Riwayat Pakai Amfetamin
Ya Tidak
(35)
22
Grafik 4.11 Distribusi Pengguna NAPZA yang Mengalami Gejala Psikotik Berdasarkan Jumlah Pengguna Kanabis (Ganja)
Grafik 4.12 Distribusi Pengguna NAPZA yang Mengalami Gejala Psikotik Berdasarkan Jumlah Pengguna Zat Adiktif (Alkohol)
Dari data yang telah terkumpul, didapatkan bahwa pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik didominasi oleh penggunaan amfetamin (shabu) dengan persentase (66,7%).
38,50% 61,50% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Riwayat Pakai Kanabis
Ya Tidak 34,40% 65,60% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Riwayat Pakai Alkohol
Ya Tidak
(36)
23
4. 2 Pembahasan
4.2.1 Prevalensi Gejala Psikotik pada Pengguna NAPZA di RSKO Jakarta
Dari data yang telah didapat prevalensi pasien yang mengalami gejala psikotik dengan riwayat pengguna NAPZA adalah sebesar 73,3%. Menurut Kushner & Mueser, ada 4 asumsi yang menghubungkan NAPZA dan psikosis: (1) penggunaan NAPZA menyebabkan skizofrenia, (2) penggunaan NAPZA merupakan penyebab dari skizofrenia, (3) skizofrenia dan penggunaan NAPZA dengan penyebab yang sama, dan (4) skizofrenia dan penggunaan NAPZA berinteraksi dan memelihara satu sama lain.19
Dari data penelitian prevalensi terbesar yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1990, dengan lebih dari dua puluh ribu pertanyaan didapatkan bahwa pasien dengan skizofrenia memiliki riwayat menggunakan NAPZA secara keseluruhan adalah 47% dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki riwayat menggunakan NAPZA.26,27 Namun, penelitian di London pada tahun 2006 dilaporkan bahwa pasien dengan skizofrenia yang memiliki riwayat penggunaan zat seumur hidup adalah 68%.28 Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya peningkatan pasien psikotik yang memilki riwayat penggunaan NAPZA. Hal ini sesuai dengan penelitian kami.
4.2.2 Pola Distribusi Pasien Psikotik Berdasarkan dengan Riwayat Penggunaan NAPZA
4.2.2.1 Berdasarkan Usia
Dari Grafik 4.2, diketahui bahwa persentasi pengguna NAPZA didominasi kelompok usia 30-39 tahun 2011-2012 dengan persentase 49%. Tekanan sosial yang tinggi dan keadaan sosial yang buruk dianggap mengapa pengguna NAPZA dari kelompok usia >30 tahun lebih tinggi. Pada usia >30 tahun seseorang merasa harus memiliki pekerjaan yang layak dan memiliki penghasilan yang tetap, namun dari kondisi yang
(37)
24
terjadi pada saat sekarang kebanyakan dari pengangguran kesulitan mencari pekerjaan sehingga tingkat stress meningkat menyebabkan seorang dapat melampiaskannya dengan menggunakan NAPZA.
4.2.2.2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari Grafik 4.3, diketahui bahwa pengguna NAPZA kebanyakan adalah laki-laki (90,6%). Rasio pria terhadap wanita pada pengguna NAPZA berdasarkan DSM-IV-TR yaitu heroin: 3 banding 1, amfetamin: 1 banding 1, dan persentase penggunaan alkohol pada laki-laki 20% dan pada perempuan 10%.14 Berdasarkan penelitian oleh Dadang Hawari, prevalensi pengguna NAPZA berjenis kelamin laki-laki adalah 90%. Data
Europe School Project on Alcohol and Drugs (ESPAD) tahun 2003 menunjukkan prevalensi penggunaan pada laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan. Laki-laki memiliki rasa ingin tahu lebih besar, sehingga awalnya hanya ingin coba-coba konsumsi NAPZA, karena efek ketergantungan dari NAPZA sendiri sehingga menyebabkan seseorang sulit untuk berhenti menggunakan NAPZA.29 Hal ini sesuai dengan hasil dari penelitian kami.
4.2.2.3 Berdasarkan Jenis Pekerjaaan
Dari Grafik 4.4, pengguna NAPZA didominasi oleh kelompok mereka yang tidak memiliki perkerjaan dengan persentase (53,1%). Faktor kondisi sosial yang buruk (pemukiman, kondisi keuangan, pengangguran) dapat mengakibatkan seseorang lebih rentan memiliki rasa ingin menyalahgunakan NAPZA. Karena tidak memiliki pekerjaan sehingga dapat menyebabkan tingginya stres dan tekanan tinggi menyebabkan seseorang dapat melampiaskannya dengan cara menggunakan NAPZA. Selain itu, karena sulitnya mendapatkan pekerjaan seseorang yang tidak bekerja dapat memutuskan untuk ikut dalam bisnis NAPZA.
