PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

(1)

PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Wendy Dwi Putra

ABSTRAK

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan subspesies rusa Indonesia yang dilindungi dengan status konservasi rentan (vulrenable) dengan ancaman perburuan liar. Upaya konservasi secara ek-situ di penangkaran telah dilakukan di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung. Penelitian tentang perilaku hariannya dilakukan pada bulan Juni- Juli 2015, bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau Lampung, menggunakan metode scan sampling dengan selang waktu 10 menit selama 24 jam terhadap empat ekor rusa timor yaitu rusa jantan dewasa (α), betina dewasa (β), jantan anakan (a), dan betina anakan (b). Rusa timor jantan dewasa banyak melakukan aktivitas istirahat (26,85%), rusa timor jantan anakan banyak melakukan aktivitas makan (26,05%), rusa timor betina anakan banyak melakukan aktivitas berjalan (24,51%) dan aktivitas bersuara banyak dilakukan oleh individu jantan baik dewasa ataupun anakan (15,28%) dan (13,47%)


(2)

PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

WENDY DWI PUTRA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2016


(3)

PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Wendy Dwi Putra

ABSTRAK

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan subspesies rusa Indonesia yang dilindungi dengan status konservasi rentan (vulrenable) dengan ancaman perburuan liar. Upaya konservasi secara ek-situ di penangkaran telah dilakukan di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung. Penelitian tentang perilaku hariannya dilakukan pada bulan Juni- Juli 2015, bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau Lampung, menggunakan metode scan sampling dengan selang waktu 10 menit selama 24 jam terhadap empat ekor rusa timor yaitu rusa jantan dewasa (α), betina dewasa (β), jantan anakan (a), dan betina anakan (b). Rusa timor jantan dewasa banyak melakukan aktivitas istirahat (26,85%), rusa timor jantan anakan banyak melakukan aktivitas makan (26,05%), rusa timor betina anakan banyak melakukan aktivitas berjalan (24,51%) dan aktivitas bersuara banyak dilakukan oleh individu jantan baik dewasa ataupun anakan (15,28%) dan (13,47%)


(4)

PERILAKU HARIAN RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Oleh Wendy Dwi Putra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2016


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

22 tahun yang lalu, tepatnya 08 Mei 1993, penulis dilahirkan di Jakarta dari pasangan Bapak Edy dan Ibu Wahyu sebagai putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis menempuh

pendidikan kanak-kanak di TK Muslimin, Kotabumi. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 04 Tanjung Aman, Kotabumi tahun 1999 – 2005. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01Kotabumi tahun 2005 – 2008. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung tahun 2008 – 2011. Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Lampung (Unila) melalui Seleksi Nasional Masuk

Perguruan Tinggi Negeri Jalur Undangan (SNMPTN Undangan) dan melaksanakan kuliah di perguruan tinggi tersebut hingga meraih gelar Sarjana Sains pada tahun 2015.

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (Himbio) FMIPA Unila sebagai Anggota Muda Baru (Amuba) periode 2011 – 2012, Anggota Bidang (Abid) 5


(8)

RT periode 2012 – 2013, dan Anggoa Bidang (Abid) 4 Komunikasi dan Informasi (Kominfo) periode 2013 – 2014. Selain itu juga, penulis pernah menjadi asisten dosen untuk kegiatan praktikum tiga matakuliah, yakni Biologi Umum, Perilaku Hewan, dan Ekologi Hewan Tanah. Pada awal tahun 2014, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata selama 38 hari di Desa Candi Sari, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran Lampung. Pada pertengahan tahun 2014, penulis

melaksanakan Kerja Praktik di Balai KOnservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dengan judul laporan “Kelimpahan Spesies Burung Bangau Tong Tong di Lahan Basah Tulang Bawang Barat.


(9)

“God Moves In Mysterious Way His Wonders to Perform; He Plants His

Footsteps in The Sea and Rides Upon The Strom”– William Cowper

“Allah Support With His Victory Whom He Wills”– The Qur’an 03:13

“The Only Way To Have The Greatest Work In Your Life Is Love What

You Do First”– Anonymous

“Life will always have a different plan for you. If you don’t give up, you will eventually get to your destination. But towards the end of your life,

you may look back and realize that it was never really about the


(10)

Karya ilmiah ini saya persembahkan untuk papah dan mamah ku tercinta

yang merupakan sumber motivasi terbesarku, untuk kakak dan adikku

tersayang, almamater yang ku banggakan, dan seseorang yang akan

menjadi pendamping hidupku kelak.


(11)

SANWACANA

Assalammualaikum wr.wb.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini berjudul “ Perilaku Harian Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai disusun, penulis telah mendapatkan sangat banyak bantuan. Oleh karena itu, sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak dan ibu tercinta yang telah bekerja keras untuk membiayai semua biaya perkuliahan, memberikan bimbingan, dan nasehat, serta doa yang diberikan. Terima kasih Bapak dan Ibu. Terima kasih juga Kakak-adik tersayang, dr. Reza Yuditama dan Annisa Ayudia (Ica).


