PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU

BANDAR LAMPUNG Oleh

Anggi Reza Saputra

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.

Kata kunci : Rusa timor, Cervus timorensis, mikrohabitat, aktivitas, Taman Satwa Lembah Hijau


(2)

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

Anggi Reza Saputra

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(3)

ABSTRAK

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU

BANDAR LAMPUNG Oleh

Anggi Reza Saputra

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan rusa yang berasal dari Jawa, ditemukan di hutan dataran terbuka serta padang rumput daerah tropis. Upaya konservasi secara ek-situ telah dilakukan di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau pada bulan Juni – Juli 2015 menggunakan metode scan sampling dengan interval waktu 10 menit selama 24 jam. Rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau banyak melakukan aktivitas di area yang memiliki naungan tepatnya di bawah gazebo (hari kerja: 23,72%; hari libur: 21,62%), area vegetasi bambu dan beringin (hari kerja: 14,62%; hari libur: 13,90%), dan yang ketiga area yang memiliki vegetasi rumput (hari kerja: 11,46% ; hari libur: 11,97%). Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja: 24,8% ; hari libur: 23,58%), aktivitas istirahat (hari kerja: 24,77% ; hari libur: 23,79%) dan aktivitas berjalan (hari kerja: 17,68% ; hari libur: 17,37%). Pemanfaatan mikrohabitat tertinggi pada area naungan, dan aktivitas tertinggi yang dilakukan adalah aktivitas istirahat dan makan.

Kata kunci : Rusa timor, Cervus timorensis, mikrohabitat, aktivitas, Taman Satwa Lembah Hijau


(4)

PEMANFAATAN MIKROHABITAT RUSA TIMOR (Cervus timorensis) DI TAMAN SATWA LEMBAH HIJAU BANDAR LAMPUNG

Oleh

Anggi Reza Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Liwa, Lampung Barat pada tanggal 31 Maret 1993, sebagai anak keempat dari empat

bersaudara, dari pasangan Bapak Safrudin dan Ibu Daliasma. Penulis menempuh pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Nurul Islam Pasar Liwa tahun 1998-1999. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Liwa tahun 1999-2005. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Liwa tahun 2005-2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Liwa tahun 2008-2011. Tahun 2011 Penulis resmi terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung melalui Ujian Masuk Lokal (UML). Penulis menyelesaikan pendidikan pada perguruan tinggi dan meraih gelar Sarjana Sains pada tahun 2016.

Selama menjadi mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO FMIPA Unila) sebagai anggota Bidang Hubungan Masyarakat (Humas) periode 2012-2013, dan anggota Bidang Komunikasi dan Informasi Himbio FMIPA Unila periode 2013-2014.


(8)

Pertengahan tahun 2014 Penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Lampung dengan judul “Inventarisasi Mamalia di Kawasan Hutan Lindung Batutegi Register 39 Kabupaten

Tanggamus”. Awal tahun 2015 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Kampung Bujung Tenuk, Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang.


(9)

(10)

Tanpa IMPIAN, kita tidak akan meraih apapun. Tanpa CINTA, kita tak

akan merasakan apapun. Dan tanpa ALLAH, kita bukan siapa-siapa

Mesut Ozil-

“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain

dengan kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dengan wajahmu yang

berseri-seri disertai akhlak

yang baik”

-Nabi Muhammad S.A.W-

“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha

yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang

manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa b

erusaha”

-Mario Teguh-

“Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan”

-Francis Bacon-

“Percayalah, Tuhan tak pernah salah memberi rezeki”

-Anonymous-


(11)

SANWACANA

Assalammualaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbilalamin. Puji syukur atas rahmat dan karunia Allah SWT sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini

berjudul “Pemanfaatan Mikrohabitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Taman

Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana sains di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selama pelaksanaan penelitian sampai skripsi ini selesai disusun, penulis telah mendapatkan banyak bantuan. Oleh karena itu, sehubungan dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Abak dan Amak tercinta yang telah bekerja keras untuk membiayai semua biaya perkuliahan, memberi bimbingan, dan nasihat serta doa yang diberikan. Terimakasih juga kakak-kakakku tersayang (Eka Susanti, Sinta Dewi, Devia).


(12)

2. Dra. Elly Lestari Rustiati, M.Sc. sebagai Pembimbing I yang telah

membimbing penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai disusun. Terimakasih juga atas kesabarannya dalam proses bimbingan serta motivasi, nasihat,kritik, dan saran yang telah diberikan untuk penulis.

3. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc. sebagai Pembimbing II serta sebagai Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung yang telah sabar membimbing dan memberikan saran kepada penulis sebelum, saat, dan setelah penelitian hingga skripsi ini selesai.

4. Prof. Dr. Ir. H.Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai pembahas yang telah memberikan nasihat, kritik, dan saran untuk pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Suratman Umar, M.Sc. sebagai Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan akademik selama penulis menjadi mahasiswa.

6. Prof. Warsito, S.Si. DEA. Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

7. Bapak M. Irwan Nasution sebagai pimpinan Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung atas izin penelitian yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak Rasyid Ibransyah, S.Kh atas bantuan dan bimbingan, serta arahan saat pelaksanaan penelitian.


(13)

9. Para Sahabat Agung Prasetyo, Robith Kurniawan, Dany Kurniawan, Wendy Dwi Putra, Ahmad Yani, M Sobran Jamil, Fadila Sandi, Andrian Isro, Rahmat Ori, Rangga Brahma, dan Adi Irawan yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswa.

10.Seluruh teman-teman seperjuangan biologi 2011 atas kebersamaan, kekeluargaan dan bantuan selama ini.

11.Seluruh pihak lainnya yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan kekhilafan perkataan dan perbuatan selama pelaksanaan penelitian dan proses penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada semua pihak untuk hal tersebut di atas. Penulis berharap agar skripsi ini menjadi salah satu sumber informasi terbaru dan bermanfaat untuk para pembacanya.

Wassalammualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 3 Juni 2016 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I.PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 3

C.Kerangka Pikir ... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.Biologi Rusa Timor ... 5

B.Habitat & Distribusi Rusa Timor ... 6

C.Perilaku Rusa Timor ... 7

D.Reproduksi & Pertumbuhan Rusa Timor ... 8

E.Perilaku Makan Rusa Timor ... 9

F. Status Ekologi & Perlindungan ... 11

G.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 12

III.METODE PENELITIAN ... 14

A.Waktu dan Tempat ... 14

B.Alat dan Bahan ... 14

C.Metode Penelitian ... 15

D.Prosedur Penelitian ... 18

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A.Gambaran Umum Penangkaran Rusa Timor ... 20

B.Penggunaan Mikrohabitat ... 20

C.Aktivitas Harian ... 24

1. Aktivitas Istirahat ... 24


(15)

3. Aktivitas Berjalan ... 27

D.Keadaan Suhu Penangkaran ... 28

V. KESIMPULAN ... 29

A. Kesimpulan ... 29

B. Saran ... 29


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Ranggah Rusa Timor Jantan... 8 2. Spesies Tumbuhan Pakan Rusa Timor ... 10 3. Rusa Timor Yang Menjadi Objek Penelitian ... 15


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 2

Gambar 2. Rusa Timor Di Taman Satwa Lembah Hijau ... 6

Gambar 3. Lokasi Kandang Peraga Rusa Timor ... 13

Gambar 4. Kandang Peraga Rusa Timor... 16

Gambar 5. Rancangan Petak Mikrohabitat ... 17

Gambar 6. Salah Satu Bangunan Rumah Terbuka ... 18

Gambar 7. Penggunaan Area Oleh Kelompok Rusa Timor ... 21

Gambar 8. Rusa Timor Di Area Naungan Bambu ... 22

Gambar 9. Aktivitas Minum Rusa Timor ... 23

Gambar 10. Aktivitas Harian Rusa Timor ... 25

Gambar 11. Rusa Timor Sedang beristirahat ... 26

Gambar 12. Rusa Timor melakukan aktivitas Makan ... 27


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna. Namun, keanekaragaman hayati tersebut semakin menurun, akibat adanya perburuan liar satwa terutama yang memiliki nilai komoditi ekonomi tinggi (Alikodra, 1979).

Pelestarian keanekaragaman sumber daya hayati perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kepunahan. Pemerintah Indonesia memberlakukan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang

konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang bertujuan untuk melindungi 400 jenis satwa baik mamalia, aves, dan reptil (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Rusa timor (Cervus timorensis) adalah salah satu jenis satwa yang memiliki penyebaran yang luas di Indonesia, mulai dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Menurut Ishak (1996) jumlah populasi rusa timor di alam sekitar 10.000 ekor. Berdasarkan IUCN red list, sejak tahun 2008 rusa timor termasuk kategori vulnerable (rentan).