(38)
25
4.2.2.4 Berdasarkan Status Pernikahan
Dari Grafik 4.5, didapatkan bahwa persentase pengguna NAPZA didominasi dari kelompok pasien yang belum menikah dengan persentase (64,6%). Belum menikah dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengguanaan NAPZA pada seseorang karena seorang beranggapan bahwa ia tidak memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Kebanyakan perempuan akan menganggap bahwa seorang yang mengkonsumsi NAPZA itu adalah seorang yang buruk, karena kebanyakan dari perempuan akan merasa takut dengan kemungkinan tingkat kekerasan yang akan dilakukan oleh seorang pengguna NAPZA dan dampak yang lain akan menimbulkan perceraian.
4.2.2.5 Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Dari data yang terkumpul, didapatkan bahwa pengguna NAPZA berdasarkan pendidikan terakhir didominasi lulusan SMA sebesar (55,2%). Hal ini sesuai dengan hasil data Biro Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan terakhir terbanyak adalah lulusan SMA sebanyak 1.841.545 jiwa.30 Hal ini dapat berperan sebagai faktor pemicu seorang untuk menggunakan NAPZA karena tingginya persaingan di kalangan masyarakat dalam hal mencari pekerjaan sehingga menyebabkan kebanyakan lulusan SMA menjadi sulit untuk mencari pekerjaan sehingga seorang individu kesulitan untuk menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan.
4.2.3 Gambaran Gejala Psikotik Pada Pasien Pengguna NAPZA
Dari Grafik 4.7 di atas, didapatkan bahwa terdapat kesamaan persentase antara pasien yang hanya mengalami halusinasi dan memiliki gejala campuran yaitu halusinasi dan waham sebesar (45,8%). Dalam beberapa kasus, pengguna NAPZA (amfetamin) akan mengalami gangguan psikologis mirip dengan skizofrenia dengan ditandai adanya delusi paranoid jika penggunaannya dalam jangka panjang.31 Beberapa
(39)
26
jenis NAPZA dapat menyebabkan gejala psikotik waham dan halusinasi adalah penggunaan amfetamin/metamfetamin, kanabis, alkohol
4.2.4 Gambaran Diagnosis Kerja pada Pasien Psikotik dengan Riwayat Penggunaan NAPZAdi RSKO Jakarta.
Dari Grafik 4.8 di atas, didapatkan bahwa diagnosis akhir dari pasien NAPZA yang mengalami gejala psikotik didominasi skizofrenia dengan persentase 53,1%. Beberapa zat dapat memperburuk keadaan pasien yang menderita skizofrenia seperti kanabis, amfetamin juga alkohol.32 NAPZA dianggap tidak langsung menyebabkan skizofrenia namun risiko seorang pengguna NAPZA mengalami skizofrenia meningkat, namun hanya beberapa zat yang memicu timbulnya gejala skizofrenia seperti amfetamin, kanabis, dan kokain.
4.2.5 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Banyaknya Jenis NAPZA yang digunakan Per-pasien
Dari Grafik di atas, didapatkan bahwa pengguna NAPZA didominasi oleh multi drug user dengan 2 tipe yaitu sebesar 30,2%. Dadang Hawari menyebutkan bahwa prevalensi penyalahgunaan NAPZA memakai lebih dari satu (multi drug user) zat yaitu sebesar 68%. Drug User Monitoring Australia (DUMA) melakukan survei pada pengguna NAPZA di kalangan tahanan, hampir sepertiga dari tahanan mengkonsumsi dua atau lebih NAPZA. Di antaranya adalah kanabis (48%) heroin (19%) dan amfetamin (17%).
