63 bank yang ada di wilayah kerja KBI Bandung, untuk memfasilitasi kegiatan penukaran Uang Pecahan
Kecil. Kegiatan tersebut memberikan dampak positif, yaitu dapat meminimalisir antrian masyarakat dalam memperoleh Uang Pecahan Kecil di loket Kantor Bank Indonesia Bandung.
Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung
Nominal BilyetKeping
Nominal BilyetKeping
Rp Juta Juta
Rp Juta Juta
Uang Kertas
100,000 755,546.50
7.56 1,707,483.30
17.07 126
50,000 443,123.30
8.86 1,425,437.00
28.51 222
20,000 37,427.86
1.87 181,069.86
9.05 384
10,000 43,571.88
4.36 262,705.76
26.27 503
5,000 14,286.18
2.86 127,082.93
25.42 790
2,000 -
65,721.02 32.86
1,000 1,901.03
1.90 632.82
0.63 -67
Total 1,295,856.75
27.40 3,770,132.69
139.82 191
Uang Logam
1,000 0.01
0.00 11,421.13
11.42 228422440
500 8.89
0.02 1,958.76
3.92 21943
200 306.62
1.53 723.40
3.62 136
100 310.07
3.10 668.69
6.69 116
50 67.00
1.34 146.00
2.92 118
25 2.00
0.08 0.00
0.00 -100
Total 694.58
6.07 14,917.97
28.56 2048
Tw. III-2010 Pertumbuhan
qtq Tw. II-2010
Jenis Pecahan
Sumber: BI Bandung
1.2. P
ENYEDIAAN
U
ANG
K
ARTAL
L
AYAK
E
DAR
Jumlah Uang Tidak Layak Edar UTLE yang dimusnahkan, atau yang disebut juga dengan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB di KBI Bandung tercatat mengalami
penurunan pada triwulan III-2010, dibandingkan periode sebelumnya. Kondisi ini merupakan
indikasi bahwa kesadaran masyarakat Jawa Barat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal Rupiah semakin meningkat. Setelah mencapai posisi tertinggi pada triwulan I-2010, jumlah bilyet uang kertas yang
dimusnahkan di KBI Bandung tercatat terus mengalami penurunan. Khusus untuk triwulan III-2010, jumlah uang yang dimusnahkan adalah sebanyak 96,45 juta bilyet, dengan total nominal senilai hamper
Rp2,8 triliun. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan PTTB pada triwulan II-2010, baik dari sisi jumlah bilyet maupun nominalnya. Jenis pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah uang pecahan
Rp50.000, dengan porsi sebesar 31 dari seluruh pecahan uang. Porsi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya, yang sebanyak 28 dari keseluruhan uang. Selanjutnya, jenis
pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah pecahan Rp1.000 21; Rp5.000 13; serta pecahan Rp2.000 12.
64
Grafik 5.2. Perkembangan PTTB Kantor Bank Indonesia Bandung
- 30
60 90
120
Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III 2007
2008 2009
2010
Juta Lembar
Sumber: BI Bandung
1.3. U
ANG
P
ALSU
Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Bandung mengalami penurunan dari sisi jumlah bilyet dibandingkan periode sebelumnya. Selama triwulan III-2010, tercatat sebanyak 3.753 lembar
uang palsu ditemukan, dengan nominal sebesar Rp309,55 juta. Walaupun turun dari sisi bilyet, namun nominal temuan uang palsu tersebut mengalami peningkatan, dari sejumlah Rp273,21 juta selama
triwulan II-2010. Peningkatan ini terjadi karena terjadi kenaikan jumlah uang palsu pecahan yang besar, yaitu Rp100.000, dari sebelumnya hanya sebanyak 39,4 dari keseluruhan uang palsu yang ditemukan,
menjadi 69,3. Untuk meminimalisasi peredaran uang palsu tersebut, BI Bandung terus berupaya memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat, menyediakan
sarana informasi hotline service, serta iklan layanan masyarakat.
2. S
ISTEM
P
EMBAYARAN
N
ON
T
UNAI Berkembangnya perekonomian domestik meningkatkan kebutuhan masyarakat akan kecepatan,
kehandalan, dan keamanan dalam melakukan transaksi. Untuk itu, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement BI-RTGS.