(19)

2

Ancaman terhadap keberadaan populasi rusa timor berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk diambil dagingnya (Alikodra, 1979).

Upaya konservasi perlu dilakukan untuk mempertahankan populasi rusa timor baik secara in-situ maupun ek-situ. Upaya konservasi secara in-situ merupakan upaya konservasi yang dilakukan di dalam habitat alami, sedangkan upaya konservasi secara ek-situ merupakan upaya konservasi yang dilakukan di luar habitat alaminya, seperti penangkaran (Garsetiasih, 2002).

Salah satu kawasan konservasi ek-situ rusa timor yang ada di Bandar Lampung adalah Taman Satwa Lembah Hijau, yang memiliki jumlah individu rusa 23 ekor terdiri jantan dewasa 8 ekor, betina dewasa 13 ekor, jantan anakan 1 ekor dan betina anakan 1 ekor (Gambar 1).


(20)

3

Penangkaran adalah satu kegiatan pengembak biakan satwa liar yang bertujuan untuk mempertahankan maupun meningkatkan populasi satwa (Mukhtar, 1996). Adapun syarat penangkaran untuk rusa timor dengan memilih lahan yang ditumbuhi rumput, tersedia pohon sebagai naungan, kolam air, dan area kandang diberi pagar pembatas (besi atau beton) (Garsetiasih, 2002).

Penangkaran rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau dilakukan pada habitat yang dibatasi pagar besi dengan luas ± 190 m2, bak air sebagai tempat rusa melakukan aktivitas minum, dan naungan untuk berteduh ketika hujan dan cuaca panas. Pakan yang diberikan seperti bayam, ampas tahu dan lamtoro (Lembah Hijau, 2015).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan

mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.

C. Kerangka Pikir

Rusa timor (Cervus timorensis) ditangkarkan dalam upaya perlindungan dari kepunahan. Untuk menjadikan suatu penangkaran yang baik, salah satunya yaitu membuat penangkaran yang mendekati kondisi habitat alaminya. Habitat berperan sangat penting bagi kehidupan satwa liar dan


(21)

4

berpengaruh langsung terhadap perilaku satwa liar tersebut (Soerianegara dan Indrawan, 1985).

Menurut Wirakusumah (2003) mikrohabitat adalah lingkungan khusus dalam skala kecil yang berbeda dari sekitarnya dan mempunyai arti penting bagi kehidupan organisme di dalamnya. Hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan penangkaran adalah lokasi dan model kandang. Kondisi vegetasi merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam pengelolaan suatu penangkaran.

Untuk mempertahankan dan melindungi populasi rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau diperlukan informasi mengenai pemanfaatan mikrohabitat.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar mengenai pemanfaatan mikrohabitat rusa timor (Cervus timorensis) dalam mendukung upaya konservasi di penangkaran Taman Satwa Lembah Hijau, Bandar Lampung.


(22)

II.TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Rusa Timor

Menurut Primack (1998) rusa timor adalah hewan mamalia dengan klasifikasi:

Kingdom : Animalia Phyllum : Chordata Class : Mammalia Ordo : Artiodactyla Family : Cervidae Genus : Cervus

Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)

Ciri morfologi rusa timor adalah memiliki ranggah, yang merupakan derivat dari tulang pada bagian kepala. Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat (Setio, 2010). Rusa dikenal sebagai hewan yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Rusa merupakan grazer baik di padang rumput, dan pada areal yang ditumbuhi semak (Burhanuddin, 2007).


(23)

6

Rusa timor mempunyai warna rambut coklat keabu-abuan sampai coklat tua kemerahan dan pada individu jantan warnanya lebih gelap (Gambar 2). Warna tubuh di bagian ventral lebih terang daripada di bagian dorsal. Tinggi bahu rusa timor betina dewasa ± 100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala berkisar antara 120-130 cm, panjang ekor 10-30 cm, berat badannya dapat mencapai 100 kg (Suyanto, 2002).

Gambar 2. Rusa timor (Cervus timorensis) di Taman Satwa Lembah Hijau

B. Habitat dan Distribusi Rusa Timor

Rusa timor berasal dari Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah Indonesia mulai dari Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, bahkan Timor Leste (Setio, 2010).


(24)

7

Habitat rusa timor mencakup hutan, dataran terbuka serta padang rumput pada daerah beriklim tropis, subtropis dan savana. Rusa timor mampu beradaptasi di hutan, pegunungan, dan rawa-rawa serta di temukan juga di dataran rendah hingga ketinggian 2600 m di atas permukaan laut. Selain itu rusa timor mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering, karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif kecil (Wemmer, Kunz, Lundie, dan McShea, 1996).

Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alaminya. Padang rumput dan daerah terbuka

merupakan tempat mencari makan sedangkan semak belukar merupakan tempat berlindung (Anwar, Damanik, Hisyam, dan Whitten, 1984).

C. Perilaku Rusa Timor

Perilaku merupakan ekspresi yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari lingkungannya (Setio, 2010). Perilaku dapat diartikan sebagai gerak gerik organisme, merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau berdiam (Suyanto, 2002).

Perilaku juga merupakan gerak gerik hewan sebagai tanggapan terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994).


(25)

8

Berbagai macam perilaku rusa timor telah diamati oleh Burhanuddin (2007), baik perilaku harian, perilaku kawin, perilaku tidur, perilaku makan dan perilaku sosial.

D. Reproduksi dan Pertumbuhan Rusa Timor

Masa reproduksi rusa timor dimulai dari usia 1,5 tahun sampai 12,0 tahun, sedangkan masa hidup bisa mencapai usia 15 sampai 20 tahun. Anak rusa timor dengan usia 4 bulan dapat mencapai berat badan 17,35 kg untuk individu jantan, sedangkan individu betina mencapai berat 16,15 kg. Masa produktif rusa timor pada usia 1 sampai 2 tahun, dengan kelahiran satu anakan pada setiap kelahiran (Setio, 2010). Ranggah pertama kali tumbuh pada usia 1 tahun (Tabel 1) yang terdiri atas ranggah tunggal. Ranggah yang dimiliki rusa timor mempunyai ciri-ciri besar, langsing, dan panjang (Nowak, 1983).

Tabel 1. Perkembangan ranggah rusa timor jantan berdasarkan usia

Usia (bulan) Keadaan ranggah

4 – 6 Mulai terlihat adanya tonjolan 7 – 9 Ranggah tumbuh

13 - 15 Ranggah tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm) 24 Ranggah dengan 2 cabang

30 Ranggah dengan 3 cabang

84 Perkembangan ranggah sempurna (80-90 cm) 108 Jarak di antara cabang ranggah bertambah lebar


(26)

9

E. Perilaku Makan Rusa Timor

Menurut Burhanuddin (2007), rusa timor baik jantan maupun betina lebih banyak melakukan aktivitas makan dan minum pada pagi dan sore hari, hal ini dikarenakan pada siang hari rusa timor banyak melakukan aktivitas istirahat.

Carter (1978) menyatakan untuk pakan rusa timor menyukai daun yang lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis kacang-kacangan dan rumput. Saat merumput terdapat rusa timor yang menjadi pemimpin yaitu rusa timor betina usia dewasa dalam memilih rumput yang memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi. Tumbuhan yang disukai oleh rusa timor adalah alang-alang (Imperata cylindrica), rumput teki (Cyperus rotundus) dan sempu (Dillenia allata), Jenis tumbuhan pakan rusa timor meliputi 22 jenis dari 10 famili (Tabel 2). Bagian-bagian tumbuhan yang dimakan antara lain pucuk, daun, kuncup dan buah (Carter, 1978).


(27)

Tabel 2. Spesies tumbuhan pakan rusa timor

No Nama Lokal Spesies Famili No Nama Lokal Spesies Famili

1 Buah hutan Melodorum latifolium Annonaceae 12 Jukut kikisan Rottboelia sp Gramineae

2 Sempu Dillenia allata Dilleniaceae 13 Rumput hangus Sporoblus sp Gramineae

3 Flagellaria Flagellaria indica Flagellariaceae 14 Rumput merakan Themeda sp Gramineae 4 Rumput gamba Andropogon contortus Gramineae 15 Akasia Acacia auriculiformis Leguminosae 5 Rumput kemuncup Chrysopogon aciculatus Gramineae 16 Beringin Ficus benjamina Moraceae 6 Rumput udang Eragrositis brownii Gramineae 17 Teratai Nymphaea lotus Nymphaeacea 7 Rumput kumpai Hymenachne amplexicaulis Gramineae 18 Kuncup kali Nymphaea violacea Nymphaeaceae 8 Alang-alang Imperata cylindrica Gramineae 19 Rumput lidah ular Oldenlandia diffusa Rubiaceae 9 Rumput tebing Pseudoraphis spinescens Gramineae 20 Gebang Corypha elata Rubiaceae 10 Perumpung Pharagmites karka Gramineae 21 Rumput bolon Equisetum sp Equisetaceae 11 Plikatulum Paspalum conjugatum Gramineae 22 Rumput teki Cyperus rotundus Cyperaceae


(28)

11

F. Status Ekologi & Perlindungan

Rusa timor merupakan hewan yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999, yang mencakup semua jenis dan genus Cervus ke dalam lampiran jenis satwa yang

dilindungi. Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam punah (IUCN) dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaannya harus dijaga dan tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjualbelikan

dagingnya (Ibnu, 2008).

Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan yang baik agar usaha perlindungan dapat tetap berlangsung. Untuk memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran (konservasi ek-situ) dengan sistem peternakan (Subyaty, 2003).

Penangkaran rusa, mempunyai kelebihan karena rusa mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya dan mempunyai reproduksi yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan, dan ruang. Usaha penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka memanfaatkan satwa liar secara optimal berbasis kelestarian, karena dalam


(29)

12

penangkaran kehidupan satwa liar dilakukan dengan baik (Garsetiasih, 2002).

G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Taman satwa Lembah Hijau diresmikan pada 14 April 2007, merupakan taman wisata berorientasi lingkungan yang memadukan antara rekreasi kesegaran alam lembah hijau dan pengetahuan. Taman satwa yang terletak di pusat Ibukota Bandar Lampung, Provinsi Lampung ini berdiri di atas kawasan lembah seluas 30 ha. Kawasan wisata ini terdiri dari taman rekreasi dan kebun binatang mini. Jenis satwa yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau antara lain orang utan, siamang, kambing gunung, beruang madu, binturong, owa sumatera, owa jawa, kuda, rusa timor, buaya, dan aves yaitu pelikan, burung elang, kakatua, rangkong, pelikan, merak.

Rusa timor yang berada di Taman Satwa Lembah Hijau berjumlah 23 ekor terdiri dari 12 ekor rusa jantan dewasa, 9 ekor rusa betina dewasa, 1 ekor rusa jantan anakan dan 1 ekor rusa betina anakan yang berada pada kandang peraga seluas 190 m2. Lokasi kandang peraga berdekatan dengan kolam ikan koi dan juga bersebelahan dengan wahana rumah hantu (Gambar 3). Rusa timor ini berasal dari penangkaran Perhutani Bandung, Jawa Barat.


(30)

13

Gambar 3. Lokasi kandang peraga rusa timor

Taman Satwa Lembah Hijau berlokasi di JI. Radin Imba Kesuma Ratu, Kampung Sukajadi, Kelurahan Sukadanaham, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Bandar lampung. Lembah Hijau merupakan sebuah area satwa yang menempati suatu area berbukit, lembah serta sebuah sungai kecil berarus deras di dalamnya (Lembah Hijau, 2015).


(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2015 bekerja sama dengan Taman Satwa Lembah Hijau, didampingi pembimbing lapangan Rasyid Ibransyah, S.K.H, di kandang peraga rusa timor Taman Satwa Lembah Hijau Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan kamera DSLR Canon 1100D, jam tangan Seiko , termometer, lembar kerja. Total individu rusa timor yang ada di Taman Satwa Lembah Hijau adalah 23 ekor, objek utama yang diamati 4 individu rusa timor yaitu individu jantan dan betina dewasa serta individu jantan dan betina anakan. Keempat individu rusa timor tersebut sudah mewakili dari jenis kelamin dan tingkatan usia populasi secara keseluruhan (Tabel 3).


(32)

15

Tabel 3. Rusa timor yang menjadi objek penelitian di Taman Satwa Lembah Hijau

Nama Jenis Kelamin

Induk Tanggal Datang

Asal Kelompok Usia Jantan - 18/05/2006 Perhutani

Bandung

Dewasa Betina - 18/05/2006 Perhutani

Bandung

Dewasa

A Jantan α dan β TSLH Anakan

B Betina α dan β TSLH Anakan

Keterangan TSLH : Taman Satwa Lembah Hijau

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode scan sampling, yaitu melakukan pencatatan terhadap aktivitas satwa dengan selang waktu tertentu (Robinowitz, 1993). Interval waktu yang digunakan adalah 10 menit dilakukan selama 24 jam pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 08.00 WIB hari berikutnya. Paramater yang diamati dalam penelitian ini antara lain :

