Studi aplikasi pengembangan teori Keynes dalam jumlah konsumsi individu muslim : bukti empiris pada individu muslim di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(1)

STUDI APLIKASI PENGEMBANGAN TEORI KEYNES DALAM JUMLAH KONSUMSI INDIVIDU MUSLIM

(Bukti Empiris Pada Individu Muslim di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Prasyarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

MUHAMMAD REZA HERMANTO NIM. 1110084000008

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Pribadi

Nama Lengkap : Muhammad Reza Hermanto. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juni 1992.

Alamat : Jalan Telaga Elok 2 Blok K2 Nomor 29 Perumahan Telaga Mas, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. 17123.

Nomor Handphone : (+62)82125531778 / (+62)89654434712.

E-mail : hermantoreza@gmail.com

Latar Belakang Keluarga

Nama Ayah : Ir. Syahrial Zainun. Tempat, Tanggal Lahir : Bengkulu, 31 Juli 1955. Nama Ibu : Tyas Suherini

Tempat, Tanggal Lahir : Blitar, 25 Desember 1965.

Alamat : Jalan Telaga Elok 2 Blok K2 Nomor 29 Perumahan Telaga Mas, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Jawa Barat. 17123.

Anak Ke dan Dari : 2 dari 3 Bersaudara. Pendidikan Formal

1. SD Negeri Pondok Kelapa 05 Pagi Tahun 1998 – 2004 2. SMP Negeri 139 Jakarta Tahun 2004 – 2007 3. SMA Negeri 12 Jakarta Tahun 2007 – 2010 4. FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 – 2014 Prestaasi dan Penghargaan

1. Juara Harapan 2 Cerdas Cermat Muharam Fair, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

2. Juara Pertama Lomba Debat Ekonomi, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

3. Juara Ketiga Lomba Debat Ekonomi Tingkat Nasional, Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, 2012.

4. Top 6 Finalist Kompetisi Mikroekonomi Tingkat Nasional, Universitas Padjajaran Bandung, 2012.

5. Runner Up of Best Delegate dalam UIN Jakarta the Model of G20 Summit, FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

6. Juara Kedua Kompetisi English Reading Comprehensive of Law Literature, FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

7. Juara Harapan Pertama Debat Isu Ekonomi Tingkat Nasional, Universitas Negeri Yogyakarta, 2013.

8. Perwakilan Indonesia untuk ASEAN Youth Friendship Network Program di Thailand, 2013.


(7)

vi Pengalaman Profesional.

1. Data input untuk LP3ES dalam penelitian REDD+.

2. Notetaker untuk konsultasi nasional UNDP dalam penelitian REDD+. 3. Data input untuk UNDP dalam penelitian partisipasi politik perempuan. 4. Enumerator untuk CSES dalam penelitian Supply Chain Store Dalam

Kegiatan Ekonomi Masyarakat di Kota Tangerang Selatan.

5. Enumerator untuk CSES dalam penelitian a relation between business and religiosity.

Pengalaman Organisasi

1. Peer Group of School Anti Drugs oleh YLKI dan ILO – IPEC. 2. Organisasi Siswa Intra Sekolah SMP Negeri 139 Jakarta. 3. Majelis Perwakilan Kelas SMA Negari 12 Jakarta.

4. Himpunan Mahasiswa Jurusan IESP FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dewan Pengurus Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Wilayah Jawa Bagian Barat.

6. Dewan Pengurus Nasional Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia.

7. International Studies Club of Syarif Hidayatullah State Islamic Univ. Jakarta.

8. English Speaking Club, Faculty of Economics and Business Syarif Hidayatullah State Islamic Univ. Jakarta.

Pendidikan Non Formal, Seminar, dan Workshop

1. Seminar Peluang Berkarir di Dunia Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

2. Rapat Koordinasi Nasional Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia, Institut Pertanian Bogor, 2011.

3. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. 4. Seminar Nasional Potensi Lembaga Keuangan Syariah Dalam

Mensejahterakan Masyarakat, Universitas Trisakti Jakarta, 2011.

5. International Seminar of Anti-Corruption and Human Rights, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

6. International Studies Club Diplomatic Course, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.

7. Bank Indonesia Company Visit, Jakarta, 2012.

8. Latihan Kepemimpinan Organisasi Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia Wilayah Jawa Bagian Barat, Bogor, 2012.

9. Kongres Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia, Universitas Udayana Bali, 2012.

10. Seminar Ekonomi Syariah Indonesia, Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Jakarta, 2012.

11. ASEAN Youth Friendship Network Program, Chiang Mai University Thailand, 2013.


(8)

vii 13. Musyawarah Wilayah Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia Wilayah Jawa Bagian Barat, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 2013.

14. Poverty Alleviation Academic Conference, Jakarta, 2013.

15. Seminar Nasional Blue Economy in Indonesia, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 2013.

16. UIN Jakarta the Model of G20 Summit, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

17. Simulasi Pasar Modal, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

18. Pelatihan Analisis Potensi Lokasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. 19. The International Seminar of How to Pass a Job Interview Successfully,


(9)

viii

ABSTRACT

The objective of this research is to implement the tought of John Maynard Keynes about consumer behavior and also its antithesis. This study takes muslim as a research subject because Islam as a religion own an institution in order to regulate every muslim in doing consume. This research was expected to find out whether the development of Keynes’s theory (thesis and antithesis) could be implemented in muslim community or not. The variables which used in the model are ammount of consumption (Y), income rate (X1), age (X2), religiosity (X3), and distinguishing community (faculty) as a dummy. Through multiple regression with dummy variable method, from 60 muslim respondents in two different community, was found that income rate (X1) and age (X2) was effected positively and significant to ammount of consumption (Y), religiosity (X3) was effected negatively and significant to ammount of consumption (Y), while dummy variable which is distinguishing community (faculty) was not effected significantly to ammount of consumption (Y). Therefore the dummy variable has dropped out from the research model.


(10)

ix ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan pemikiran John Maynard Keynes mengenai perilaku konsumsi beserta ide dari beberapa antitesisnya. Studi ini mengambil individu muslim sebagai subjek penelitian karena Islam sebagai suatu agama telah memiliki kelembagaan tersendiri dalam mengatur setiap individu untuk kegiatan berkonsumsi. Dengan adanya studi ini, diharapkan dapat mengetahui apakah pengembangan teori Keynes (tesis dan antitesisnya) dapat diimplementasikan dalam individu muslim atau tidak. Variabel yang digunakan dalam model adalah jumlah konsumsi (Y), tingkat pendapatan (X1), usia (X2), religiusitas (X3), dan kelompok pembeda (fakultas) sebagai dummy. Melalui metode regresi linier berganda dengan dummy variabel, dari 60 orang responden muslim di dua komunitas berbeda, terlihat bahwa variabel pendapatan (X1) dan usia (X2) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel jumlah konsumsi (Y), variabel religiusitas (X3) berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap variabel jumlah konsumsi (Y), sedangkan variabel dummy untuk kelompok pembeda (fakultas) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel jumlah konsumsi (Y), sehingga dikeluarkan dalam model penelitian.

Kata kunci : Keynes, Jumlah Konsumsi, Tingkat Pendapatan, Usia, dan Religiusitas


(11)

x KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, Al-Wahhab Yang Maha Penganugerah, yang telah memberikan karunia dan anugerah kepada penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang nabi akhir zaman yang mampu membimbing umatnya menuju ke jalan kebenaran. Penelitian yang berjudul Studi Aplikasi Pengembangan Teori Keynes Dalam Jumlah Konsumsi Individu Muslim (Bukti Empiris Pada Individu Muslim di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) ini ditujukan sebagai prasayarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih atas segala bentuk bantuan, bimbingan, dukungan, hingga semangat dan doa yang telah diberikan selama proses studi penulis berlangsung. Oleh sebab itu, penulis ingin berterimaksih kepada:

1. Keluarga terkasih, Ayahanda Ir. Syahrial Zainun serta Ibunda Tyas Suherini atas dukungan yang tanpa henti, tanpa pernah mengenal kata lelah untuk membahagiakan penulis semasa hidup. Kakak serta Adik, Rizky Aulia Syaputra dan Annisa Tia Amalia, yang turut memberikan bantuan semangat dan doa hingga akhir dari proses penelitian ini. Semoga kelak ananda mampu membuat bangga keluarga tercinta.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan berharga yang diberikan kepada penulis selama mengenyam pendidikan di tempat yang hebat ini.

3. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E., M.Sc. selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas pengalaman yang luar biasa untuk bisa menjadi bagian dari Jurusan Ilmu


(12)

xi Ekonomi dan Studi Pembangunan. Semoga kelak jurusan ini mampu mencetak ekonom-ekonom terbaik bagi bangsa dan peradaban.

4. Bapak Drs. Pheni Chalid, S.F., M.A., Ph.D. selaku pembimbing pertama serta Bapak Zainal Muttaqin, M.PP. selaku pembimbing kedua dalam proses penyelesaian penelitian ini. Terimakasih atas waktu yang telah diluangkan kepada penulis, serta bantuan dalam membimbing penulis hingga pada akhirnya mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi diri penulis.

5. Ibu Utami Baroroh, S.E., M.Si dan Ibu Isniati Kuswini, M.Si selaku penasihat akademik dan dosen penulis yang telah memberikan banyak kesempatan berharga di dunia akademik kepada penulis agar terus mampu mengembangkan diri menuju insan yang lebih baik.

6. Seluruh tenaga pengajar di Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis. Semoga ilmu yang bermanfaat ini dapat berguna bagi pihak yang membutuhkan kelak.

7. Seluruh karyawan baik di tingkat jurusan, fakultas, hingga universitas yang telah sedikit banyak membantu penulis dalam mengurus hal-hal yang berkaitan dengan administrasi dalam berbagai macam kegiatan yang telah penulis jalani semasa studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Dua sahabat terbaik semasa studi, Mohamad Faqih dan Muhammad Adi Rahman. Pertemuan di awal perkuliahan hingga mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi ini mengajariku akan arti dari pertemanan. Semoga kita terus mampu menjalin silaturahmi yang baik dan kelak mampu menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa dan negara.