4.2.6 Gambaran Jenis NAPZA Berdasarkan Jumlah Pengguna Zat Terbanyak.
Dari data yang telah terkumpul, didapatkan bahwa pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik didominasi oleh penggunaan amfetamin (shabu) dengan persentase (66,7%). Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa amfetamin (shabu) lebih mudah masuk dalam SSP melalui sirkulasi sehingga yang dapat mengganggu kerja dari transporter
(40)
27
monoamin vesikular (VMAT) sehingga menghabiskan kandungan dari neurotransmitter dalam vesikel sinaptik dalam membran plasma mengakibatkan kadar dopamin dalam sitoplasma meningkat dan menimbulkan manifestasi euforia, mempresipitasi psikotik.20,21
4.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif retrospektif kategorik, menganalisa tentang satu keadaan penyakit tertentu dalam satu populasi dengan memaparkan beberapa variabel epidemiologi yang berhubungan dengan timbunlnya masalah. Keterbatasan penelitian ini dirasa kurang karena pengambilan data pada penelitian ini menggunakan rekam medik pasien di RSKO Jakarta tidak lengkapnya isi dari rekam medik itu sendiri sehingga beberapa variabel tidak didapatkan, seperti jenis waham yang dialami oleh pasien, jenis halusinasi dialami oleh pasien.
(41)
28
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prevalensi pengguna NAPZA yang mengalami gejala psikotik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012 adalah sebesar 73,3% yang sebagian besar menggunakan 2 jenis zat dengan presentase sebesar 30,2%. 2. Gambaran gejala psikotik pada pasien dengan riwayat pengguna
NAPZA di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012, pasien dengan gejala halusinasi (45,8%), waham (8,3%) dan memiliki kedua gejala (halusinasi dan waham) sebesar 45,8%. Diagnosis kerja akhir pasien terbanyak adalah skizofrenia (53,1%).
3. Pola distribusi pengguna NAZPA yang mengalami gejala psikotik di RSKO Jakarta Tahun 2011-2012 terbanyak pada laki-laki (90,6%), lulusan SMA (55,2%), tidak bekerja (53,1%), dan belum menikah (64,6%).
5.2Saran
1. Perlunya menganalisa tentang rentang waktu penggunaan NAPZA pada responden yang diteliti.
2. Perlunya menganalisa hubungan antara NAPZA dengan gejala psikotik 3. Perlunya perbaikan kualitas rekam medik RSKO Jakarta.
Penelitian ini dapat menjadi salah satu data untuk penelitian berikutnya dan dapat menjadi data yang dapat membantu untuk membuat kebijakan mengenai penggunaan NAPZA di masyarakat luas karena dapat berefek pada gangguan jiwa.
(42)
29
DAFTAR PUSTAKA
1. United Nations Office on Drugs and Crime. World Drug Report 2013.United Nations publication, Sales No. E.13.XI.6. New York. 2013 http://www.unodc.org/unodc/secured/wdr/wdr2013/World_Drug_Report_ 2013.pdf. diunduh pada 11 September 2013
2. Austalian Government (Australian Institute of Criminology).
Amphetamines.http://www.aic.gov.au/crime_types/drugs_alcohol/drug_typ es/amphetamines.html. Diunduh pada tanggal 30 Agustus 2013.
3. Badan Narkotika Nasional. Ringkasan Eksekutif Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna NAPZA di Indonesia Tahun 2011.
4. Hambrecht, M., & Hafner, H. (1996). Substance abuse and the onset of Schizophrenia. Biological Psychiatry, 40, 1155−1163
5. Silver, H., & Abboud, E. (1994). Drug abuse in schizophrenia: Comparison of patients who began drug abuse before their first admission with thosewho began abusing drugs after their first admission. Schizophrenia Research, 13,57−63
6. Linszen, D. H., Dingemans, P. M., & Lenior, M. E. (1994). Cannabis use and the course of recent onset schizophrenic disorders. Archives of General Psychiatry, 51, 273−279
7. Undang-Undang Republik Indonesia No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
http://www.pom.go.id/pom/hukum_perundangan/pdf/uu35narkotika.pdf. diunduh pada 01 April 2013
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 422/MENKES/SK/III/2010 Tentang Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA
(43)
30
9. Departemen Kesehatan; Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik: Pedoman Pelayanan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA. Jakarta : DEPKES RI, 2008
10.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.
http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU1997Psikotropika.pdf. diunduh pada tanggal: 12 Maret 2013.
11.Psychosis. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001553.htm. Diunduh pada tanggal: 01 Maret 2013
12.Psychosis Disorder.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psychoticdisorders.html. Di unduh pada tanggal: 01 Maret 2013
13.Hallucination.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003258.htm. Diunduh pada tanggal: 01 Maret 2013
14.Kaplan &Saddock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2010
15.Kaplan &Sadock's: Comprehensive Textbook of Psychiatry. 7th edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers, 2004
16.Gregg et al. Reasons for increased substance use in psychosis. Clinical Psychology Review 27 (2007) 494–510
(44)
31
17.Anymous. Psychotic DisordersDual-Focus Perspective. (http://www.dualdiagnosis.org/resource/patient-assessments/psychotic-disorders/).
