Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pengguna Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013

(1)

RAWAT INAP PENGGUNA METAMFETAMIN (SHABU)

DI RSKO JAKARTA TAHUN 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk

Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Febri Hanifa.F

NIM: 1110103000062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

me,menuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar shata 1 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yangberlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain" maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

l.

2.

J.

Ciputat, September 201 3

Febri Hanifa.F


(3)

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RAWAT INAP

PENGGUNA METAMFETAMIN (SHABU) DI RSKO JAKAR'TA TAHUN 2013

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh

I

Febri Hanifa.F

-NIM:

1110103000062

,Wr'

dr.Adhi

wibo*;#h

iday at,Sp. KJ, MpH dr.Achmad Zaki,Sp.fr, M.Epid ti i

, NIDN.2007057801

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

DOIffER

FAKULTAS KEDOKTERAN.DAN ILMU KESEIIATAN

UNIVERSITAS ISI,AM NEGERI SYANTT HIDAYATULLAII JAKARTA 2013

t i

')

I i ; ',E ,1

:


(4)

Laporan Penelitian ini berjudul GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN RAWAT INAP PENGGI.]NA METAMFETAMIN (SHABU) DI RSKO JAKARTA TAHTIN

2013 yangdiajukan oleh Febri Hanifa.F ( NIM : 1110103000062 ), telah diajukan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran ( S.Ked ) pada Program Studi Pendidikan Dokter.

)

DEWAN PENGUJI Pembimbing 1

nO

/r,lJ

,W

u

yat,

dr.Adhi fribowo

Nurhidayat, Sp.KJ, MPH

Jakarta, September 20 I 3

Penguji 1

N\?

dr. Marita Fadhilah, Ph.D

PIMPINAN FAKULTAS

**"w-Wibowo Nurhida Sp.KJ, MPH

dr.Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid

dr.Adhi

Dekan

FKIKUIN

SH Jakarta

-Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta

Pembimbing 2

Penguji 2


(5)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang tiada terkira kepada seluruh umat manusia. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang kaya ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah atas izin Allah dan dukungan dari banyak pihak, penulis dapat

menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pengguna Metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan dr. Witri Ardini, SpGK, M. Gizi selaku Ketua Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ, MPH dan dr.Achmad Zaki,Sp.OT, M.Epid sebagai pembimbing riset yang telah memberikan bimbingan, arahan, nasihat dan telah banyak meluangkan waktu kepada penulis demi lancarnya penelitian ini. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Marita Fadhilah, Ph.D dan drg.Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D sebagai penguji dalam ujian skripsi yang telah memberikan nasihat kepada penulis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ade Utama selaku kepala ruang rawat inap RSKO Jakarta beserta staf perawat ruang rawat inap RSKO Jakarta.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang tiada terkira kepada kedua orang tua tercinta ibunda Hj.Ernawaty Syam dan ayahanda DR.H.Firdaus Thahar,M.Pd yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta doa dan kasih sayang kepada penulis. Serta untuk kakakku tersayang Rika Fastranimela,SST.FT dan Leni Yudistira,S.Kep, abang iparku Herwan Sofyan Firmansyah,S.Pd dan Novi Yendri, dan seluruh keluarga besar di Bukittinggi.


(6)

Rima Pahlasari serta teman-teman PSPD 2010. Terimakasih kepada Oom Hidayat yang telah berbagi ilmunya tentang pengolahan data serta kepada Aida Julia Ulfah, Ayu Budi Lestari, Jiddi Adibya, Rina Karina, Nurliya Khanifa serta semua sahabat-sahabatku yang telah memberi dukungan dalam penelitian ini.

Semoga penelitian ini dapat dalam menambah ilmu pengetahuan kita semua. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini sehingga tidak menutup kemungkinan jika dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati demi kesempurnaan Laporan Penelitian ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 31 Agustus 2013


(7)

Febri Hanifa.F. Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pecandu Metamfetamin di RSKO Jakarta Tahun 2013. 2013.

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) di kalangan masyarakat menjadi masalah besar saat ini. Psikotropika adalah obat keras bukan narkotika yang mempunyai efek ketergantungan baik secara fisik maupun psikis. Salah satu jenis psikotropika adalah shabu. Shabu merupakan suatu stimulant sistem saraf pusat yang mengandung metamfetamin, merupakan turunan dari Amfetamin. Efek yang ditimbulkan dalam penggunaan metamfetamin bermacam macam seperti rasa takut yang berlebihan, mudah tersinggung, merasa lebih tenang, dan menjadi cemas yang berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pengguna metamfetamin (shabu) sedang menjalani perawatan di RSKO Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Populasi di dalam penelitian ini adalah semua pengguna shabu yang menjalani perawatan di RSKO Jakarta. Banyaknya sampel berjumlah 42 orang dengan teknik pengambilan Consecutive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan pertanyaan ketika melakukan wawancara. Hasil yang diperoleh adalah pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi metamfetamin sebesar 38,1% mengalami kecemasan sedang, 26,2% mengalami kecemasan berat, 19,0 % mengalami kecemasan ringan dan 16,7 % tidak mengalami kecemasan.

Kata kunci :shabu, penggunashabu, kecemasan, HARS, RSKO Jakarta ABSTRACT

Febri Hanifa. F. Medical Education Study Program of Syarif Hidayatullah, Islamic State University of Jakarta. The Level of Anxiety of Methamphetamine Users at Drug Dependence Hospital Jakarta in 2013. 2013.

Abuse both of narcotic and psychotropic drugs is a major problem in Indonesia. Psychotropic drugs are non-narcotic drugs that have an addictive effects physically and psychologically. One of the psychotrophic drugs is metamphetamine (shabu). Methamphetamine is a derivative form of amphetamine. The effects of shabu are varies from paranoid, irritability, and being excessively anxious. This study aims to find out the use of metamphetamine patients related to level of anxiety among metamphetamine usres who underwent treatment in RSKO Jakarta. This study was a cross-sectional survey, with study population shabu users who were hospitalized in RSKO Jakarta. The number of sample in this study were 42 patients and consecuetive sampling were used. Data were collected through questionnaires and

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The results showed that among metamphetamine

patients in RSKO Jakarta, 38,1% had moderate anxiety, 26.2% had severe anxiety, 19.0% had mild anxiety and 16.7% had no anxiety.