(12)

2. Shandra Wijayanti, terima kasih untuk doa, dukungan, semangat, motivasi, inspirasi, pengertian, kesabaran, kasih sayang, dan kepercayaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini dengan baik dan lancar. 3. Bapak M. Irwan Nasution sebagai pimpinan Taman Satwa Lembah Hijau

Bandar Lampung atas izin penelitian yang telah diberikan kepada penulis. 4. Bapak Rasyid Ibransyah, S.Kh atas bantuan dan bimbingan, serta arahan saat

pelaksanaan penelitian.

5. Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. sebagai Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun. Terima kasih juga atas motivasi, nasehat, kritik, dan saran yang telah diberikan untuk penulis.

6. Jani Master, M.Si. sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun.

7. Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai pembahas yang telah memberikan nasehat, kritik, dan saran untuk pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Prof. Suharso, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

9. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung, dan juga sebagai Pembimbing Akademik telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa.

10. Para Sahabat Blacklist Agung, Abdul, Fakhri, dan Owi yang selalu mendukung, memberi semangat, dan berbagi suka cita maupun duka.


(13)

11. Seluruh teman-teman seperjuangan, mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung angkatan 2011. Para kakak dan adik tingkat yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.

12. Seluruh pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan kekhilafan perkataan dan perbuatan selama pelaksanaan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada semua pihak untuk hal tersebut di atas. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi salah satu sumber informasi terbaru dan bermanfaat untuk para pembacanya.

Wassalammualaikum wr.wb.

Bandarlampung, 1 Februari 2016 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pikir ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Waktu dan Tempat ... ... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan………26

B. Saran………..26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

A. Biologi Rusa ... 5

B. Habitat Rusa Timor... 7

C. Perilaku Rusa Timor ... 8

D. Status Konservasi Rusa Timor ... 9

E. Gambaran Taman Satwa Lembah Hijau ... 10

III. METODE PENELITIAN ... 11 A. Perilaku Harian Rusa Timor Hari Kerja Dan Hari Libur………15 B. Aktivitas Istirahat………16

C. Aktivitas Makan………..19

D. Aktivitas Berjalan, Bersuara, Tidur, Minum dan Eliminatif………...22

11 B. Alat dan Bahan 11 C. Prosedur Penelitian ...12 D. Analisis Data………..14


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Naskah


(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Rusa Timor Di Penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau ... .5 Gambar 2. Rusa Timor Jantan Taman Satwa Lembah Hijau……….. . 6 Gambar 3. Kandang Peraga Rusa Timor di Taman Satwa Lembah Hijau…. ...10 Gambar 4. Aktivitas Harian Rusa Timor Pada Hari Kerja di Taman Satwa Lembah

Hijau, Bandar Lampung..………...14 Gambar 5. Aktivitas Harian Rusa Timor Pada Hari Libur di Taman Satwa Lembah

Hijau, Bandar Lampung ………14

Gambar 6. Aktifitas Istirahat Keempat Rusa Timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung ………..………..16 Gambar 7. Suhu udara Di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar

Lampung……….16

Gambar 8. Rusa Jantan Dewasa dan Kelompok Rusa Sedang Beristirahat di bawah Pohon, Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung……….17 Gambar 9. Aktifitas Makan keempat Rusa Timor di Taman Satwa Lembah Hijau,

Bandar Lampung ………18

Gambar 10. Pengunjung Memberikan Makan Kepada Rusa Timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung………...….19 Gambar 11. Aktivitas Makan Rusa Timor Jantan Anakan dengan Pakan Tambahan

Ampas Tahu di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung……21 Gambar 12. Rusa Timor Berkelompok Mengeluarkan Suara Pada Saat Pemberian

Pakan di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung …………..22 Gambar 13. Aktivitas Tidur Rusa Timor Betina Anakan di Taman Satwa Lembah

Hijau, Bandar Lampung ……….23 Gambar 14. Rusa Timor Betina Dewasa Sedang Melakukan Aktivitas Minum di


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rusa merupakan salah satu sumber kekayaan satwa yang ada di Indonesia, terdiri dari empat spesies endemik yaitu: muntjak (Muntiacus muntjak), rusa bawean (Axis kuhlii), rusa sambar (Cervus unicolor), dan rusa timor (Cervus timorensis). Menurut van Bemmel (1949), masuknya rusa ke Indonesia dimulai pada abad ke 17 yaitu dari Cervus timorensis. Rusa timor merupakan jenis rusa tropis yang berasal dari Jawa, banyak dijumpai di berbagai

kepulauan Indonesia baik di habitat alaminya maupun di penangkaran, salah satunya ada di Lampung (Santoso, 2011). Pengelolaan rusa timor di bawah Direktorat Jenderal Hutan, Konservasi Alam dan Departemen Kehutanan, keberadaannya dikhawatirkan akan punah oleh ancaman perburuan liar dan perusakan habitat (Lelono, 2003).

Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan rusa timor yaitu dengan melakukan upaya penangkaran. Penangkaran adalah suatu kegiatan untuk pengembangbiakan satwa liar yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dengan tetap mempertahankan kemurnian genetik sehingga kelestarian dan keberadaan jenis satwa dapat dipertahankan di habitat alaminya (Thorari, Haryanto, Rinaldi, Arief, Djatmiko, Kosmaryandi dan Sudjatnika, 1991).


(18)

2

Oleh karena itu usaha penangkaran rusa perlu dilakukan untuk antisipasi kepunahan rusa (Afzalani, Muthalif dan Musnandar, 2008).

Penangkaran rusa saat ini sudah banyak dilakukan, baik in-situ maupun ek-situ. Untuk mencapai perlindungan dan perkembangbiakannya perlu

dipahami berbagai aspek ekologinya, salah satunya adalah informasi tentang perilaku harian satwa sebagai informasi dasar untuk pemahaman mengenai pakan, reproduksi, ekologi dan habitat.

Penangkaran rusa secara ek-situ di Bandar Lampung telah dilakukan di Taman Satwa Lembah Hijau, dengan 23 rusa timor yang terdiri dari 12 individu jantan dewasa, 9 individu betina dewasa, 1 individu jantan anakan dan 1 individu betina anakan yang berada pada kandag peraga seluas 190 m2 (Lembah Hijau, 2015).

B. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku harian rusa timor yang meliputi aktivitas makan, minum, istirahat, bersuara, berjalan, tidur, dan perilaku eliminatif rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.


(19)

3

C. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dasar mengenai perilaku harian rusa timor di penangkaran dalam mendukung keberhasilan upaya konservasi eksitu.

D. Kerangka Pikir

Rusa merupakan salah satu hewan yang mempunyai banyak keunggulan dan potensial untuk dikembangkan, mempunyai peranan penting di antaranya sebagai herbivora rusa dapat mendukung penyebaran biji yang berpengaruh dalam distribusi tumbuhan, selain itu juga dapat berperan dalam memelihara kelangsungan hidup tumbuhan melalui pagutannya dengan selalu

meremajakan kembali individu tumbuhan yang dimakannya. Rusa

mempunyai daya adaptasi yang tinggi pada agroekosistem yang sesuai. Rusa ditangkarkan mengingat banyaknya ancaman terhadap keberadaan rusa baik perusakan habitat dan perburuan liar (Hefez, 2000).

Saat ini keberadaan rusa hampir mengalami kepunahan, yang salah satunya diakibatkan perburuan liar (Lelono, 2003). Berdasarkan kategori IUCN Red list, sejak tahun 2008 rusa timor termasuk kategori rentan (vulnerable), dari sebelumnya rusa timor berstatus resiko rendah (lower risk) pada tahun 1996. Perubahan status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di daerah penyebaran aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa, dengan perkiraan penurunan sekurangnya 10 % selama tiga generasi sebagai akibat dari hilanganya habitat, dan perburuan (IUCN, 2015). Untuk itu upaya


(20)

4

pendalaman pengetahuan tentang semua aspek yang berkaitan dengan rusa khususnya dalam penangkaran perlu ditingkatkan, untuk perlindungan dan kelestariannya.

Usaha penangkaran rusa saat ini sudah banyak dilakukan, baik in-situ maupun ek-situ, salah satu nya adalah penangkaran rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung. Berhasilnya upaya penangkaran akan sangat membantu meningkatkan perlindungan rusa timor. Untuk

mendukung keberhasilan upaya penangkaran dibutuhkan informasi mengenai aspek ekologi rusa timor, salah satunya data perilaku harian rusa timor.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Rusa Timor

Rusa merupakan hewan yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan, sebagai pemakan rumput (grazer) yang baik di padang rumput, dan pada areal yang ditumbuhi semak dan hutan, rusa dapat menjadi pemakan rumput (browser) (Sinclair, 1998). Rusa merupakan salah satu jenis satwa yang termasuk dalam ordo Artiodactyla, sub-ordo Ruminansia dan family Cervidae. Dalam family Cervidae terbagi atas enam sub-family yaitu Rangiferinae, Acinae, Hydropotinae, Muntiacinae, Odocoilinae, dan Cervinae, rusa timor termasuk dalam sub-family

Cervinae. Saat ini diketahui tidak kurang dari 16 genus, 38 spesies, dan 189 sub-spesies rusa dengan sebaran alaminya yang tersebar di

seluruh dunia mulai dari daerah beriklim dingin di daratan Eropa hingga ke daerah sub-tropis dan tropis di daratan Asia (Semiadi dan Nugraha, 2004). Jenis rusa yang terdapat di Indonesia terdiri dari muntjak, rusa bawean, r u s a s a m b a r dan r u s a t i m o r (Harianto dan Dewi, 2011). Menurut Primack (1998) klasifikasi rusa timor sebagai berikut :


