Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya Saraswati Di Bali
ABSTRAK
AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT HARI RAYA SARASWATI DI BALI
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya
Saraswati di Singaraja Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)
Oleh:
Annisa Fadhilah 41811031
Skripsi ini di bawah bimbingan:
Inggar Prayoga.,M.I.Kom
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya
Saraswati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi komunikatif, peristiwa komunikatif,
dan tindakan komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Saraswati.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi
komunikasi dengan informan yang berjumlah lima orang. Data diperoleh melalui wawancara
mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentasi, internet searching. Adapun teknis analisis data
yang digunakan deskripsi, analisisa dan interpretasi.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa situasi komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya
Saraswati yaitu di sekolah atau di pura sekolah. Peristiwa komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya
Saraswati perayaan dalam bentuk ritual khusus yang terjadi dua kali dalam satu tahun yang sudah
menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Hindu dengan tujuan untuk menghormati hari lahirnya ilmu
pengetahuan, berterimakasih atas ilmu pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Tindakan Komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya Saraswati yaitu dalam bentuk perintah,
pernyataan, permohonan dan non verbalKesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat Hari Raya
Saraswati di Bali merupakan suatu kebiasaan adat yang termasuk kedalam hari raya besar umat Hindu
yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, dan setiap rangkaiannya mempunyai aktivitas yang
khas. Makna dari saraswati sendiri mengenai ritual untuk menghormati dari lahirnya ilmu
pengetahuan dan unuk berterimakasih atas ilmu pengetahuan sebagai kunci kelangsungan hidup.Akhirnya Saran untuk seluruh masyarakat agar tetap melestarikan kebudayaan. Salah satu
dengan melesstarikan upacara adat Hari Raya Saraswati sebagai hari lahirnya ilmu pengetahuan. Bagi
masyarakat Bali untuk terus melaksanakan upacara adat Hari Raya Saraswati agar tetap terjaga dan
diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Kata Kunci : Etnografi Komunikasi, Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Hari Raya
Saraswati
ABSTRACT
COMMUNICATION ACTIVITY OF SARASWATI’S FEAST DAY CUSTOMARY CEREMONY
IN BALI
(Study of Ethnographic Communication of Communication Activity of Saraswati’s Feast Day
Customary Ceremony at Singaraja Regency of Buleleng, Province of Bali)
By:
Annisa Fadhilah
41811031
This Thesis is under the guidance of:
Inggar Prayoga.,M.I.Kom
This research having its purpose in order to know the communication activity of Saraswati’sFeast Day Customary Ceremony. The purpose of such research was to know communicative situation,
communicative events, and communicative acts upon Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony.
This research use qualitative research approach methods with ethnographic communication
approach by involving five (5) persons as informant. Data obtained through in -depth interview,
observation, literature study, documentation, internet surfing,. As for data analysis technique used are
description, analysis and interpretation.The result of such resea rch shows that communicative situation upon Saraswati’s Feast Day
Customary Ceremony happened at school or at Balinese Temple at school. Communicative event on
Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony in the form of special ritual which happened twice in a
year which has been cultural traditions by Hindu Community to honor the emergence of science, to be
grateful for science granted by The Almighty God. Communicative Acts upon Saraswati’s Feast Day
Customary Ceremony which in the form of orders, statements, pleads and non-verbal.Conclusion of such research that Communication Activities of Saraswati’s Feast Day Customary Ceremo ny in Bali are habitual customary which included into Hindus’ big feast day
which held twice in a year, and every sequences has its peculiarly. The meaning of Saraswati herself
concerning ritual to honor the emergence of science and to be grateful for science granted by The
Almighty God as the key to life continuity.Finally, suggestion for entire society to preserve the culture. One o f the way to preserve the
culture is preserved the Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony as the emergence of science.
For Bali society to still conducting Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony in order to stay
maintained and heritable to subsequent generations.