18.Muslim, Rusdi, SpKJ. Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya, 2001
19.Kushner, M. G., & Mueser, K. T. Integrated treatment for dual disorders: A guide to effective practice. London: Guilford Press.1993
20.Katzung, Bertram, MD, PhD. Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi 10. Jakarta : EGC, 2007
21.Gunawan SG, Setiabudy R, Nafriadi (eds). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5, Jakarta : Departemen FKUI, 2009
22.Curran, C., Byrappa, N., & McBride, A. (2004). Stimulant psychosis: Systematic review. British Journal of Psychiatry, 185, 196−204
23.Fergusson, D. M., Horwood, L. J., & Ridder, E. M. (2005). Tests of causal linkages between cannabis use and psychotic symptoms. Addiction, 100,354−366.
24.Hawari, Dadang. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif). Edisi 2,cetakan-3,Jakarta : FKUI, 2006
25.Dahlan, M.Sopiyudin :Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, 2009
(45)
32
26.Regier, D. A., Farmer, M. F., Rae, D. S., Locke, B. Z., Keith, S. J., Judd, L. L., et al. (1990). Comorbidity of mental disorders with alcohol and other drug abuse: Results from the Epidemiologic Catchment Area (ECA) Study. JAMA, 264, 251−2518.
27.Mueser, K. T., Bennet, M., & Kushner, M. G. (1995). Epidemiology of substance use disorders among persons with chronic mental illnesses. In A. F. Lehman, & L. B. Dixon (Eds.), Double-jeopardy: Chronic mental illness and substance use disorders. PA: Harwood Academic Publishers.
28.Barnes, T. R., Mutsatsa, S. H., Hutton, S. B., Watt, H. C., & Joyce, E. M. (2006). Comorbid substance use and age at onset of schizophrenia. British Journal of Psychiatry, 188, 237−242.
29.Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar/ Mahasiswa di Indonesia Tahun 2011. http://www.bnn.go.id/portal/_uploads/post/2012/05/29/20120529145032-10261.pdf. diunduh pada tanggal 26 Agustus 2013
30.Badan Pusat Statistik. Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010,
dan 2011, 2012, 2013.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_sub yek=06¬ab=4. Diunduh pada tanggal 26 Agustus 2013
31.Van, S Mastrigt at all. Substance Misuse at Presentatio to an Early Psychosis Program. Departement of Psychiatry University of Calgary. Calgary, Alberta, Canada : 2003.
32.National Institute of Mental Health. Schizophrenia. http://www.nimh.nih.gov/health/publications/schizophrenia/index.shtml. Diunduh pada tanggal 31 Agustus 2013
(46)
33
33.National Institute of Health. Cannabis as a risk factor for psychosis:
systematic review.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15871146?dopt=Abstract. Diunduh pada tanggal 31 Agustus 2013
34.Dahlan, M.Sopiyudin : Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : Selemba Medika, 2009
35.Dahlan, M.Sopiyudin : Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika 2009.
(47)
34
LAMPIRAN 1
( Uji Statistik)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
45
LAMPIRAN 2
(Riwayat Penulis)
BIODATA PENELITI
Nama : Rima Pahlasari
Tempat/Tanggal Lahir : Bebesen, Aceh Tengah 08 November 1992
Agama : Islam
Jumlah saudara :3 orang
Nama orang tua
Ayah : Drs. Tgk. Albar
Ibu : Dra. Ainul Mardhiah
Alamat : Jl. Melala Sagi Bebesen. Aceh Tengah
Riwayat Pendidikan :
1. TK Ciding ayu Aceh Tengah 1997-1998
2. MIN 1 Bebesen A. Tengah 1998-2004
3. MTsN 1 Takengon A.Tengah 2004-2007
4. SMA N 8 Unggul Takengon 2007-2010
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
45
LAMPIRAN 2
(Riwayat Penulis)
BIODATA PENELITI
Nama : Rima Pahlasari
Tempat/Tanggal Lahir : Bebesen, Aceh Tengah 08 November 1992
Agama : Islam
Jumlah saudara :3 orang Nama orang tua
Ayah : Drs. Tgk. Albar
Ibu : Dra. Ainul Mardhiah
Alamat : Jl. Melala Sagi Bebesen. Aceh Tengah Riwayat Pendidikan :
1. TK Ciding ayu Aceh Tengah 1997-1998
2. MIN 1 Bebesen A. Tengah 1998-2004
3. MTsN 1 Takengon A.Tengah 2004-2007
4. SMA N 8 Unggul Takengon 2007-2010