(22)

6

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Artiodactyla Family : Cervidae Sub-Family : Cervinae Genus : Cervus

Species : Cervus timorensis

Rusa timor mempunyai ukuran tubuh yang kecil, dengan berat badan rusa timor dewasa mencapai 60 -100 kg, tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif lebih besar, dan rambut berwarna coklat kekuning- kuningan (Semiadi dan Nugraha, 2004). Warna rambut berbeda pada musim kemarau dan penghujan. Warna rambut rusa timor pada musim kemarau adalah coklat kekuning-kuningan, agak gelap pada bagian belakang, dan lebih terang pada bagian dada. Pada musim penghujan bagian atasnya berwarna keabu-abuan (Ismail 1998) (Gambar 1).


(23)

7

Rusa jantan memiliki ranggah yang relatif lebih besar, ramping, panjang dan bercabang. Cabang pertama mengarah ke depan, cabang belakang kedua terletak satu garis dengan cabang belakang pertama, cabang belakang kedua lebih panjang dari cabang depan kedua, cabang belakang kedua kiri dan kanan terlihat sejajar (Schroder, 1976) (Gambar 2).

Gambar 2. Rusa timor jantan di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung

B. Habitat Rusa Timor

Habitat merupakan suatu kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang merupakan suatu kesatuan yang dipergunakan sebagai tempat hidup serta tempat berkembang biak satwa liar (Alikorda, 1990). Habitat alami rusa terdiri dari beberapa tipe vegetasi seperti savana sebagai sumber pakan dan vegetasi hutan yang rapat untuk tempat bernaung (istirahat), kawin, dan menghindar dari predator (Gartesiasih dan Mariana, 2007). Rusa timor mampu beradaptasi di hutan, pegunungan dan rawa serta dapat


(24)

8

ditemukan di dataran rendah hingga ketiggian 2600 m di atas permukaan laut (Wemmer, Kunz, Lundie, dan Mcshea, 1996). Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alaminya, salah satunya di dalam penangkaran (Damanik, Hisyam, dan Whitten, 1984). Rusa adalah satwa liar yang memerlukan air setiap harinya untuk mandi dan berkubang (Alikodra 1990; Rizkinta, 2010).

C. Perilaku Rusa Timor

Rusa timor di habitat alaminya merupakan satwa nokturnal, yaitu aktif pada malam hari (Medway dan Brown, 2002). Individu rusa jantan hidup sendiri (soliter), sedangkan betina berkelompok dengan anggota berjumlah 2-3 individu, biasanya kelompok tersebut merupakan anakan rusa dari hasil kelahiran sebelumnya (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994). Dalam tingkat penangkaran, rusa timor jantan mampu hidup berdampingan dengan individu jantan lain atau individu betina. Hal ini mengubah perilaku asli nya yang bersifat soliter (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Rusa timor dapat hidup selama 15 – 20 tahun di alam maupun di penangkaran, dengan rerata masa hidup 17,5 tahun. Rusa memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan ruminansia lain. Rusa mampu beradaptasi dengan berbagai habitat dan efisien dalam penggunaan pakan. Penggunaan pakan oleh rusa lebih efisien dibandingkan dengan domba dan sapi pedaging, yakni mencapai 4-5 kali lipat (Agnes, 2006).


(25)

9

Menurut Carter (1978), rusa timor menyukai daun yang lunak dan basah serta bagian muda dari jenis legum seperti lamtoro, turi dan jenis

rerumputan seperti mapu dan ilalang. Pakan tambahan berupa bayam dan ampas tahu diberkan kepada rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.

D. Status Konservasi Rusa Timor

Ancaman bagi rusa timor di habitat alaminya adalah perburuan,

perdagangan ilegal, dan kerusakan habitat. Rusa diburu untuk pemenuhan pangan dan kesenangan bagi manusia (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994). Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan rusa timor yaitu dengan melakukan upaya penangkaran untuk mengantisipasi kepunahan rusa.

Berdasarkan Kategori IUCN Red list, sejak tahun 2008 rusa timor

termasuk kategori rentan (vulnerable). Sebelumnya pada tahun 1996 rusa timor berstatus resiko rendah (lower risk). Perubahan status ini

disebabkan total populasi asli rusa timor di darah penyebaran aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa, dengan perkiraan penurunan sekurangnya 10 % selama tiga generasi sebagai akibat dari hilanganya habitat dan perburuan (IUCN, 2015).


(26)

10

E. Gambaran Taman Satwa Lembah Hijau

Taman Satwa Lembah Hijau diresmikan pada 14 April 2007, merupakan taman satwa dengan lingkungan yang memadukan antara rekreasi dan pengetahuan. Taman satwa yang terletak di pusat ibukota Bandar

Lampung, Provinsi Lampung ini berdiri di atas kawasan lembah seluas 30 hektar yang terdiri dari taman rekreasi dan kebun binatang mini, dengan beberapa mamalia yaitu siamang, orang utan, owa sumatera, owa jawa, rusa timor, kambing gunung, binturong, kuda, beruang madu, dan aves yaitu pelikan, kakak tua jambul kuning, merak hijau, dan rangkong (Lembah Hijau, 2015).