9. Lingkungan dan organisasi selama penulis berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rekan-rekan angkatan 2010 Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, terlebih untuk konsentrasi Ekonomi Pembangunan, Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI), Himpunan Mahasiswa Jurusan IESP 2012, International Studies Club UIN Jakarta, FEB English Speaking Club, hingga keluarga besar alumni SMA Negeri


(13)

xii 12 Jakarta. Terimakasih atas segala aktivitas yang telah dilaksanakan bersama penulis. Tak akan pernah terhitung manfaat yang penulis dapatkan tatkala bergabung bersama kalian yang sungguh luar biasa. 10. Teman-teman kelompok Kuliah Keja Nyata saat penulis mengikuti

program pengabdian masyarakat di Desa Pasarean, Bogor. Kalian adalah orang-orang terbaik di penghujung masa perkuliahan. Belajar untuk menjadi manusia yang mandiri merupakan hal berharga yang penulis dapatkan bersama kalian.

11. Seluruh responden penelitian serta petugas yang berada di instansi tempat penelitian ini berlangsung. Terimakasih atas kerjasama yang baik sehingga penelitian ini mampu berjalan sesuai dengan harapan penulis. Semoga mampu menginspirasi penulis untuk terus berbuat baik kepada sesama.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki kekurangan akibat terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu penulis mengapresiasi atas segala bentuk saran, masukan, hingga kritik konstruktif dari para pembaca untuk kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga memohon ampunan apabila dalam penulisan terdapat kesalahan kata, isi, dan atau penulisan yang sekiranya dapat menyinggung pihak tertentu. Akhirnya semoga penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca.

Wassalammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 10 Juni 2014


(14)

xiii DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Pembimbing ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstract ... viii

Abstrak ... ix

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xiii

Daftar Tabel ... xviii

Daftar Diagram ... xx

Daftar Lampiran ... xxi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Landasan Teori ... 15

1 Konsumsi... 15

a. Pengertian Konsumsi ... 15


(15)

xiv

c. Teori Ekonomi Mengenai Konsumsi ... 18

2 Pendapatan ... 24

a. Pengertian Pendapatan ... 24

b. Hubungan Pendapatan Terhadap Jumlah Konsumsi ... 24

3 Usia ... 25

a. Pengertian Usia ... 25

b. Hubungan Usia Terhadap Jumlah Konsumsi ... 26

4 Religiusitas ... 27

a. Pengertian Religiusitas ... 27

b. Hubungan Religiusitas Terhadap Jumlah Konsumsi ... 29

5 Kelompok Pembeda (Fakultas) ... 30

a. Fakultas-fakultas Keagamaan ... 30

b. Fakultas-fakultas Non Keagamaan ... 31

B. Penelitian Sebelumnya ... 31

C. Kerangka Berpikir ... 37

D. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 39

B. Metode Penentuan Sampel ... 40

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 42

2 Uji Instrumen Penelitian ... 43


(16)

xv

b. Uji Reabilitas ... 45

3 Penilaian Instrumen ... 46

D. Metode Analisis Data ... 47

1 Pemodelan Step Wise Regression dengan Variabel Boneka (Dummy)... 47

2 Karakteristik Variabel Boneka (Dummy) ... 49

3 Uji Asumsi Klasik... 50

a. Uji Spesifikasi Model (Linearitas) ... 50

b. Uji Multikolinieritas ... 51

c. Uji Heterokedastisitas... 53

d. Uji Otokorelasi ... 54

e. Uji Normalitas ... 55

4 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 56

5 Uji Hipotesis ... 56

a. Uji-F ... 57

b. Uji-t ... 58

E. Operasional Variabel Penelitian... 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 62

B. Deskripsi Responden ... 63

1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 64

2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 65


(17)

xvi 4 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Lain di Luar UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta ... 67

C. Penemuan dan Pembahasan ... 69

1 Analisis Deskriptif ... 69

a. Analisis Deskriptif Pola Konsumsi Responden ... 69

b. Analisis Deskriptif Pendapatan Responden ... 71

c. Analisis Deskriptif Usia Responden ... 72

d. Analisis Deskriptif Religiusitas Responden ... 73

2 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 76

a. Hasil Uji Spesifikasi Model (Linearitas) ... 76

b. Hasil Uji Mukltikolineritas ... 77

c. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 77

d. Hasil Uji Otokorelasi ... 78

e. Hasil Uji Normalitas... 79

3 Keluaran Regresia ... 80

4 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 83

5 Pengujian Hipotesis ... 84

a. Hasil Uji-F dan Analisis Intepretasi ... 84

b. Hasil Uji-t dan Analisis Intepretasi ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90


(18)

xvii

2 Saran Praktis ... 91 DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN ... 96


(19)

xviii DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Ringkasan Penelitian Sebelumnya 34

3.1 Ringkasan Ruang Lingkup Penelitian 39

3.2 Ringkasan Pengumpulan Data 42

3.3 Cetak Biru Instrumen Tingkat Religiusitas 42

3.4 Hasil Uji Validitas 44

3.5 Hasil Uji Reabilitas 46

3.6 Skoring Instrumen Tingkat Religiusitas 47

3.7 Menentukan Ada Tidaknya Korelasi dengan Uji Durbin Watson 55

3.8 Definisi Operasional Variabel Penelitian 60

4.1 Jumlah Sampel Penelitian 64

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 64

4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir 65

4.4 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 67

4.5 Responden Memiliki Pekerjaan Lain Atau Tidak 67

4.6 Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Lain di Luar UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta 68

4.7 Pola Konsumsi Rata-rata Responden Selama Satu Bulan 69

4.8 Responden Berdasarkan Pendapatan 71


(20)

xix

Nomor Keterangan Halaman

4.10 Statistik Deskriptif Religiusitas Responden 74

4.11 Hasil Uji Ramsey’s RESET 76

4.12 Matriks Korelasi Uji Multikolinieritas 77

4.13 Hasil Uji White Heterokedasticiy 78

4.14 Hasil Estimasi 1 80


(21)

xx DAFTAR DIAGRAM

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Pergerakan Pendapatan Per Kapita Indonesia (Dalam US Dollar) 3

2.1 Kurva Life Cycle Hypothesis 21


(22)

xxi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Kuisioner Penelitian 99

2 Tabulasi Data Penelitian 101

3 Jenis Kelamin Responden 102

4 Pendidikan Terakhir Responden 103

5 Jenis Pekerjaan Responden di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 104 6 Jenis Pekerjaan Lain Responden di Luar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 105

7 Usia Responden 106

8 Tingkat Pendapatan Responden 107

9 Tingkat Religiusitas Responden Fakultas Keagamaan 108

10 Tingkat Religiusitas Responden Fakultas Non Keagamaan (Umum) 109 11 Pola Konsumsi Responden Fakultas Keagamaan Dalam Rupiah 110 12 Pola Konsumsi Responden Fakultas Non Keagamaan (Umum) Dalam Rupiah 111

13 Hasil Uji Validitas 112

14 Hasil Uji Validitas Konstruk 113

15 Hasil Uji Reabilitas 114

16 Hasil Uji Ramsey’s RESET 115

17 Hasil Uji Korelasi Untuk Multikolinieritas 116

18 Hasil Uji White Heterokedasticity 117

19 Hasil Uji Durbin Watson 118


(23)

xxii

Nomor Keterangan Halaman

21 Hasil Estimasi 1 120

22 Hasil Estimasi 2 121

23 Penyebaran Kuisioner 122


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan manusia, masalah pembangunan ekonomi merupakan hal yang terus dikaji oleh setiap negara. Di negara-negara yang sedang berkembang (developing countries), isu pembangunan ekonomi merupakan hal yang menjadi perhatian oleh beragam kalangan. Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha yang terkonsentrasi pada alokasi sumber daya serta ragam cara untuk menjaga kestabilan pertumbuhan output yang baik sepanjang waktu. Pada dasarnya, pembangunan ekonomi terfokus kepada kegiatan ekonomi, sosial, dan mekanisme kelembagaan untuk meningkatkan skala standardisasi hidup yang layak bagi masyarakat miskin di negara berkembang (Todaro, 2009:25).

Dengan adanya pembangunan ekonomi, infrastruktur akan lebih banyak tersedia, perusahaan menjadi semakin banyak dan berkembang, taraf pendidikan semakin membaik, dan tingkat teknologi yang akan meningkat. Sadono Sukirno dalam bukunya yang berjudul “Pembangunan Ekonomi: Proses, Masalah, dan Kebijakan”, menjelaskan secara lebih lanjut bahwa pembangunan ekonomi di suatu negara diharapkan dapat menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak, tingkat pendapatan yang meningkat, serta kemakmuran masyarakat yang lebih tinggi lagi.

Berdasarkan definisinya, diketahui bahwa pembangunan ekonomi akan meliputi berbagai aspek perubahan. Hal ini menyebabkan pencapaian keberhasilan


(25)

2 pembangunan ekonomi suatu wilayah sulit untuk diukur secara kuantitatif. Oleh karena itu diperlukan berbagai jenis data yang dapat mengemukakan keberhasilan tersebut. Salah satu data yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi oleh beberapa ahli ekonomi di dunia adalah dengan menggunakan pendapatan per kapita. Pendapatan per kapita dinilai tidak hanya dapat menggambarkan taraf kesejahteraan ekonomi yang dicapai oleh berbagai negara, melainkan juga dapat memperlihatkan tingkat perkembangannya dari tahun ke tahun (Sukirno, 2007:10).