Key Word: Ethnographic Communcation, Communication Activity of Saraswati’s Feast Day
Customary Ceremony
AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT HARI RAYA
SARASWATI DI BALI
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam
Upacara Adat Hari Raya Saraswati di Singaraja Kabupten Buleleng, Bali
)
ARTIKEL
( Diajukan Sebagai Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu
(S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik)
Oleh,
ANNISA FADHILAH
NIM. 41811031
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI
JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
ABSTRAK
AKTIVITAS KOMUNIKASI UPACARA ADAT HARI RAYA
SARASWATI DI BALI
(Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat
Hari Raya Saraswati di Singaraja Kabupaten Buleleng Provinsi Bali)
Oleh:
Annisa Fadhilah 41811031
Skripsi ini di bawah bimbingan:
Inggar Prayoga.,M.I.Kom
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas Komunikasi Upacara Adat
Hari Raya Saraswati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui situasi komunikatif,
peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif pada Upacara Adat Hari Raya
Saraswati.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan pendekatan
etnografi komunikasi dengan informan yang berjumlah lima orang. Data diperoleh
melalui wawancara mendalam, observasi, studi pustaka, dokumentasi, internet searching.
Adapun teknis analisis data yang digunakan deskripsi, analisisa dan interpretasi.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa situasi komunikatif pada Upacara Adat
Hari Raya Saraswati yaitu di sekolah atau di pura sekolah. Peristiwa komunikatif pada
Upacara Adat Hari Raya Saraswati perayaan dalam bentuk ritual khusus yang terjadi dua
kali dalam satu tahun yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Hindu dengan
tujuan untuk menghormati hari lahirnya ilmu pengetahuan, berterimakasih atas ilmu
pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tindakan Komunikatif pada
Upacara Adat Hari Raya Saraswati yaitu dalam bentuk perintah, pernyataan, permohonan
dan non verbalKesimpulan dari penelitian ini bahwa Aktivitas Komunikasi Pada Upacara Adat
Hari Raya Saraswati di Bali merupakan suatu kebiasaan adat yang termasuk kedalam hari
raya besar umat Hindu yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun, dan setiap
rangkaiannya mempunyai aktivitas yang khas. Makna dari saraswati sendiri mengenai
ritual untuk menghormati dari lahirnya ilmu pengetahuan dan unuk berterimakasih atas
ilmu pengetahuan sebagai kunci kelangsungan hidup.Akhirnya Saran untuk seluruh masyarakat agar tetap melestarikan kebudayaan.
Salah satu dengan melesstarikan upacara adat Hari Raya Saraswati sebagai hari lahirnya
ilmu pengetahuan. Bagi masyarakat Bali untuk terus melaksanakan upacara adat Hari
Raya Saraswati agar tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya .
ABSTRACT
COMMUNICATION ACTIVITY OF SARASWATI’S FEAST DAY CUSTOMARY
CEREMONY IN BALI
(Study of Ethnographic Communication of Communication Activity of Saraswati’s
Feast Day Customary Ceremony at Singaraja Regency of Buleleng, Province of Bali)
By:
Annisa Fadhilah
41811031
This Thesis is under the guidance of:
Inggar Prayoga.,M.I.Kom
This research having its purpose in order to know the communication activity of
Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony. The purpose of such research was to know
communicative situation, communicative events, and communicative acts upon
Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony.This research use qualitative research approach methods with ethnographic
communication approach by involving five (5) persons as informant. Data obtained
through in-depth interview, observation, literature study, documentation, internet
surfing,. As for data analysis technique used are description, analysis and interpretation.
The result of such research shows that communicative situation upon Saraswati’s
Feast Day Customary Ceremony happened at school or at Balinese Temple at school.
Communicative event on Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony in the form of
special ritual which happened twice in a year which has been cultural traditions by
Hindu Community to honor the emergence of science, to be grateful for science granted
by The Almighty God. Communicative Acts upon Saraswati’s Feast Day Customary
Ceremony which in the form of orders, statements, pleads and non-verbal.Conclusion of such research that Communication Activities of Saraswati’s Feast Day Customary Ceremo ny in Bali are habitual customary which included into Hindus’
big feast day which held twice in a year, and every sequence s has its peculiarly. The
meaning of Saraswati herself concerning ritual to honor the emergence of science and to
be grateful for science granted by The Almighty God as the key to life continuity.Finally, suggestion for entire society to preserve the culture. One of the way to
preserve the culture is preserved the Saraswati’s Feast Day Customary Ceremony as the
emergence of science. For Bali society to still conducting Saraswati’s Feast Day
Customary Ceremony in order to stay maintained and heritable to su bsequent
generations.