1. Aktivitas makan yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mencari dan memasukkan makanan ke dalam mulut.

2. Aktivitas minum yaitu aktivitas yang dilakukan dengan cara menjulurkan lidahnya ke dalam air.

3. Aktivitas istirahat yaitu aktivitas mencari kenyamanan seperti memamah biak, berbaring, dan berendam.

4. Aktivitas urinasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan air seni melalui vesika urinaria.


(33)

16

5. Aktivitas defekasi yaitu aktivitas keadaan mengeluarkan kotoran melalui anus.

6. Aktivitas tidur yaitu aktivitas keadaan mulai memejamkan mata dan tidak melakukan aktivitas apapun.

7. Aktivitas eliminatif yaitu aktivitas keadaan melakukan urinasi dan defekasi (Burhanuddin, 2007).

Pemberian pakan rusa timor dilakukan setiap hari pada pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB, pakan yang diberikan adalah bayam, ampas tahu dan lamtoro. Tujuh aktivitas di atas dan lokasi keberadaan rusa timor di

kandang peraga dicatat.

Untuk pengamatan pemanfaatan habitat, lokasi keberadaan rusa timor dilakukan pembagian 9 petak imajinari yang terdiri dari petak: A, B, C, D, E, F, G, H, I (Gambar 4 dan 5). Penggunaan 9 petak imajinari ini telah mewakili kondisi habitat di kandang peraga dan memudahkan peneliti dalam pengambilan data.


(34)

17

Gambar 5. Rancangan petak mikrohabitat

Keterangan:

A : Area rumput dan pohon kelapa

B : Area kolam air dan gazebo pengunjung C : Area sedikit rumput

D : Area rumput dan pohon melinjo E : Area rumput dan bangunan terbuka F : Area sedikit rumput dan kolam air

G : Area rumput, vegetasi bambu dan beringin H : Area rumput

I : Area rumput dan bangunan terbuka (Gambar 6) (Lembah Hijau, 2015).

Dari 9 petak imajinari terdiri dari beberapa kondisi seperti area yang memiliki naungan pada petak B dan G, area yang memiliki rumput dan sedikit naungan pada petak A, D, E dan I. Untuk petak E dan I terdapat rumah-rumahan di dalam area ini (Gambar 6) dan kondisi area selanjutnya yang memiliki rumput namun tidak ada naungan didalamnya pada petak C, F, dan H.


(35)

18

Gambar 6. Salah satu bangunan rumah terbuka yang ada di petak E dan I, kandang rusa

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Survei penelitian pendahuluan dilakukan selama satu hari untuk mengetahui kondisi rusa timor dan kandang peraga. Survei dilakukan dengan melihat kondisi kandang peraga dan berdiskusi dengan pembimbing lapangan.

2. Habituasi dilakukan selama dua hari sebelum melakukan pencatatan data. Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat agar satwa objek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya karena keberadaan pengamat (Maharani, 2011). Habituasi dilakukan dengan mengamati aktivitas yang dilakukan oleh rusa timor.

3. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan selama 24 jam dengan

interval waktu 10 menit pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 08.00 WIB hari


(36)

19

berikutnya. Pengamatan dilakukan di kandang peraga tepatnya di atas gazebo pengunjung.

4. Pencatatan suhu lingkungan kandang peraga dilakukan pada kondisi cuaca cerah dan hujan. Pencatatan suhu dilakukan dengan cara menggunakan termometer di kandang peraga.


(37)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh adalah:

1. Penggunaan mikrohabitat yang sering digunakan oleh kelompok rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau adalah area dan area yang memiliki

vegetasi rumput.

2. Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja (24,8%), hari libur (23,58%)), aktivitas istirahat (hari kerja (24,77%), hari libur (23,79%)) dan aktivitas berjalan (hari kerja (17,68%), hari libur (17,37%)).

B. Saran

Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan mikrohabitat rusa timor di musim hujan dan penambahan vegetasi rumput pada kandang peraga.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1979. Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Anwar., S.J. Damanik, N. Hisyam dan A. J. Whitten.1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Burhanuddin, M. 2007. Pola Distribusi, Populasi dan Aktivitas Harian Rusa Timor (cervus timorensis, de blainville 1822) di Taman Nasional Bali Barat. Bali.

Brower, J. E., H.Z Jerrold dan C. N.V. Ende. 1990. Field and Laboratory Methods for General Ecology. 3th Edition Wm. C. Brown Publishers. United States Of America.

