Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening.

(1)

(2)

i

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

DENGAN KEBIJAKAN HUTANG SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Oleh :

A. A. AYU UCCAHATI WARAPSARI NIM : 1206305036

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana Denpasar


(3)

(4)

iii

PE RNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 20 April 2016 Mahasiswa,

A. A. Ayu Uccahati Warapsari NIM. 1206305036


(5)

iv

KATA PE NGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Dr. A.A.G.P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak. dan Dr.I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak., masing-masing selaku Ketua Jurusan Akuntansi dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Dr. Drs. I Dewa Gede Dharma Suputra, M.Si., Ak., sebagai Pembimbing Akademik.

5. Dr. I G.N. Agung Suaryana, SE., M.Si., Ak., dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini. 6. Ni Made Adi Erawati, SE., M.Si., dosen pembahas yang selalu meluangkan

waktu dan memberikan arahan kepada penulis.

7. Agus Indra Tenaya, SE., MSA(HumBis), Ak., selaku tim penguji atas waktu dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Keluarga tercinta,A. A. Putu Putra, Harini Pancaningsih, A. A. Ayu Lila Paramasatiari, A. A. Ayu Hema Paramanandani, A.A. B. Pramananugraha H.P. atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana. 9. A. A. Made Ananda Putra Suardana, Luh Ayu Ratih Purnamasari, Linda

Lestiana, Ni Wayan Ratna Dewi, Dewi Anggreni, April S., dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi dukungan dan motivasi.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Denpasar, 20 April 2016 Penulis


(6)

v

Judul : Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening

Nama : A. A. Ayu Uccahati Warapsari NIM : 1206305036

Abstrak

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor karena nilai perusahaan merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan nilai perusahaan menunjukkan peningkatan kemakmuran pemegang saham. Peningkatan nilai perusahaan dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan. Kerja sama yang kurang baik antara shareholder dan stakeholder dapat menimbulkan masalah agensi. Beberapa upaya yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi adalah dengan mengurangi penggunaan hutang dan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajerial ataupun oleh institusional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan hutang sebagai variabel intervening.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013—2014. Purposive sampling digunakan sebagai metode pemilihan sampel dengan tiga kriteria yang menghasilkan 30 perusahaan sebagai sampel yang layak diobservasi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, (2) Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, (3) Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (4) Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (5) Kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian...4

1.3 Tujuan Penelitian ...5

1.4 Kegunaan Penelitian ...5

1.5 Sistematika Penulisan ...6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...8

2.1 Landasan Teori Dan Konsep ...8

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) ... 8

2.1.2 Trade Off Theory ... 10

2.1.3 Struktur Kepemilikan ... 10

2.1.4 Kebijakan Hutang... 12

2.1.5 Nilai Perusahaan... 13

2.2 Hipotesis Penelitian ...13

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang ... 13

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang ... 14

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ... 15

2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ... 16

2.2.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ...18

3.1 Desain Penelitian ...18


(8)

vii

3.3 Objek Penelitian ...19

3.4 Identifikasi Variabel ...19

3.5 Definisi Operasional Variabel ...20

3.6 Jenis dan Sumber Data ...21

3.6.1 Jenis Data ... 21

3.6.2 Sumber Data ... 22

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel ...22

3.8 Metode Pengumpulan Data ...23

3.9 Teknik Analisis Data ...23

3.9.1Analisis Statistik Deskriptif ... 23

3.9.2Uji Asumsi Klasik ... 23

3.9.3 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 25

3.9.4 Uji Sobel ... 29

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...30

4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ...30

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ...31

4.3 Uji Asumsi Klasik ...33

4.3.1 Uji Normalitas ... 33

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 34

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 35

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 36

4.4 Hasil Analisis Jalur ...37

4.5 Uji Sobel ...41

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian ...43

4.6.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang ... 43

4.6.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang ... 44

4.6.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan ... 45

4.6.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ... 46

4.6.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan ... 48

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...49

5.1 Simpulan ...49

5.2 Saran ...49

DAFTAR RUJUKAN ...51


(9)

viii

DAFTAR T ABEL

No Tabel Halaman

Tabel 4.1 Hasil Pemilihan Sampel……… 30

Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif……….. 31

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Persamaan Regresi 1……… 33

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Persamaan Regresi 2……… 33

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Regresi 1……….. 34

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Persamaan Regresi 2……….. 35

Tabel 4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas Persamaan Regresi 1……….... 35