Key Word: Ethnographic Communcation, Communication Activity of Saraswati’s Feast
Day Customary Ceremony1. Latar Belakang Masalah
Adat dan kebudayaan yang ada pada masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan agama dan kehidupan relijius masyarakat Hindu. Keduanya telah memiliki akar sejarah yang demikian panjang dan mencerminkan konfigurasi ekspresif dengan dominasi nilai dan filosofi relijius agama Hindu. Dalam konfigurasi tersebut tertuang aspek berupa esensi keagamaan, pola kehidupan, lembaga kemasyarakatan, maupun kesenian yang ada didalam masyarakat Bali.
Banyak orang diluar masyarakat Hindu hanya mengenal Hari Raya Nyepi atau Galungan saja. Padahal Umat Hindu memiliki beberapa Hari Besar Keagamaan lainnya, termasuk didalamnya Hari Raya Saraswati. Masyarakat Hindu memprecayai bahwa Hari Raya Saraswati merupakan hari ilmu pengetahuan, dimana Sang Hyang Widhi telah menciptakan ilmu pengetahuan bagi umat manusia supaya bisa menyelaraskan dirinya dengan alam. Hari Raya untuk memuja keagungan Dewi Saraswati dilaksanakan setiap 210 hari (enam bulan) sekali, yaitu pada hari Saniscara (sabtu) Umanis, Watugunung. Perayaan hari Saraswati di lakukan sebagai media untuk mengingatkan dan menyadarkan umat manusia betapa pentingnya arti ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Pengetahuan merupakan alat penopang di dalam kita mengarungi kehidupan, serta untuk meningkatkan kualitas kehidupan material dan spiritual menuju kehidupan yang lebih baik. Kata Saraswati sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang memiliki makna mengalir. Sehingga dalam penguraiannya lebih jauh lagi, kolam. Kata Saraswati dalam Veda memiliki arti merupakan mantra pujaan. Banyak Umat Hindu juga menghubungkan Saraswati dengan pemujaan terhadap
Dewa Visvedevah.Hal ini menarik untuk diteliti karena peneliti melihat kehidupan
masyarakat Bali menganut ajaran Hindu yang mempunyai kerangka dasar dengan meliputi tiga hal; Filsafat, upacara, dan Tata Susila. Peneliti tertarik meneliti upacara Hari Raya Sarasati sebagai hari lahirnya ilmu pengetahuan.
Upacara Hari Raya Saraswati dilakukan sebagai persembahan terhadap Dewi Saraswati dewi pelindung dan pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah Dewi Saraswati itulah kita menjadi manusia yang beradab dan memiliki beragam kebudayaan. Selain itu pentingnya meneliti Hari Raya Saraswati adalah karena pada setiap Hari Raya Saraswati jatuh pada tanggal
2 Mei bersamaan dengan Hari Pendidikan Nasional. Biasanya setiap warga negara Indonesia melakasnakan upacara bendera. Sedangkan Hari Raya Saraswati di Bali di tanggal yang sama sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan masyarakat Bali merayakan dengan berbagai rangkaian upacara adat.
Berdasarkan penjelasan penelitian uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian upacara Hari Raya Saraswati yang dilaksanakan oleh masyarakat Bali, karena memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Bali. Adapun dalam penelitian ini peneliti ingin mengungkapkan makna dari upacara kebudayaan tersebut dan melihat bagaimana proses aktivitas komunikasi yang terjadi didalamnya dan akan terlihat apabila dengan menggunakan pendekatan etnografi komunikasi yang akan menjelaskan setiap
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pernyataan mengenai masalah yang akan diteliti. Adapun rumusan masalah ini terdiri dari pernyataan makro dan pertanyaan mikro, yaitu sebagai berikut :
Rumusan Masalah Makro Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan inti dari permasalahan dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Hari Raya Saraswati di Desa Kampung Kajanan, Kecamatan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali?’’
Rumusan Masalah Mikro Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian, maka inti masalah tersebut peneliti jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah, sebagai berikut : 1.
Bagaimana Situasi Komunikatif dalam Upacara Hari Raya Saraswati Desa Kampung Kajanan, Kecamatan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali? 2. Bagaimana Peristiwa Komunikatif dalam Upacara Hari Raya Saraswati
Desa Kampung Kajanan, Kecamatan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali?
