4.109,34 442.03 Pemberdayaan sektor riil dan UMKM

atau tumbuh 26,5 dibandingkan realisasi pada triwulan III-2009 terhadap target anggarannya Rp1,2 triliun. Tabel 4.4. Realisasi ytd Dana Dekonsentrasi Jawa Barat di Lima Dinas Penerima Anggaran Terbesar 2009 2010 Dinas Anggaran Rp Miliar Tw.III Anggaran Rp Miliar Tw.III Dinas Pendidikan 4.540,44 19.92 3.856,76 36.64 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa BPMPD 42,97 46.43 53.2 45.05 Dinas Pertanian 30,41 6.94 24.3 52.93 Dinas Sosial 25,21 52.10 22.61 53.25 Jumlah 4.637,44

25.68 4.109,34

36.67 Keterangan: Angka Perkiraan Sumber: BAPPEDA Provinsi Jawa Barat Belanja Dana Tugas Pembantuan Tingkat realisasi Dana Tugas Pembantuan diperkirakan juga mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan realisasi terutama berasal dari kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi serta Kabupaten Tasikmalaya. Sementara itu, realisasi dana Tugas Pembantuan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama di tahun 2009. Tabel 4.5. Realisasi Dana Tugas Pembantuan Jawa Barat di Lima Pemerintah Daerah Penerima Alokasi Anggaran Terbesar 2009 2010 ProvinsiKabupatenKota Anggaran Rp Miliar Tw.III Anggaran Rp Miliar Tw.III Provinsi Jawa Barat 204,89 25.10 215.06 15.50 Kabupaten Garut 117,34 30.67 17.06 27.55 Kabupaten Sukabumi 100,33 39.44 19.84 42.45 Kabupaten Tasikmalaya 87,94 62.01 8.34 63.07 Kabupaten Cianjur 75,29 56.42 9.21 43.37 Jumlah 1.145,16