(8)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...iii

LEMBAR PENGESAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ...v

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR SINGKATAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...2

1.3Tujuan Penelitian ...2

1.4Manfaat Penelitian ...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Psikotropika ...4

2.2 Metamfetamin ...5

2.3 Farmakokinetik Metamfetamin ...9

2.4 Farmakodinamik Metamfetamin ...11

2.5 Pengaruh Metamfetamin Terhadap Otak ...12

2.6 Kecemasan ...12

2.7 Kerangka Teori ...15

2.8 Kerangka Konsep ...16

2.9 Definisi Operasional ...17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 19

3.1 Desain Penelitian ...19

3.2 Tempat Penelitian ...19

3.3 Waktu Penelitian ...19

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi ...19

3.4.2 Sampel...19

3.5 Cara Kerja Penelitian ...21

3.6 Metode Sampling ...21


(9)

4.1.1 Gambaran Usia Pasien ...22

4.1.2 Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin ...23

4.1.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pasien ...24

4.1.4 Gambaran Status Pernikahan ...24

4.1.5 Gambaran Tahun Mulai Menggunakan Metamfetamin ...25

4.1.6 Gambaran Cara Penggunaan Metamfetamin ...26

4.1.7 Gambaran Frekuensi Penggunaan Metamfetamin Sehari ...26

4.1.8 Gambaran Akibat Penggunaan Metamfetamin Terhadap Jantung ...27

4.2 Pembahasan ...28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ...31

5.2 Saran ...31

DAFTAR PUSTAKA ...32


(10)

Tabel 2.1 Beberapa efek metamfetamin dalam waktu yang cepat dan lama ... 8 Tabel 2.2 Efek samping penggunaan metamfetamin ... 9 Tabel 2.3 Farmakokinetik klinis metamfetamin ... 11


(11)

Gambar 2.1 Metamfetamin (Shabu) ...6 Gambar 2.2 Bong (Alat untuk mengkonsumsi shabu) ...7


(12)

BNN : Badan Narkotika Nasional NIDA : National Institute on Drug Abuse


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kasus penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) lainnya di Indonesia beberapa tahun terakhir semakin meningkat tajam. Kebanyakan penyalahgunaan narkotika terjadi pada kalangan remaja, namun

tidak menutup kemungkinan banyak kalangan dewasa yang

menyalahgunakan narkotika. Konsumsi narkotika dan psikotropika dapat mengakibatkan ketergantungan dan mempengaruhi kesehatan psikologis penggunanya.1

Beberapa jenis psikotropika yang sering disalahgunakan yaitu : a. Amfetamin yaitu stimulansi susunan saraf pusat.

b. Ekstasi mempunyai efek yang sama dengan amfetamin.

c. Metamfetamin mempunyai sifat stimulansi yang lebih kuat dibanding turunan amfetamin yang lain.

Shabu mengandung metamfetamin yang merupakan turunan amfetamin. Metamfetamin intravena atau yang dihisap menyebabkan ketergantungan. Metamfetamin dapat diproduksi dalam laboratorium kecil secara diam-diam dengan menggunakan senyawa pemula efedrin. Peredaran metamfetamin semakin meningkat dan sering disalahgunakan karena untuk mendapatkannya mudah dan dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Survei dilakukakn BNN pada tahun 2011 kasus penyalahgunaan metamfetamin meningkat sekitar 21,2%.2

Kebanyakan dari pengguna metamfetamin (shabu) tidak mengetahui bagaimana dampak penyalahgunaan metamfetamin. Biasanya jika mereka menggunakan pertama kali, maka lama kelamaan mereka akan ketergantungan. Jika tidak menggunakannya, maka timbul gejala seperti gelisah, cepat lelah, perasaan ingin tidur.


(14)

Konsumsi metamfetamin secara akut dapat berdampak cemas yang berlebihan, menjadi bersemangat, dan meningkatkan percaya diri. Kebanyakan pengguna metamfetamin tidak mengetahui bahwa mengkonsumsi metamfetamin dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh salah satunya kerusakan pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan pada neurotransmitter yang mengatur emosional. Kerusakan neurotransmitter tersebut dapat menyebabkan kecemasan. Mereka juga tidak mengetahui bagaimana efek penyalahgunaan NAPZA dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang.3

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gambaran penggunaan shabu terhadap tingkat kecemasan pada pasien menjalani perawatan inap di RSKO Jakarta?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada pasien rawat inap pengguna metamfetamin (shabu) di RSKO Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kecemasan yang dialami pasien rawat inap pengguna metamfetamin (shabu) di RSKO Jakarta.


(15)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Subjek Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan subyek penelitian mengenai pengaruh konsumsi shabu dengan perubahan tingkat kecemasan.

1.4.2 Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang metamfetamin.

2. Menambah wawasan atau masukan tentang tingkat kecemasan pada pengguna metamfetamin.

3. Melalui penelitian ini dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

1.4.3 Bagi Institusi

1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah menambah pengetahuan tentang pengaruh penggunaan metamfetamin terhadap tingkat kecemasan pada pecandu metamfetamin.

2. Bagi RSKO Jakarta menambah informasi tentang pengaruh penggunaan metamfetamin terhadap tingkat kecemasan pada pecandu metamfetamin.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Psikotropika

Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) di kalangan masyarakat menjadi masalah besar saat ini. Penggunaan narkotika pun tidak hanya di kalangan remaja namun banyak juga disalahgunakan oleh kalangan dewasa. Survei menunjukkan kelompok penyalahgunaan NAPZA dari berbagai macam kalangan seperti, dari usia muda hingga dewasa, berpendidikan tinggi, hingga seseorang dengan kemampuan ekonomi yang baik.4 Berdasarkan survei di Amerika Serikat tahun 2000 menunjukkan 3 di antara 100 penduduk menggunakan NAPZA dalam setahun terakhir (NIDA, 2002). Survei di Indonesia tahun 2005 menunjukkan 0,8% penduduk usia 10-60 tahun menggunakan narkoba dalam setahun terakhir (BNN & PPKUI, 2005).4

Untuk mencegah semakin luasnya penyalahgunaan NAPZA perlu upaya dari berbagai kalangan dan peran serta masyarakat secara aktif dalam mengurangi penyalahgunaan NAPZA.5

Psikotropika adalah suatu zat atau obat alamiah maupun sintetis bukan narkotika, berkhasiat psikoaktif yang berpengaruh secara selektif pada susunan saraf pusat, menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika biasanya diproduksi oleh pabrik obat yang telah memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Psikotropika terdiri dari 4 golongan, yaitu:

a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan tetapi tidak digunakan dalam terapi, dan mempunyai potensi sangat kuat menyebabkan ketergantungan.