Carter, W. V. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Intermasa. Jakarta.

CITES.2015. Kategori Cites. http://id.wikipedia.org/wiki/CITES diakses pada tanggal 25 April 2015.

Francis, C. M. 2008. A Field Guide to the Mamal of Thailand and South East Asia. New HollandPublisher. UK.

Garsetiasih. 2002. Pengembangan Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor.

Gusmasari, N. 2005. Preferensi Mikrohabitat Rusa Sambar (Cervus unicolor kerr, 1792) Di Penangkaran Rusa Sambar Universitas Lampung. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(39)

Gunawan. 2010. Seleksi habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Cagar Alam dan Taman Wisata Ciamis Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ishak M. 1996. Analisis pola penggunaan waktu populasi rusa jawa (Cervus timorensis) menurut jenis kelamin dan kelas umur di Pulau Rinca Taman Nasional Komodo. [Skripsi]. Universitas Mataram. Mataram.

IUCN.2015. Kategori Status Konservasi IUCN.

http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.

Jacoeb, T. N. Dan S. D. Wiryosuhanto. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Kansius. Yogyakarta.

Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.

http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 15 April 2015.

Maharani, H. 2011. Studi Pakan Rusa Timor (Cervus timorensis russa, Mull. & Schl) di Penangkaran Rusa Taman Wisata Lembah Hijau Kota Bandar Lampung. [Skirpsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mukhtar, S.A. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mukhtar, S.A. 2004. Populasi dan Daya Dukung Rusa dan Biawak di Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 1 No 1. 1: 14-25.

Nowak, R. M and J. L. Paradiso. 1983.Mammals of the World 4thEdition.

Volume II. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Primack, R.B. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Robinowitz, J. 1993. Observational Study Of Behavior Sampling Methods.

University of Chichago. Chichago

Semiadi G, Nugraha . 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Setio, P. 2010. “Prospek Pengembangan Penangkaran Rusa.” Makalah.

Disampaikan dalam Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang keanekaragaman Hayati kepada Masyarakat. Lombok, 19 Oktober.


(40)

Soerianegara I dan A Indrawan 1985. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Subyaty, D. W 2003. Studi Produktivitas Hijauan Sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penangkaran Rusa Jawa PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah.[Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat.

BCP-JICA. Bogor.

Wemmer, C., Kunz T.H., Lundie – Jenkins G. & McShea W.J. 1996. Mamalia Sign. In: Wilson, D. E., Cole F.R., Nichols J.D., Rudran R. Foster M.S.(eds). Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard Methods for Mammals. Pp 157 176. Smithsonian Institution Press. Washington.


(1)

18

Gambar 6. Salah satu bangunan rumah terbuka yang ada di petak E dan I, kandang rusa

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Survei penelitian pendahuluan dilakukan selama satu hari untuk mengetahui kondisi rusa timor dan kandang peraga. Survei dilakukan dengan melihat kondisi kandang peraga dan berdiskusi dengan pembimbing lapangan.

2. Habituasi dilakukan selama dua hari sebelum melakukan pencatatan data. Habituasi merupakan masa pembiasaan terhadap keberadaan pengamat agar satwa objek penelitian tidak terganggu aktivitas hariannya karena keberadaan pengamat (Maharani, 2011). Habituasi dilakukan dengan mengamati aktivitas yang dilakukan oleh rusa timor.

3. Pengamatan dan pencatatan data dilakukan selama 24 jam dengan

interval waktu 10 menit pada 3x hari kerja dan 3x hari libur dimulai pada pukul 08.00 WIB dan berakhir sampai dengan pukul 08.00 WIB hari


(2)

19

berikutnya. Pengamatan dilakukan di kandang peraga tepatnya di atas gazebo pengunjung.

4. Pencatatan suhu lingkungan kandang peraga dilakukan pada kondisi cuaca cerah dan hujan. Pencatatan suhu dilakukan dengan cara menggunakan termometer di kandang peraga.


(3)

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh adalah:

1. Penggunaan mikrohabitat yang sering digunakan oleh kelompok rusa timor di Taman Satwa Lembah Hijau adalah area dan area yang memiliki

vegetasi rumput.

2. Aktivitas yang banyak dilakukan adalah aktivitas makan (hari kerja (24,8%), hari libur (23,58%)), aktivitas istirahat (hari kerja (24,77%), hari libur (23,79%)) dan aktivitas berjalan (hari kerja (17,68%), hari libur (17,37%)).