3. Bagaimana Tindakan Komunikatif dalam Upacara Hari Raya Saraswati
Desa Kampung Kajanan, Kecamatan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali? 3.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan tradisi etnografi komunikasi, teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik, dimana digunakan untuk menganalisis aktivitas komunikasi adat Hari Raya Saraswati di Bali. Dalam etnografi komunikasi, menemukan aktivitas komunikasi sama artinya dengan mengidentifikasikan peristiwa komunikasi atau proses komunikasi. Jadi aktivitas komunikasi menurut etnografi komunikasi tidak bergantung pada adanya pesan, komunikator, komunikasi, media, efek, dan sebagainya.
Adapun pengertian Aktivitas Komunikasi menurut Hymes dalam buku Engkus Kuswarno adalah aktivitas khas yang kompleks, yang didalamnya terdapat peristiwa-peristiwa khas komunikasi yang melibatkan tindak-tindak komunikasi tertentu dan dalam konteks komunikasi yang tertentu pula (Kuswarno, 2008: 42).
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dilihat dari konteks terjadinya upacara adat hari raya Saraswati dilakukan di Pura dan di area sekolah SMKN 2 Singaraja. Adapun konteks terjadinya komunikasi dalam upacara adat hari raya Saraswati hanya dilakukan di Pura sekolah dan di area sekolah, situasi komunikatif tetap sama walaupun lokasinya beberapa hal lainnya seperti sakit dn sedang berada di luar kota bisa melakukan persembahyangan di rumah. Ketika siswi sedang mengalami haid tidak diperbolehkan memasuki Pura karena Pura adalah tempat yang suci. Selain itu tempat yang digunakan untuk melaksanakan upacara adat Saraswati adalah pantai.
Situasi yang memungkinkan untuk setiap orang yang berada di Pura melakukan komunikasi pada saat upacara adat berlangsung interaksi yang terjadi antara ketua upacara adata yaitu, pemangku dan para peserta yaitu, kepala sekolah, guru, staf sekolah dan siswa adalah ketika sebelum dan sesudah upacara selesai adapun ketika upacara berlangsung ketika ada jeda-jeda sedikit. Komunikasi terjadi di Pura terjadi pada saat sebelum upacara dan sesudah upacara berlangsung. Komunikasi pada saat sebelum upacara berlangsung biasanya seperti saat mempersiapkan banten-banten, banten yang dipersiapkan ada beberapa banten yaitu banten peras, banten ajuma, dan ketupat kelana yang akan digunakan untuk persembahayangan antara peserta dan ketua upacara adat. Dan untuk sesama peserta komunikasi sebelum upacara berlangsung adalah ketika menunggu upacara dimulai.Komunikasi pada saat sebelum upacara berlangsung ketika peserta membantu ketua adat untuk membereskan banten-banten yang digunakan paca saat upacara
Pada peristiwa komunikatif terdapat beberapa komponen yang perlu diuraikan, yaitu kata SPEAKING, yang terdiri dari: setting/scence, partisipants,
ends, act sequence, keys, instrumentalities, norms of interaction, genre. Dengan
dilaksanakannya Upacara Hari Raya Saraswati selaim bertujuan untuk diwariskan dari generasi ke generasi. Tujuan yang paling penting adalah untuk menghormati pentingnya ilmu pengetahuan.
Tindakan komunikatif merupakan bagian dari peristiwa komunikatif. Tindakan komunikatif pada dasarnya bersifat koterminus (saling menutup, jangan terlalu sempit dan jangan terlalu luas) dengan fungsi interaksi tunggal, seperti pernyataan referensial, permohonan, atau perintah, dan bisa bersifat verbal atau non verbal. Dalam konteks komunikatif, bahkan diam pun merupakan tindakan komunikatif konvensional.
Definisi dari komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata, melainkan menggunakan bahasa isyarat seperti gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan berupa kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, sentuhan dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti akan menganalisis tindakan komunikasi upacara adat hari raya Saraswati hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memberikan gambaran bagaimana sebenarnya komunikasi. Proses komunikasi tidak selalu disampaikan dengan komunikasi verbal saja, tetapi ada juga komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan komunikasi non verbal. Lalu komunikasi juga bisa berupa lisan atau pun tulisan.