(17)

b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan, dapat digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menyebabkan ketergantungan. c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat dalam

pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan.

d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.6,7,8

Selain itu, dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap sususan saraf pusat, Psikotropika dikelompokkan menjadi :

a. Depresan : bekerja mengurangi aktifitas susunan saraf pusat ( Psikotropika Golongan IV ), contohnya antara lain : Sedatin/Pil BK, Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).

b. Stimulan : bekerja mengaktifkan kerja susunan saraf pusat, contohnya Metamfetamin, MDMA, N-etil MDA & MMDA.

Ketiganya terdapat dalam kandungan ekstasi.

c. Hallusinogen : bekerja menimbulkan perasaan halusinasi, contohnya psylocibine, micraline.9

Namun, akhir akhir ini penggunaan dari psikotropika, khususnya shabu sudah banyak yang disalahgunakan dengan dosis yang tidak sesuai. Metamfetamin (Shabu) merupakan psikotropika golongan I.

2.2 Metamfetamin

Metamfetamin (Shabu) merupakan stimulus sistem saraf pusat mengandung metamfetamin yang merupakan turunan amfetamin.


(18)

Metamfetamin intravena atau yang dihisap menyebabkan ketergantungan. Metamfetamin dengan rumus kimia yaitu (S)-N-methyl-l-phenylpropan-2-amine (C10H15N). Dalam dunia medis, amfetamin dan metamfetamin sering digunakan untuk menurunkan berat badan pada perempuan.

Metamfetamin berbentuk kristal, berwarna putih dan dikonsumsi dengan cara dibakar diatas alumunium foil sehingga mengalir dari ujung satu kearah ujung yang lainnya. Kemudian asap yang ditimbulkan dihisap menggunakan sebuah Bong, sejenis pipa yang didalamnya berisi air. Air Bong berfungsi sebagai filter karena asap tersaring saat melewati air tersebut. Metamfetamin berbentuk kristal dapat digunakan dengan cara diinhalasi atau diingesti secara oral, tetapi dapat juga diasap atau diinjeksi.9,10

Gambar 2.1 Metamfetamin (shabu)


(19)

Gambar 2.2 Bong ( alat untuk mengkonsumsi shabu )

Sumber : http://komhukum.com/apt-artikel/68polisi-narkoba.jpg

Penggunaan metamfetamin berkaitan dengan masalah kesehatan seperti masalah pada kardiovaskular dan perilaku beresiko HIV. Penggunaan metamfetamin pada ibu hamil dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan intrauterin, kelahiran prematur, dan dapat timbulnya resiko yang merugikan pada anak yang terpajan obat.11

Efek yang ditimbulkan dalam penggunaan shabu secara psikologis bermacam macam seperti rasa takut yang berlebihan, mudah tersinggung, merasa lebih tenang, dan menjadi cemas yang berlebihan. Dalam jangka panjang, penyalahgunaan shabu dapat berakibat menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat, mengakibatkan depresi dan kelemahan, gangguan pada jantung. Dapat juga mengakibatkan timbulnya gejala psikotik seperti paranoid, kebingungan, halusinasi auditori dan visual, perilaku kekerasan.

Metamfetamin hampir sama dengan amfetamin, mempunyai efek yang terlihat secara fisik yaitu badan/fisik merasa lebih kuat dan energik (meningkatkan stamina), hiperaktif, rasa percaya diri meningkat, nafsu makan


(20)

menurun, badan kurus, sulit tidur, tekanan darah meningkat dan mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan.12

Tabel 2.1 Beberapa Efek Metamfetamin dalam Waktu yang Cepat dan Lama

Efek Jangka Panjang Efek Jangka Pendek

Adiksi Meningkatkan perhatian dan

mengurangi rasa lelah Psikosis termasuk paranoid,

halusinasi, aktivitas motorik yang berulang,

Peningkatan aktivitas dan susah tidur

Perubahan struktur dan fungsi otak Nafsu makan menurun

Memory loss Euphoria dan tergesa-gesa

Perilaku agresif Peningkatan respirasi

Gangguan mood Denyut jantung tidak teratur

Masalah pada gigi yang berat Hipertermia Berat badan turun


(21)

Tabel 2.2 Efek Samping Penggunaan Metamfetamin

AKUT KRONIK

Anoreksia Komplikasi kardiovaskular :

kardiomiopati, infark miokard, stroke Kecemasan

Kematian

Hipertensi Gejala dan tanda dermatologi : abses,

lesi pada kulit Hipertermia

Insomnia

Infark miokard Gejala neurologi : kebingungan,

memory loss, gerakan motorik yang lambat, gangguan verbal

Paranoid Psikosis Gagal ginjal Rhabdomiolisis

Kejang Tanda pada mulut : kerusakan pada

gigi Infeksi menular seksual

Stroke Gejala psikiatrik : cemas, depresi,

paranoid, psikosis, keinginan bunuh diri

Takikardia Takipnue Trauma

Sumber : Derlet RW, Rice P, Horowitz BZ, Lord RV. Amphetamine toxicity: experience with 127 cases. J Emerg Med 1989;7:157-61.

Metamfetamin bisa dikonsumsi dalam dosis rendah maupun dosis tinggi. Jika dikonsumsi dalam dosis rendah, metamfetamin akan menimbulkan masalah pada kardiovaskular seperti aritmia, hipertensi, takikardi dan efek stimulan. Jika dikonsumsi dalam dosis tinggi, metamfetamin menimbulkan demam dan berkeringat, aritmia, tremor, pusing dan sakit kepala.10

2.3 Farmakokinetik Metamfetamin

Metamfetamin merupakan turunan dari amfetamin yang mempunyai sifat kimia yang sama. Amfetamin dapat memberikan efek baik secara langsung atau tidak langsung terhadap sistem saraf dengan melepaskan biogenik amin. Efek amfetamin dan efek anoretik yang dapat menimbulkan kewaspadaan, di


(22)

perkirakan hasil dari pelepasan norepinefrin dari neuron noradrenergik sentral. Konsentrasi amfetamin di neurotransmitter di dalam sinaps meningkat karena amfetamin menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin oksidase.