Sebagai salah satu orientasi utama dari pembangunan ekonomi, maka pendapatan per kapita harus terus ditingkatkan. Pendapatan per kapita ini akan menurun jumlahnya tatkala tingkat atau jumlah nilai dari produk domestik bruto lebih rendah dari tingkat pertumbuhan penduduk. Apabila dalam jangka panjang rasio dari kedua hal ini adalah sama, maka dapat disimpulkan perekonomian negara tersebut mengalami stagnansi dan tingkat kemakmuran masyarakatnya yang tidak mengalami kemajuan (Pratomo, 2006:124).

Berdasarkan penjelasan paragraf sebelumnya, dapat ditarik konsep perhitungan pendapatan per kapita pada tahun tertentu dengan cara membagi jumlah produk domestik bruto tahun tersebut dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama. Secara matematis perhitungan pendapatan per kapita diperlihatkan sebagai berikut:


(26)

3 =

Dimana:

IPCn = Pendapatan per kapita tahun n GDPn = Produk domestik bruto tahun n Pn = Jumlah populasi tahun n

Di Indonesia, tren mengenai pendapat per kapita menggambarkan hal yang positif. Berikut adalah diagram perolehan pendapatan per kapita Indonesia pada beberapa tahun terkahir.

Diagram. 1.1.

Pergerakan Pendapatan Per kapita Indonesia (Dalam US Dollar)

Sumber: World Bank, 2014.

Kinerja positif yang diperlihatkan oleh pendapatan per kapita berkaitan erat dengan produk domestik bruto Indonesia yang terus berangsur meningkat sebagaimana tercatat pada Laporan Perekonomian Badan Pusat Statistik. Pada tahun 2002 yang merupakan tahun recovery pasca krisis, perekonomian sudah


(27)

4 mampu menunjukan perbaikan dari kondisi keterpurukannya. Pada saat itu pertumbuhan ekonomi mampu tumbuh sebesar 4,5 persen dengan pendapatan per kapita sebesar 910 US Dollar. Dikutip dari “Berita Resmi Statistik BPS”, pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor ekonomi dengan capaian tercepat pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu tumbuh sebesar 7,83 persen dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 digerakan terutama oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang keduanya tercatat tumbuh masing-masing dengan persentase 4,72 persen dan 12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor terlihat melemah dengan nilai persentase masing-masing minus 0,19 persen dan 1,24 persen.

Hingga pada tahun 2012, menurut Sekretariat Negara Republik Indonesia, perekonomian masih mampu melaju ditengah krisis yang melanda dunia. Di tahun ini ekonomi Indonesia mampu tumbuh sebesar 6,2 persen dengan pendapatan per kapita sebesar 3.557 US Dollar. Meskipun semua sektor mengalami pertumbuhan produksi, sektor pengangkutan dan komunikasi masih tetap menjadi sektor yang mampu tumbuh tercepat dengan laju persentase sebesar 9,98 persen. Komponen utama yang mampu menggerakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pembentukan modal tetap bruto dengan persentase sebesar 5,28 persen, kemudian diikuti konsumsi rumah tangga (2,01 persen), ekspor barang dan jasa (2,01 persen), dan konsumsi pemerintah (1,25 persen). Berdasarkan grafik yang tersedia selama beberapa tahun terkahir, Indonesia nampaknya tidak banyak mengalami gangguan serius yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat atau stagnan sehingga dapat mengurangi laju dari pendapatan per kapita.


(28)

5 Dalam kehidupan nyata, konsep pendapatan per kapita tidak benar-benar dapat menggambarkan jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk dalam suatu wilayah pada periode tertentu. Perhitungan matematisnya bersifat kasar karena hanya membagi jumlah produk domestik bruto dengan jumlah penduduk tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya, seperti ketimpangan distribusi pendapatan. Hal inilah yang kemudian tidak sejalan dengan arti dari pendapatan yang benar-benar diterima oleh masyarakat.

Kamus ilmiah Cornell Univesity mendefinisikan pendapatan yang diterima oleh suatu individu sebagai segala bentuk pendapatan yang didapat dari berbagai sumber apapun, seperti dari kompensasi atas jasa, pendapatan dari hasil bisnis, bunga hasil sewa, royalti atas hak properti, deviden, asuransi jiwa, dana pensiun, dsb. Sihotang (2004:94) mengemukakan pendapatan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa kegiatan yang dilakukan dan diserahkan pada suatu waktu tertentu atau pendapatan dapat juga diperoleh dari harta atas kekayaan. Hal senada juga diungkapkan oleh Mubyarto (2005:10) yang menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil yang berupa uang atau material lainnya. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

Berdasarkan siklus ekonomi, pendapatan yang diterima oleh suatu individu akan disalurkan kedalam bentuk lainnya untuk kebutuhan hidup. Namun sebelum siap untuk disalurkan, pendapatan tersebut harus dikurangi dengan pembayaran atas pajak langsung dan penambahan pembayaran transfer dari pemerintah. Dalam


(29)

6 ilmu ekonomi pendapatan ini disebut sebagai disposable income (Pratomo, 2006:14). Pendapatan ini yang kemudian menjadi pertimbangan bagi setiap individu untuk mengatur tingkat pengeluarannya, baik untuk konsumsi, menabung, ataupun berinvestasi.

Penelitian ini berangkat dari suatu thesis mengenai perilaku konsumsi seorang individu yang dikemukakan oleh John Maynard Keynes. Beliau merupakan seorang cendikiawan ilmu ekonomi yang telah berkontribusi banyak bagi perkembangan ilmu ekonomi. Tidak sedikit dari teorinya yang dijadikan sebagai suatu pertimbangan di dalam pasar. Di Indonesia, berbagai macam teori ekonomi yang diungkapkannya sudah diaplikasikan ke dalam berbagai buku dan kajian ilmu ekonomi. Pada akhirnya tidak dapat kita pungkiri bahwa pengaruh dari pemikiran Keynes sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat dimanapun mereka berada termasuk Indonesia.

Teori konsumsi yang diungkapkan oleh Keynes sangat berkaitan dengan pendapatan seorang individu. Raharja dan Manurung (2008:258) menuliskan teori konsumsi Keynes sebagai berikut, “...konsumsi yang dilakukan pada saat ini tergantung dari pendapatan yang siap dibelanjakan saat ini. Singkatnya, konsumsi (C) dipengaruhi oleh pendapatan disposabel (Yd)”. Hal ini berimplikasi ketika seorang individu mengalami peningkatan pendapatan, maka secara linear konsumsinya juga akan ikut meningkat karena kemampuan rumah tangga atau individu untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin bertambah. Atau hal lain yang memungkinkan adalah pola hidup yang menjadi semakin


(30)

7 konsumtif, setidak-tidaknya dengan menuntut kualitas dari produk konsumsi yang semakin baik.

Dari teori yang dibangun ini, terdapat batasan konsumsi minimal yang tidak tergantung atas tingkat pendapatan. Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi walaupun tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut dengan konsumsi autonomus (autonomous consumption). Seorang individu tidak mungkin dapat bertahan hidup apabila tidak mengkonsumsi apapun. Jadi pada intinya, meskipun seorang individu tidak memiliki pendapatan sama sekali, dia masih tetap berkonsumsi pada tingkat autonomusnya. Konsumsi tersebut bisa berasal dari misalnya sumbangan orang lain atau tabungan di masa lalu.

Konsumsi pada umumnya diartikan sebagai kegiatan untuk menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa. Oxford Dictionaries menjelaskan konsumsi sebagai penggunaan atas barang dan jasa yang memiliki suatu nilai yang dapat ditukarkan. Pada umumnya konsumsi dibedakan atas dua bentuk, yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan. Pola konsumsi masyarakat baik makanan maupun bukan makanan biasanya memiliki nilai yang berbeda akibat perubahan selera, waktu, dan faktor-faktor lain setiap tahunnya.

Berdasarkan prinsip dari suatu ilmu pengetahuan, suatu thesis pasti akan menimbulkan satu atau beragam antithesis sebagai bentuk dari penyempurnaan. Hal yang demikian ini terjadi pada teori konsumsi yang dibangun oleh Keynes ini. Beragam kritik telah dinyatakan oleh para pemikir ilmu ekonomi lainnya terkait perilaku individu dalam berkonsumsi. Salah satu kritik yang cukup terkenal adalah kritik yang diungkapkan oleh Albert Ando, Richard Brumberg, dan Franco


(31)

8 Modigliani. Mereka menyatakan bahwa Keynes telah salah dalam menganalisis teori konsumsi karena hanya memperhatikan jangka pendeknya saja. Padahal dalam jangka panjang, seorang individu akan tetap melakukan kegiatan konsumsi. Hal inilah yang kemudian mereka coba dalami dengan suatu penelitian yang berjudul Life Cycle Hypothesis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi seorang individu akan dipengaruhi oleh usia produktifnya. Seorang individu yang belum berada pada usia produktif tidak memiliki tingkat konsumsi yang terlalu tinggi. Ketika individu tersebut beranjak dewasa dan mulai memasuki usia produktifnya, dia akan meningkatkan total pengeluarannya untuk berkonsumsi. Hal ini secara rasional dapat diterima karena orang yang telah memasuki usia kerja memiliki sejumlah penghasilan yang dapat dihabiskan untuk konsumsi atau ditabung untuk hari tua. Hingga pada saat memasuki usia pensiun dan tidak produktif kembali, individu tersebut akan mengurangi konsumsinya karena sudah tidak lagi memiliki penghasilan dan cenderung memakai tabungannya yang telah ditabung selama usia produktif (Pratomo, 2006:58).