65
2.1 K
LIRING LOKAL
Perkembangan sistem pembayaran di bidang kliring
1
di Jawa Barat mengalami peningkatan, apabila dilihat dari sisi nominal. Selama triwulan III-2010, tercatat rata-rata transaksi kliring meliputi
kliring penyerahan, kliring pengembalian, dan kliring kredit senilai Rp11,83 triliun, dengan jumlah rata- rata warkat sebanyak 515.642 lembar. Dari sisi nominal, terdapat kenaikan dibandingkan transaksi kliring
pada triwulan II-2010, baik secara triwulanan tumbuh 6,1 maupun secara tahunan tumbuh 11,1. Namun demikian, apabila dilihat dari sisi volume, terdapat perlambatan pertumbuhan selama triwulan III-
2010 ini. Hal ini menunjukkan semakin besarnya nominal transaksi masyarakat yang dilakukan melalui sistem pembayaran kliring. Dilihat dari wilayahnya, transaksi kliring yang paling besar di Jawa Barat,
dilakukan di wilayah Kota Bandung, yang disebabkan karena besarnya jumlah penduduk serta tingginya aktivitas perekonomian di Kota Bandung.
Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi Kliring Lokal Rata-rata per Bulan di Jawa Barat
TW I TW II
TW III TW IV
TW I TW II
TW III qtq
yoy Nominal Rp Triliun
9.94 10.38 10.64 11.19 10.82 11.14 11.83 6.12
11.14
Volume Lembar 504,311
476,875 484,106 481,440 496,425 510,649 515,642 0.98
6.51
Pertumbuhan Keterangan
2009 2010
Sumber: Bank Indonesia
2.2 R
EAL
T
IME
G
ROSS
S
ETTLEMENT
RTGS
Transaksi RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai di Jawa Barat, yang dikarenakan keunggulan RTGS dalam kecepatan penyelesaian transaksi seketika dan risiko
penyelesaian transaksi yang dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS per bulan
dari dan ke Jawa Barat, selama triwulan III-2010, secara nominal maupun volume, masih mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu mencapai rata-rata bulanan sebesar Rp62,9 triliun
dan 97.188 transaksi RTGS. Dengan demikian terjadi peningkatan rata-rata transaksi bulanan RTGS senilai RpRp6,24 triliun. Namun demikian, apabila dilihat dari sisi pertumbuhannya, terdapat sedikit
perlambatan pada triwulan III-2010. Dari sisi nominal, transaksi RTGS tumbuh sebesar 11 qtq, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode sebelumnya yang sebesar 12. Begitu pula
dengan transaksi dari sisi volume, yang tumbuh melambat dari 9 pada triwulan II-2010 menjadi 6 pada triwulan III-2010. Adapun perlambatan ini terjadi karena melambatnya transaksi RTGS yang masuk
ke wilayah Jawa Barat, sementara di sisi lain, transaksi RTGS ke luar Jawa Barat masih mengalami peningkatan apabila dilihat dari sisi nominal transaksi.
1
Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar-peserta kliring, dan perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
66
Tabel 5.3. Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Barat
Nominal Triliun Rp
Volume Nominal
Triliun Rp
Volume Nominal
Triliun Rp
Volume
Januari 17.58
25,993 24.19
33,736 41.77
59,729 Februari
18.33 29,266
22.77 34,240
41.10 63,506
Maret 18.73
31,282 28.97
34,346 47.70
65,628
Rata2 Tw I-09 18.21
28,847 25.31
34,107 43.52
62,954
April 20.58
31,562 27.91
32,396 48.49
63,958 Mei
16.52 28,440
23.16 36,509
39.68 64,949
Juni 21.33
31,807 29.14
35,819 50.47
67,626
Rata2 Tw II-09 19.48
30,603 26.74
34,908 46.21
65,511
Juli 25.54
36,708 32.92
46,480 58.46
83,188 Agustus
19.18 32,520
30.45 47,482
49.63 80,002
September 20.17
30,164 31.27
39,591 51.44
69,755
Rata2 Tw III-09 21.63
33,130.667 31.55
44,518 53.18
77,648
Oktober 15.72
30,323 25.30
34,783 41.01
65,106 November 17.32
31,508 28.52
41,202 45.84
72,710 Desember
22.63 42,739
37.70 58,364
60.33 101,103
Rata2 Tw IV-09 18.56
34,856.667 30.50
44,783 49.06
79,640
Januari 19.96
36,750 32.52
45,588 52.47
82,338 Februari
17.96 33,030
28.16 43,878
46.13 76,908
Maret 20.19
40,771 32.40
51,989 52.59
92,760
Rata2 Tw I-10 19.37
36,850.333 31.03
47,152 50.40
84,002
April 21.63
39,718 34.58
49,289 56.20
89,007 Mei
20.11 38,703
32.16 48,589
52.28 87,292
Juni 24.16
44,037 37.34
54,623 61.50
98,660
Rata2 Tw II-10 21.97
40,819.333 34.69
50,834 56.66
91,653
Juli 31.99
44,926 42.04
54,953 74.03
99,879 Agustus
25.63 47,066
37.22 56,981
62.85 104,047
September 19.91
39,447 31.90
48,191 51.81
87,638
Rata2 Tw III-10 25.84
43,813.000 37.05
53,375 62.90
97,188
Pertumbuhan 17.64
7.33 6.80
5.00 11.01
6.04
Keluar Masuk
Keluar + Masuk Bulan
Sumber: Bank Indonesia
BAB 6 PERKEMBANGAN
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DAERAH
68
Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Barat diperkirakan semakin menunjukkan perbaikan selama periode triwulan III-2010. Meningkatnya aktivitas perekonomian pada beberapa sektor perekonomian
utama di Jawa Barat, mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, terutama di sektor pertanian, seiring dengan masuknya musim panen, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran, terutama sebagai
dampak meningkatnya aktivitas perdagangan besar di Jawa Barat.
Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat diperkirakan masih relatif stabil.
Walaupun terhadang oleh inflasi, yang sedikit memperlemah daya beli masyarakat, namun kesejahteraan diperkirakan masih cenderung meningkat. Hal ini diantaranya tercermin dari masih optimisnya Indeks
Penghasilan masyarakat Jawa Barat, serta meningkatnya Nilai Tukar Petani di Jawa Barat selama triwulan III-2010.
1. K
ETENAGAKERJAAN
Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Barat Seiring dengan semakin bergeraknya aktivitas perekonomian, penyerapan tenaga kerja juga
diperkirakan mengalami peningkatan. Kondisi ini salah satunya terindikasikan dari hasil Survei
Kegiatan Dunia Usaha di Jawa Barat. Dari survei tersebut, SBT tenaga kerja masih bernilai positif, yaitu sebesar 3,4, yang menunjukkan bahwa masih terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja yang terserap di
berbagai sektor perekonomian di Jawa Barat. Peningkatan serapan tenaga kerja terutama terjadi di sektor penyerap tenaga kerja terbesar di Jawa Barat, yaitu sektor PHR, seiring dengan meningkatnya aktivitas
perdagangan, khususnya pada subsektor perdagangan besar. Sementara itu, sektor lainnya yang juga mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja adalah sektor pertanian, yang merupakan sektor penyerap
tenaga kerja terbesar kedua di Jawa Barat, seiring dengan masuknya musim panen gadu di Jawa Barat.
Grafik 6.1. Indikator Jumlah Karyawan
-7,79 -10,39
1,6
-1,43 4,75
4,2 1,76
-6,47 2,3
-1,61 4,76
2,68 2,18
4,34 3,36
-12 -6
6
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III 2007
2008 2009
2010
SBT
Total Sektor Pertanian
PHR Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, KBI Bandung
69
Peluang untuk penyerapan tenaga kerja Jawa Barat juga datang dari luar negeri. Berdasarkan informasi dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disnakertrans Jabar, terdapat kesempatan kerja sebanyak
70.000 tenaga kerja Jawa Barat di luar negeri. Permintaan tersebut datang, baik dari perwakilan penyalur tenaga kerja, maupun G to G Government to Government. Permintaan tenaga kerja yang datang
sebagian besar membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan spesifik, seperti perkapalan, konstruksi, perhotelan, dan lain-lain. Sementara itu, mayoritas permintaan tenaga kerja datang dari negara-negara di
Timur Tengah, Singapura, Malaysia, serta Taiwan. Upaya penyediaan kebutuhan tenaga kerja tersebut masih mengalami hambatan, terutama dari sisi kemampuan bahasa serta keterampilan calon tenaga
kerja. Untuk itu, pihak Disnakertrans Jabar terus berupaya untuk meningkatkan jumlah serta mengooptimalkan balai latihan kerja yang sudah ada.
Dalam rangka terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja baru, Disnakertrans Jabar, dengan bekerjasama dengan LKS Tripartit, menyelenggarakan pelatihan gratis tata
boga dan bazaar murah Ramadhan selama triwulan III-2010. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan peluang usaha pada bulan Ramadhan yang cukup tinggi, yang memberikan kesempatan munculnya
usaha-usaha yang bersifat sementara. Pelatihan tersebut juga memprioritaskan pada pemanfaatan bahan baku lokal. Oleh karena itu, disamping dapat meningkatkan kemandirian usaha, kegiatan juga bertujuan
untuk membantu pengembangan dan kemajuan bahan baku lokal. Adapun acara tersebut diikuti oleh lebih dari 1.000 orang perempuan dari berbagai daerah di Jawa Barat.