Pada pengguna dengan dosis kecil (5-15mg) akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan gejala:

- Meningkatkan kewaspadaan - Meningkatkan aktivitas lokomotor - Meningkatkan mood

- Menurunkan nafsu makan - Euforia 13

Metamfetamin bekerja melepaskan dopamin dan biogenik amin lainnya secara sentral. Metamfetamin juga bekerja untuk menghambat transporter monoamine neuronal dan vesikular dan monoamin oksidase. Dosis kecil mempunyai efek stimulan sentral yang menonjol tanpa kerja perifer yang signifikan, dosis yang agak besar menyebabkan kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik yang terus menerus, terutama karena stimulasi jantung dan peningkatan curah jantung akibat venokontriksi.

Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin mempengaruhi sensitivitas miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan menambah resiko dari aritmia jantung yang fatal.14

Metabolisme terbesar metamfetamin didalam hati melalui :

a. N-demethylation untuk memproduksi amfetamin yang dikatalisis oleh sitokrom P450 2D6

b. Hidroksilasi aromatik melalui sitokrom P450 2D6 memproduksi terutama 4-hydroxymethamphetamine


(23)

Tabel 2.3 Farmakokinetik Klinis Metamfetamin

Route Dose T max (minutes) T 1/2 (hour) Time to peak effect

Intravenous 30 mg 6 +_ 11b 9.1 +_ 0.8 (8–16) <15 minutes

Smoking 30 mg 150 +_ 30 12 +_ 1 (8–17) 18 +_ 2 minutes

Oral l30 mg 216 (180–300) 9.1 (3–17) 180 minutes

Intra- nasal 50 mg 169 +_8 11 +_1 <_15 minutes

Sumber : Christopher C. Cruickshank & Kyle R. Dyer. A review of the clinical pharmacology of

methamphetamine

Sekitar 70% dari dosis metamfetamin diekskresikan dalam urin dalam waktu 24 jam: 30-50% sebagai methamphetamine, 15% sebagai 4-hydroxymethamphetamine dan 10% sebagai amfetamin. Metamfetamin dengan dosis 10 mg yang diberikan secara intravena dapat terdeteksi didalam plasma selama 36-48 jam. Sementara jika diberikan dosis 30 mg selama 2 menit akan mencapai konsentrasi puncak pada plasma sekitar 110 mg. Efek yang timbul pada kardiovaskuler akan muncul dalam waktu 2 menit.

Penggunaan metamfetamin secara inhalasi memiliki bioavailabilitas sekitar 67-90%. 15

2.4 Farmakodinamik Metamfetamin

Efek farmakodinamik metamfetamin sama dengan amfetamin, namun terdapat perbedaan pada efek sentral dan perifer. Dosis kecil dapat menimbulkan efek perangsangan sentral yang nyata dan tidak menimbulkan efek perifer. Jika penggunaan dengan dosis besar meningkatkan tekanan sistolik dan diastolik akibat stimulasi jantung. Konstriksi vena meningkatkan alir balik vena, bersama stimulasi jantung meningkatkan curah jantung.16


(24)

2.5 Pengaruh Metamfetamin Terhadap Otak

Terdapat 3 mekanisme utama yang dapat menyebabkan kerusakan pada otak, yaitu :

1. Terjadi perubahan neurotransmitter secara akut yang disebabkan intoksikasi secara berulang. Transporter seluler menjadi rusak dan reseptornya terganggu. Perubahan biokimia reversibel setelah proses detoksifikasi selama beberapa minggu hingga bulan.

2. Perubahan pada lobus frontal dan nukleus akumbens. 3. Kematian fungsi sel otak.

Nukleus akumbens juga mengalami kerusakan akibat penggunaan metamfetamin. Kerusakan nukleus akumbens akibat stimulasi yang berlebihan menyebabkan hancurnya reseptor dopamin dan serotonin. Kehilangan neurotransmisi pada pusat emosional menyebabkan kecemasan, depresi.17

2.6 Kecemasan (Ansietas)

Kecemasan dalam bahasa Inggris “anxiety” yang berasal dari bahasa Latin

“angustus” yang berarti kaku dan “ango,anci” yang berarti mencekik.18 Ansietas adalah rasa takut yang timbul akibat antisipasi terhadap bahaya, yang dapat bersifat internal maupun eksternal.19 Cemas merupakan suatu hal yang normal dialami oleh setiap manusia, seperti cemas saat akan menghadapi ujian. Namun, kita harus dapat membedakan perasaan cemas akibat suatu situasi tertentu yang berbahaya dengan cemas yang merupakan suatu gangguan. Cemas dapat menjadi suatu gangguan jika berlebihan dan dirasakan selama 6-13 bulan. Gangguan kecemasan juga ditandai dengan perasaan cemas dan tegang yang berlebihan. Seseorang dapat didiagnosis mengalami gangguan kecemasan apabila kecemasan yang berlebihan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan akan hilang jika ia melakukan apa yang diinginkan. Mereka dengan kecemasan yang berlebihan merasa tidak tenang, mudah terkejut, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Gangguan ini biasanya dialami dari masa dewasa namun tidak jarang terjadi dari masa kanak-kanak. Perempuan


(25)

Berbagai macam gejala dapat dialami oleh seseorang yang mengalami kecemasan, seperti gejala psikologi atau gejala fisik.

Gejala secara psikologi yang dialami yaitu : Perasaan antisipasi yang berlebihan

Sulit untuk berkonsentrasi

Mengalami kewaspadaan yang tinggi Susah tidur

Gejala secara fisik yang dialami yaitu : Sesak / nyeri dada / jantung berdebar Mual

Pernafasan cepat Nafsu makan hilang

Sakit kepala / pusing / pingsan Ketegangan otot

Berkeringat

Susah menahan BAK Panik21

Seseorang dengan cemas berlebihan masih dapat bersosialisasi dan dapat melakukan pekerjaan sehari hari dengan baik. Mereka juga tidak menghindari situasi tertentu akibat kecemasan berlebihan yang dialaminya. Namun, akan mengalami kesulitan melakukan kegiatan sehari hari jika kecemasan yang berlebihan semakin parah.

Kecemasan dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu :

a. Kecemasan ringan : perasaan yang dialami sehari-hari yang dapat menjadikan seseorang waspada

b. Kecemasan sedang : perasaan yang menjadikan seseorang fokus pada suatu hal yang penting.