Tabel 4.8 Hasil Uji Heterokedastisitas Persamaan Regresi 2……… 36

Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Regresi 1………. 36

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Regresi 2………... 37

Tabel 4.11 Ringkasan Koefisien Jalur dan Signifikansi Hubungan Antarvariabel……… 39


(10)

ix

DAFTAR GAMB AR

No. Gambar Halaman

Gambar 3.1 Desain Penelitian………... 18 Gambar 3.2 Model analisis jalur Pengaruh Kepemilikan Manajerial

dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai

Variabel Intervening……….. 27 Gambar 4.1 Model analisis jalur Pengaruh Kepemilikan Manajerial

dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai


(11)

x

DAFTAR L AMPI RAN

No. Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2013—2014 ...56

2. Hasil Tabulasi Data ...60

3. Hasil Statistik Deskriptif Data Uji ...61

4. Hasil Output Uji Asumsi Klasik ...62

5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...67


(12)

1 BAB I PE NDAH ULUAN

1.1 Lata r B el akang Ma salah

Nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor karena nilai perusahaan merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Tujuan utama sebagian besar perusahaan, terutama perusahaan yang berorientasi bisnis adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat merupakan harapan bagi para pemegang saham karena peningkatan nilai perusahaan menunjukkan peningkatan kemakmuran pemegang saham. Peningkatan nilai perusahaan dapat tercapai apabila ada kerja sama antara manajemen perusahaan dengan pihak lain yang meliputi shareholder maupun stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan keuangan dengan tujuan memaksimumkan modal kerja yang dimiliki. Masalah diantara kedua pihak tersebut tidak akan terjadi bila tindakan antara manajer dengan pihak lain berjalan sesuai. Penyatuan kepentingan kedua pihak tersebut sering kali menimbulkan masalah pada kenyataannya. Masalah diantara manajer dan pemegang saham disebut masalah keagenan (agency problem). Konsep theory of the firm (Jensen dan Meckling, 1976) menjelaskan bahwa agency problem dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Diperlukan sebuah kontrol dari pihak luar sehingga dapat mengarahkan tujuan perusahaan sebagaimana mestinya.

Menurut Margaretha dan Asmariani (2009) dalam Ali dan Miftahurrohman (2014) dalam kontek agency cost model, salah satu upaya yang


(13)

2

dapat digunakan untuk mengurangi agency problem dan agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham, baik kepemilikan oleh manajerial (insider ownership) ataupun kepemilikan oleh institusional (institutional

ownership). Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk

menyejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga diharapkan dapat menurunkan kecenderungan manajer untuk melakukan tindakan mengonsumsi perquisites yang berlebihan. Perusahaan juga dapat meningkatan kepemilikan institusional. Admati et. al. (1994) serta Shleifer dan Vishny (1997) menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan saham oleh pihak institusional dapat mengurangi tindakan opportunistic manajer melalui mekanisme monitoring.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan, struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang, dan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Wulandari (2012) menyimpulkan bahwa struktur kepemilikan, yakni kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian dari Rizqia et al.(2013) dan Kusumaningsih (2012) menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Haryono, dkk. (2015) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan pada nilai perusahaan, hal ini sama dengan hasil penelitian Sukirni (2012) dan Abukosim, et al. (2014) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian dari Naini dan Wahidahwati (2014),


(14)

3

Hapsari (2015), serta Dewi dan Wirajaya (2013) menunjukkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, peneliti ingin menguji kembali variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya karena peneliti menambah variabel kebijakan hutang sebagai variabel mediasi.

Kebijakan hutang merupakan salah satu keputusan pendanaan yang berasal dari eksternal perusahaan. Penggunaan hutang perlu dikendalikan karena hutang yang terlalu besar dapat meningkatkan tingkat risiko kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap. Pengendalian penggunaan hutang dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang semakin meningkat akan membuat kekayaan pribadi manajemen semakin terikat erat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi risiko kehilangan kekayaannya (Diana dan Irianto, 2008). Pengendalian penggunaan hutang juga dapat dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan institusional. Monitoring yang efektif dari pihak Institusional terhadap kinerja manajemen dapat menyebabkan penggunaan hutang menurun karena manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab hutang yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan mengalami gagal bayar dan berakhir pada kebangkrutan.