Komunikasi verbal pada saat upacara berlangsung yaitu untuk para peserta dan ketua upacara adat melakukan komunikasi dengan membacakan mantram- mantram dan puji-pujian yang ada di kitab Weda dan menyampaikan seluruh dibacakan adalah untuk berdo’a dan untuk memanggil dewi saraswati saat upacara berlangsung.
Komunikasi non verbal disini meliputi penyampaian pesan melalui gerakan tubuh, penggunaan pesan (Proksemik), penggunaan pesan suara (paralinguistic), penggunaan pesan artifaktual yang diungkapakan melalui penampilan dan aksesoris yang dikenakan,penyampaian pesan melalui sentuhan, gerakan tubuh (kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, gestur dan postur).
Komunikasi non verbal yang digunakan saat upacara adat berlangsung yaitu ketika melakukan persembahyangan dan cara duduk, kontak mata saat berdoa, pakaian pada saat mengikuti upacara berlangsung hingga upacara selesai. Pada saat upacara adat gerakan tubuh seperti kontak mata,kontak mata yang biasanya, dilakukan oleh ketua upacara adalah dengan mata yang agak tegas jika ada peserta yang tidak serius. Mata harus tertutup ketika berdoa, eskpresi wajah yang serius sambil menutup mata dan membaca mantram tanpa mengeluarkan suara sambil bergumam, tangan pada saat berdo’a tangan kanan berada diluar tanga kiri berada didalam dan ibu jari disatukan sehingga membentuk segitiga, pada saat upacara cara duduk perempuan harus melipat kaki kebelakang dan untuk laki-laki kaki harus disilangkan. Selama upacara berlangsung, peneliti mengamati perilaku non verbal yang dilakukan oleh peserta yaitu menghaturkan puje dengan posisi duduk, kedua tangan disimpan di depan dada dan mata terpejam, dimana ini merupakan arti bahwa ketika sedang menghaturkan puje, kita harus memusatkan pikiran kepada Tuhan. Selama upacara berlangsung, peneliti juga melihat peserta yang
5. Kesimpulan
Situasi Komunikatif, Situasi komunikatif dalam Upacara Hari Saraswati adalah pada saat terjadinya upacara adat berlangsung yaitu di Sekolah, Pura Sekolah dan pantai.
Peristiwa Komunikatif Upacara Adat Hari Raya Saraswati merupakan upacara adat yang dilakukan oleh seluruh umat Hindu terutama para siswa dan seluruh peserta yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Upacara Adat Hari Raya Saraswati terjadi dua kali dalam setahun. Merupakan upacara yang bersifat spiritual keagamaan, dan kepercayaan masyarakat dalam mengekpresikan pola kehidupan manusia sebagai mahluk sosial dan sebagai individu sebagai pengungkapan rasa syukur atas karunia Dewi Ilmu Pengetahuan Dewi Saraswati Tindakan Komunikatif Upacara Adat Hari Raya Saraswati tindakan komunikatif merupakan bentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal, bentuk perintah dan pernyataan yang ada bahwa upacara adat hari raya saraswati harus dilaksanakan 6.
Daftar Pustaka Buku-buku :
Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta : GRAHA
ILMU Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : KENCANA Budyatna, Muhammad & Ganiem, Leila Mona. 2011. Teori Komunikasi
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Devito, Joseph A. 2011. Komunikasi Antarmanusia. Pamulang : KARISMA Publishing Group Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi I. Jakarta : Rineka Cipta.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi. Bandung : Widya Padjajaran.
Liliweri,Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : LKIS. Little Jhon, Stephen W. Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication. Jakarta : Salemba Humanika.
Moleong, P. Lexy. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Revisi. Bandung : Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Spradley. James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana
Sumber Lain :
Muhammad Sofyan . 2014. Skripsi : berjudul Aktivitas Komunikasi
Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci,
Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci) : Telkom University Bandung
Hamdan Pribadi Baehaki, 2014. Skripsi : berjudul Aktivitas Komunikasi
Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi) : Universitas Komputer Indonesia
2014. Skripsi : berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara
Ratna Wulansari,
Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung). Universitas Komputer Indonesia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai teori-teori yang relevan mengenai penelitian ini, serta studi literatur, dokumen atau arsip yang mendukung, yang telah dilakukan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah referensi yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan acuan antara lain sebagai berikut:
1. (Hamdan Pribadi Baehaki, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Jurnalistik. UNIKOM)
Penelitian ini berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara adat Labuh Saji.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yaitu interaksi simbolik. Subjek penelitian adalah masyarakat Pelabuhan Ratu yang mengikuti upacara adat Labuh Saji, terdiri dari 5 (lima) informan yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi partisipan, catatan lapangan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching.
Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa, Situasi Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat Labuh Saji ini bersifat sakral, tempat pelaksanaannya yaitu Pendopo, TPI (Tempat Pelelangan Ikan) atau Dermaga Pelabuhan Ratu, serta ke tengah laut. Peristiwa Komunikatif dalam upacara adat Labuh Saji yaitu perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi, sedangkan Tindak Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat LabuhSaji yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal. Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi upacara adat Labuh Saji merupakan suatu kebiasaan adat yang diturunkan turun menurun untuk merayakan upacara adat itu sendiri secara khusus yang dilaksanakan setahun sekali, akan tetapi setiap rangkaiannya mempunyai makna yang sama dan aktivitas yang khas. Saran penelti untuk masyarakat Pelabuhan Ratu harus tetap terus berjalan dalam menjalankan tradisi budaya upacara
2. (Muhammad Sofyan, 2014. Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Marketing Communication. Telkom University)
Penelitian ini berjudul Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli (Studi Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Hindu-Bali Di Kabupaten Bangli, Desa Tegal Suci)
Sistem patrilineal menjadi suatu adat menurut keyakinan masyarakat Bali dalam melaksanakan pernikahan, dimana sistem ini lebih mengutamakan garis keturunan laki-laki. Pernikahan yang berlangsung pada penelitian ini merupakan pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, tetapi sudah dianggap sah karena salah satu pasangan non-Hindu telah di-Sudhi Wadani-kan atau sudah disahkan secara agama untuk memeluk agama Hindu dengan ikhlas dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar. Mereka menikah secara sah menurut agama Hindu dan mengikuti aturan-aturan yang terdapat di dalamnya sebagai bentuk keyakinan bahwa dalam Hindu pernikahan merupakan suatu bentuk pengagungan kepada Tuhan untuk meneruskan garis keturunan melalui pernikahan.
Metode yang digunakan adalah metode studi etnografi komunikasi dalam penelitian kualitatif. Data diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan Pemangku, Calon Mempelai Pria, observasi partisipan, kemudian data diuji kebenarannya dengan metode triangulasi, kemudian hasil data tersebut dianalis dengan menggunakan reduksi data, penyajian data dalam uraian singkat, dan pengambilan kesimpulan yang akan menghasilkan bentuk uraian yang tersusun secara detail dan sistematis.
Hasil penelitian yang diperoleh yaitu situasi komunikatif pada pernikahan tersebut sangat sakral dan kental akan budaya Bali.
Peristiwa komunikatif memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai proses terjadinya pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara. Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal. Ketiga unsur tersebut menajdi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada pernikahan Hindu-Bali di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli, Bali.
3. (Ratna Wulansari, 2014 Ilmu Komunikasi. Konsentrasi Jurnalistik. UNIKOM)
Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung).
Penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif tradisi etnografi komunikasi dengan teori subtantif yang diangkat yaitu interaksi simbolik.