Berbeda dari hal tersebut, terdapat satu kritik lain yang memiliki perbedaan pendapat akan teori yang dikemukakan oleh Keynes. Dalam hal ini, Islam turut memperhatikan perilaku individu dalam berkonsumsi. Islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya dengan berkonsumsi. Ketika ekonomi konvensional dalam berkonsumsi bertujuan untuk meningkatkan utility atau kepuasan individu, Islam berkeinginan untuk lebih dari hal itu. Islam ingin mendatangkan maslahah bagi setiap umatnya (Muhayatsyah, 2012:1). Maslahah secara etimologis diartikan sebagai kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan,


(32)

9 kelayakan, keselarasan, dan kepatutan. Jika dikaitkan dengan konsumsi, maka maslahah merupakan sifat atau kemampuan dari barang hasil produksi yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Semua aktivitas yang menyangkut maslahah tersebut dikerjakan sebagai bentuk dari ibadah kepada Allah SWT. Karena seorang yang beragama Islam meyakini bahwa kehidupan pada saat ini tidak akan kekal adanya, melainkan kehidupan kekal yang ada di akhirat kelak. Ketika Keynes berkata bahwa pendapatan merupakan faktor dominan penentu tingkat konsumsi seorang individu, Islam melihat pada aspek yang lebih luas. Hal-hal seperti religiusitas dari seorang konsumen akan mempengaruhi tingkat konsumsinya, karena seorang muslim yang baik sudah tentu akan mengaplikasikan nilai-nilai agama Islam dalam aktivitas sehari-harinya seperti tidak melakukan tabzir atau pemborosan, memilih produk halal, tidak menjadikan diskon atau potongan harga sebagai preferensi utama, dan sebagainya.

Penelitian ini akan mengambil objek individu muslim yang ada di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diharapkan dapat memberikan suatu synthesis baru dalam teori konsumsi terutama dalam kasus komunitas muslim. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diambil sebagai objek penelitian karena kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu kampus di Indonesia yang memberikan perhatian penuh pada ilmu pengetahuan umum dan agama. Akibat terdapatnya perbedaan pada fokus pada ilmu pengetahuan umum dan agama, kita dapat memperoleh dua kelompok yang berbeda sebagai bentuk komparasi atau


(33)

10 perbandingan, yaitu kelompok dengan fokus ilmu pengetahuan umum dan kelompok dengan fokus kajian keagamaan.

Muslim dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini karena Islam merupakan menurut Badan Pusat Statistik mayoritas agama penduduk di Indonesia dengan presentase sebesar 87 persen dari total penduduk yang ada. Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi Indonesia yang kemudian secara kelembagaan akan berkaitan dengan Islam itu sendiri karena melihat mayoritas agama yang dianut oleh penduduknya. Penelitian ini ingin mengetahui apakah teori yang diungkapkan oleh Keynes serta kedua antitesis mengenai usia dan religiusitas dapat berlaku di dalam komunitas muslim yang notabene memiliki pertimbangan tersendiri dalam keputusan untuk berkonsumsi. Atau justru komunitas muslim yang ada cenderung untuk berperilaku konsumsi seperti yang apa diungkapkan oleh Keynes dan antitesinya. Oleh sebab itu, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui dan membuktikan mengenai aplikasi dalam pengembangan teori Keynes terhadap jumlah konsumsi individu muslim di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan harapan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai input baru dalam ilmu pengetahuan.

B. Perumusan Masalah

Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi perubahan pola konsumsi masyarakat. Keynes, seorang ilmuwan ilmu ekonomi menjelaskan bahwa tingkat pendapatan disposabel secara linear akan mempengaruhi tingkat konsumsi suatu individu. Ketika pendapatan disposabel seorang individu meningkat, maka


(34)

11 besaran konsumsinya pun akan ikut meningkat karena fungsi konsumsi yang dijelaskan oleh Keynes merupakan fungsi yang linear. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Otniel Pontoh (2011:1040) yang menyatakan bahwa besarnya pendapatan yang ada akan berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap besarnya tingkat konsumsi seorang individu. Mahyu Danil (2013:41) mengemukakan hal serupa, bahwa secara analisis statistika terdapat pengaruh pendapatan terhadap konsumsi sebesar 89,4 persen.

Sebagai suatu ilmu pengatahuan, teori yang dibangun oleh Keynes juga mendapatkan kritik dari beragam kalangan. Hal inilah yang kemudian didalami dengan suatu penelitian yang berjudul Life Cycle Hypothesis. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat konsumsi seorang individu akan dipengaruhi oleh usia produktifnya. Berbeda dari hal tersebut, Islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya dengan berkonsumsi. Ketika ekonomi konvensional dalam berkonsumsi bertujuan untuk meningkatkan utility atau kepuasan individu, Islam berkeinginan untuk lebih dari hal itu. Islam berkeinginan untuk mendatangkan maslahah bagi setiap orang (Muhayatsyah, 2012:1). Keynes berkata bahwa pendapatan merupakan faktor dominan penentu tingkat konsumsi seorang individu, Islam melihat pada aspek yang lebih luas. Hal seperti religiusitas untuk mengejawantahkan prinsip-prinsip syari’ah dalam kehidupan dinilai akan ikut mempengaruhi tingkat konsumsi seorang individu muslim.

Muslim dijadikan sebagai objek dalam penelitian ini karena menurut Badan Pusat Statistik, mayoritas penduduk Indonesia menganut ajaran Agama Islam. Hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi Indonesia yang kemudian


(35)

12 secara kelembagaan akan berkaitan dengan Islam itu sendiri karena melihat mayoritas agama yang dianut oleh penduduknya. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dipilih sebagai representasi dari individu muslim dalam penelitian ini karena UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki dua fokus studi yang berbeda, yakni ilmu pengetahuan umum dan kajian keagamaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari Mata Kuliah Dasar Umum yang diajarkan oleh setiap fakultas. Di Fakultas Tarbiah dan Ilmu Keguruan, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, dan Fakultas Dirasat Islamiah sebagai mata kuliah yang diajarkan adalah dengan fokus keagamaan, sehingga tenaga pengajar yang dibutuhkan harus memenuhi persyaratan kecakapan di mata kuliah keagamaan tersebut. Berbeda halnya dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang mata kuliahnya cenderung lebih mengarah kepada ilmu pengetahuan umum. Fakultas-fakultas keagamaan tersebut dalam penelitian ini dianggap sebagai komunitas dengan keislaman yang tinggi (attributive state), sedangkan fakultas-fakultas umum dianggap sebagai komunitas umum (normal state). Sehingga dari hal ini kita dapat melihat apakah ada perbedaan dari kedua kelompok tersebut dalam berkonsumsi.

Sebagai bentuk penekanan kembali bahwa haluan utama dari penelitian ini adalah ingin mengetahui apakah teori yang diungkapkan oleh Keynes serta kedua antitesis mengenai usia dan religiusitas dapat berlaku di dalam komunitas muslim yang notabene memiliki pertimbangan tersendiri dalam keputusan untuk berkonsumsi. Atau justru komunitas muslim yang ada cenderung untuk


(36)

13 berperilaku konsumsi seperti yang apa diungkapkan oleh Keynes dan antitesinya. Hal-hal tersebut kemudian dilanjutkan dengan melihatnya di dua jenis kelompok yang berbeda, yakni dengan kelompok yang dianggap memiliki tingkat religiusitas dan kelompok yang normal. Hal inilah apabila ditransformasikan ke dalam perumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Seberapa besar pengaruh usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Seberapa besar pengaruh religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Seberapa besar pengaruh perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas penjabaran latar belakang masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(37)

14 b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan atas penjabaran latar belakang masalah, maka penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Kegunaan praktis sebagai bahan informasi dan input bagi pemerintah dalam hal merumuskan kebijakan untuk mengatasi permasalahan pembangunan ekonomi terutama masalah konsumsi di masyarakat. b. Kegunaan ilmiah sebagai bahan yang dapat memberikan sumbangan

pemikiran untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan teori-teori aplikasi ilmu ekonomi. Terlebih sebagai bahan pembanding antara teori dan praktik yang terjadi di lapangan.


(38)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori. 1. Konsumsi.

a. Pengertian Konsumsi.

Kamus Oxford University menerangkan bahwa konsumsi merupakan penggunaan atas barang atau jasa. Dalam ekonomi konsumsi diartikan sebagai pembelanjaan atas barang dan jasa yang dilakukan oleh individu. Secara epistemologi kata ‘barang’ mencakup pembelanjaan rumah tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan perlengkapan, dan barang yang tidak tahan lama seperti makanan dan pakaian. Kata ‘jasa’ mencakup barang yang tidak berwujud konkret, seperti memotong rambut dan perawatan kesehatan (Mankiw, 2006:11-12). Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa konsumsi merupakan aktivitas yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga untuk menghabiskan nilai guna dari barang atau jasa.

Badan Pusat Statistik membagi konsumsi seorang individu berdasarkan polanya menjadi konsumsi untuk makanan dan bukan makanan. Rosmiati (2007:1) juga menjelaskan bahwa selain kebutuhan akan makanan, individu juga akan memerlukan pemenuhan akan kebutuhan yang lain seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, pajak, asuransi, zakat, dan lain-lain. Pola konsumsi adalah jenis dan banyaknya makanan dan bukan makanan yang


(39)

16 dikonsumsi oleh seluruh atau sebagian anggota masyarakat pada daerah atau wilayah tertentu. Lebih lanjut Rosmiati (2007:8) menjelaskan bahwa pola konsumsi yang dicerminkan oleh bentuk fisik ataupun total pengeluaran, merupakan refleksi dari ketersediaan dan kemampuan sumber daya rumah tangga untuk mengkonsumsi sesuatu bagi kebutuhan hidupnya.

Pada mulanya konsumsi suatu negara terdiri atas konsumsi pemerintah dan masyarakat. Namun yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat karena nilainya yang tidak hanya memberikan kontribusi besar bagi perekonomian, melainkan juga karena sifatnya yang endogenus (Rahardja dan Manurung 2008:257). Endogenus diartikan sebagai suatu objek atau variabel yang dipengaruhi oleh satu atau beberapa variabel. Dalam hal ini berarti bahwa tinggi atau rendahnya tingkat konsumsi seorang individu akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ekonomi, demografi, dan sosia budaya. Berdasarkan hal atau faktor-faktor tersebut, kita dapat membangun teori atau model ekonomi atas konsumsi pada suatu wilayah pada periode tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi.