2. K
ESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Jawa Barat diperkirakan dalam kondisi yang relatif baik,
dan dalam relatif stabil. Salah satu indikasinya
adalah pergerakan Indeks Penghasilan Saat Ini serta Indeks Ekspektasi Penghasilan, yang mengalami
pergerakan semakin meningkat, dari bulan Juli awal triwulan III-2010 hingga September 2010 akhir
triwulan III-2010. Walaupun demikian, secara rata- rata kedua indeks tersebut mengalami sedikit
perlambatan, yang disebabkan karena persepsi akan sedikit melemahnya daya beli masyarakat, karena
tingginya inflasi pada periode tersebut. Namun demikian, kondisi kesejahteraan masih relatif baik, karena kedua indeks masih berada pada level optimis, yaitu Indeks Penghasilan Saat Ini sebesar 104, sementara
Indeks Ekspektasi Penghasilan bernilai 120.
Grafik 6.2. Indeks Penghasilan dan Indeks Ekspektasi Penghasilan
40 60
80 100
120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2008
2009 2010
Penghasilan saat ini Ekspektasi penghasilan
Garis 100
Sumber: Survei Konsumen, KBI Bandung
70
Sementara itu, walaupun dihadang rendahnya produksi padi akibat anomali iklim,
kesejahteraan petani diperkirakan masih mengalami kenaikan selama triwulan III-2010.
Hal ini salah satunya tercermin dari naiknya rata-rata Nilai Tukar Petani NTP, dari 97,6
pada triwulan II-2010 menjadi 99,8 pada triwulan III-2010. Kenaikan NTP tersebut
disebabkan karena peningkatan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan
indeks harga yang dibayarkan petani. Naiknya indeks harga yang dibayar petani diperkirakan berasal dari kenaikan harga jual beras, yang terjadi karena
langkanya pasokan beras dari petani. Di sisi lain, naiknya indeks harga yang dibayar petani juga disebabkan terutama karena peningkatan harga bahan makanan, serta Harga Eceran Tertinggi HET
pupuk, sebagai salah satu input produksi. Namun demikian, beberapa kelompok mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu kelompok perumahan, sandang, serta kesehatan.
Grafik 6.3. Nilai Tukar Petani
100 110
120 130
140
80 90
100
5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008
2009 2010
NTP LHS Indeks yang diterima petani RHS
Indeks yang dibayar petani RHS
Sumber: BPS Jawa Barat
Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani di Jawa Barat 2007 = 100
No. Sektor, Kelompok, Subkelompok
Tw.I-09 Tw.II-09
Tw.III-09 Tw.IV-09
Tw.I-10 Tw.II-10
Tw.III-10 1
Indeks harga yang diterima petani 116,4 117,2 120,6 122,4 125,1 125,6 132,1
2 Indeks harga yang dibayar petani
120,2 121,8 123,4 124,9 127,3 128,8 132,3
2.1. Konsumsi Rumah Tangga 121,9 123,5 125,3 127,0 129,6 131,1 135,3
- Bahan Makanan 123,3 122,8 124,7 126,7 130,1 132,4 139,8
- Makanan Jadi 117,1 119,8 121,0 122,7 125,5 126,9 128,4
- Perumahan 132,3 138,0 141,0 141,9 143,6 143,7 145,1
- Sandang 114,9 118,0 121,2 122,7 123,7 124,7 127,7
- Kesehatan 113,9 117,5 119,0 121,0 124,0 126,2 127,4
- Pendidikan, Rekreasi Olahraga 112,9 116,5 118,3 119,2 120,1 121,0 123,0
- Transportasi Komunikasi 113,2 112,2 112,4 113,0 113,8 113,7 113,9
2.2. Biaya Produksi Penambahan Barang Modal 115,2 116,6 117,6 118,6 120,2 121,8 123,5 - Bibit
113,9 115,4 116,6 117,8 119,5 120,6 122,6 - Obat-obatan Pupuk
111,6 112,1 112,5 113,4 115,3 119,7 122,4 - Sewa Lahan, Pajak Lainnya
112,0 116,7 117,2 117,7 118,6 119,5 120,6 - Transportasi
114,1 113,8 113,7 115,7 116,6 116,5 116,9 - Penambahan Barang Modal
117,7 119,1 120,7 122,8 125,2 126,4 128,4 - Upah Buruh Tani
116,7 118,1 119,4 120,6 122,0 122,9 124,2
3 Nilai tukar petani NTP
96,9 96,2 97,7 98,0 98,3 97,6 99,8
Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat
71
72
BOKS 3 SURVEI KONDISI REMITANSI TENAGA KERJA INDONESIA TKI JAWA BARAT
Pendahuluan Penerimaan devisa dari remitansi Tenaga Kerja Indonesia TKI, merupakan inflow terbesar dalam kelompok
Services, Income Current Transfer Neraca Pembayaran Indonesia NPI. Jumlah yang ada bahkan telah mencapai sepertiga inflow yang diperoleh dari penanaman modal asing Foreign Direct Investment-FDI dan melampaui utang
luar negeri pemerintah official aids. Inflow remitansi tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun seiring meningkatnya jumlah WNI yang bekerja di luar negeri. Sejak Januari 2008 hingga September 2009, jumlah
penempatan TKI di luar negeri yang tercatat di BNP2TKI mencapai 370 ribu orang. Dari jumlah tersebut, persentase TKI yang berasal dari daerah Jawa Barat mencapai 26 atau sekitar 98 ribu orang.