(26)

c. Kecemasan berat : perasaan dimana seseorang lebih memfokuskan pada suatu hal yang sangat detail.22

Biasanya kecemasan ini timbul setelah stres periode panjang. Beberapa orang tampaknya memiliki kecenderungan genetik terhadap kecemasan. Kecemasan juga dapat ditimbulkan oleh hipertiroid. Penggunaan NAPZA, khususnya metamfetamin juga dapat memicu episode kecemasan.21

Gangguan kecemasan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti : a. Genetik

b. Biokimia, terjadi defisiensi serotonin di otak

c. Tempramen, seseorang yang mudah marah dapat mengalami gangguan kecemasan

d. Stres20

Beberapa orang mengalami banyak efek fisik dari kecemasan seperti pernapasan cepat, dalam, disebut hiperventilasi. Hiperventilasi dapat memicu serangan panik, episode kecemasan yang parah dan tiba-tiba yang dapat membuat orang merasa seperti mengalami serangan jantung atau kondisi serupa.


(27)

2.6 Kerangka Teori

Penggunaan Metamfetamin

Efek yang ditimbulkan

Akut

Otak

Kejang

Kardiovas kular

Takik ardia

Hiper tensi

Psikiatri

Para noid

Psikosis Cemas

Kronik

Neurologi

Bingung Hilang

ingatan

Psikiatri

Gerakan motorik lambat

Psikosis Cemas


(28)

2.7Kerangka Konsep

Kecemasan Berat Kecemasan

Sedang Kecemasan

Ringan

Tingkat Kecemasan

- Usia

- Tingkat Pendidikan

- Jenis kelamin

- Lama penggunaan

metamfetamin

- Frekuensi

penggunaan metamfetamin Peggunaan

Metamfetamin Riwayat Penggunaan


(29)

2.8Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Skala pengukuran Cara pengukuran Hasil pengukuran

1 Kecemasan

ringan

Perasaan yang dialami sehari hari yang dapat menjadikan seseorang waspada

Kategorik Kuesioner

Hamilton Anxiety Rating Scale

Total skor : 7-14

2 Umur Usia responden

pada ulang tahunnya yang terakhir

Kategorik Kuesioner Demografi

Usia : - > 20

tahun - < 20

tahun

3 Pendidikan Jenjang

pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden meliputi tamat SD, SMP, SMA, dan S1.

Kategorik Kuesioner Demografi

Tingkat pendidikan : SD, SMP, SMA, S1, S2, lainnya

4 Pengguna

Metamfetamin

Seseorang yang menggunakan metamfetamin.

Kategorik Rekam

Medik

Pengguna Metamfetamin

5 Kecemasan Sedang

Perasaan yang menjadikan seseorang fokus pada suatu hal yang penting.

Kategorik Kuesioner

Hamilton Anxiety Rating Scale

Total skor : 15

– 27


(30)

Berat seseorang lebih memfokuskan pada suatu hal yang sangat detail

Hamilton Anxiety Rating Scale

lebih dari 27

7 Tahun mulai menggunakan metamfetamin (shabu) Tahun untuk pertama kali seseorang menggunakan metamfetamin (shabu)

Kategorik Kuesioner Demografi Hasil : - Sebelum tahun 2000 - Tahun 2000-2010 - Setelah Tahun 2010 8 Jenis Kelamin Diklasifikasikan

atas laki-laki atau perempuan

Kategorik Kuesioner Demografi

Hasil : - Laki-laki - Perempuan 9 Status

Pernikahan

Belum menikah, Menikah

Kategorik Kuesioner Demografi

Hasil :

- Belum

Menikah - Menikah


(31)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahuigambaran tingkat kecemasan pada pasien rawat inap pengguna metamfetamin (Shabu) di RSKO Jakarta.

3.2 Tempat

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jalan Lapangan Tembak No. 75 Cibubur Jakarta Timur.

3.3 Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Juli 2013.

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah pasien pengguna metamfetamin (shabu) di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.

3.4.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah Consecutive Sampling yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Adapun kriteria inkulsi dan eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(32)

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien berjenis kelamin laki – laki atau perempuan berusia 15 – 60 tahun pengguna metamfetamin di RSKO dan bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pasien dengan gangguan jiwa berat.

subjek penelitian :

N =

=

=

42 Keterangan :

Zα : deviat baku alfa

P : prevalensi kejadian yang akan diteliti

Q : 1-P

d : derajat ketelitian

Berdasarkan tujuan penelitian didapatkan nilai Zα = 1,96, nilai P = 0,5, nilai Q = 0,5, nilai d = 15%. Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah 42 orang.


(33)

3.5 Cara Kerja

1. Melakukan inform consent terhadap responden

2. Jika bersedia, peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan mempersilakan responden membaca lembaran persetujuan sebagai responden. 3. Karakteristik pasien dengan wawancara secara langsung : Nama, jenis kelamin,

umur, alamat, pekerjaan kemudian dimasukkan ke dalam formulir

4. Pengambilan Data khusus yaitu dengan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale

5. Analisis data

3.6 Metode Sampling

Metode sampling penelitian ini adalah Consecutive Sampling yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang terpenuhi tercapai.

3.7 Pertimbangan Etik dan Saintifik

Penelitian yang dilakukan tidak melanggar kode etik dan tidak merugikan pasien karena peneliti dan pasien bisa mengetahui bagaimana tingkat


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Data penelitian diambil dari 42 orang pada pasien pengguna metamfetamin (shabu) dilakukan sejak tanggal 13 April – 20 Juli tahun 2013 yang memenuhi kriteria penelitian. Penelitian ini dilakukan secara Consecutive Sampling pada 42 sampel. Hasil penelitian ini dianalisis dengan Analisa Univariat. Analisa Univariat digunakan untuk melihat gambaran masing-masing variabel. Hasil penelitian terperinci sebagai berikut:

4.1.1. Gambaran Usia Pasien

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai gambaran usia pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pasien Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Tahun Frekuensi %

Usia ≤ 20 Tahun Usia ≥ 20 Tahun

4 38

9,5 90,5

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden pengguna metamfetamin terbanyak pada usia di atas atau sama 20 tahun yaitu


(35)

4.1.2 Gambaran Berdasarkan Jenis Kelamin

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai jenis kelamin pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Jenis Kelamin Frekuensi %

Laki-laki Perempuan

37 5

88,1 11,9

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas dari 42 orang responden, laki-laki lebih banyak menggunakan metamfetamin yaitu 37 orang (88,1%).