Subjek penelitian adalah yang terlibat dalam Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung sebanyak 5 (lima) orang, terdiri dari 3 (tiga) informan dan 2 (dua) informan kunci yang diperoleh melalui teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi tanpa partisipan, studi kepustakaan, dokumentasi dan internet searching. Teknik uji keabsahan data dengan cara peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, kecukupan referensi dan pengecekan anggota.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, Situasi komunikatif dalam Upacara Adat Mapag panganten terdapat dua situasi terjadinya komunikasi yaitu Persiapan dan Pertunjukan. Peristiwa komunikatif, upacara adat mapag panganten ini dilaksankan untuk terus melestarikan tradisi adat sunda dalam pernikahan adat sunda. Tindakan komunikatif yang ada dalam upacara adat mapag panganten adalah gerakan tarian, permohonan, dan musik. Simpulan dari penelitian ini bahwa aktivitas komunikasi ritual dalam upacara adat mapag panganten bermula dari pria atau raja. Upacara ini dilaksankan sebagai tanda bentuk penghormatan dan bentuk kebahagian bagi keluarga calon pengantin wanita. Saran dalam penelitian yang dilakukan ini, peneliti harus mampu memberikan suatu masukan berupa saran-saran yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdaahulu No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Hasil Penelitian Kesimpulan
Penelitian
1 Aktivitas Hamdan Etnografi Hasil dari penelitian Simpulan dari
Komunikasi Pribadi menunjukan bahwa, penelitian ini bahwa Upacara Baehaki, 2014. Situasi Komunikatif aktivitas komunikasi Adat Labuh Saji (St Ilmu yang terdapat dalam upacara udi Etnografi Komunikasi. upacara adat Labuh Saji Komunikasi Konsentrasi adat Labuh Saji ini merupakan suatu Mengenai Aktivitas Jurnalistik. bersifat sakral, kebiasaan adat yang Komunikasi Dalam UNIKOM tempat diturunkan turun Upacara pelaksanaannya menurun untuk
Adat Labuh Saji di yaitu Pendopo, TPI merayakan upacara Pantai Pelabuhan (Tempat Pelelangan adat itu sendiri Ratu Kabupaten Ikan) atau Dermaga secara khusus yang Sukabumi)
Pelabuhan Ratu, dilaksanakan setahun serta ke tengah laut. sekali, akan tetapi Peristiwa setiap rangkaiannya Komunikatif dalam mempunyai makna upacara yang sama dan adat Labuh Saji yaitu aktivitas yang khas. perayaan dalam bentuk ritual khusus yang dilaksanakan satu tahun sekali yang sudah menjadi tradisi budaya oleh masyarakat Pelabuhan Ratu Kabupaten
Komunikatif yang terdapat dalam upacara adat LabuhSaji yaitu berbentuk perintah, pernyataan, permohonan dan perilaku nonverbal
Aktivitas Muhammad Etnografi Hasil penelitian
2 Komunikasi Sofyan, 2014. yang diperoleh
Upacara Ilmu yaitu situasi Pernikahan Hindu- Komunikasi. komunikatif pada Bali yang Konsentrasi pernikahan tersebut dilaksanakan di Marketing sangat sakral dan Desa Tegal Suci, Communicatio kental akan budaya Kabupaten Bangli n. Telkom Bali. Peristiwa (Studi Etnografi University komunikatif Komunikasi Dalam memberikan Upacara gambaran secara
Pernikahan Hindu- keseluruhan Bali Di Kabupaten mengenai proses Bangli, Desa Tegal terjadinya Suci) pernikahan dari awal, ritual upacara pernikahan sampai akhir ritual upacara.
Sedangkan tindak komunikatif mendeskripsikan secara mendetail bagaimana tindakan-tindakan atau interaksi yang terjadi memberikan arti simbolik sebagai pesan komunikasi non verbal. Ketiga unsur tersebut menajdi kunci dalam mendeskripsikan proses komunikasi yang terdapat pada
Suci, Kabupaten Bangli, Bali.
3 Aktivitas Ratna Etnografi Hasil dari penelitian Simpulan dari
Komunikasi Wulansari, menunjukkan penelitian ini bahwa Upacara Adat 2014 Ilmu bahwa, Situasi aktivitas komunikasi Mapag Panganten Komunikasi. komunikatif dalam ritual dalam upacara di Kota Bandung Konsentrasi Upacara Adat adat mapag (Studi Etnografi Jurnalistik. Mapag panganten panganten bermula Komunikasi UNIKOM terdapat dua situasi dari tradisi kerajaan Mengenai Aktivitas terjadinya sunda, yang Komunikasi komunikasi yaitu dilaksankan untuk
Upacara Adat Persiapan dan menjemput calon Mapag Panganten Pertunjukan. pengantin pria atau di Kota Bandung). Peristiwa raja. Upacara ini komunikatif, upacara dilaksankan sebagai adat mapag tanda bentuk panganten ini penghormatan dan dilaksankan untuk bentuk kebahagian terus melestarikan bagi keluarga calon tradisi adat sunda pengantin wanita. dalam pernikahan adat sunda. Tindakan komunikatif yang ada dalam upacara adat mapag panganten adalah gerakan tarian, permohonan, dan musik.