B. Saran

Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan mikrohabitat rusa timor di musim hujan dan penambahan vegetasi rumput pada kandang peraga.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra, H.S. 1979. Konservasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Alikodra, H.S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Anwar., S.J. Damanik, N. Hisyam dan A. J. Whitten.1984. Ekologi Ekosistem

Sumatera. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Burhanuddin, M. 2007. Pola Distribusi, Populasi dan Aktivitas Harian Rusa Timor (cervus timorensis, de blainville 1822) di Taman Nasional Bali

Barat. Bali.

Brower, J. E., H.Z Jerrold dan C. N.V. Ende. 1990. Field and Laboratory

Methods for General Ecology. 3th Edition Wm. C. Brown Publishers.

United States Of America.

Carter, W. V. 1978. Mamalia Darat Indonesia. Intermasa. Jakarta.

CITES.2015. Kategori Cites. http://id.wikipedia.org/wiki/CITES diakses pada tanggal 25 April 2015.

Francis, C. M. 2008. A Field Guide to the Mamal of Thailand and South East

Asia. New HollandPublisher. UK.

Garsetiasih. 2002. Pengembangan Penangkaran Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Permasalahannya di NTT. Prosiding Seminar Nasional Bioekologi dan Konservasi Ungulata. PSIH-IPB; Puslit Biologi; Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Bogor.

Gusmasari, N. 2005. Preferensi Mikrohabitat Rusa Sambar (Cervus unicolor kerr, 1792) Di Penangkaran Rusa Sambar Universitas Lampung. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Gunawan. 2010. Seleksi habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) Di Cagar Alam dan Taman Wisata Ciamis Pangandaran Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat. [Tesis]. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Ishak M. 1996. Analisis pola penggunaan waktu populasi rusa jawa (Cervus

timorensis) menurut jenis kelamin dan kelas umur di Pulau Rinca Taman

Nasional Komodo. [Skripsi]. Universitas Mataram. Mataram. IUCN.2015. Kategori Status Konservasi IUCN.

http://alamendah.org/2010/01/14/kategori-status-konservasi-iucn-red-list/ diakses pada tanggal 25 Oktober 2015.

Jacoeb, T. N. Dan S. D. Wiryosuhanto. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Kansius. Yogyakarta.

Lembah Hijau. 2015. Profil Taman Satwa Lembah Hijau.

http://www.lembahhijaulampung.com/index-1.html diakses pada tanggal 15 April 2015.

Maharani, H. 2011. Studi Pakan Rusa Timor (Cervus timorensis russa, Mull. & Schl) di Penangkaran Rusa Taman Wisata Lembah Hijau Kota Bandar Lampung. [Skirpsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Mukhtar, S.A. 1996. Studi Dinamika Populasi Rusa (Cervus timorensis) dalam Menunjang Manajemen Taman Buru Pulau Moyo. Disertasi S3 Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mukhtar, S.A. 2004. Populasi dan Daya Dukung Rusa dan Biawak di Taman Nasional Ujung Kulon. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol. 1 No 1. 1: 14-25.

Nowak, R. M and J. L. Paradiso. 1983.Mammals of the World 4thEdition.

Volume II. The Johns Hopkins University Press. Baltimore and London. Primack, R.B. 1998. Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Robinowitz, J. 1993. Observational Study Of Behavior Sampling Methods.

University of Chichago. Chichago

Semiadi G, Nugraha . 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian Biologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Bogor.

Setio, P. 2010. “Prospek Pengembangan Penangkaran Rusa.” Makalah.

Disampaikan dalam Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Bidang keanekaragaman Hayati kepada Masyarakat. Lombok, 19 Oktober.


(6)

Soerianegara I dan A Indrawan 1985. Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.

Subyaty, D. W 2003. Studi Produktivitas Hijauan Sebagai Sumber Pakan Rusa Jawa (Cervus timorensis) di Penangkaran Rusa Jawa PT Great Giant Pineapple (PT GGP) Terbanggi Besar Lampung Tengah.[Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyanto, A. 2002. Mamalia di Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat. BCP-JICA. Bogor.

Wemmer, C., Kunz T.H., Lundie – Jenkins G. & McShea W.J. 1996. Mamalia Sign. In: Wilson, D. E., Cole F.R., Nichols J.D., Rudran R. Foster M.S.(eds). Measuring and Monitoring Biological Diversity: Standard

Methods for Mammals. Pp 157 176. Smithsonian Institution Press.

Washington.