7 penelitian yang ditetapkan untuk selanjutnya digunakan dalam
landasan pembahasan dan pemecahan masalah serta berisitentang rumusan hipotesis penelitian.
BAB III : Metode Penelitian
Bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji asumsi klasik, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis.
BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil yang didasarkan pada hasil analisis data.
BAB V : Simpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.
8
BAB II KAJI AN PUSTAKA DAN H I POTES IS PE NELIT IAN
2.1 Landasan Teori Dan Konsep
2.1.1 Teori Keagenan Agency Theory
Teori keagenan agency theory dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini muncul ketika ada hubungan kontrak kerja sama antara
manajer dan pemegang saham. Hubungan kontrak kerja sama tersebut berupa pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi
pencapaian tujuan pemegang saham. Manajer diangkat oleh pemilik untuk menjalankan operasional perusahaan
karena pemegang saham memiliki keterbatasan dalam mengelola perusahaan. Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengawasan ini dapat memicu
konflik. Jensen dan Meckling 1976 berargumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam
perusahaan. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan memungkinkan terjadinya asimetri informasi antara manajemen agent dengan
pemilik principal sehingga terdapat kesempatan bagi manajer untuk bertindak opportunistic untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan
pemilik atau pemegang saham. Tindakan opportunistic manajer dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan oleh pihak instutusi yang
dikenal dengan kepemilikan institusional. Berle dan Means 1932 dalam Himmelberg 1999 mengemukakan bahwa pengawasan monitoring yang rendah
terhadap manajer oleh pemegang saham dapat mengakibatkan aset perusahaan