Rusa timor yang berada di Taman Satwa Lembah Hijau berjumlah 23 ekor terdiri dari 12 ekor rusa jantan dewasa, 9 ekor rusa betina dewasa, 1 ekor rusa jantan anakan dan 1 ekor rusa betina anakan yang berada pada kandang peraga seluas 190 m2 yang awalnya didatangkan dari perhutani Bandung, Jawa barat sebanyak 10 ekor yaitu 5 individu jantan dan 5 individu betina.

Taman Satwa Lembah Hijau yang berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu, Kampung Sukajadi, Kelurahan Sukadanaham, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung.


(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni- Juli 2015 bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung didampingi

pembimbing lapangan Bapak Rasyid Ibransyah, S.KH. Penelitian ini

dilakukan dalam dua tahap penelitian, tahap pertama sebagai proses habituasi, dan tahap kedua pengambilan data yang dilakukan di kandang peraga

(Gambar 3).

Gambar 3. Kandang peragaan rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung


(28)

11

Kandang peragaan rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau seluas 190 m2. Fasilitas yang ada di kandang peraga antara lain kolam, gazebo, dengan vegetasi berupa pohon tangkil, kelapa, bambu dan rumput jepang. Kandang peraga dibatasi oleh pagar besi untuk mencegah rusa keluar kandang

peragaan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pengambilan data selama pengamatan rusa timor ini yaitu kamera DSLR Canon 1100 D, Jam, lembar kerja. Obyek penelitian yakni empat individu (satu individu jantan dewasa, satu individu betina dewasa, satu indivitu jantan anakan, satu individu betina anakan) rusa timor (Tabel 1.)

Tabel 1. Rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung Nama Seks Induk Tanggal

datang

Asal Kelompok umur α Jantan - 16/05/2006 Perhutani

Bandung

Dewasa β Betina - 16/05/2006 Perhutani

Bandung

Dewasa

a Jantan α dan β - TSLH Anakan


(29)

12

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Habituasi merupakan tahap 1 penelitian yang dilakukan selama 7 hari sebelum melakukan pencatatan data. Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat agar satwa obyek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya dengan keberadaan pengamat

(Kuncoro, 2014). Habituasi terhadap rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau dilakukan dengan berdiam diri baik berdiri ataupun duduk dan berjalan di sekitar kandang peraga dengan jarak pengamat terhadap rusa 3- 5 meter. Pada hari ke 3 rusa sudah terbiasa dengan keberadaan peneliti.

2. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan menggunakan metode scan sampling (Altmann, 1974) dengan pencatatan interval waktu sepuluh menit (Patterson, 1992). Pengamatan dibedakan pada hari kerja dan hari libur untuk mengetahui aktivitas harian rusa pada hari kerja dan hari libur. Pengamatan dilakukan selama 24 jam baik pada hari kerja dan hari libur dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan terhadap empat ekor rusa timor yakni α (jantan dewasa)β (betina dewasa) a (jantan anakan ) b (betina anakan). Empat individu rusa timor yang diamati telah mewakili jumlah keseluruhan individu rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung yaitu 23 ekor rusa.


(30)

13

3. Pencatatan data tambahan meliputi pencatatan suhu di kandang peraga yang dilakukan pada hari cerah, mendung, dan pencatatan jumlah pengunjung yang mengunjungi kandang peraga.

Pada hari libur Taman Satwa Lembah Hijau ramai dikunjungi pengunjung, dengan jumlah pengunjung pada bulan Juli 2015 sebanyak 575

pengunjung (Lembah Hijau 2015)

Parameter yang diamati pada pengamatan ini meliputi :

1. Aktivitas makan, makan pada rusa disebut grazing (merumput) aktivitas mencari dan memasukkan hijauan ke dalam mulut.

2. Aktivitas minum, minum adalah aktivitas rusa mencari air dan memasukkan air ke dalam mulut.

3. Aktivitas istirahat, istirahat adalah ketika rusa relatif tidak melakukan aktivitas lain dalam periode waktu tertentu dan berteduh di bawah naungan.

4. Aktivitas berjalan, merupakan keadaan yang menunjukkan rusa berpindah tempat dari titik satu ke titik lainnya.

5. Aktivitas bersuara, merupakan aktivitas rusa menghasilkan suara nyaring.

6. Aktivitas tidur, tidur adalah kondisi saat rusa beristirahat dan tidak melakukan aktivitas lainnya.

7. Defekasi, ialah proses pengeluaran zat sisa pencernaan berupa feses. 8. Urinasi, ialah keluarnya cairan urin dari saluran vesika urinaria.


(31)

14

D. Analsis Data

Setelah data diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persentase frekuensi aktivitas harian rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.