Dalam rangka memperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai TKI asal daerah Jawa Barat dan nilai remitansi yang dihasilkannya tersebut telah dilakukan survei kondisi remitansi TKI Jawa Barat pada tahun 2009. Survei
dilakukan terhadap 535 lima ratus tiga puluh lima orang responden TKI, yang terdiri dari TKI aktif, TKI purna dan keluarga TKI penerima remitansi di daerah kantong-kantong TKI di Jawa Barat, yaitu Purwakarta, Subang,
Majalengka, Bandung, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, Karawang, Cirebon, dan Indramayu.
Profil TKI Jawa Barat
Berdasarkan tingkat pendidikannya, dapat terlihat bahwa sebagian besar responden TKI 58,52 adalah lulusan
Sekolah Dasar dan hanya 0,57 responden yang berpendidikan perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan
masih rendahnya kualitas TKI sehingga hanya dapat diserap pada lapangan pekerjaan yang tidak
membutuhkan pendidikan tinggi seperti pembantu rumah tangga dan buruh industri.
Sebelum bekerja sebagai TKI, sebagian besar responden bekerja sebagai buruhkaryawan pabrik, petani, pekerja bangunan, pelayan toko dan pembantu rumah tangga dengan tingkat upah yang relatif rendah yaitu kurang dari
Rp500.000,00 perbulan 57 responden dan kurang dari Rp1.000.000,00 per bulan 37 responden. Rendahnya tingkat upah yang diterima menjadi salah satu alasan utama responden bekerja sebagai TKI di luar
negeri dengan harapan dapat memperoleh penghasilan yang lebih tinggi. Berdasarkan negara tempat bekerja, 57,9 responden bekerja di Arab Saudi dan 10,3 bekerja di negara
Malaysia, sedangkan sisanya tersebar di negara-negara lain di Timur Tengah, seperti Kuwait 5,6, Abu Dhabi 4,1, dan Qatar 3. Di sisi lain, mayoritas responden bekerja sebagai TKI untuk jangka waktu 2 s.d. 5 tahun.
Hal ini dikarenakan responden cenderung beralih pekerjaan untuk mencari penghasilan yang lebih tinggi ataupun beban kerja yang lebih ringan.
Grafik 1. Rata-rata Tingkat Pendidikan TKI
SD 58,52
SMP 22,73
SMA 18,18
Perguruan Tinggi
0,57
Kondisi Remitansi TKI Jawa Barat
Besarnya penghasilan yang diterima TKI sangat bervariatif tergantung pada standar negara tujuan dan
jenis pekerjaan, 75 dari reponden menerima gaji sebesar Rp1 juta - Rp2 juta sebagian besar bekerja di
Timur Tengah dan Malaysia, 16 responden menerima gaji Rp2–3 juta, 7 responden menerima Rp3–5 juta
dan hanya 2 responden menerima gaji diatas Rp5 juta bekerja di negara Korea, Jepang, Hongkong dan
Amerika. Dari penghasilan yang diperoleh tersebut, sebanyak 62 responden mengirim uang secara rutin ke keluarganya di
Indonesia sebanyak 3 hingga 6 kali dalam satu tahun. Jumlah uang yang dikirim cenderung lebih dari 50 jumlah gaji yang diterima dalam setahun. Uang yang dikirim ke Indonesia antara lain dimanfaatkan untuk biaya
pendidikan anak, kebutuhan sehari-hari, biaya renovasi rumah, membayar hutang, ditabung, dan sebagai modal usaha.
