operasi. Jadi mobilisasi secara teratur dan bertahap yang di ikuti dengan latihan adalah hal yang paling dianjurkan Roper, 2005.
Tanggung jawab atas kesehatan diri sendiri, termasuk juga harus dapat mencapai tingkat kemandirian maksimal, dalam hal ini adalah melakukan
mobilisasi yang sesuai dengan kondisi pasien. Mobilisasi dini bermanfaat untuk mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal, maka sistem saraf, otot dan
skeletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik Potter dan Perry, 2006 Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat
Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi di RS.Pringadi Medan sebagai judul untuk penulisan karya tulis ilmiah.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami masalah mobilisasi Ny. M
diruangan V nifas RS.Dr.Pirngadi Medan
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pengembangan ilmu yang berkaitan dengan asuhan keperawatan pasien
dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi. 2.
Manfaat Praktis a.
Praktek Pelayanan Keperawatan Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan
dan strategi bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar
mobilisasi b.
Pendidikan Keperawatan Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar mobilisasi yang dapat
digunakan acuan bago praktek mahasiswa keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
c. Manfaat Bagi Kebutuhan Klien
hasil asuhan keperawatan ini dapat digunakan untuk mengetahui cara memenuhi kebutuhan klien khususnya kebutuhan mobilisasi
Universitas Sumatera Utara
B A B II PENGELOLAAN KASUS
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Dasar Mobilisasi
2.1 Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
paSCa bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologi Menurut Carpenito 2000 dalam Wirnata 2010. Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan Soelaiman, dalam Wirnata 2010. Mobilisasi dini dapat dilakukan pada
kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh
yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera kembali normal Kasdu, 2003.
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan
caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah
mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak paSCa operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak
itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati Wirnata, 2010.
2.2 Tujuan Mobilisasi
Menurut Dudes dalam Fitriyahsari 2009 tujuan dari pada mobilisasi adalah untuk :
1. Mempertahankan fungsi tubuh.
2. Memperlancar peredaran darah.
Universitas Sumatera Utara
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik.
4. Mempertahankan tonus otot.
5. Memperlancar eliminasi alvi dan urine.
6. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian. 7.
Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf Handiyani, 2009.
Potter dan Perry 2006 dalam Handiyani 2009 menjelaskan bahwa mobilisasi dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu: frekuensi penyakit atau operasi dalam 12
bulan terakhir, tipe penyakit, status kardiopulmonar, status muSCulo skeletal, pola tidur, keberadaan nyeri, frekuensi aktifitas dan kelainan hasil laboratorium. Faktor
emosional yaitu: faktor emosional yang mempengaruhi mobilisasi adalah suasana hati, depresi, cemas, motivasi, ketergantungan zat kimia, dan gambaran diri.
Faktor perkembangan yaitu: usia, jenis kelamin, kehamilan, perubahan masa otot karena perubahan perkembangan, perubahan sistem skeletal.
2.4 Manfaat Mobilisasi
Pada sistem kardiovaskuler dapat meningkatkan curah jantung, memperbaiki kontraksi miokardial, kemudian menguatkan otot jantung,
menurunkan tekanan darah, memperbaiki aliran balik vena; pada sistem respiratori meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernafasan, meningkatkan
ventilasi alveolar, menurunkan kerja pernafasan, meningkatkan pengembangan diafragma; pada sistem metabolik dapat meningkatkan laju metabolisme basal,
meningkatkan penggunaan glukosa dan asam lemak, meningkatkan pemecahan trigliseril, meningkatkan mobilitas lambung, meningkatkan produksi panas tubuh,
pada sistem muskuloskletal memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendiri, memperbaiki toleransi otot untuk latihan, mungkin meningkatkan masa
otot; pada sistem toleransi otot, meningkatkan toleransi, mengurangi kelemahan,
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan toleransi terhadap stres, perasaan lebih baik, dan berkurangnya penyakit Potter, 2006.
2.5 Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi secsio caesarea Kasdu, 2003:
1. 6 jam pertama
Ibu post secsio caesaria istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari
kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.
2. 6-10 jam
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di bantu, mengangkat
tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut, mengeser badan. 3.
Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi mungkin, balik kekiri dan kekanan
tanpa bantuan, latihan penafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. 4.
Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
Universitas Sumatera Utara
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan.
Klien susah dan takut untuk bergerak karena luka operasi SC, limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup.
2. Kemampuan fugsi
motorik Pada tangan kanan dan kiri pasien tidak ada kelemahan
Pada kaki kanan dan kiri tidak ada kelemahan
3. Kemampuan mobilitas
Dilkakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, duduk, berdiri, bangun dan berpindah tanpa bantuan. gangguan
aktivitasmobilisasi katagori : tingkat 0 mampu merawat diri sendiri secara penuh
tingkat 1 menggunakan penggunaan alat tingkat 2 memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
tingkat 3 memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan tingkat 4 sangat tergangtung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan 4.
Perubahan Psikologis Disebabkan karena adanya gangguan mobilisasi antara lain perubahan
prilaku, peningkatan emosi. Pada pengkajian akan ditemukan data sebagai berikut:
Batasan karakteristik: 1.
Data Subjektif Ketidaknyamanan atau dispnea yang membutuhkan pengerakan tenaga.
2. Data Objektif
Denyut jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap aktivitas
Universitas Sumatera Utara
B. Diangnosa Keperawatan