Perhitungan presentase aktivitas setiap individu dilakukan dengan menggunakan rumus (Martin dan Batcson,1988):

Presentase frekuensi aktivitas = x 100%

A = Frekuensi aktivitas per hari


(32)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan perilaku harian rusa timor (Cervus timorensis) yang dilaksanakan di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung

disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas yang dilakukan rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung meliputi aktivitas : istirahat, makan, berjalan, bersuara, tidur, minum, urinasi dan defekasi.

2. Aktivitas istirahat rusa timor Di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung merupakan aktivitas yang dominan dilakukan yaitu (27,55%) di hari kerja dan (26,67%) di hari libur.

3. Aktivitas eliminatif merupakan akitivitas yang paling sedikit dilakukan defekasi (2,08%) dan urinasi (2,31%).

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai interaksi pengunjung dengan rusa timor pada saat pengunjung memberikan makan kepada rusa.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Afzalani. Muthalib. R. A. dan Musnandar. E. 2008. Preferensi pakan, tingkah laku makan dan kebutuhan nutrien rusa sambar (Cervus unicolor) dalam usaha penangkaran di provinsi jambi. Jurnal Media Peternakan. 31 (2):114 - 121.

Agnes. 2006. Skripsi Tanggapan Masyarakat Tentang Penangkaran Rusa Sambar Unversitas Lampung. Universitas Lampung.

Alikodra, A.H.S.1990. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods. Behaviour. University of Chicago. Chicago.

Anwar., S.J. Danamik, N.Hisyam dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Bemmel,A.C.Van. , 1949. A revision on the rusine deer in Indo-Australian Archipelago Trebuia 20: 191-262, pls. 1-5. map

Brown, C. 2002. Cervus timorensis imformation. University of Michigan. Carter dan W. Veever.1978. Mamalia Darat Indonesia. PT. Intermasa. Jakarta. .

Garsetiasih, dan Mariana. 2007. Model Penangkaran Rusa. Prosiding Ekspos Hasil-hasil Penelitian.

Gusmarini, N. 2005. Preferensi microhabitat Rusa Sambar (Cervus unicolor) kerr, 1792) Di Penangkaran Rusa Sambar Universitas Lampung. [ Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Harianto, S.P. dan Dewi, B.S. 2011. Laporan Pengabdian Perilaku Harian Rusa Sambar (Cervus unicolor) Pada Siswa SD N 1 Sukarame Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Hafez, B. 2000. Reproductive in Farm Animals 7th edition. USA: Lippincot and Wilkins. 163-165.


(34)

IUCN, 2015 International Union for Conservation of Nature and Natural Reserves. 2015. The Redlist of Threathened Species.

http://www.iucnredlist.org. diakses 8 Oktober 2015

Ishak M. 1996. Analisis Pola Penggunaan Waktu Populasi Rusa Jawa (Cervus timorensis) Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Umur di Pulau Rinca Taman Nasional Komodo. Skripsi Bogor, Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

Ismail, D. 2002. Kajian Tingkah Laku dan Kinerja Reproduksi rusa Timor (Cervus timorensis) yang dipelihara di Penangkaran Cariu dan Ranca Upas Jawa Barat, Disertasi. Universitas Padjadjaran Bandung.

Jacoeb, T.N., Wiryosuhanto, S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Penerbit Kanisius, Jakarta. Cetakan pertama.

Kuncoro. 2004. Pengantar Psikologi Hewan jilid 1. Interaksara. Jakarta

Lelono. A. 1996. Ekologi perilaku makan rusa (Cervus timorensis Lyd) dalam penangkaran di Ranca Upas Ciwidey. Tesis Magister Sains (Biologi) Institut Teknologi Bandung

Lelono. A. 2001. Pola aktivitas makan harian rusa (Cervus timorensis) dalam penangkaran. Seminar Biologi Nasional I di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember.

Lelono,A. 2003. Pola Aktivitas Harian Individua Rusa (Cervus timorensis) dalam penangkaran. Jurnal Ilmu Dasar, 4 (1): 48-53.

Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.

http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 17 April 2015

Martin P, Bateson P. 1988. Measuring Behavior an Introduction Guide. 2nd. Ed. Cambridge University Press. Cambridge.

Mannes J. 1999. Pemanenan Ranggah Muda (Velvet) Sebagai Tambahan Nilai Usaha Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) Perum Perhutani di Jonggol Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.


(35)

Paterson, J. D. 1992. Animal Behaviour, An Exercise Workbook. Waveland Press Inc. Prospect Heights-Illinois.

Primack, RB. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia. Reyes E. 2002. Rusa timorensis. University of Michigan. Museum of

Zoology. Anim. Diversity. [13 Agustus 2009]

Rizkinta, E.N. 2010. Skripsi Pola Penggunaan Ruang Oleh Rusa Sambar Jantan (Cervus unicolor). Di Penangkaran Rusa. Universitas Lampung.