Sebagian besar TKI 47 mengirimkan uang menggunakan jasa pengiriman uang cepat seperti Western Union dan dengan transfer menggunakan jasa perbankan 34. Sedangkan responden lainnya menggunakan jasa
Kantor Pos 4 dan ada yang menitipkan pada temannya yang pulang ke Indonesia. Responden TKI saat ini lebih banyak menggunakan jasa agen pengiriman uang cepat seperti Western Union dikarenakan waktu pengiriman
lebih singkat, jaringan yang semakin luas hingga ke pelosok daerah, prosedur yang mudah dalam pengiriman maupun pengambilan uang, serta keamanan yang terjamin.
Khusus bagi TKI Purna, sebagian besar dari mereka saat ini tidak memiliki tabungan ketika sudah kembali ke Indonesia, karena penghasilan yang diperoleh sebagai TKI sudah terlebih dahulu dikirimkan dan hanya 36
responden yang masih memiliki penghasilan untuk dibawa ke Indonesia dengan jumlah uang rata-rata tidak lebih Rp50 juta. Uang tersebut antara lain disimpan dalam bentuk kas, tabungan di bank, dibelikan tanah maupun
rumah, serta dijadikan modal usaha.
Rekomendasi
1. Untuk meningkatkan taraf hidup TKI, dibutuhkan peningkatan ketrampilan bagi TKI sebelum TKI berangkat ke
luar negeri. Peningkatan ketrampilan antara lain dapat dilakukan melalui pelatihan, sehingga TKI memiliki keahlian khusus sebagai nilai tambah. Selain itu, pelatihan mengenai kewirausahaan dan cara pengelolaan
uang juga dibutuhkan bagi TKI Purna TKI yang sudah kembali ke Indonesia agar mereka dapat memanfaatkan penghasilan yang diperoleh sebagai TKI dengan sebaik mungkin.
2. Dibutuhkan sosialisasi khusus kepada TKI mengenai fasilitas perbankan dan jasa pengiriman uang, sehingga
mereka dapat memanfaatkan jasa tersebut dengan sebaik mungkin di luar negeri.
3.
Perbaikan Sistem Operating Procedure SOP pengiriman TKI untuk menekan beberapa permasalahan yang dihadapi TKI.
Grafik 1. Penghasilan TKI Aktif dan TKI Purna
Rp1-2 juta 75
Rp2-3 juta 16
Rp3-5 juta 7
Rp5 juta 2
73
74
Halaman ini sengaja dikosongkan
75
BAB 7 PROSPEK
PEREKONOMIAN DAERAH
76
1. P
ROSPEK
E
KONOMI
M
AKRO
Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat sampai dengan akhir tahun 2010 diperkirakan akan semakin menguat. Setelah tumbuh melambat pada laju 4,0 yoy pada triwulan III-2010,
pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan, yang berada pada kisaran 6-6,5. Dengan demikian, secara keseluruhan perekonomian Jawa Barat untuk tahun
2010 akan mencapai 6,0. Dari sisi permintaan, masih meningkatnya pertumbuhan masih disumbang oleh peningkatan konsumsi
dan kenaikan investasi. Konsumsi yang meningkat terjadi baik pada konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Peningkatan konsumsi rumah tangga salah satunya disebabkan oleh faktor
membaiknya daya beli akibat rendahnya inflasi dan optimisme masyarakat terhadap ekonomi. Optimisme terhadap kuatnya ekonomi tercermin dari masih tingginya keyakinan konsumsi terutama
yang bersumber dari optimisme terhadap ekspektasi ekonomi ke depan. Selain itu, meningkatnya pendapatan masyarakat juga terjadi karena kenaikan Upah Minimum Regional UMR riil serta naiknya
produksi komoditas pertanian, khususnya padi. Di sisi pemerintah, konsumsi pemerintah turut memberikan kontribusi terhadap kuatnya konsumsi akibat meningkatnya pengeluaran APBD pada
akhir tahun, menyusul relatif rendahnya realisasi belanja pemerintah daerah pada periode-periode sebelumnya. Sementara itu, investasi juga diperkirakan terus membaik seiring dengan meningkatnya
permintaan yang mengakibatkan sektor usaha melakukan realisasi investasi untuk meningkatkan produksi. Peningkatan investasi tercermin dari naiknya impor barang yang sampai periode terakhir
mencapai pertumbuhan sebesar 300. Dari sisi perdagangan luar negeri, kinerja ekspor diperkirakan mengalami sedikit perlambatan, akibat adanya potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara
mitra dagang utama Jawa Barat, khususnya negara-negara maju.