31.36 442.03

36.21 Keterangan: Angka Perkiraan Sumber: BAPPEDA Provinsi Jawa Barat 56 2.2. B ELANJA APBD P ROVINSI J AWA B ARAT Di sisi belanja daerah, realisasi belanja pada triwulan III-2010 diperkirakan lebih rendah dibandingkan pola musimannya. Oleh karena itu, realisasi belanja pada tahun 2010 diperkirakan akan terpusat pada triwulan IV-2010. Berdasarkan jenisnya, tingkat realisasi tertinggi berasal dari belanja modal atau infrastruktur sementara untuk belanja pegawai adalah yang terendah mengingat adanya program Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk melakukan efisiensi belanja perjalanan dinas pegawai. Tabel 4.6. Perkiraan Belanja Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam 2010 Jenis Tw.II Tw.III Prognosa Akhir Tahun 2010 Belanja 22,39 55-58 96,73 a Pegawai 18,92 47-51 88,47 b Barang dan jasa 19,40 52-57 97,54 c Modal 34,93 61-65 98,88 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat Keterangan: Perkiraan Prognosa Biro Keuangan Provinsi Jawa Barat 57 Halaman ini sengaja dikosongkan 58 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 60 61 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu dari tiga tugas utama Bank Indonesia. Untuk itu, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar clean money policy. Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Khusus untuk menghadapi Lebaran di tahun 2010 ini, KBI Bandung melakukan strategi jemput bola, serta melakukan kerjasama dengan 100 jaringan kantor bank di wilayah kerja KBI Bandung. Adapun tujuannya adalah untuk memfasilitasi kegiatan penukaran Uang Pecahan Kecil, yang berdampak terhadap berhasil diminimalisasinya antrian masyarakat dalam memperoleh UPK. Transaksi sistem pembayaran tunai di Jawa Barat selama triwulan III-2010 secara umum masih mengalami peningkatan. Dari sisi peredaran uang kartal, tercatat adanya kenaikan aliran uang kartal yang masuk ke Jawa Barat inflow, serta uang yang keluar dari Jawa Barat outflow. Khusus untuk triwulan III-2010, terjadi kenaikan net inflow di Jawa Barat, yang terjadi di wilayah kerja KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon. Terjadinya outflow pada triwulan III-2010 merupakan siklus musiman meningkatnya permintaan kartal oleh masyarakat akibat Lebaran. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai juga masih masih mengalami kenaikan selama triwulan III-2010. Baik transaksi kliring maupun RTGS tercatat mengalami kenaikan dari sisi nominal, yang menunjukkan bahwa semakin besarnya nominal transaksi masyarakat yang dilakukan melalui sistem pembayaran non tunai tersebut. 1. P ENGEDARAN U ANG K ARTAL 1.1. A LIRAN U ANG K ARTAL M ASUK K ELUAR I NFLOW O UTFLOW Seperti kondisi pada periode-periode sebelumnya, perkembangan aliran uang kartal di wilayah Jawa Barat masih mengalami net inflow. Kondisi ini terjadi, karena aliran uang yang masuk inflow ke Bank Indonesia di regional Jawa Barat meliputi KBI Bandung, KBI Cirebon, dan KBI Tasikmalaya lebih besar dibandingkan aliran uang yang keluar ke masyarakat Jawa Barat outflow. Khusus untuk triwulan III-2010, net inflow mengalami sedikit peningkatan, yaitu dari sebesar Rp2,81 triliun pada triwulan II- 2010 menjadi Rp3,13 triliun pada triwulan III-2010, atau tumbuh 11,3 qtq. Peningkatan net inflow tersebut terjadi di KBI Tasikmalaya dan KBI Cirebon, yang masing-masing tumbuh meningkat dari sebesar Rp0,37 triliun menjadi Rp0,61 triliun, serta dari Rp0,84 triliun menjadi Rp0,96 triliun. Dari sisi pertumbuhan, masing-masing net inflow di KBI tersebut tumbuh 63,8 qtq dan 14,6. Di sisi lain, KBI Bandung mengalami penurunan net inflow sebesar Rp40 miliar, yaitu dari Rp1,60 triliun menjadi Rp1,56 triliun, atau turun 2,8 dibandingkan triwulan sebelumnya. 62 Grafik 5.1. Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal Di Jawa Barat - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III 2007 2008 2009 2010 R p T ril iu n Outflow Net Inflow Inflow Sumber: BI Bandung, BI Tasikmalaya BI Cirebon Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang tinggi untuk Lebaran yang jatuh di triwulan III-2010, aliran uang yang keluar dari KBI Bandung juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar Rp1,3 triliun pada triwulan II-2010 menjadi Rp3,8 triliun pada triwulan III-2010, atau mengalami pertumbuhan sebesar 191 qtq. Dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, peningkatan aliran uang yang keluar dari KBI Bandung terutama adalah dari jenis Uang Pecahan Kecil pecahan Rp20.000 ke bawah yang tumbuh diatas 300 qtq. Kondisi tersebut memang lazim terjadi, karena meningkatnya kebutuhan UPK dalam masa-masa menjelang Lebaran. Di sisi lain, uang pecahan besar, yaitu Rp100.000 mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode sebelumnya. Apabila dilihat lebih detail, peningkatan uang keluar terbesar terjadi pada pecahan uang logam Rp1.000, yang baru saja diluncurkan di Kota Bandung pada triwulan III-2010 ini bulan Juli 2010. Adapun kegiatan peluncuran uang logam pecahan baru tersebut diresmikan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, sekaligus meresmikan uang kertas Rp10.000 desain baru. Peresmian dilakukan di Kota Bandung, karena uang logam tersebut memiliki desain bergambarkan Gedung Sate dan alat musik angklung, yang masing-masing merupakan ikon Kota Bandung dan alat musik tradisional dari Jawa Barat. Dalam hal memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat, terutama dalam menyambut Hari Raya Lebaran, KBI Bandung melakukan strategi jemput bola, diantaranya melalui penawaran kepada dinasinstansi di daerah dalam hal penyediaan uang pecahan kecil. Wujud kegiatan tersebut adalah dengan penyediaan UPK untuk pembayaran gaji pegawai negeri di dinasinstansi tersebut, serta melakukan dropping langsung dengan menggunakan mobil kas keliling. Disamping itu, KBI Bandung juga memfasilitasi mobil kas keliling, pada acara-acara Bazaar Pasar Murah yang secara berkesinambungan dilakukan oleh masing-masing dinasinstansi dalam rangka menyambut Lebaran. Khusus dalam mengantisipasi lonjakan permintaan masyarakat terhadap UPK menjelang Lebaran di tahun 2010 ini, KBI Bandung berkoordinasi dengan jajaran perbankan, dan melibatkan 100 jaringan kantor 63 bank yang ada di wilayah kerja KBI Bandung, untuk memfasilitasi kegiatan penukaran Uang Pecahan Kecil. Kegiatan tersebut memberikan dampak positif, yaitu dapat meminimalisir antrian masyarakat dalam memperoleh Uang Pecahan Kecil di loket Kantor Bank Indonesia Bandung. Tabel 5.1. Perkembangan Outflow Uang Kertas dan Uang Logam melalui KBI Bandung Nominal BilyetKeping Nominal BilyetKeping Rp Juta Juta Rp Juta Juta Uang Kertas 100,000 755,546.50 7.56 1,707,483.30 17.07 126 50,000 443,123.30 8.86 1,425,437.00 28.51 222 20,000 37,427.86 1.87 181,069.86 9.05 384 10,000 43,571.88 4.36 262,705.76 26.27 503 5,000 14,286.18 2.86 127,082.93 25.42 790 2,000 - 65,721.02 32.86 1,000 1,901.03 1.90 632.82 0.63 -67 Total 1,295,856.75

27.40 3,770,132.69