(36)

4.1.3 Gambaran Tingkat Pendidikan Pasien

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai tingkat pendidikan pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pasien Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Latar Belakang Pendidikan Frekuensi %

S3 S2 S1 Diploma SMA/Sederajat SMP/Sederajat SD/Sederajat 1 2 10 2 20 5 2 2,4 4,8 23,8 4,8 47,6 11,9 4,8

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden pengguna metamfetamin terbanyak berlatar belakang pendidikan SMA/Sederajat 20 orang (47,6%).

4.1.4 Gambaran Status Pernikahan

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai status pernikahan pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:


(37)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Pasien Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Status Pernikahan Frekuensi %

Nikah Belum Nikah 23 19 54,8 45,2

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden, pengguna metamfetamin terbanyak sudah menikah yaitu 23 orang (54,8%).

4.1.5 Gambaran Tahun Mulai Menggunakan Metamfetamin (Shabu)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai tahun pasien pengguna metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tahun Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Tahun Frekuensi %

Sebelum Tahun 2000 Tahun 2000 – 2010 Sesudah Tahun 2010

11 19 12 26,2 45,2 28,6

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden, pengguna metamfetamin terbanyak mulai konsumsi shabu antara tahun 2000 sampai tahun 2010 yaitu 19 orang (45,2%).

Distribusi Frekuensi Efek dari Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Berdasarkan data yang diperoleh dari 42 orang responden pasien pengguna metamfetamin (shabu) tentang efek yang dirasakan setelah


(38)

bersemangat, gelisah, tidak bisa tidur, gembira, kurang fokus, lebih percaya diri, lebih segar, pemalas, sering pelupa, nafsu dan makan turun.

4.1.6 Gambaran Cara Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai cara penggunaan metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Cara Penggunaan Metamfetamin (Shabu)

Cara Pengguna Metamfetamin Frekuensi %

Dibakar Hisap

2 40

4,8 95,2

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden, pengguna metamfetamin terbanyak menggunakan metamfetamin dengan cara dihisap yaitu 40 orang (95,2%).

4.1.7 Gambaran Frekuensi Penggunaan Metamfetamin (Shabu) Sehari

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai Frekuensi pengguna metamfetamin (shabu) sehari secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini:


(39)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penggunaan Metamfetamin (Shabu) sehari

Usia Pengguna Metamfetamin Frekuensi %

1 Kali Sehari > 1 Kali Per hari

1 41

2,4 97,6

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden, pengguna metamfetamin terbanyak menggunakan metamfetamin lebih dari 1 kali per hari yaitu 41 orang (97,6%).

4.1.8 Gambaran Akibat Penggunaan Metamfetamin terhadap Jantung

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai akibat penggunaan metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Akibat dari Penggunaan Metamfetamin (Shabu) Terhadap Jantung

Dampak Pengguna Metamfetamin

Frekuensi %

Kadang-kadang Berdebar Tidak Berdebar Berdebar 2 14 26 4,8 33,3 61,9

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas didapatkan dari 42 orang responden, pengguna metamfetamin terbanyak merasakan jantung berdebar yaitu 26 orang (61,9%).


(40)

4.2 Pembahasan

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai tingkat kecemasan penggunaan metamfetamin (shabu) secara distribusi frekuensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan

Tingkat Kecemasan Frekuensi %

Kecemasan Berat Kecemasan Ringan Kecemasan Sedang Tidak ada Kecemasan

11 8 16 7 26,2 19,0 38,1 16,7

Jumlah 42 100,0

Berdasarkan dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa dari 42 orang responden pengguna narkoba terdapat 16 orang (38,1%) memiliki kecemasan sedang, 11 orang (26,2%) memiliki kecemasan berat, 8 orang (19,0%) memiliki kecemasan ringan dan 7 orang (16,7%) tidak ada kecemasan.

Penyalahgunaan NAPZA saat ini semakin meningkat, terutama dikalangan remaja. Salah satu jenis NAPZA yang sering disalahgunakan pemakaiannya adalah metamfetamin (shabu). Kebanyakan dari mereka saat mengkonsumsi metamfetamin merasa lebih senang, pelupa dan susah tidur.

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan metamfetamin, yaitu :

a. Faktor Individu

Individu sangat berperan penting dalam menjadikan seseorang pengguna metamfetamin atau tidak. Dalam menggunakan metamfetamin orang tersebut mendapat suatu dorongan dari dirinya sendiri, seperti ia


(41)

sehingga ia ingin merasa lepas dan senang dari masalah tersebut, oleh karena itu ia memutuskan untuk mengkonsumsi metamfetamin untuk menghilangkan rasa stress tersebut. Seseorang menggunakan metamfetamin bisa juga didorong oleh rasa ingin tahu bagaimana rasanya menggunakan metamfetamin.

b. Faktor Masyarakat dan Lingkungan

Lingkungan juga berpengaruh dalam seseorang menggunakan metamfetamin. Jika lingkungan tempat tinggal sekitar atau teman sebaya banyak menggunakan metamfetamin keadaan ini berpeluang besar seseorang menggunakan metamfetamin. Mereka dirayu atau dibujuk oleh teman atau masyarakat sekitar yang merupakan seorang pecandu untuk juga menggunakan metamfetamin. Semakin banyak penjualan metamfetamin disuatu kalangan atau lingkungan maka masyarakat juga tidak dapat berbuat banyak dalam mencegah penjualan dan peredaran metamfetamin tersebut. c. Zat kimiawi yang terdapat dalam Metamfetamin

Seseorang yang terbiasa menggunakan metamfetamin maka ia tidak bisa lepas dari zat tersebut. Ia akan merasa lesu, tidak semangat jika tida mengkonsumsi mentamfetamin dan menjadi ketergantungan secara fisik maupun psikologis. Secara fisik ia merasa tidak nyaman jika zat tersebut sudah tidak berekasi didalam tubuh. Secara psikologis ia merasa senang dan bersemangat jika zat itu ada dalam tubuhnya.