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran untuk konsumsi bagi seorang individu. Rahardja Pratama dan Mandala Manurung dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Ekonomi: Makroekonomi & Mikroekonomi” (2008:264-268), menjelaskan faktor-faktor tersebut dengan membagai menjadi tiga kelompok utama, yaitu ekonomi, demografi atau kependudukan, dan non ekonomi.


(40)

17 1) Faktor Ekonomi.

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya semakin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi semakin besar. Atau hal lain yang dimungkinkan adalah pola hidup rumah tangga yang semakin konsumtif, dengan setidaknya menuntut kualitas produk konsumsi yang semakin baik. Selain pengaruh atas faktor pendapatan, hal seperti kekayaan rumah tangga, jumlah barang-barang konsumsi tahan lama yang ada di masyarakat, dan ekspektasi atas produk di masa yang akan datang juga akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pengeluaran seorang individu untuk berkonsumsi.

2) Faktor Demografi.

Komposisi penduduk suatu negara dapat dilihat dari beberapa klasifikasi, diantaranya adalah usia, pendidikan, dan wilayah tempat tinggalnya. Semakin banyak penduduk yang berusia kerja atau produktif, maka konsumsi akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan dari sisi pendapatan dari kegiatan kerja itu sendiri. Dilihat dari tingkat pendidikannya, semakin tingginya status pendidikan seseorang akan membutuhkan kebutuhan hidup yang semakin banyak sehingga tingkat konsumsinya pun akan semakin tinggi. Dan yang terakhir adalah dengan semakin banyaknya penduduk yang tinggal di


(41)

18 wilayah perkotaan (urban), maka pengeluaran konsumsi juga akan semakin tinggi. Sebab pada umumnya pola hidup masyarakat perkotaan akan lebih konsumtif dibandingan dengan masyarakat pedesaan. Ketiga hal inilah yang kemudian menjadi pertimbangan bahwa faktor demografi akan turut berpengaruh terhadap perilaku konsumsi.

3) Faktor Non Ekonomi.

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya konsumsi sebuah rumah tangga adalah faktor sosial budaya yang ada di masyarakat. Seperti misalnya saja perubahan pada pola makan, perubahan etika, atau tata nilai seorang individu yang ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat atau tipe ideal. Dalam penelitian ini, faktor non ekonomi yang dianggap berpengaruh terhadap tingkat konsumsi seorang individu adalah faktor agama. Faktor agama akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi sorang individu karena sisi kelembagaan atau mekanisme pengaturan konsumsi bagi setiap umat yang telah diatur berdasarkan hukum-hukum keagamaan.

c. Teori Ekonomi Mengenai Konsumsi.

Perkembangan masyarakat yang semakin kompleks akan berdampak pada perilaku individu dalam berkonsumsi. Hal ini yang kemudian menjadi dasar bahwa studi tentang konsumsi masyarakat masih dianggap relevan hingga saat ini. Salah satu studi konsumsi yang banyak digunakan oleh para peneliti ekonomi adalah studi yang dilakukan oleh John Maynard Keynes


(42)

19 yang mencoba membuktikan hubungan linear antara pendapatan dengan tingkat konsumsi rumah tangga.

1) Teori Konsumsi Keynes.

John Maynard Keynes, seorang ilmuwan yang telah berkontribusi banyak dalam perkembangan ilmu ekonomi menjelaskan tentang teori individu dalam berkonsumsi. Menurut Keynes, seperti yang dikutip oleh Rahardja dan Manurung (2008:257), konsumsi saat ini (current consumption) akan dipengaruhi oleh pendapatan disposabel yang diperoleh pada saat ini (current disposable income). Pendapatan disposabel dalam hal ini merupakan pendapatan yang diterima oleh individu dan siap untuk dibelanjakan karena sudah dikurangi dengan beban pajak dan penambahan biaya transfer.

Model linier yang dibangun oleh Keynes berimplikasi ketika pendapatan disposabel seorang individu meningkat, pengeluaran untuk konsumsinya juga akan ikut meningkat. Hanya saja peningkatannya tidak akan sebesar peningkatan pada pendapatan disposabel. Hal ini yang kemudian diterangkan oleh Keynes dengan marginal prospensity to consume (MPC). MPC adalah konsep yang memberikan gambaran tentang betapa konsumsi akan bertambah apabila pendapatan disposabel bertambah sebanyak satu satuan.

Hal lain menurut Keynes yang terdapat pada fungsi konsumsi seorang individu adalah nilai konstanta bagi autonomus consumption. Autonomus consumption adalah konsumsi minimal yang harus dipenuhi


(43)

20 oleh seorang individu baik memiliki pendapatan berlebih atau tidak memiliki pemasukan sama sekali. Secara matematis, fungsi konsumsi Keynes adalah sebagai berikut:

= +

Dimana :

C = konsumsi

Co = konsumsi autonomus

b = marginal prepensity to consume (0 < b ≤ 1) Yd = pendapatan disposabel

Sebagai tambahan penjelasan, terdapat beberapa asumsi yang perlu diperhatikan dalam teori konsumsi Keynes. (1) fungsi konsumsi Keynes menunjukan hubungan antara pendapatan dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara pendapatan nominal dengan pengeluaran konsumsi nominal, (2) merupakan pendapatan yang terjadi (current account), bukan pendapatan yang diperoleh sebelumnya, dan bukan pula pendapatan yang diperkirakan terjadi di masa datang (yang diekspektasikan), dan (3) merupakan pendapatan absolut, bukan pendapatan relatif atau pendapatan permanen, sebagaimana diungkapkan oleh ahli lainnya.

2) Kritik Atas Kelemahan Teori Konsumsi Keynes.

Sebagai thesis dalam sebuah ilmu pengetahuan, sudah pasti teori yang dibangun oleh Keynes mendapat sanggahan atau masukan sebagai


(44)

21 bentuk dari penyempurnaan dari berbagai sumber. Salah satu kelemahan dalam teori konsumsi Keynes adalah fungsinya yang tidak dapat digunakan pada jangka panjang. Keynes dalam Pratomo (2006:47) mengatakan bahwa “... in the long run we are all dead”. Hal ini berarti dalam jangka panjang setiap manusia pasti akan meninggal dunia, sehingga perhitungan jangka panjang tidak perlu untuk diprediksi. Dalam penelitian ini, teori yang berperan sebagai antithesis bagi teori Keynes adalah teori life cycle hyptothesis dan teori konsumsi dalam Islam. (a). Teori Konsumsi Life Cycle Hypothesis.

Diagram. 2.1.

Kurva Life Cycle Hypothesis

Sumber: Pratomo, 2006

Keynes menjelaskan bahwa konsumsi seorang individu akan dipengaruhi oleh pendapatan disposabel. Fungsi konsumsi Keynes adalah fungsi jangka pendek. Beliau tidak mengeluarkan fungsi jangka panjang karena menurutnya dalam jangka panjang setiap orang pasti akan meninggal dunia. Hal inilah yang kemudian


(45)

22 disempurnakan oleh banyak pihak, salah satunya adalah teori Life Cycle Hypothesis dari Albert Ando, Richard Brumberg, dan Franco Modigliani. Menurut mereka dalam jangka panjang konsumsi seorang individu pasti akan berbeda dari konsumsi pada saat ini. Hal ini akan berkaitan erat dengan usia produktifitas orang tersebut (Pratomo, 2006:57).

Usia produktif sebagai hal yang ditawarkan oleh Albert Ando, Richard Brumberg, dan Franco Modigliani dapat dijelaskan apabila terjadinya peningkatan pendapatan pada masa yang akan datang atau dengan kata lain menuju ke usia yang lebih produktif. Jika pendapatan pada masa yang akan datang semakin tinggi, yaitu dari usia muda ke usia produktif, maka seorang individu akan meningkatkan jumlah konsumsinya. Dan orang tersebut akan mengurangi jumlah konsumsinya pada saat penghasilannya mulai menurun atau pada usia produktif ke usia yang lebih lanjut. Hal tersebutlah yang kemudian digambarkan pada diagram 2.1. diatas. (b). Teori Konsumsi Islam.

Dalam hal ini, Islam turut memperhatikan perilaku individu dalam berkonsumsi. Islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya dengan berkonsumsi. Ketika ekonomi konvensional dalam berkonsumsi bertujuan untuk meningkatkan utility atau kepuasan individu, Islam berkeinginan untuk lebih dari hal tersebut. Islam berkeinginan untuk mendatangkan maslahah bagi


(46)

23 setiap orang (Muhayatsyah, 2012:1). Maslahah secara etimologis diartikan sebagai kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, dan kepatutan. Jika dikaitkan dengan konsumsi, maka maslahah merupakan sifat atau kemampuan dari barang hasil produksi yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Keynes menyatakan bahwa faktor penentu tingkat konsumsi dari seorang individu adalah pendapatan. Berbeda dari hal tersebut, dalam ekonomi Islam tingkat konsumsi dari seorang individu akan dipengaruhi oleh (1) rasionalitas, yang kemudian terdiri atas pelarangan atas kehidupan yang bermewah-mewahan, pelarangan melakukan ishraf, tabdzir, dan safih, keseimbangan dalam berkonsumsi, serta larangan berkonsumsi atas barang dan jasa yang membahayakan, (2) kebebasan berekonomi, dan (3) memaksimilisasi nilai guna (Basri, 2007:82).

Religiusitas kemudian dalam hal ini menjadi penting nilainya karena seorang individu muslim yang akan berkonsumsi akan mempertingkan keputusannya berdasarkan faktor-faktor diatas, yang notabene adalah faktor-faktor yang diatur ke dalam hukum syariah Islam.