Kebijakan hutang dapat dipengaruhi oleh struktur kepemilikan dan memengaruhi nilai perusahaan sehingga kebijakan hutang dipilih menjadi variabel mediasi dalam penelitian ini. Keberadaan variabel mediasi pada penelitian ini


(15)

4

bertujuan untuk melihat pengaruh langsung atau tidak langsung dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode 2013—2014 dipilih sebagai periode pengamatan dalam penelitian ini karena belum pernah disajikan sebagai bahan penelitian sejenis dan dapat memberikan gambaran terkini keuangan dari sebuah perusahaan sehingga peneliti memutuskan mengambil judul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Institusional terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening”.

1.2 Ru mus an Mas alah Pen eli tian

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang?

2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan hutang?

3) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan?


(16)

5 1.3 Tujuan Pen eli tian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.

2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang.

3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan.

4) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

5) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan.

1.4 Keguna an Pen eli tia n

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, sebagai berikut:

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini mendukung agency theory yang menjelaskan bahwa kepemilikan saham yang tinggi oleh pihak institusional dapat mengawasi tindakan manajemen secara lebih efektif. Semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan yang


(17)

6

dapat membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada pihak manajerial perusahaan mengenai pentingnya kepemilikan institusional dalam mengontrol penggunaan hutang sehingga manajer dapat menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan risiko kebangkrutan. Bagi investor, penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai pentingnya mempertimbangkan besarnya kepemilikan saham oleh pihak institusional untuk mengetahui kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur.

1.5 Sistematik a Penuli s an

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab memiliki hubungan yang saling berkaitan. Deskripsi masing-masing bab akan dijelaskan sebagai berikut. BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan mengenai isi skripsi yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian

Bab ini menguraikan teori-teori yang telah diperoleh melalui studi pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah


(18)

7

penelitian yang ditetapkan untuk selanjutnya digunakan dalam landasan pembahasan dan pemecahan masalah serta berisitentang rumusan hipotesis penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini membahas tentang desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, uji asumsi klasik, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis.

BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil yang didasarkan pada hasil analisis data.

BAB V : Simpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(19)

8 BAB II

KAJI AN PUSTAKA DAN H I POTES IS PE NELIT IAN

2.1 Landasan Teori Da n Kons ep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (agency theory) dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini muncul ketika ada hubungan kontrak kerja sama antara manajer dan pemegang saham. Hubungan kontrak kerja sama tersebut berupa pemberian wewenang oleh pemegang saham kepada manajer untuk bekerja demi pencapaian tujuan pemegang saham.

Manajer diangkat oleh pemilik untuk menjalankan operasional perusahaan karena pemegang saham memiliki keterbatasan dalam mengelola perusahaan. Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengawasan ini dapat memicu konflik. Jensen dan Meckling (1976) berargumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan. Pemisahan kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan memungkinkan terjadinya asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) sehingga terdapat kesempatan bagi manajer untuk bertindak opportunistic untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya tanpa persetujuan pemilik atau pemegang saham. Tindakan opportunistic manajer dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan oleh pihak instutusi yang dikenal dengan kepemilikan institusional. Berle dan Means (1932) dalam Himmelberg (1999) mengemukakan bahwa pengawasan (monitoring) yang rendah terhadap manajer oleh pemegang saham dapat mengakibatkan aset perusahaan


(20)

9

digunakan oleh manajer untuk kepentingannya sendiri dan bukan untuk memaksimumkan kekayaan pemegang saham (shareholder value). Perbedaan informasi yang dimiliki oleh manajer dan pemilik (asimetri informasi) seringkali lebih menguntungkan pihak manajer karena mengetahui kegiatan perusahaan sehari-hari secara mendetil. Pemisahan tanpa disertai pengawasan yang baik dapat memberikan keleluasaan bagi pengelola perusahaan untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri melalui pembebanan biaya yang ditanggung oleh pemilik perusahaan. Tindakan opportunistic manajer juga dapat diminimalisir dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Peningkatan kepemilikan manajerial dapat menyejajarkan kepentingan antara manajer dan pemegang saham sehingga manajer cenderung akan bertindak sesuai kebutuhan pemegang saham.