Grafik 7.1. Indeks Keyakinan Konsumen
40 60
80 100
120 140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007
2008 2009
2010 Indeks Keyakinan Konsumen IKK
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini IKE Indeks Ekspektasi Konsumen IEK
Garis 100
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Bandung.
Grafik 7.2. Impor Barang Modal
-100 100
200 300
400
25 50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2008
2009 2010
Ribu Ton
Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan yoy, sumbu kanan
Sumber: Bank Indonesia
Dari sisi sektoral, ketiga sektor dominan di Jawa Barat diperkirakan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri
sejalan dengan kuatnya aktifitas ekonomi, khususnya di dalam negeri, baik di wilayah Jawa Barat, maupun secara nasional. Sektor PHR juga mengalami peningkatan, seiring kuatnya konsumsi
sebagaimana yang tercermin dari masih tingginya indeks penjualan eceran. Selain itu, sektor PHR juga diperkirakan meningkat sebagai dampak bencana alam di DI Yogyakarta, sehingga wisatawan
77
diperkirakan mengalihkan tujuan wisatanya ke Jawa Barat, dan turut mendongkrak kinerja sektor PHR di Jawa Barat. Menguatnya kegiatan pada sektor industri dan PHR tercermin pula dari informasi hasil
liaison terhadap perusahaan-perusahaan pada kedua sektor, diantara industri komponen elektronik dan kendaraan bermotor. Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa, peningkatan kegiatan sektor
tersebut didorong oleh semakin membaiknya permintaan. Bahkan beberapa perusahaan berusaha meningkatkan kapasitas produksinya melalui investasi tambahan mesin dan pabrik baru. Di sisi lain,
produksi padi diperkirakan mengalami peningkatan selama triwulan IV-2010, akibat masih tingginya curah hujan, serta sudah relatif terkendalinya Organisme Pengganggu Tanaman OPT. Dengan
perkiraan tersebut, Provinsi Jawa Barat diperkirakan dapat kembali menjadi produsen beras terbesar pada tahun 2010.
Dengan perkiraan tersebut, maka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama tahun 2010 dan sampai dengan pertengahan 2011 diproyeksikan masih berada dalam fase ekspansi. Perkiraan masih kuatnya
ekonomi tersebut berasal dari perkiraan laju pertumbuhan ekonomi pada sektor industri, sektor PHR, dan sektor pertanian yang dalam fase ekspansi.
Grafik 7.3. Business Cycle Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
1
‐25 ‐20
‐15 ‐10
‐5 5
10 15
20 25
Ja n
‐8 S
e p
‐8 Me
i‐ 8
1 Ja
n ‐8
2 S
e p
‐8 2
Me i‐
8 3
Ja n
‐8 4
S e
p ‐8
4 Me
i‐ 8
5 Ja
n ‐8
6 S
e p
‐8 6
Me i‐
8 7
Ja n
‐8 8
S e
p ‐8
8 Me
i‐ 8
9 Ja
n ‐9
S e
p ‐9
Me i‐
9 1
Ja n
‐9 2
S e
p ‐9
2 Me
i‐ 9
3 Ja
n ‐9
4 S
e p
‐9 4
Me i‐
9 5
Ja n
‐9 6
S e
p ‐9
6 Me
i‐ 9
7 Ja
n ‐9
8 S
e p
‐9 8
Me i‐
9 9
Ja n
‐0 S
e p
‐0 Me
i‐ 1
Ja n
‐0 2
S e
p ‐0
2 Me
i‐ 3
Ja n
‐0 4
S e
p ‐0
4 Me
i‐ 5
Ja n
‐0 6
S e
p ‐0
6 Me
i‐ 7
Ja n
‐0 8
S e
p ‐0
8 Me
i‐ 9
Ja n
‐1
Sumber: Bank Indonesia Bandung
2. P
RAKIRAAN
I
NFLASI
Perkembangan inflasi selama tahun 2010 cenderung meningkat sehingga inflasi di provinsi Jawa Barat pada akhir tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 6,22. Perkiraan inflasi tersebut
akan memberikan sumbangan terhadap kecenderungan target inflasi nasional sebesar 5+1 ke batas atas. Masih tingginya perkiraan laju inflasi selama triwulan IV-2010 terutama bersumber dari
kenaikan harga pada komoditas kelompok makanan jadiminumanrokok dan kelompok non makanan. Ditinjau dari faktor penyebabnya, faktor fundamental dan shock memberikan kontribusi terhadap
terjadinya kenaikan inflasi selama triwulan IV-2010. Di sisi fundamental, meningkatnya permintaan dalam negeri dan ekspor yang direspons dengan tingginya pemakaian kapasitas telah menyebabkan
78
terjadinya tekanan harga. Kenaikan harga juga didorong oleh meningkatnya
ekspektasi masyarakat, sebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil survei ekspektasi
harga oleh konsumen Grafik 7.5.. Tekanan terhadap harga yang berasal dari shock
diperkirakan terjadi akibat dari melambatnya produksi komoditas bahan
makanan dan hambatan distribusi seiring dengan anomali cuaca yang sulit dapat
diantisipasi. Sementara itu, tekanan terhadap inflasi diperkirakan tidak tinggi
mengingat tidak adanya kenaikan harga barang yang diatur oleh pemerintah
administered price pada triwulan IV-2010.
Grafik 7.4. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Bandung
100 110
120 130
140 150
160 170
180 190
200
-2 -1
1 2
3 4
5 6
Tw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.IIITw.IV Tw.ITw.IITw.IIITw.IVTw.ITw.IITw.III 2007
2008 2009
2010
SB
inflasi
Inflasi qtq SK
SK Sumber: SK-BI Bandung; BPS Jawa Barat.
Keterangan: SK=Ekspektasi terhadap harga pada 3 bulan sebelumnya; SK= Ekspektasi terhadap harga pada 6 bulan
sebelumnya
79
80
BOKS 4 SURVEI RESPONS SEKTOR EKONOMI UTAMA JAWA BARAT TERHADAP
PERKEMBANGAN PERMINTAAN
Pendahuluan
Dalam rangka mendapatkan informasi yang lebih mendalam terhadap kondisi usaha, khususnya kapasitas produksi, dan bagaimana respons sektor ekonomi utama di Jawa daerah terhadap perkembangan permintaan
yang datang, serta perkiraan prospek dan risiko ke depan, Bank Indonesia Bandung melakukan survei kepada 30 pelaku usaha di Jawa Barat. Responden merupakan perusahaan berskala menengah besar, yang bergerak di
industri TPT dan alat angkutan.
Prospek Usaha
Sebagian besar responden survei memperkirakan kondisi usaha mereka dalam jangka menengah 1 tahun akan
relatif stabil, dengan kecenderungan adanya peningkatan. Penyebab utama positifnya perkiraan para pelaku usaha
tersebut adalah karena masih luasnya pasar produk. Membaiknya perkiraan prospek usaha tersebut juga terlihat
dari perkiraan pelaku usaha terhadap beberapa indikator kinerja perusahaan. Meningkatnya permintaan yang datang
penjualan, diperkirakan akan turut mendongkrak omzet, keuntungan. Dampaknya, untuk dapat memenuhi naiknya
permintaan tersebut, responden akan meningkatkan kapasitas produksi serta menambah jumlah tenaga kerja.
Grafik 2. Faktor Penyebab Membaiknya Prospek Usaha
16 28
12 24
68
20 40
60 80
Pendapatan masyarakat yang
cukup besar Kebijakan
Pemerintah yang kondusif
Akses pembiayaan
usaha yang diperluas
Kurs yang stabil Pasar produk
yang masih luas
Grafik 3. Perkiraan Indikator Kinerja Perusahaan
20 40
60 80
Permintaan penjualan
Omzet Keuntungan
Produksi Kapasitas
Terpakai Tenaga Kerja
Naik Turun
Stabil
Grafik 1. Perkiraan Prospek Usaha
Membaik 33.3
Stabil 50.0
Memburuk 16.7
81 Dalam menghadapi perkiraan naiknya permintaan yang akan datang, responden melakukan beberapa langkah
strategi, diantaranya adalah melakukan investasi dinyatakan oleh 43 responden; melakukan penyesuaian harga 46,7 responden; meningkatkan pinjaman dari perbankan 36,7 responden; dan yang terutama adalah
dengan meningkatkan kapasitas produksi 53,3 responden. Khusus untuk upaya meningkatkan pinjaman perbankan, responden cenderung meningkatkan kredit untuk kebutuhan investasi yang akan mereka lakukan ke
depan.
Grafik 4. Respons Pelaku Usaha dalam Mengantisipasi Perkembangan Permintaan
43.3 53.3