(47)

24 2. Pendapatan

a. Pengertian Pendapatan

Menurut kamus Merriam – Webster, pendapatan merupakan jumlah uang yang didapat dari bekerja, investasi, bisnis, dan sebagainya. Kamus ilmiah Cornell University mendefinisikan pendapatan yang diterima oleh suatu individu sebagai segala bentuk pendapatan yang didapat dari berbagai sumber apapun, seperti kompensasi atas jasa, pendapatan dari hasil bisnis, bunga hasil sewa, royalti atas hak properti, deviden, asuransi jiwa, dana pensiun, dan sebagainya. Hal senada juga diungkapkan oleh Mubyarto (2005:10) yang menyatakan bahwa pendapatan adalah hasil berupa uang atau material lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa arti dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh anggota masyarakat untuk jangka waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.

Tingkat pendapatan masyarakat di suatu daerah dapat dijadikan sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan daerah. Apabila pendapatan suatu daerah relatif rendah, maka dikatakan bahwa kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya di daerah tersebut rendah. Demikian ketika pendapatan suatu daerah relatif tinggi, maka kemajuan dan kesejahteraan masyarakatnya dapat dikatakan tinggi juga (Danil, 2013: 38). b. Hubungan Pendapatan Terhadap Jumlah Konsumsi

Bermula pada pernyataan yang dikemukakan oleh Keynes yang menyatakan bahwa konsumsi pada saat ini akan dipengaruhi oleh


(48)

25 pendapatan pada saat ini. Hal ini berarti ketika pendapatan disposabel seorang individu meningkat, maka konsumsinya juga akan ikut meningkat.

Kecenderungan mengonsumsi marjinal (marginal prospensity to consume) adalah konsep yang memberikan gambaran tentang betapa konsumsi akan bertambah apabila pendapatan disposibel bertambah sebanyak satu satuan. Atau hal lain yang memungkinkan adalah pola hidup yang menjadi semakin konsumtif, setidak-tidaknya dengan menuntut kualitas dari produk konsumsi yang semakin baik.

Jumlah tambahan konsumsi tidak akan lebih besar daripada tambahan pendapatan disposabel, sehingga angka MPC tidak akan lebih besar dari angka satu. Angka MPC juga tidak akan bernilai negatif, dimana jika pendapatan disposabel terus meningkat, konsumsi terus menurun sampai bernilai nol (tidak ada konsumsi). Sebab manusia tidak mungkin hidup di bawah batas konsumsi minimal. Karena itu 0 ≤ MPC ≤ 1. Besarnya nilai MPC yang kemudian menunjukan kemiriangan (slope) kurva konsumsi (Rahardja dan Manurung, 2008:260).

3. Usia

a. Pengertian Usia

Kamus Oxford menjelaskan bahwa usia adalah lamanya waktu yang menunjukan seseorang hidup atau keberadaan dari suatu benda. Cambridge Dictionaries menyebutkan bahwa usia adalah periode waktu dari kehidupan seseorang atau keberadaan dari sesuatu. Dalam penelitian ini, secara umum


(49)

26 kita dapat mengartikan usia sebagai lamanya periode waktu dari kehidupan seseorang yang dimulai pada saat lahir hingga pada saat ini.

Usia produktif dari seorang individu dinilai dapat mempengaruhi jumlah pengeluarannya untuk konsumsi. Pada negara-negara dengan komposisi penduduk yang didominasi oleh usia produktif, biasanya laju pertumbuhan ekonominya digerakan oleh komponen konsumsi rumah tangga.

b. Hubungan Usia Terhadap Jumlah Konsumsi

Berbicara mengenai pengeluaran seorang individu untuk melakukan konsumsi sudah pasti besarannya akan dipengaruhi oleh banyak hal selain pendapatan disposabel. Salah satu faktor dominan lain adalah faktor demografi yang berupa usia penduduk. Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Albert Ando, Richard Brumberg, dan Franco Modigliani. Mereka sepakat bahwa tingkat konsumsi seseorang akan dipengaruhi oleh usia produktif. Seorang individu yang belum berada pada usia produktif belum memiliki tingkat konsumsi yang terlalu tinggi. Ketika individu tersebut beranjak dewasa dan mulai memasuki usia produktifnya, dia akan meningkatkan total pengeluarannya untuk berkonsumsi. Hal ini secara rasional dapat diterima karena orang yang telah memasuki usia kerja memiliki sejumlah penghasilan yang dapat dihabiskan untuk konsumsi atau ditabung untuk hari tua. Hingga pada saat memasuki usia pensiun dan tidak produktif kembali, individu tersebut akan mengurangi konsumsinya karena sudah tidak lagi memiliki penghasilan dan cenderung memakai tabungannya


(50)

27 yang telah ditabung selama usia produktif. Usia produktif tersebut juga akan mempengaruhi jumlah tabungan seorang individu (Pratomo, 2006:58).

4. Religiusitas

a. Pengertian Religiusitas

Menurut Triyono (2010:9) religiusitas adalah tingkat keterikatan individu dalam mengekspresikan ajaran-ajaran agama yang dianutnya dengan cara mengintegrasikan berbagai dimensi keagamaan yang ada ke dalam kehidupan. Magill (dalam Aisyah, 2014:73) menjelaskan bahwa religiusitas adalah sikap seseorang terhadap agama secara umum atau cara seseorang menjadi beragama. Religiusitas sering kali diidentikan dengan keberagamaan. Glock dan Stark (dalam Rahmawati, 2010:10) memaknai religiusitas sebagai sistem simbol, keyakinan, nilai, dan persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Sehingga secara umum religiusitas yang diartikan dalam penelitian ini adalah religiusitas merupakan seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya yang diaplikasikan ke dalam perilaku sehari-hari oleh seorang individu.

Glock dan Stark dalam bukunya, American Piety: The Nature of Religious Commitment, menambahkan bahwa dalam religiusitas, terdapat lima dimensi yang dapat mengukut tingkat religiusitas dari seorang individu. Dimensi-dimensi tersebut adalah:


(51)

28 1) Dimensi keyakinan

Dimensi ini berisi sejauh mana seseorang menerima dan mengakui kebenaran hal-hal yang bersifat dogmatik di dalam ajaran agamanya. Seperti misalnya kepercayaan tentang adanya Tuhan, Malaikat, kitab-kitab, Nabi dan Rasul, hari kiamat, surga, neraka, dan hal lainnya yang bersifat dogmatik.

2) Dimensi praktik ibadah

Dimensi ini mencakup tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Seperti misalnya shalat, zakat, puasa, dan sebagainya.

3) Dimensi pengalaman

Dimensi ini berkaitan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meskipun tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terkahir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Dimensi ini akan berkaitan dengan pengalaman keagamaan, persepsi, dan sensasi yang dialami oleh seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi walaupun kecil dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir dengan otoritas transendental.


(52)

29 4) Dimensi pengetahuan agama

Dimensi pengetahuan agama mengacu kepada harapan bahwa seseorang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, kitab suci, dan tradisi-tradisi.

5) Dimensi konsekuensi

Dimensi ini akan mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasikan oleh ajaran agama di dalam kehidupannya. Seperti misalnya ikut dalam kegiatan konservasi lingkungan, membedakan barang halal dan haran, dan sebagainya.

b. Hubungan Religiusitas Terhadap Jumlah Konsumsi.

Dalam hal ini, Islam memperhatikan perilaku individu dalam berkonsumsi. Islam menginginkan manusia mencapai dan memelihara kesejahteraannya dengan berkonsumsi. Ketika ekonomi konvensional dalam berkonsumsi bertujuan untuk meningkatkan utility atau kepuasan individu, Islam berkeinginan untuk lebih dari hal tersebut. Islam berkeinginan untuk mendatangkan maslahah bagi setiap orang (Muhayatsyah, 2012:1). Maslahah secara etimologis diartikan sebagai kebaikan, kebermanfaatan, kepantasan, kelayakan, keselarasan, dan kepatutan. Jika dikaitkan dengan konsumsi, maka maslahah merupakan sifat atau kemampuan dari barang hasil produksi yang mendukung elemen-elemen dan tujuan-tujuan dasar bagi kehidupan manusia di muka bumi. Semua aktivitas yang menyangkut maslahah tersebut dikerjakan sebagai bentuk dari ibadah kepada Allah SWT. Karena seorang yang beragama Islam meyakini bahwa kehidupan


(53)

30 pada saat ini tidak akan kekal adanya, melainkan kehidupan kekal yang ada di akhirat kelak.

Religiusitas dalam hal ini dapat menggambarkan seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh keyakinan, seberapa pelaksanaan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya yang diaplikasikan ke dalam perilaku sehari-hari oleh seorang individu. Sehingga seorang individu muslim dengan tingkat religiusitas yang tinggi, dalam berkonsumsi ia akan mengikuti ajaran Islam dalam mengambil keputusan dalam berkonsumsi. Hal inilah yang mematahkan teori Keynes yang keputusan dalam berkonsumsi serta merta hanya dipengaruhi oleh pendapatan saja.