Brigham dan Houston (2009) dalam Naini dan Wahidahwati (2014), mendefinisikan teori keagenan sebagai hubungan yang terjadi ketika satu atau lebih individu, yaitu principal yang menyewa individu atau organisasi lain yang disebut sebagai agen untuk melakukan sejumlah jasa atau mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Konflik keagenan antara kreditur dan pemegang saham muncul karena pemegang saham selalu menginginkan agar manajer bersifat agresif dalam menerima proyek-proyek dengan expected return (pengembalian yang diharapkan) yang tinggi sedangkan, di sisi lain expected return yang tinggi mengandung risiko yang tinggi pula (high risk, high return). Risiko kebangkrutan perusahaan akan meningkat jika perusahaan mengambil proyek yang berisiko tinggi sehingga kreditur merasa khawatir pinjaman yang diberikan tidak dapat dikembalikan oleh perusahaan.


(21)

10

Kreditur akan tetap dibayar dengan tingkat bunga sesuai kontrak bila proyek yang berisiko tinggi tersebut dapat memberikan hasil baik, sedangkan keuntungan sisa (residual gain) akan menjadi hak pemegang saham meskipun kreditur juga telah menanggung tambahan risiko atas kemungkinan gagalnya proyek.

2.1.2 Trade Off Theory

Teori trade-off (Myers, 1977) mengatakan bahwa dalam hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan terdapat pada satu tingkat leverage (debt ratio) yang optimal. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan sampai batas leverage tertentu (optimal), namun setelah melewati titik optimal, penggunaan leverage akan menimbulkan biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga dapat menurunkan nilai perusahaan. Semakin tinggi hutang yang digunakan, maka semakin tinggi beban perusahaan sehinggaakan meningkatkan kemungkinan perusahaan menuju kebangkrutan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007).

2.1.3 Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Terdapat dua jenis kepemilikan saham dalam struktur kepemilikan yakni, kepemilikan manajerial (managerial ownership) dan kepemilikan institusional (institusional ownership).

1) Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer dari jumlah saham yang beredar (Warfield et al.,


(22)

11

1995). Kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan dapat menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Ross (1977) menyatakan bahwa semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan cenderung berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingannya sendiri. Peningkatan kinerja manajemen akan meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham pada pihak manajerial, maka pihak manajerial akan bekerja lebih proaktif dalam mewujudkan kepentingan pemegang saham dan akhirnya akan meningkatkan kepercayaan, kemudian nilai perusahaan juga akan naik. Kepemilikan manajemen diungkapkan melalui jumlah kepemilikan saham yang dimiliki manajemen dan dewan komisaris dibagi dengan total keseluruhan saham perusahaan.

2) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh investor institusi terhadap total saham yang beredar (Claessens et al., 2002 dalam Widigdo, 2013). Kepemilikan oleh institusi akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institutional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistic yang dilakukan oleh para manajer.


(23)

12 2.1.4 Kebijakan Hutang

Keputusan pendanaan perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan. Terdapat pilihan sumber pendanaan antara lain modal internal dan modal eksternal. Modal Internal merupakan modal yang berasal dari laba ditahan sedangkan modal eksternal berasal dari para kreditur dan pemegang saham (pemilik). Modal yang berasal dari kreditur disebut sebagai hutang perusahaan dan modal yang berasal dari pemegang saham disebut modal saham (ekuitas).

Menurut Utomo (2012), perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dari hutang maupun ekuitas. Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu, bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang dan pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap. Kelemahan penggunaan hutang yaitu, hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula dan bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang.

Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa berdasarkan teori pertukaran (trade off theory) terdapat keuntungan yang akan diperoleh melalui penggunaan hutang yaitu pengurangan pajak akibat dari pembayaran biaya bunga akan tetapi keuntungan yang diperoleh tidak sebesar beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Penggunaan hutang sebagai pendanaan perusahaan akan menimbulkan risiko gagal bayar bagi perusahaan yang kemudian akan


(24)

13

mengancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajemen (Jensen, 1986).

2.1.5 Nilai Perusahaan

Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham adalah harga yang bersedia dibayarkan oleh calon investor apabila ingin memiliki saham suatu perusahaan sehingga harga saham merupakan harga yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh pemegang saham sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Permintaan saham yang meningkat mencerminkan kepercayaan pasar terhadap baiknya prospek perusahaan pada masa mendatang sehingga akan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan.