Santoso, S I. 2011. Rusa Timorensis (Cervus timorensis). Graha Ilmu.Indonesia: 1-3.

Schroder T.O. 1976. Deer in Indonesia. Nature Conservation Department. Wageningen

Semiadi G, RTP Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor

Semiadi, G., Muir, P. D., Barry. T. N. Veltman.1993. Grazing patterns of sambar deer (Cervus unicolor) and red deer (Cervus elaphus) in captivity. New Zealand Journal of Agricultural Research, Vol 36 pp 253-260.

Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa Tropika Sebagai Satwa Ternak. Masyarakat Zoologi Indonesia. Bogor

Sinclair, S. 1998. Deer Farming in Queensland. Rusa Deer Management. DPI note, Department of Primary Industries Queensland, Brisbane, Australia. Suparyanto. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum

terhadap Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 20- 32 minggu. Skipsi. Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.

Susanto, M. 1980. Habitat dan Tingkah Laku Rusa di Indonesia. Makalah, Kursus Penangkaran Konservasi Lingkungan Angkatan II, Ciawi, Bogor

Thohari M., Haryanto., B. Masy’ud., D. Rinaldi., H. Arief., W.A. Djatmiko., S.N. Mardiah., N. Kosmaryandi dan Sudjatnika. 1991.

Studi kelayakan dan perancangan tapak penangkaran rusa di BKPH Jonggol, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Kerjasama antara Direksi Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor


(36)

Wemmer, C., T.H., Kunz, G. Lundie- Jenkins & W.J. McShea. 1996. Mamalia Sign. In : D.E., Wilson, F.R., Cole, J.D., Nichols. Measuring and Monitorimg Biological Diversity: Standart Methods For Mammals.

Wirdateti, W.R. Farida dan MS.A Zein. 1997.

Perilaku harian rusa jawa (Cervus iimorensis) di penangkaran Taman Safari Indonesia

Word, J. 1998, Characteristics of deer in Quenselands Autralia”. In Biology of Deer. (Ed. R.D. Brown). Springer-Verlag Publ. New York. Pp. 197 - 202.


(1)

14

D. Analsis Data

Setelah data diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui persentase frekuensi aktivitas harian rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.

Perhitungan presentase aktivitas setiap individu dilakukan dengan menggunakan rumus (Martin dan Batcson,1988):

Presentase frekuensi aktivitas = x 100%

A = Frekuensi aktivitas per hari


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan perilaku harian rusa timor (Cervus timorensis) yang

dilaksanakan di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas yang dilakukan rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau,

Bandar Lampung meliputi aktivitas : istirahat, makan, berjalan, bersuara, tidur, minum, urinasi dan defekasi.

2. Aktivitas istirahat rusa timor Di Taman Satwa Lembah Hijau Bandar

Lampung merupakan aktivitas yang dominan dilakukan yaitu (27,55%) di hari kerja dan (26,67%) di hari libur.

3. Aktivitas eliminatif merupakan akitivitas yang paling sedikit dilakukan

defekasi (2,08%) dan urinasi (2,31%).

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian mengenai interaksi pengunjung dengan rusa timor pada saat pengunjung memberikan makan kepada rusa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Afzalani. Muthalib. R. A. dan Musnandar. E. 2008. Preferensi pakan, tingkah

laku makan dan kebutuhan nutrien rusa sambar (Cervus unicolor) dalam usaha penangkaran di provinsi jambi. Jurnal Media

Peternakan. 31 (2):114 - 121.

Agnes. 2006. Skripsi Tanggapan Masyarakat Tentang Penangkaran Rusa Sambar

Unversitas Lampung. Universitas Lampung.

Alikodra, A.H.S.1990. Pengelolaan Satwa Liar, Jilid 1. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antara Universitas Ilmu Hayati. IPB. Bogor.

Altmann, J. 1974. Observational Study of Behavior: Sampling Methods.

Behaviour. University of Chicago. Chicago.

Anwar., S.J. Danamik, N.Hisyam dan A.J. Whitten. 1984. Ekologi Ekosistem

Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Bemmel,A.C.Van. , 1949. A revision on the rusine deer in Indo-Australian

Archipelago Trebuia 20: 191-262, pls. 1-5. map

Brown, C. 2002. Cervus timorensis imformation. University of Michigan.

Carter dan W. Veever.1978. Mamalia Darat Indonesia. PT. Intermasa. Jakarta.

.

Garsetiasih, dan Mariana. 2007. Model Penangkaran Rusa. Prosiding Ekspos

Hasil-hasil Penelitian.

Gusmarini, N. 2005. Preferensi microhabitat Rusa Sambar (Cervus unicolor)

kerr, 1792) Di Penangkaran Rusa Sambar Universitas Lampung. [

Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Harianto, S.P. dan Dewi, B.S. 2011. Laporan Pengabdian Perilaku Harian Rusa

Sambar (Cervus unicolor) Pada Siswa SD N 1 Sukarame Bandar

Lampung. Universitas Lampung.