5. Kelompok Pembeda (Fakultas)

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk membedakan dua buah kelompok pegawai pada Fakultas Keagamaan dengan pegawai pada Fakultas Umum untuk dilihat pengaruhnya pada jumlah konsumsinya

a. Fakultas-Fakultas Keagamaan

Fakultas Keagamaan merupakan bagian konsentrasi keilmuan yang dipelajari di perguruan tinggi yang khusus mendalami bagian yang berhubungan dengan agama. Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat enam Fakultas yang dianggap cocok diklasifikasikan dalam kelompok Fakultas Keagamaan, yakni: Fakultas Tarbiah dan Ilmu Keguruan, Fakultas


(54)

31 Adab dan Humaniora, Fakultas Syari’ah dan Hukum, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, dan Fakultas Dirasat Islamiah.

b. Fakultas-Fakultas Non Keagamaan (Umum)

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, Fakultas-Fakultas umum diartikan sebagai Fakultas yang memiliki konsentrasi pada bidang pendidikan yang menyangkut masalah-masalah tertentu (khusus) saja, tetapi juga terkait dengan yang dipelajari di kampus umum (non keagamaan). Di UIN Jakarta terdapat lima Fakultas yang dianggap peneliti cocok untuk masuk dalam katagori Fakultas Umum, yakni: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

B. Penelitian Sebelumnya

Endang S. Soesilowati dalam penelitiannya pada tahun 2010 mencoba menganilisis “Perilaku Konsumsi Muslim dalam Mengkonsumsi Makanan Halal (Kasus: Muslim Banten)”. Penelitiannya membuah tiga hasil penemuan dalam kasus perilaku konsumsi muslim. (1) Hubungan kadar ke-Islaman dengan perilaku konsumsi makanan halal diperoleh angka sebesar 0,565. Hal ini mengindikasikan adanya hubungan yang cukup kuat antara kadar ke-Islaman dengan perilaku konsumsi makanan halal. (2) Tingkat pendidikan dinilai kurang berpengaruh terhadap permintaan konsumen untuk makanan halal. Nilainya hanya sebesar 0,037 yang berarti semakin tinggi pendidikan seseorang tidak berarti perilaku konsumsi untuk makanan halalnya meningkat. (3) Sementara itu, korelasi antara


(55)

32 tingkat pendapatan terhadap konsumsi makanan halal tercatat negatif dengan nilai minus 0,416. Hal ini berarti bahwa adanya kecenderungan mereka yang berpendapatan rendah yang mempunyai perilaku konsumsi makanan halal yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih tinggi.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Otniel Pontoh dalam Pacific Journal pada tahun 2011 yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Pola Konsumsi Nelayan di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara”, telah membuktikan bahwa pendapatan akan berpengaruh secara signifikan terhadap pola konsumsi. Dari hasil regresi linier sederhana tentang hubungan antara tingkat pendapatan rata-rata per bulan (Y) terhadap pola konsumsi nelayan (X) di Kecamatan Tenga, diperoleh persamaan Y=2,39+0,55X. Dengan taraf signifikansi 95 persen dan diperoleh hubungan antar variabel yang sangat kuat dan bersifat positif dengan koefisien korelasi (r) 0,75 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,56.

Lisnini dan Purwati juga telah melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Pola Konsumsi Rumah Tangga Pengrajin Songket di Kota Palembang” pada tahun 2012. Dengan variabel independen pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan investasi serta konsumsi pangan dan non pangan pada variabel dependen. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk konsumsi pangan, variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar 72,8 persen dan untuk konsumsi non pangan sebesar 44,7 persen.

Penelitian lainnya yang dilakukan di Nigeria yang dilakukan oleh Joseph C. Umeh dan Benjamin C. Asogwa telah mencatat faktor-faktor yang mempengaruhi


(56)

33 pola pengeluaran rumah tangga di wilayah pedesaan. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa secara signifikan pendapatan rumah tangga akan mempengaruhi besaran pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.

Dalam kesempatan yang berbeda, Mahyu Danil juga telah membuktikan pengaruh antara pendapatan dengan pola konsumsi. Dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati Kabupaten Bireun” yang dilakukan pada tahun 2013 yang kemudian dimuat dalam jurnal ekonomika universitas al-bireuen membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara tinggi rendahnya pendapatan Pegawai Negeri Sipil dengan tingkat konsumsinya. Kontribusi pendapatan terhadap konsumsi tercatat berpengaruh sebesar 89,4 persen.

Di belahan dunia lainnya, Mohd Zaid Mustafar dan Joni Tamkin Borhan mencoba membuktikan perilaku individu muslim dalam berkonsumsi. Penelitiannya yang berjudul “Muslim Consumer Behavior: Emphasis on Ethics from Islamic Perspective” telah memberikan gambaran umum mengenai tindakan apa yang sebaiknya konsumen muslim lakukan seperri yang telah ditegaskan dalam Islam. Apabil etika tidak dipertimbangkan dalam kegiatan ekonomi setiap hari, maka kegiatan seperti ishraf akan terjadi. Oleh karena itu Islam telah secara jelas memberikan pengaturan dalam mengkonsumsi untuk tidak hanya memiliki kepuasan di dunia, melainkan juga di akhirat kelak.

Penelitian dengan judul “Labor Supply and Food Consumption Behavior of Farm Household: Evidence from South Korea” yang dilakukan oleh Hyunjeong Joo dan Ashok K. Mishra mendapat bukti bahwa pendapatan berpengaruh positif


(57)

34 terhadap pengeluaran untuk pangan rumah tangga petani Korea Selatan. Yang mana hal ini mengindikasikan bahwa porsi dari pendapatan secara umum akan dialokasikan untuk pengeluaran untuk makanan dalam rumah tangga petani.

Tabel. 2.1.

Ringkasan Penelitian Sebelumnya

No Nama

Peneliti Judul Tahun

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1 Endang S. Soesilowati Perilaku Konsumsi Muslim dalam Mengkonsumsi Makanan Halal (Kasus: Muslim Banten)

2010 Kadar keislaman (X1), pendidikan (X2), pendapatan (X3) dan konsumsi makanan halal (Y)

Penelitian ini membuahkan tiga hasil penemuan dalam perilaku konsumsi muslim

dalam mengkonsumsi makanan halal. Hubungan

kadar ke Islaman dengan perilaku konsumsi mengindikasikan adanya hubungan yang cukup kuat

antara kadar ke Islaman dengan perilaku konsumsi makanan halalnya. Tingkat

pendidikan dinilai kurang berpengaruh terhadap permintaan konsumen untuk

makanan halal. Sementara itu, korelasi (r) antara tingkat pendapatan terhadap

konsumsi makanan halal tercatat negatif dengan nilai

-0,416. Hal ini berarti bahwa adanya kecenderungan mereka yang

berpendapatan rendah yang mempunyai perilaku konsumsi makanan halal

yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki pendapatan lebih tinggi. 2 Otniel

Pontoh Pengaruh Tingkat Pendapatan terhadap Pola Konsumsi Nelayan di

2011 Pendapatan (X) dan Pola Konsumsi (Y)

Dari hasil regresi linier sederhana tentang hubungan

antara tingkat pendapatan rata-rata per bulan (Y) terhadap pola konsumsi


(58)

35 Kecamatan Tenga

Kabupaten Minahasa Selatan,

Sulawesi Utara

nelayan (X) di Kecamatan Tenga, diperoleh persamaan

Y=2,39+0,55X. Dengan taraf signifikansi 95%, diperoleh hubungan antar variabel yang sangat kuat dan bersifat positif dengan

koefisien korelasi (r) 0,75 dan koefisien determinasi

(r2) 0,56. 3 Lisnini dan

Purwati

Analisis Pola Konsumsi Rumah Tangga Pengrajin Songket di Kota

Palembang

2012 Pendapatan (X1), pendidikan (X2), jumlah anggota

keluarga (X3), investasi (X4), konsumsi pangan (Y1) dan konsumsi

non pangan (Y2).

Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk konsumsi pangan, variabel independen

dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar

72,8 persen dan untuk konsumsi non pangan sebesar 44,7 persen. 4 Joseph C.

Umeh dan Benjamin C. Asogwa Deteminants of Farm Household Food Expenditure: Implications for Food Security in Rural Nigeria

2012 Pendapatan per kapita (X1), pengeluaran per kapita (X2), ukuran rumah tangga (X3), transfer income (X4), umur (X5), akses kredit (X6), pendidikan anggota

rumah tangga (X7), rasio ketergantungan (X8), anggota keluarga bekerja (X9), anggota keluarga di pertanian (X10), luas

lahan pertanian (X11), pengeluaran

pangan (Y1), dan pengeluaran non

pangan (Y2)

Penelitian ini mengangkat faktor-faktor yang akan

mempengaruhi tingkat pengeluaran bagi rumah tangga petani. Dari hasil penelitian, faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap pengeluaran petani

adalah faktor pendapatan rumah tangga (household income), sedangkan faktor

lainnya dianggap berpengaruh namun dengan taraf sifnifikansi yang tidak sebesar pendapatan rumah

tangga.

5 Mahyu

Danil Pengaruh Pendapatan terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor

2013 Pendapatan (X) dan Pola Konsumsi (Y)

Hasil analisis statistika dari penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh

signifikan antara tinggi rendahnya pendapatan Pegawai Negeri Sipil


(59)

36 Bupati Kabupaten Bireun dengan tingkat konsumsinya. Kontribusi pendapatan terhadap konsumsi tercatat berpengaruh sebesar 89,4

persen. 6 Mohd Zaid

Mustafar dan Joni Tamkin Borhan Muslim Consumer Behavior: Emphasis on Ethics from Islamic Perspective

2013 Muqasid al-shari’ah (X1), prinsip halal dan haram (X2), kualitas

konsumsi (X3), maslahah (X4), moderenisasi (X1),

dan perilaku konsumsi (Y)

Penelitian ini telah memberikan gambaran umum mengenai tindakan

apa yang sebaiknya konsumen muslim lakukan

seperti yang telah ditegaskan dalam Islam.

Apabil etika tidak dipertimbangkan dalam kegiatan ekonomi setiap hari, maka kegiatan seperti

ishraf akan terjadi. Oleh karena itu Islam telah secara

jelas memberikan pengaturan dalam mengkonsumsi untuk tidak hanya memiliki kepuasan di

dunia, melainkan juga di akhirat kelak. 7 Hyunjeong

Joo dan Ashok K.