Penggunaan metamfetamin dapat menimbulkan kerusakan pada otak yaitu terjadinya defisiensi serotonin yang dapat menyebabkan cemas. Namun tingkat kecemasan yang timbul berbeda-beda pada setiap orang. Berdasarkan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale , dari 42 orang responden sebanyak 16 orang (38,1 %) mengalami kecemasan sedang, dimana seseorang akan fokus pada suatu hal yang penting.21

Penggunaan metamfetamin dilakukan dengan cara dihisap atau diinjeksi. Pengguna metamfetamin di Indonesia menggunakan metamfetamin dengan cara dihisap. Hasil penelitian didapatkan responden konsumsi metamfetamin menggunakan bong sebanyak 40 responden (95,2 %).


(42)

Penggunaan metamfetamin secara akut maupun kronik akan menimbulkan efek adiktif sehingga mereka mengkonsumsi metamfetamin lebih dari 1 kali dalam sehari. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 41 responden (97,6 %) mengkonsumsi metamfetamin lebih dari 1 kali dalam sehari.

Berdasarkan data dari Australian Institute of Health and Welfare pada tahun 2005 menunjukkan bahwa pengguna metamfetamin paling banyak berusia dibawah 30 tahun. Namun usia 20-24 tahun memiliki proporsi yang tinggi pengguna metamfetamin sekitar 20% pernah menggunakan dan 11% baru menggunakan. Pada penelitian ini dari 42 orang responden didapatkan hasil pengguna dengan usia diatas atau sama 20 tahun sebanyak 38 orang (90,5 %) dan usia dibawah atau sama 20 tahun sebanyak 4 orang (9,5 %).24

BNN melakukan survei terhadap tingkat pendidikan para pengguna narkoba pada tahun 2011 menunjukkan bahwa mereka yang berpendidikan tinggi, minimal telah menamatkan pendidikan SMA ke atas. Pelajar SMA/sederajat lebih banyak menggunakan metamfetamin dikarenakan mereka memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap efek dari metamfetamin dan pengaruh dari lingkungan sekitar. Hasil penelitian yang didapatkan 20 orang (47,6%) pengguna metamfetamin dengan pendidikan SMA/Sederajat.25

Survei dilakukan di Amerika Serikat pengguna metamfetamin pada tahun 2012 antara laki-laki dan perempuan hampir sama sekitar 0,7% laki-laki dan 0,5% perempuan. Hasil penelitian didapatkan 37 orang (88,1%) laki-laki dan 5 orang (11,9%) perempuan.26

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini masih bersifat deskriptif kategorik, hanya memaparkan perubahan kecemasan yang dialami pengguna metamfetamin sebelum dan sesudah mereka menggunakan metamfetamin. Keterbatasan jumlah pasien dan waktu pengambilan sampel hanya 2 kali seminggu membuat pengambilan sampel menjadi sulit dan waktu pengambilan sampel yang singkat (hanya 3 bulan).


(43)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi metamfetamin sebesar 38,1% mengalami kecemasan sedang, 26,2% mengalami kecemasan berat, 19,0 % mengalami kecemasan ringan dan 16,7 % tidak mengalami kecemasan.

2. Pola demografi pasien rawat inap di RSKO Jakarta yang mengkonsumsi metamfetamin didominasi oleh usia ≥ 20 Tahun (90,5 %), sudah menikah (54,8%), laki-laki (88,1%), pendidikan SMA/sederajat (47,6%).

5.2 Saran

Penelitian ini dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya sebagai gambaran penggunaan metamfetamin terhadap tingkat kecemasan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

1. Penyalahgunaan NAPZA Dapat Menghancurkan Generasi Muda.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18867/1/ikm-okt2005-9%20%285%29.pdf. Diunduh pada tanggal 22 April 2012.

2. Penggunaan Shabu Meningkat.

http://www.kabar24.com/health/read/20120626/6/49085/hari-anti-narkoba-pengguna-shabu-meningkat#sthash.sVU3CAK1.dpuf.

Diunduh pada tanggal 5 September 2013 pukul 19.06 WIB.

3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19888/4/Chapter%20II

.pdf . Diunduh pada tanggal 13 April 2012.

4. Ringkasan Survei Narkoba Rumah Tangga Tahun 2010 diunduh pada 14 April 2012 pukul 19.23 WIB.

5. Mengenal jenis dan faktor penyebab penyalahgunaan napza :

http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20jenis%20dan%20faktor

%20penyebab%20penyalahgunaan%20napza.pdf . Diunduh pada13

April 2012.

6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik edisi ketiga. Jakarta:2001.

7. Perundang undangan Narkotika : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. 2012. Jakarta: Pustaka Yustisia, 6-7.

8. Perundang undangan Narkotika : Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika. 2012. Jakarta: Pustaka Yustisia, 63.

9. Undang-Undang R.I. No 35 tahun 2009 tentang NARKOTIKA dan Undang-Undang R.I. No 5 tahun 1997 tentang PSIKOTROPIKA. 2010. Surabaya : Anfaka Perdana, 229-230.

10.Journal of Addictive Disorder. http://breining.edu/JAD05AM.pdf diunduh tanggal 14 Februari 2013 pukul 11.45 WIB.

11.Methamphetamine Abuse. BRADFORD T. WINSLOW, MD, Swedish Medical Center Family Medicine Residency, Littleton, Colorado. Diunduh pada tanggal 15 Februari 2013 13:31 WIB.

12.

http://resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/mengenal%20jenis%20dan%20faktor

%20penyebab%20penyalahgunaan%20napza.pdf. Dinduh pada tanggal

13 April 2012.

13.Japardi, Iskandar. Efek Neurologis Dari Ekstasi Dan Shabu-Shabu.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1980/1/bedah-iskandar%20japardi8.pdf. Diunduh pada tanggal 30 April 2012 pukul

21.04 WIB.

14.Goodman & Gilman. 2010. Goodman & Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi.Jakarta : EGC, 151.


(45)

https://secure.muhealth.org/~ed/students/articles/Addiction_104_p108

5.pdf Diunduh 22 Februari 2013 21.36 WIB.

16.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007. 17.Holley, Mary. How Reversible is Methamphetamine Related Brain

Damage?.

http://zxc10.law.und.nodak.edu/LawReview/issues/web_assets/pdf/82/

82-4/82NDLR1135.pdf . diunduh pada tanggal 9 Agustus 2013 pada

pukul 20.42 WIB. 18.Kecemasan.

http://psikologi.or.id/mycontents/uploads/2010/05/pengertian-kecemasan-anxiety.pdf diunduh tanggal 23 Juli 2013 pukul 17.43

WIB.