2.2 Hipotesi s Pen eli tian

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang

Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang berperan dalam mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism (Diana dan Irianto, 2008). Bonding mechanism berusaha menyamankan kepentingan pemegang saham dengan kepentingan manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Kepemilikan manajerial yang semakin meningkat akan membuat


(25)

14

kekayaan pribadi manajemen semakin terikat erat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi risiko kehilangan kekayaannya (Diana dan Irianto, 2008). Cara yang ditempuh adalah mengurangi financial risk perusahaan melalui penurunan tingkat hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Sheisarvian, dkk. (2015) dan Wulandari (2012) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang

Berdasarkan teori keagenan, peningkatan kepemilikan institusional dinilai sebagai salah satu cara untuk meminimalkan biaya keagenan hutang atau agency cost of debt. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memantau perilaku manajemen akan semakin efektif (Susanti dan Mayangsari, 2014). Monitoring yang efektif terhadap kinerja manajemen dapat menyebabkan penggunaan hutang menurun karena manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab hutang yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan mengalami gagal bayar dan berakhir pada kebangkrutan. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Mayangsari (2014), Sujoko dan Soebiantoro (2007), serta Rahmawati (2012) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan


(26)

15

hutang. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat memengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan menyejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership) sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. McConnell dan Servaes (1990) serta Chen et. al., (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah dirinya sendiri. Peningkatan kinerja dari manajemen tentunya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizqia et al. (2013), Chen dan Steiner (1999), serta Kusumaningsih (2012) menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil ini mendukung agency cost theory yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang efektif untuk mengatasi masalah


(27)

16

keagenan. Masalah keagenan akan menghambat perusahaan untuk mencapai tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Rao, 1995).

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional yang tinggi dalam perusahaan akan berdampak pada peningkatan kemampuan pengawasan terhadap perilaku manajemen sehingga membuat manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Hal tersebut akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Mekanisme monitoring oleh pihak institusional menuntut manajer untuk meningkatkan kinerjanya sehingga akan menjamin peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Rachmawati dan Triatmoko (2007), Sukirni (2012) dan Abukosim, et al. (2014) telah melakukan penelitian yang menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H4: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.2.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan

Trade off theory menjelaskan bahwa jumlah hutang yang semakin

meningkat melebihi titik optimalnya dapat menimbulkan financial distress sehingga akan menurunkan nilai perusahaan. Struktur modal optimal diperoleh


(28)

17

dari keseimbangan (trade-off) antara keuntungan penghematan pajak dan financial distress. Semakin besar hutang, semakin besar kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban berupa pokok beserta bunganya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena beban bunga akan meningkat lebih tinggi dari penghematan pajak. Penggunaan hutang yang tinggi dalam struktur modal dapat menurunkan nilai perusahaan tersebut karena risiko yang harus ditanggung perusahaan akan semakin besar. Sujoko dan Soebiantoro (2007), Rachmawati dan Triatmoko (2007), serta Rahmawati (2012) telah membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


(1)

12 2.1.4 Kebijakan Hutang

Keputusan pendanaan perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan. Terdapat pilihan sumber pendanaan antara lain modal internal dan modal eksternal. Modal Internal merupakan modal yang berasal dari laba ditahan sedangkan modal eksternal berasal dari para kreditur dan pemegang saham (pemilik). Modal yang berasal dari kreditur disebut sebagai hutang perusahaan dan modal yang berasal dari pemegang saham disebut modal saham (ekuitas).

Menurut Utomo (2012), perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat diperoleh dari hutang maupun ekuitas. Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu, bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak sehingga menurunkan biaya efektif dari hutang dan pemegang hutang (debtholder) mendapatkan pengembalian tetap. Kelemahan penggunaan hutang yaitu, hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku bunganya akan semakin tinggi pula dan bila kondisi perusahaan tidak dalam kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang.

Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa berdasarkan teori pertukaran (trade off theory) terdapat keuntungan yang akan diperoleh melalui penggunaan hutang yaitu pengurangan pajak akibat dari pembayaran biaya bunga akan tetapi keuntungan yang diperoleh tidak sebesar beban bunga yang harus ditanggung perusahaan. Penggunaan hutang sebagai pendanaan perusahaan akan menimbulkan risiko gagal bayar bagi perusahaan yang kemudian akan


(2)

13

mengancam likuiditasnya sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajemen (Jensen, 1986).

2.1.5 Nilai Perusahaan

Sujoko dan Soebiantoro (2007) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham adalah harga yang bersedia dibayarkan oleh calon investor apabila ingin memiliki saham suatu perusahaan sehingga harga saham merupakan harga yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh pemegang saham sehingga dapat menarik investor untuk menanamkan modalnya. Permintaan saham yang meningkat mencerminkan kepercayaan pasar terhadap baiknya prospek perusahaan pada masa mendatang sehingga akan berpengaruh pada peningkatan nilai perusahaan.

2.2 Hipotesi s Pen eli tian

2.2.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang

Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang berperan dalam mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham atau sering disebut bonding mechanism (Diana dan Irianto, 2008). Bonding mechanism berusaha menyamankan kepentingan pemegang saham dengan kepentingan manajemen melalui program-program yang mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Kepemilikan manajerial yang semakin meningkat akan membuat


(3)

14

kekayaan pribadi manajemen semakin terikat erat dengan kekayaan perusahaan sehingga manajemen akan berusaha untuk mengurangi risiko kehilangan kekayaannya (Diana dan Irianto, 2008). Cara yang ditempuh adalah mengurangi financial risk perusahaan melalui penurunan tingkat hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Sheisarvian, dkk. (2015) dan Wulandari (2012) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

2.2.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang

Berdasarkan teori keagenan, peningkatan kepemilikan institusional dinilai sebagai salah satu cara untuk meminimalkan biaya keagenan hutang atau agency cost of debt. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka keberadaan investor institusional untuk memantau perilaku manajemen akan semakin efektif (Susanti dan Mayangsari, 2014). Monitoring yang efektif terhadap kinerja manajemen dapat menyebabkan penggunaan hutang menurun karena manajemen akan semakin berhati-hati dalam memperoleh pinjaman sebab hutang yang tinggi dapat menyebabkan perusahaan mengalami gagal bayar dan berakhir pada kebangkrutan. Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Mayangsari (2014), Sujoko dan Soebiantoro (2007), serta Rahmawati (2012) menunjukkan hasil bahwa kepemilikan institusional memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan


(4)

15

hutang. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang

2.2.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. Proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat memengaruhi kebijakan perusahaan. Kepemilikan manajerial akan menyejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsider ownership) sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. McConnell dan Servaes (1990) serta Chen et. al., (2003) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan nilai perusahaan. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan, maka manajemen akan cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah dirinya sendiri. Peningkatan kinerja dari manajemen tentunya akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rizqia et al. (2013), Chen dan Steiner (1999), serta Kusumaningsih (2012) menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil ini mendukung agency cost theory yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan mekanisme yang efektif untuk mengatasi masalah


(5)

16

keagenan. Masalah keagenan akan menghambat perusahaan untuk mencapai tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan (Rao, 1995).

Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H3: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.2.4 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional yang tinggi dalam perusahaan akan berdampak pada peningkatan kemampuan pengawasan terhadap perilaku manajemen sehingga membuat manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Hal tersebut akan mengurangi masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham. Mekanisme monitoring oleh pihak institusional menuntut manajer untuk meningkatkan kinerjanya sehingga akan menjamin peningkatan kemakmuran bagi pemegang saham. Rachmawati dan Triatmoko (2007), Sukirni (2012) dan Abukosim, et al. (2014) telah melakukan penelitian yang menunjukkan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H4: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.2.5 Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan

Trade off theory menjelaskan bahwa jumlah hutang yang semakin

meningkat melebihi titik optimalnya dapat menimbulkan financial distress sehingga akan menurunkan nilai perusahaan. Struktur modal optimal diperoleh


(6)

17

dari keseimbangan (trade-off) antara keuntungan penghematan pajak dan financial distress. Semakin besar hutang, semakin besar kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban berupa pokok beserta bunganya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena beban bunga akan meningkat lebih tinggi dari penghematan pajak. Penggunaan hutang yang tinggi dalam struktur modal dapat menurunkan nilai perusahaan tersebut karena risiko yang harus ditanggung perusahaan akan semakin besar. Sujoko dan Soebiantoro (2007), Rachmawati dan Triatmoko (2007), serta Rahmawati (2012) telah membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan dukungan dari hasil penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


Dokumen yang terkait

PENGARUH LEVERAGE, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN

1 32 136

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

1 11 18

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Ukuran perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empir

0 4 20

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN INVESTASI Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Investasi Terhadap Nilai

1 5 13

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DEVIDEN, KEBIJAKAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Sektor Manufak

0 2 17

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG DAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada

0 2 15

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG, DAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Dan Manajemen Laba Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada

0 2 16

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 14

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 13

Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan

0 3 22