Mishra

Labor Supply and Food Consumption Behavior of Farm

Household: Evidence from

South Korea

2013 Pendapatan dari pertanian (X1), subsidi pemerintah

(X2), aset (X3), tenaga kerja non pertanian (Y1), serta

konsumsi makanan (Y2),

Dalam penelitian ini dapat dipastikan bahwa pendapatan berpengaruh positif terhadap pengeluaran

untuk pangan rumah tangga petani Korea Selatan. Yang

mana hal ini mengindikasikan bahwa porsi dari pendapatan secara

umum akan dialokasikan untuk pengeluaran untuk makanan dalam rumah


(60)

37 C. Kerangka Berpikir

Analisis Pemodelan Regresi Linier Berganda dengan Variabel Dummy

Studi Aplikasi Pengembangan Teori Keynes Dalam Jumlah Konsumsi Individu Muslim (Bukti Empiris Pada Individu Muslim di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

1. Teori Konsumsi Keynes: Pendapatan 2. Teori Life Cycle Hypothesis: Usia 3. Teori Konsumsi Dalam Islam: Religiusitas

Pertanyaan Penelitian:

1. Seberapa besar pengaruh pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

2. Seberapa besar pengaruh usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

3. Seberapa besar pengaruh religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

4. Seberapa besar pengaruh perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?

Tujuan Penelitian:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hipotesis Penelitian:

1. Diduga terdapat pengaruh signifikan pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Diduga terdapat pengaruh signifikan usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Diduga terdapat pengaruh signifikan religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Diduga terdapat pengaruh signifikan perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pengujian Hipotesa

Variabel independen  Tingkat pendapatan  Usia

 Religiusitas  Perbedaan Fakultas

Variabel dependen  Jumlah Konsumsi

Uji kriteria ekonomi, statistik, dan ekonometrika dengan software Eviews

(Hasil dan Pembahasan) Kesimpulan dan


(61)

38 D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis tidak lain merupakan jawaban atau dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang kemudian kebenarannya harus diuji secara empiris. Dalam penelitian ini, berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang dikemukakan, dirumuskan kesimpulan sementara sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh signifikan pendapatan individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Terdapat pengaruh signifikan usia individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Terdapat pengaruh signifikan religiusitas individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Terdapat pengaruh signifikan perbedaan kelompok (fakultas) individu muslim terhadap jumlah konsumsinya di kawasan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(62)

39 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian diperlukan adanya suatu ruang lingkup atau batasan-batasan penelitian. Kemudian dalam ruang lingkup tersebut dibutuhkan penekanan pada aspek lokasi, waktu atau sektor, serta variabel-variabel yang akan dibahas. Hal ini diperlukan bagi seorang peneliti agar penilitiannya tidak keluar atau bias dari tujuan yang ingin dicapai.

Dalam penelitian ini, peneliti telah membatasi ruang lingkup penelitiannya. Dalam hal penentuan waktu, penelitian ini akan mengestimasi variabel-variabel yang sedang terjadi pada saat survey berlangsung, yaitu pada bulan Mei-Juni 2014. Batasan lokasi yang dipergunakan adalah lingkungan Fakultas Keagamaan dan Fakultas Umum di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta penelitian ini mengambil variabel independen berupa tingkat pendapatan, usia, religiusitas, dan perbedaan kelompok (fakultas). Sedangkan variabel dependennya adalah jumlah konsumsi individu muslim.

Tabel. 3.1.

Ringkasan Ruang Lingkup Penelitian

Waktu Lokasi Variabel Penelitian

Mei-Juni tahun 2014

Fakultas Keagamaan dan Fakultas Umum

di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Variabel Independen:

 Tingkat pendapatan

 Usia

 Religiusitas

 Perbedaan Kelompok (fakultas) Variabel Dependen:


(63)

40 B. Metode Penentuan Sampel

Populasi diartikan sebagai objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam suatu penelitian, akibat adanya suatu keterbatasan, maka peneliti akan meneliti sampel atau bagian dari populasi objek penelitiannya saja. Sampel merupakan bagian atau subset dari populasi yang terdiri dari anggota-anggota populasi yang terpilih (Zulganef, 2008:134).

Sampel yang baik adalah sampel yang representatif, dengan arti bahwa sampel tersebut mampu mewakili populasinya. Populasi dalam penelitian ini adalah individu muslim yang bekerja di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berdasarkan prinsip proporsional, maka jumlah sampel setiap wilayah penelitian akan disesuaikan dengan besar kecilnya jumlah populasi di masing-masing strata. Berdasarkan teknik dalam pengambilan sampel yang diutarakan oleh Slovin (Umar, 2004:108) besarnya sampel adalah dengan cara membagi jumlah populasi dengan batasan error kuadrat yang ditambahkan dengan satu. Atau secara ringkas apabila diaplikasikan dalam kasus penelitian ini, setidaknya jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebesar 307 orang responden. Melihat bahwa terdapatnya batasan-batasan yang dimiliki oleh peneliti seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tidak adanya enumerator, nampaknya jumlah tersebut dirasa tidak memungkinkan. Oleh karena hal tersebut, peneliti mengambil metode pengambilan sampel menurut Sevilla (dalam Subhan, 2011:52) yang menyatakan bahwa untuk penelitian korelasi dapat menggunakan setidaknya 30 subjek penelitian. Oleh karena hal tersebut, studi ini akan mengambil 30 orang responden yang berasal


(64)

41 dari fakultas keagamaan dan 30 orang responden dari fakultas non keagamaan atau umum.

Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah dengan metode quota sampling. Sampling kuota diartikan sebagai metode penarikan sampel dengan bentuk proportionate stratified random sampling, dimana suatu proporsi awal ditentukan terlebih dahulu sebagai sampelnya terhadap kelompok yang berbeda berdasarkan convinience. Selain itu juga metode sampel ini membatasi jumlah sampel hingga batas yang dianggap peneliti sudah mencukupi.

Berdasarkan statistik kepegawaian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari total 1.322 pegawai di tingkat fakultas, 70 persen (919 orang) berprofesi sebagai tenaga pengajar, baik tenaga pengajar tetap maupun tenaga pengajar kontrak. sedangkan 30 persen (403 orang) berprofesi baik sebagai pejabat struktural, pejabat fungsional, pegawai tetap, dan pegawai tidak tetap. Oleh karena itu peneliti akan mengambil responden tenaga pengajar sebanyak 42 orang (70 persen dari 60 orang) dan responden non tenaga pengajar sebanyak 18 orang (30 persen dari 60 orang).

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, data memegang peranan penting sebagai alat pembuktian hipotesis agar tercapainya tujuan dalam suatu penelitian. Penelitian harus mengetahui jenis data apa saja yang diperlukan dan bagaimana caranya mengidentifikasi, mengumpulkan, serta mengolah data tersebut. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dari individu muslim di


(1)

118 HASIL UJI DURBIN WATSON

Dependent Variable: KONSUMSI Method: Least Squares

Date: 08/19/14 Time: 21:34 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1480246. 1066010. 1.388586 0.1706 PENDAPATAN 0.146330 0.029744 4.919584 0.0000 USIA 79083.33 16832.06 4.698374 0.0000 RELIGIUSITAS -20141.38 8569.181 -2.350444 0.0224 FAKULTAS -127983.9 164662.8 -0.777248 0.4403 R-squared 0.648725 Mean dependent var 3440583. Adjusted R-squared 0.623177 S.D. dependent var 1027323. S.E. of regression 630631.5 Akaike info criterion 29.62649 Sum squared resid 2.19E+13 Schwarz criterion 29.80102 Log likelihood -883.7946 F-statistic 25.39308 Durbin-Watson stat 2.469240 Prob(F-statistic) 0.000000


(2)

119 HASIL UJI NORMALITAS

0 2 4 6 8 10 12 14

-1000000 0 1000000 2000000

Series: Residuals Sample 1 60 Observations 60

Mean -2.53E-10

Median -20704.71

Maximum 1840705.

Minimum -1651528.

Std. Dev. 608879.0

Skewness 0.030257

Kurtosis 4.330251

Jarque-Bera 4.433076


(3)

120 HASIL ESTIMASI 1

Dependent Variable: KONSUMSI Method: Least Squares

Date: 08/19/14 Time: 21:34 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1480246. 1066010. 1.388586 0.1706 PENDAPATAN 0.146330 0.029744 4.919584 0.0000 USIA 79083.33 16832.06 4.698374 0.0000 RELIGIUSITAS -20141.38 8569.181 -2.350444 0.0224 FAKULTAS -127983.9 164662.8 -0.777248 0.4403 R-squared 0.648725 Mean dependent var 3440583. Adjusted R-squared 0.623177 S.D. dependent var 1027323. S.E. of regression 630631.5 Akaike info criterion 29.62649 Sum squared resid 2.19E+13 Schwarz criterion 29.80102 Log likelihood -883.7946 F-statistic 25.39308 Durbin-Watson stat 2.469240 Prob(F-statistic) 0.000000


(4)

121 HASIL ESTIMASI 2

Dependent Variable: KONSUMSI Method: Least Squares

Date: 08/19/14 Time: 21:42 Sample: 1 60

Included observations: 60

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1507386. 1061665. 1.419832 0.1612 PENDAPATAN 0.147779 0.029581 4.995794 0.0000 USIA 77339.91 16622.87 4.652622 0.0000 RELIGIUSITAS -20594.87 8519.023 -2.417515 0.0189 R-squared 0.644866 Mean dependent var 3440583. Adjusted R-squared 0.625841 S.D. dependent var 1027323. S.E. of regression 628398.5 Akaike info criterion 29.60408 Sum squared resid 2.21E+13 Schwarz criterion 29.74370 Log likelihood -884.1223 F-statistic 33.89569 Durbin-Watson stat 2.440223 Prob(F-statistic) 0.000000


(5)

122 PENYEBARAN KUISIONER


(6)

123 PENGESAHAN IZIN MEMPEROLEH DATA