19.Sadock, Benjamin J. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta: EGC, 30.

20.What is Anxiety Disorder?.

http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/content/B0FCE

F50BADCFE24CA257276002075BA/$File/whatanx.pdf diunduh

pada tanggal 15 Februari 2013 pukul 14.46 WIB.

21.Anxiety. http://www.sane.org.uk/uploads/anxiety.pdf diunduh tanggal 15 Februari 2013 pukul 14.40 WIB.

22.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27216/4/Chapter%20II

.pdf diunduh pada tanggal 23 Juli 2013 pukul 17.41 WIB.

23.Dahlan, Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 34.

24.Methamphetamine dependence and treatment. Clinical treatment

guidelines for alcohol and drug clinicians.

http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/B7DEE775D281BE85CA25789

A0081D70F/$FILE/methdeptreat.pdf. Diunduh pada tanggal 7

Agustus 2013 pukul 16.56 WIB.

25.Badan Narkotika Nasional. Ringkasan Eksekutif Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun 2011. 26.Methamphetamine Use.

http://www.cdc.gov/hiv/risk/behavior/methuse.html. Diunduh pada


(46)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian: Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Rawat Inap Pengguna Metamfetamin ( Shabu ) di RSKO Jakarta

Peneliti : Febri Hanifa.F

No. Tlp/email : 085363629632/biebie57@yahoo.com Pembimbing : dr. Adhi Wibowo Nurhidayat, Sp.KJ, MPH

dr. Achmad Zaki, M.Epid,Sp.OT .

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan shabu terhadap tingkat kecemasan pada pasien menjalani perawatan inap di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta

Sebelum mengisi kuesioner ini, Saya telah dijelaskan prosedur, tujuan, manfaat, resiko penelitian dan hak untuk menolak berpartisipasi. Dalam penelitian ini, Saya akan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Data serta identitas saya sebagai responden akan dijamin kerahasiannya oleh peneliti.

Saya memiliki hak untuk bertanya kepada peneliti jika ada hal yang tidak Saya ketahui saat mengisi kuesioner. Demikian surat pernyataan ini Saya tanda tangani dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

, 2013


(47)

KUESIONER A Data Demografi Responden

Petunjuk Pengisian:

♦ Isilah pertanyaan di bawah ini dengan cara menuliskan jawaban pada pertanyaan yang bertanda titik atau memberikan tanda checklist( √ ) pada

kolom jawaban yang disediakan.

♦ Jawablah pernyataan berikut dengan jujur.

♦ Dimohon kepada responden untuk mengisi semua jawaban.

1. Kode Responden : (Diisi oleh Peneliti)

2. Nama Responden :

3. Usia :

4. Alamat sekarang :

5. Pekerjaan :

6. Pendidikan terakhir : SD SMP SMA S1 S2 Lainnya : ……

7. Jenis Kelamin : Laki-laki

Perempuan

8. Suku :


(48)

KUESIONER B

1. Sejak kapan Anda menggunakan shabu?

2. Apakah efek yang Anda rasakan selama menggunakan shabu?

3. Bagaimana cara Anda dalam mengguanakan shabu?

4. Dalam menggunakan shabu, apakah Anda mencampur dengan zat psikotropika lainnya?

5. Dalam sehari berapa kali Anda menggunakan shabu?

6. Selama Anda menggunakan shabu, apakah Anda merasakan jantung berdebar-debar?


(49)

7. Apakah sebelum menggunakan shabu mengalami cemas yang berlebihan?

8. Apakah di keluarga Anda ada yang mengalami kecemasan yang berlebihan seperti ini?


(50)

KUESIONER C

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Petunjuk pengisian

Pernyataan – pernyataan dibawah ini adalah daftar keluhan masalah yang kadang – kadang kita alami sehari – hari.

Bacalah dengan cermat, pilihlah satu nomor/angka jawaban yang anda anggap sesuai untuk menggambarkan apa yang anda rasakan karena adanya keluhan atau masalah yang sedang anda hadapai dalam waktu sebulan terakhir, termasuk hari ini.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan

2 = Sedang

3 = Berat

4 = Berat,tidak mampu

Disebelah kanan dari setiap pernyataan terdapat kotak yang diisi dengan angka sesuai dengan nilai kecemasan yang anda alami

Isilah kotak tersebut, bila anda ingin merubah jawaban hapus atau coretlah jawaban sebelumnya.


(51)

Keluhan / Masalah

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung. 2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. 3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala penapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. 12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.


(52)

LAMPIRAN 2


(53)

(54)

(55)

(56)

BIODATA PENELITI

Nama : Febri Hanifa.F

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi,18 Februari 1993

Agama : Islam

Jumlah saudara : 3 orang

Nama orang tua : Dr.H. Firdaus Thahar, M.Pd dan Hj.Ernawaty Syam Alamat : Jl. Pulai Sungai Talang Gadut Bukittinggi Sumatera Barat Riwayat Pendidikan :

1. TK Islam Masyithah Bukittinggi 1997-1998

2. SD Islam Masyithah Bukittinggi 1998-2004

3. SMP N 6 Bukittinggi 2004-2007

4. SMA N 1 Bukittinggi 2007-2010

5. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2010-sekarang


(1)

Keluhan / Masalah

1. Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tensinggung. 2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu. 3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.

4. Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot.

8. Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala penapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut. 12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.

13. Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.


(2)

40

LAMPIRAN 2 UJI STATISTIK


(3)

(4)

(5)

(6)

44

BIODATA PENELITI

Nama : Febri Hanifa.F

Tempat/Tanggal Lahir : Bukittinggi,18 Februari 1993

Agama : Islam

Jumlah saudara : 3 orang

Nama orang tua : Dr.H. Firdaus Thahar, M.Pd dan Hj.Ernawaty Syam

Alamat : Jl. Pulai Sungai Talang Gadut Bukittinggi Sumatera Barat

Riwayat Pendidikan :

1. TK Islam Masyithah Bukittinggi 1997-1998

2. SD Islam Masyithah Bukittinggi 1998-2004

3. SMP N 6 Bukittinggi 2004-2007

4. SMA N 1 Bukittinggi 2007-2010

5. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah