Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Gunung Ijen merupakan salah satu dari 127 gunung api aktif di Indonesia dan gunung ini termasuk gunung api strato di Jawa Timur yang membentang di tiga wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. Gunung Ijen terletak di dinding timur Kaldera Ijen dan memiliki danau kawah dipuncaknya. Danau kawah berukuran 600 m x 900 m terbentuk karena adanya akumulasi air hujan. Interaksi antara air danau dan gas vulkanik yang dilepaskan di dasarnya mengakibatkan air danau bersifat asam dengan derajat keasaman pH ~0,2. Air kawah Ijen merembes melalui dinding kawah di bagian barat dan membentuk hulu Sungai Banyupahit-Banyuputih. Sungai ini mengalir melewati tengah Kaldera Ijen dan wilayah Kecamatan Asembagus dan Kecamatan Banyuputih sampai ke pantai utara Pulau Jawa. Di sepanjang perjalanannya, air Sungai Banyupahit-Banyuputih bercampur dengan air permukaan Sungai Sat dan Sungai Sengon, air hujan dan air tanah sehingga debit air sungai semakin besar di hilir. Oleh karena pengenceran dengan air yang bersifat netral pH ~7 dan peningkatan debit air, air Sungai Banyuputih memiliki air yang bersifat asam dengan pH antara 3-4,5 Sri Sumarti, 2006. Selain pH yang rendah, air sungai Banyupahit-Banyuputih juga mengandung berbagai macam elemen dengan konsentrasi yang tinggi seperti Al, Fe, Si, Ca,F, K, Mg, Na, P, HCO 3 , Ca, SO 4 , Cl, Sri Sumarti, 1998. Pada Juli 2000, kandungan F disepanjang Sungai Banyupahit- Banyuputih berkisar antara 15-500 mgkg Alex H, 2004. Di hulu Sungai Banyupahit kadar F dalam air Sungai sangat tinggi mencapai 500 mgkg dan di hilir Sungai Banyuputih di Kecamatan Asembagus 7 mgkg. Di hilir, Sungai Banyuputih dimanfaatkan untuk irigasi baik oleh penduduk maupun pabrik gula Asembagus. Air Sungai Banyuputih terdistribusi ke Kecamatan Asembagus, Jangkar dan Banyuptih tidak hanya melalui sungai tetapi juga melalui saluran commit to user irigasi lampiran E. Akibat kondisi tanah yang gembur dan porus menyebabkan air Sungai Banyuputih merembes ke dalam tanah, air tanah, dan sumur di sekitar sungai sehingga tanah dan sumur tercemar unsur-unsur berbahaya dari Kawah Ijen. Air sumur penduduk memiliki kadar F yang tinggi 0,1-4 mgkg, dimana berdasarkan standar WHO kandungan F air sumur yang layak untuk diminum adalah 1,5 mgkg Sri Sumarti dkk,2000. Oleh karena itu, Penduduk yang mengkonsumsi air sumur yang mengandung F lebih dari 1,5 mgkg di Kecamatan Asembagus dan sekitarnya mengalami fluorosis gigi. Sebagai akibat pencemaran dalam penggunaannya sebagai air irigasi, hasil pertanian di Kecamatan Asembagus dan sekitarnya mengalami penurunan produksi. Komposisi kimia air sumur di daerah penelitian disajikan pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 kualitas air irigasi di Asembagus pada bulan Juni 2000 Sri Sumarti dkk, 2006 Air sumur di area irigasi mgkg Standar WHO mgkg SO 4 264 250 Cl 257 250 F 3.2 1.5 Al d.l 0.2 B 1.1 0.5 Ca 189 Co 0.0001 0.002 Cu 0.0006 0.002 Fe d.l. 0.3 K 29 Na 81 Oleh karena itu, penelitian pemetaan lapisan tanah yang terkontaminasi air Sungai Banyuputih di Kecamatan Asembagus, Kecamtan Jangkar dan Kecamatan Banyuputih dilakukan. Penelitian dilakukan menggunakan metoda geofisika yaitu metode geolistrik resistivitas sounding. Prinsip dari metode geolistrik resistivitas sounding adalah mengetahui kondisi lapisan tanah berdasarkan nilai resistivitas dari suatu batuan. Metode ini dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik ke dalam bumi melalui dua elektroda arus, dan beda potensial yang terjadi ditangkap melalui dua elektroda potensial Lilik H dan IdamA, 1990. Dengan metode ini bisa diketahui jenis lapisan tanah di bawah permukaan bumi berdasarkan besarnya resistivitas perlapisan dan untuk mengetahui pencemaran suatu material dalam commit to user tanah maupun air tanah. Rao dkk, 2009, melakukan penelitian menggunakan metode geolistrik untuk mengetahui pencemaran Flouride pada air tanah di Nalgonda, India. Dalam penelitian ini, metode geolistrik dengan konfigurasi Schlumberger digunakan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan tanah di daerah Asembagus yang terkontaminasi unsur berbahaya dari Sungai Banyuputih.

I.2. Perumusan Masalah