Sumber: Peneliti,2015
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian Nomor 1 dengan judul Penelitian Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji. Dimana penelitian ini dimaksudkan untuk menguraikan secara mendalam tentang Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji. Untuk menjabarkannya, maka fokus masalah tersebut peneliti dibagi ke dalam beberapa sub-sub masalah mikro yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindak komunikatif dalam upacara adat Labuh Saji. Sedangkan penelitian yang peneliti membahas aktivitas komunikasi upacara adat Hari Raya Saraswati di Bali. Jika melihat masalah mikro yang sama pada penilitian ini. Objek penelitian yang peneliti teliti adalah mengenai bagaimana aktivitas komunikasi pada upacara adat Hari Raya Saraswati.
Perbedaan penelitian Aktivitas Komunikasi Upacara Pernikahan Hindu-Bali yang dilaksanakan di Desa Tegal Suci, Kabupaten Bangli pada penelitian ini merupakan pernikahan dari pasangan yang berbeda agama, tetapi sudah dianggap sah karena salah satu pasangan non- Hindu telah di-Sudhi Wadani-kan atau sudah disahkan secara agama untuk memeluk agama Hindu dengan ikhlas dan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak luar. Mereka menikah secara sah menurut agama Hindu dan mengikuti aturan-aturan yang terdapat di dalamnya sebagai bentuk keyakinan bahwa dalam Hindu pernikahan merupakan suatu bentuk pengagungan kepada Tuhan untuk meneruskan garis keturunan melalui pernikahan. Meski memiliki persamaan tempat penelitian di Bali, perbedaan penelitian yang peneliti teliti ambil adalah mengenai upacara adat yang termasuk pada hari besar di Bali sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan.
Perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian nomor 3 dengan judul penelitian Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung adalah penilitian ini Untuk menjabarkannya, maka fokus yaitu situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, dan tindakan komunikatif dalam Upacara Adat Mapag Panganten di Kota Bandung. Sedangkan penelitian yang peneliti teliti adalah menjabarkan situasi komunikatif, peristiwa komunikatif, tindakan komunikatif pada upacara adat Hari Raya Saraswati di Bali.
2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi
Komunikasi, dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan. Menurut Rene Spitz, komunikasi (ujaran) adalah jembatan antara bagian luar dan bagian dalam kepribadian: “Mulut sebagai rongga utama adalah jembatan antara persepsi dalam dan persepsi luar; ia adalah tempat lahir semua persepsi luar dan model dasarnya; ia adalah tempat transisi bagi perkembangan aktivitas intensional, bagi munculnya kemauan dari kepasifan.
2.1.2.1 Defininisi Komunikasi
Kata atau istilah “komunikasi” (bahasa Inggris communication) berasal dari communicates dalam bahasa Latin yang artinya “berbagi” atau “menjadi milik bersama”. Dengan demikian, komunikasi menurut Lexicographer (ahli kamus bahasa) menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Sementara itu, dalam Webster’s New Collegate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain dijelaskan bahwa komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
Menurut Hovland, Janis dan Kelley dalam Sendjaja (2007:1.10), Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Harold Lasswell dalam Mulyana (2004:62) mengatakan cara baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Atau Siapa mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?. Dari pengertian-pengertian diatas maka diambil kesimpulan bahwa Komunikasi adalah “suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi dalam diri seseorang dan/atau di antara dua orang a tau lebih dengan tujuan tertentu”.
2.1.2.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau Unsur-unsur ini bisa juga disebut komponen atau elemen komunikasi. Terdapat beberapa macam pandangan tentang banyaknya unsur atau elemen yang mendukung terjadinya komunikasi. Ada yang menilai bahwa terciptanya proses komunikasi, cukup di dukung oleh tiga unsur, sementara ada juga yang menambahkan umpan balik dan lingkungan selain kelima unsur yang telah disebutkan. (Cangara, 2006: 21).
2.1.2.3 Komponen-komponen Komunikasi
Secara linier, proses komunikasi sedikitnya melibatkan empat elemen atau komponen sebagai berikut:
1. Sumber/pengiriman pesan/komunikator, yakni seseorang atau sekelompok orang atau suatu organisasi/institusi yang mengambil inisiatif menyampaikan pesan.