Hafez, B. 2000. Reproductive in Farm Animals 7th edition. USA: Lippincot and


(4)

IUCN, 2015 International Union for Conservation of Nature and Natural

Reserves. 2015. The Redlist of Threathened Species.

http://www.iucnredlist.org. diakses 8 Oktober 2015

Ishak M. 1996. Analisis Pola Penggunaan Waktu Populasi Rusa Jawa (Cervus

timorensis) Menurut Jenis Kelamin dan Kelas Umur di Pulau Rinca

Taman Nasional Komodo. Skripsi Bogor, Jurusan Konservasi Sumber

Daya Hutan, Fakultas Kehutanan IPB

Ismail, D. 2002. Kajian Tingkah Laku dan Kinerja Reproduksi rusa

Timor (Cervus timorensis) yang dipelihara di Penangkaran

Cariu dan Ranca Upas Jawa Barat, Disertasi. Universitas Padjadjaran Bandung.

Jacoeb, T.N., Wiryosuhanto, S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Penerbit

Kanisius, Jakarta. Cetakan pertama.

Kuncoro. 2004. Pengantar Psikologi Hewan jilid 1. Interaksara. Jakarta

Lelono. A. 1996. Ekologi perilaku makan rusa (Cervus timorensis Lyd) dalam

penangkaran di Ranca Upas Ciwidey. Tesis Magister Sains (Biologi) Institut Teknologi Bandung

Lelono. A. 2001. Pola aktivitas makan harian rusa (Cervus timorensis) dalam

penangkaran. Seminar Biologi Nasional I di Jurusan Biologi FMIPA Universitas Jember.

Lelono,A. 2003. Pola Aktivitas Harian Individua Rusa (Cervus timorensis)

dalam penangkaran. Jurnal Ilmu Dasar, 4 (1): 48-53.

Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.

http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 17 April 2015

Martin P, Bateson P. 1988. Measuring Behavior an Introduction Guide. 2nd. Ed. Cambridge University Press. Cambridge.

Mannes J. 1999. Pemanenan Ranggah Muda (Velvet) Sebagai Tambahan Nilai

Usaha Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) Perum

Perhutani di Jonggol Jawa Barat [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.


(5)

Paterson, J. D. 1992. Animal Behaviour, An Exercise Workbook. Waveland Press Inc. Prospect Heights-Illinois.

Primack, RB. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.

Reyes E. 2002. Rusa timorensis. University of Michigan. Museum of

Zoology. Anim. Diversity. [13 Agustus 2009]

Rizkinta, E.N. 2010. Skripsi Pola Penggunaan Ruang Oleh Rusa Sambar Jantan

(Cervus unicolor). Di Penangkaran Rusa. Universitas Lampung.

Santoso, S I. 2011. Rusa Timorensis (Cervus timorensis). Graha Ilmu.Indonesia:

1-3.

Schroder T.O. 1976. Deer in Indonesia. Nature Conservation Department.

Wageningen

Semiadi G, RTP Nugraha. 2004. Panduan pemeliharaan rusa tropis. Pusat

Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor

Semiadi, G., Muir, P. D., Barry. T. N. Veltman.1993. Grazing patterns of sambar

deer (Cervus unicolor) and red deer (Cervus elaphus) in captivity. New

Zealand Journal of Agricultural Research, Vol 36 pp 253-260.

Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa Tropika Sebagai Satwa Ternak. Masyarakat

Zoologi Indonesia. Bogor

Sinclair, S. 1998. Deer Farming in Queensland. Rusa Deer Management. DPI note, Department of Primary Industries Queensland, Brisbane, Australia. Suparyanto. 2000. Pengaruh Pemberian Tepung Ampas Tahu dalam Ransum

terhadap Produksi Telur Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Umur 20-

32 minggu. Skipsi. Jurusan Peternakan, Universitas Bengkulu.

Susanto, M. 1980. Habitat dan Tingkah Laku Rusa di Indonesia. Makalah, Kursus Penangkaran Konservasi Lingkungan Angkatan II, Ciawi, Bogor

Thohari M., Haryanto., B. Masy’ud., D. Rinaldi., H. Arief., W.A. Djatmiko., S.N. Mardiah., N. Kosmaryandi dan Sudjatnika. 1991.

Studi kelayakan dan perancangan tapak penangkaran rusa di BKPH

Jonggol, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Kerjasama

antara Direksi Perum Perhutani dengan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor


(6)

Wemmer, C., T.H., Kunz, G. Lundie- Jenkins & W.J. McShea. 1996. Mamalia

Sign. In : D.E., Wilson, F.R., Cole, J.D., Nichols. Measuring and

Monitorimg Biological Diversity: Standart Methods For Mammals.

Wirdateti, W.R. Farida dan MS.A Zein. 1997.

Perilaku harian rusa jawa (Cervus iimorensis) di penangkaran

Taman Safari Indonesia

Word, J. 1998, Characteristics of deer in Quenselands Autralia”. In Biology