Instrumen Penelitian METODOLOGI PENELITIAN

Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU WAKTU HARI – HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jadi, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif Sugiyono, 2013, hlm. 222-223. Menurut Nasution Sugiyono, 2009, hlm. 61-62, peneliti sebagai instrumen tepat untuk penelitian kualitatif karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1 Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian. 2 Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. 3 Setiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia. 4 Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya diperlukan untuk merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan. 5 Peneliti sebagai instrumen dapat menganalisis data yang diperoleh. 6 Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan dari data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagi balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, dan perbaikan. 7 Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh atau menyimpang, justru mendapat perhatian. Respon yang lain dari yang lain, bahkan bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan pemahaman mengenai aspek yang diteliti. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Guba dan Lincoln dalam Basrowi Suwandi, 2008, hlm. 173 menjelaskan ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen pada penelitian kualitatif, dapat diidentifikasi sebagai berikut: responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan, serta memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim. Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU WAKTU HARI – HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sedangkan Danim 2003, hlm. 252 memberikan penjelasan beberapa alasan mengapa manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif yakni sebagi berikut: 1 Peneliti sebagi instrumen dapat berinteraksi dengan responden dan lingkungan yang ada, memiliki kepekaan dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus yang diperkirakan bermakna bagi penelitian. 2 Peneliti sebagai instrumen dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat memahami situasi dalam segala seluk – beluknya. Sebagai instrumen utama, peneliti dapat mengumpulkan aneka ragam data pada berbagai jenis dan tingkatan karena sifat holistik penelitian kualitatif menuntut kemampuan menangkap fenomena dan segala konteksnya secara simultan. 3 Peneliti sebagai instrument dapat merasakan, memahami dan menghayati secara kompeten dan simultan atas aneka fenomena yang muncul secara kontekstual atau melalui proses interaksi. Bersamaan dengan itu, peneliti dapat menganalisis, menafsirkan, dan merumuskan kesimpulan sementara dalam menentukan arah wawancara dengan pengamatan selanjutnya terhadap responden untuk memperdalam atau memperjelas temuan penelitian. 4 Dengan adanya peneliti sebagai instrumen utama memungkinkan fenomena dan respon yang aneh dan menyimpang, bahkan bertentangan, dapat digali lebih jauh dan mendalam.

E. Teknik Pengumpulan Data

Ethnomathematics mempunyai kaitan yang sama dengan ethnography dalam hal teknik lapangan yakni mengalami, bertanya dan memeriksa Wolcott 1992, hlm. 21. Mengalami yang dimaksud dalam skripsi ini yakni terjun langsung ke lokasi agar memperoleh kondisi yang tepat sebagai suatu studi lapangan. Bertanya yang dimaksudkan dalam skripsi ini yakni melakukukan pengumpulan data berupa observasi dan wawancara secara mendalam agar data yang diperoleh lebih akurat. Memeriksa yang dimaksudkan dalam skripsi ini Muhammad Alfi Syahrin, 2015 STUDY ETHNOMATHEMATICS PADA KALENDER ABOGE ALIF, REBO, WAGE SEBAGAI PENENTU WAKTU HARI – HARI BESAR ISLAM DAN UPACARA ADAT DI KERATON KASEPUHAN CIREBON Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yakni meminta bukti – bukti berupa dokumen atau naskah yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Peneliti terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan,ke tempat penelitian untuk mengetahui apakah penelitian dapat dilakukan. Studi pendahuluan sangat penting untuk dilakukan sebagai acuan untuk melaksanakan langkah penelitian selanjutnya. Studi pendahuluan dapat dilakukan dengan observasi atau wawancara. Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dalam penelitian kualitatif antara lain:. 1 Wawancara Moleong 2010, hlm. 186 menyatakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan menurut Denzin dan Lincoln Gunawan, 2013, hlm. 161 mengatakan bahwa “wawancara merupakan suatu percakapan, seni mengajukan pertanyaan dan mendengarkan. Wawancara bukan merupakan suatu hal yang netral, melainkan pewawancara menciptakan kondisi nyata sehingga tanya jawab dapat dilakukan dan jawaban dapat diperoleh. Wawancara menghasilkan pemahaman situasi berdasarkan peristiwa-peristiwa dari interaksi tertentu. Metode ini dipengaruhi oleh karakteristik personal pewawancara, meliputi ras, kelas, suku, dan gender. ” Menurut Stainback Sugiyono, 2009, hlm. 72 bahwa “dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang bagaimana partisipan menginterpretasikan suatu situasi dan peristiwa yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melaui observasi ”. Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam dari narasumber di Keraton Kasepuhan Cirebon, sehingga peneliti memperoleh hasil yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini wawancara data primer dilakukan kepada orang – orang yang di tunjuk oleh Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon. Secara garis besar, tahapan wawancara mendalam dalam penelitian ini, yaitu: