Pengembangan Metode Uji Kadar Air Benih Pala (Myristica spp.)

PENGEMBANGAN METODE UJI KADAR AIR
BENIH PALA (Myristica spp.)

SITI NUR APRIYANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Metode
Uji Kadar Air Benih Pala (Myristica spp.) adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014
Siti Nur Apriyani
NIM A24100099

ABSTRAK
SITI NUR APRIYANI. Pengembangan Metode Uji Kadar Air Benih Pala
(Myristica spp.). Dibimbing oleh ENY WIDAJATI.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan metode penetapan kadar air
benih yang tepat untuk benih pala. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu
dan Teknologi Benih dan Laboratorium Kering Leuwikopo, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2013
hingga April 2014. Penelitian terdiri atas 2 percobaan yaitu pengujian benih
dengan metode oven suhu rendah konstan 105 °C dan metode oven suhu tinggi
konstan 130 °C. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap
Teracak (RKLT) dengan model rancangan faktorial 1 faktor yaitu lama
pengeringan benih didalam oven. Percobaan dilakukan secara duplo dengan 6
perlakuan dan 3 ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan untuk setiap
pengujian tingkat kadar air benih pala. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengujian kadar air benih pala dapat dilakukan dengan metode suhu rendah
konstan 105 ºC dengan lama pengeringan 17 jam sampai 19 jam atau metode suhu

tinggi konstan 130 ºC dengan lama pengeringan 4 jam sampai 6 jam.
Kata kunci: suhu tinggi, suhu rendah, kadar air, rekalsitran

ABSTRACT
SITI NUR APRIYANI. Method Development on Nutmeg Seed Moisture Test
(Myristica spp.). Supervised by ENY WIDAJATI.
The research was conducted to obtain the appropriate determination method
of moisture content for nutmeg seed. The experiment was held at the Laboratory
of Seed Science and Technology and Leuwikopo Dry Laboratory, Departement of
Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University from December 2013
to April 2014. Study consisted of two experiments that are the seed testing by the
low temperature oven method a constant 105 ºC and high temperature oven
method a constant 130 ºC. This research used randomized complete block design
with 1 factor factorial design namely seed drying time inside the oven. The
experiments were performed in duplicate with 6 treatment and 3 replications, so
that there are 36 experimental units for each moisture content level testing nutmeg
seed. The results of research showed that moisture content analysis of mutmeg
seed can be done with low temperature method with drying during 17 hours to 19
hours or high temperature method with drying during 4 hours to 6 hours.
Keywords: high temperature, low temperature, moisture content, recalcitrant


PENGEMBANGAN METODE UJI KADAR AIR
BENIH PALA (Myristica spp.)

SITI NUR APRIYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pengembangan Metode Uji Kadar Air Benih Pala (Myristica spp.)
Nama

: Siti Nur Apriyani
NIM
: A24100099

Disetujui oleh

Dr Ir Eny Widajati, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 hingga

bulan April 2014 ini ialah kadar air benih pala, dengan judul Pengembangan
Metode Uji Kadar Air Benih Pala (Myristica spp.). Penelitian ini merupakan
sebagian dari rangkaian penelitian BOPTN tahun 2013 yang diketuai oleh Dr Ir
Faiza C Suwarno, MS dengan anggota Dr Ir Eny Widajati, MS.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Eny Widajati MS selaku dosen
pembimbing skripsi, yang telah banyak memberi bimbingan dan saran. Penulis
ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Faiza C Suwarno, MS dan Dr Ir Haryadi, MS
selaku dosen penguji serta kepada Ir Sofyan Zaman MS selaku dosen pembimbing
akademik. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, dan teman-teman Edelweiss AGH 47, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Siti Nur Apriyani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2


Sejarah dan Morfologi Pala

2

Benih Rekalsitran

2

Kadar Air Benih

3

Metode Pengujian Kadar Air

4

METODE

5


Tempat dan Waktu Penelitian

5

Bahan dan Alat

5

Rancangan Percobaan Penelitian

6

Pelaksanaan Percobaan

6

Pengamatan

8


HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN

8
13

Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

RIWAYAT HIDUP


15

DAFTAR TABEL
1 Kriteria benih pala yang digunakan pada berbagai tingkat kemasakan
2 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa
tingkat kadar air benih pala pada suhu 105 ºC
3 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat
kadar air benih pala pada suhu 105 ºC
4 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering
benih pala pada suhu 105 ºC
5 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering benih
pala dengan beberapa tingkat kadar air pada suhu 105 ºC
6 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa
tingkat kadar air benih pala pada suhu 130 ºC
7 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat
kadar air benih pala pada suhu 130 ºC
8 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering
benih pala pada suhu 130 ºC
9 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering benih

pala dengan beberapa tingkat kadar air pada suhu 130 ºC
10 Rekapitulasi uji t persentase kadar air pada suhu 105 ºC dengan lama
pengeringan 17 jam dan suhu 130 ºC dengan lama pengeringan 4 jam

5
9
10
10
11
11
11
12
12
12

DAFTAR GAMBAR
1 Benih pala pada beberapa tingkat kemasakan
2 Alat pengiris benih
3 Jangka sorong

5
6
6

15

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pala (Myristica spp.) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari Banda
dan Maluku. Tanaman ini sudah menyebar ke daerah-daerah lain di Indonesia,
bahkan sudah sampai di Grenada, Amerika Tengah, Asia dan Afrika. Daerah
penghasil utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara,
Sumatera Barat, NAD, Jawa Barat dan Papua. Tanaman rempah ini sudah dikenal
sejak abad ke-16 dan sebagian besar diusahakan oleh perkebunan rakyat (98%)
dan lainnya (2%) oleh perkebunan besar. Menurut Ditjenbun (2011) tahun 2010
luas areal pertanaman pala di Indonesia adalah 118 345 ha dengan jumlah
produksi 15 793 ton biji kering. Volume ekspor pala Indonesia tahun 2013
mencapai 14 551.91 ton dengan nilai US$ 122 371 672 (Kementan 2013).
Pala merupakan komoditas penting dalam perekonomian nasional karena
menjadi penyumbang pendapatan utama antara lain bagi petani di wilayah Timur
Indonesia, khususnya di daerah sentra produksi pala. Pala juga sangat potensial
dalam perekonomian nasional karena mampu mensuplai 60% hingga 75%
kebutuhan pangsa pasar dunia serta mempunyai banyak manfaat baik dalam
bentuk mentah ataupun produk turunannya. Indonesia sampai saat ini masih
termasuk salah satu negara produsen dan pengekspor biji dan fuli pala terbesar
dunia (Ditjenbun 2012).
Menurut Hadad et al. (2006) benih pala termasuk dalam kelompok benih
rekalsitran. Benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dalam waktu
lama, tidak tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak tahan
disimpan bila kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis. Pada saat
masak fisiologis kadar air benih rekalsitran berkisar antara 50% sampai 70%
karena tidak mengalami maturation drying seperti benih ortodoks.
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang
mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembapan sebanyak mungkin
(ISTA 2006). Metode yang paling umum untuk mengukur kadar air benih adalah
metode langsung, yaitu benih dikeringkan dalam oven. Penentuan uji kadar air
dapat dilakukan dengan 2 metode oven, yaitu metode suhu rendah 103±2 °C dan
metode suhu tinggi 130-133 °C. Kedua metode tersebut dapat digunakan dalam
penentuan kadar air (Bonner 1995).
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk
dilakukan, karena laju kemunduran benih sangat dipengaruhi oleh kadar air benih
(Sutopo 1985). Teknik pengukuran kadar air yang baik dapat dimanfaatkan
sebagai pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air
selama masa simpan benih. Prosedur standar dalam pengukuran kadar air benih
dengan metode oven mengenai lama pengeringan dan suhu oven telah diatur oleh
ISTA, tetapi untuk benih pala sendiri belum ditentukan prosedur standar yang
jelas. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan metode pengujian kadar air
yang tepat untuk penetapan kadar air yang sesuai pada benih pala.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan metode penetapan kadar air
benih yang tepat untuk benih pala.

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah dan Morfologi Pala
Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman asli Indonesia yang
berasal dari Kepulauan Maluku. Nama pala sebagai tanaman rempah sudah
dikenal sejak abad ke 16. Dalam perdagangan internasional, pala Indonesia
dikenal dengan nama ”Banda nutmeg”. Myristica fragrans disebut juga sebagai
pala asli dan berasal dari Pulau Banda (Wahyuni et al. 2008). Daerah penghasil
utama pala di Indonesia adalah Kepulauan Maluku, Sulawesi Utara, Sumatera
Barat, Nanggroe Aceh Darusalam, Jawa Barat dan Papua.
Buah pala memiliki bentuk bulat sampai lonjong, berwarna hijau kekuningkuningan, apabila masak akan membelah dua. Diameter buah berkisar 3 cm
hingga 9 cm. Daging buah atau pericarp tebal dan rasanya asam. Fuli berwarna
merah gelap dan ada pula yang putih kekuning-kuningan serta membungkus biji
menyerupai jala. Biji berbentuk bulat sampai lonjong dengan panjang 1.5 cm
sampai 4.5 cm dan lebar 1 cm sampai 1.5 cm. Warna biji coklat dan mengkilap
pada bagian luarnya. Kernel bijinya berwarna keputih-putihan (Hadad dan Firman
2003).
Menurut Ditjenbun (2012) buah pala yang sudah masak umumnya berumur
9 bulan setelah pembungaan. Hal ini ditandai oleh warna buah yang berwarna
kuning kecoklatan, dimana beberapa buah sudah mulai merekah (membelah)
melalui alur belahnya, kulit biji (tempurung) berwarna coklat tua sampai hitam
dan mengkilat, warna fuli memerah. Namun ada pula fuli yang berwarna putih,
misalnya yang berasal dari Tidore. Buah yang sudah mulai membelah sebaiknya
segera dipanen karena jika dibiarkan tetap di pohon selama 2 sampai 3 hari,
pembelahan buah menjadi sempurna (buah terbelah dua) sehingga bijinya akan
jatuh ke tanah. Selain itu jika terkena hujan buah akan membusuk. Benih yang
akan digunakan sebagai bahan perbanyakan telah diekstraksi dari buah dan
fulinya.
Benih Rekalsitran
Berdasarkan sifatnya di dalam penyimpanan (storage behavior) benih dapat
dikelompokkan menjadi 2, yaitu benih ortodoks dan benih rekalsitran. Benih
ortodoks adalah benih yang dapat disimpan lama, kadar air dapat diturunkan
sampai di bawah 10%, dan dapat disimpan pada suhu dan kelembapan rendah.
Benih rekalsitran yaitu benih yang tidak dapat disimpan dalam waktu lama, tidak
tahan atau mati jika disimpan pada suhu dingin, dan tidak tahan disimpan bila
kadar airnya diturunkan sampai di bawah kadar air kritis.

3
Benih rekalsitran dimana struktur benih banyak mengandung air sehingga
dalam proses penyimpanannya membutuhkan kadar air yang relatif tinggi. Benih
yang sudah gugur dari tanaman induk masih dalam kondisi lembab dan akan mati
apabila kadar air kritis. Benih rekalsitran memiliki daya hidup yang relatif pendek
walaupun benih disimpan pada kondisi lembab (Hasanah 2002). Menurut Hadad
et al. (2006) benih pala termasuk dalam kelompok benih rekalsitran. Pada saat
masak fisiologis kadar air benih rekalsitran berkisar antara 50% sampai 70%
karena tidak mengalami maturation drying seperti benih ortodoks.
Kadar Air Benih
Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai dengan
teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang
mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin
(ISTA 2006). ISTA Rules (2010) menyebutkan bahwa dalam pengukuran kadar
air, untuk benih-benih yang berukuran besar perlu dihaluskan (grinding). Benih
pala termasuk kategori benih besar dan mengandung minyak. Penghalusan
terhadap benih besar yang mempunyai kandungan minyak tinggi akan
menyebabkan terjadinya oksidasi minyak yang berpengaruh terhadap berat benih
dan menyebabkan kesalahan dalam penentuan nilai kadar air. Penetapan kadar air
adalah banyaknya kandungan air dalam benih yang diukur berdasarkan hilangnya
kandungan air tersebut dan dinyatakan dalam persentase terhadap berat asal
contoh benih. Tujuan penetapan kadar air diantaranya untuk mengetahui kadar air
benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama
penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan dapat
dibedakan menjadi 2, yaitu faktor dalam yang meliputi jenis dan sifat benih,
viabilitas awal benih dan kadar air benih, sedangkan faktor luar meliputi
kelembaban, temperatur, gas di sekitar benih dan mikroorganisme (Sutopo 1988).
Pada umumnya benih tidak dianjurkan disimpan pada kadar air tinggi, karena
akan cepat kehilangan viabilitasnya. Adanya banyak air dalam benih, maka
pernafasan akan dipercepat sehingga benih akan banyak kehilangan energi.
Pernafasan yang hebat disebabkan oleh air yang ada dalam biji dan temperatur
lingkungan. Penyimpanan benih yang baik harus memperhatikan dua hal, yaitu
sifat asli benih dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi benih. Antar
kedua hal tersebut terdapat hubungan erat yang dapat mempunyai pengaruh yang
menguntungkan atau merugikan terhadap viabilitas benih.
Menurut Justice dan Bass (2002) selama perkembangan, pemasakan dan
pematangan, kadar air benih menurun perlahan-lahan hingga benih yang dipanen
akhirnya mengering sampai batas yang tidak ada lagi penurunan kelembaban,
karena kadar airnya telah mencapai keseimbangan dengan kelembaban nisbi
lingkungan sekitarnya. Bila selanjutnya terjadi perubahan pada kadar air, hal
tersebut disebabkan perubahan pada kelembaban nisbi, suhu lingkungan, atau
keduanya. Oleh karena itu, dengan adanya perbedaan komposisi kimia, tidak
semua jenis benih akan berkeseimbangan dengan suatu kelembaban nisbi pada
kadar air yang sama. Kuswanto (1997) menjelaskan, kadar air benih selalu
berubah tergantung kadar air lingkungannya, karena benih memiliki sifat selalu

4
berusaha mencapai kondisi yang equilibrium dengan keadaan sekitarnya. Kadar
air benih yang selalu berubah sesuai dengan keadaan sekitarnya itu sangat
membahayakan kondisi benih karena berkaitan dengan laju deteriorasi benih yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada persentase viabilitas benih.
Metode Pengujian Kadar Air
Penentuan uji kadar air digunakan 2 metode oven, yaitu metode temperatur
rendah 103±2 °C dan metode temperatur tinggi 130–133 °C. Kedua metode dapat
digunakan dalam penentuan kadar air (Bonner 1995). Metode pengeringan oven
telah mempertimbangkan bahwa hanya air saja yang diuapkan selama
pengeringan. Namun, bagaimanapun juga senyawa yang mudah menguap
mungkin ikut menguap yang akan menyebabkan hasil pengukuran over
estimation. Kadar air yang ditentukan dengan metode oven mungkin saja tidak
merepresentasikan kadar air benih yang sesungguhnya. Namun, metode
pengeringan oven merupakan metode yang digunakan sebagai metode standar.
Prinsip kerja dalam pengujian kadar air benih dapat diukur dengan
menggunakan metode langsung (menggunakan oven) maupun tidak langsung
dengan menggunakan moister tester. Prinsip kerja pada pengukuran kadar air
secara tidak langsung dengan menggunakan oven adalah pengurangan antara berat
basah yakni berat benih sebelum dioven dikurangi dengan berat kering. Selisih
tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan 100% sehingga dapat diperoleh
kadar air. Pengukuran kadar air secara tidak langsung dapat segera diketahui
setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester. Pengukuran
kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan dan toleransi yang telah
ditetapkan ISTA adalah antara kedua ulangan perbedaanya dibatasi maksimum
0.2%. Apabila nilai perbedaan kedua ulangan lebih dari 0.2% maka pengukuran
kadar air harus diulang dengan menggunakan contoh kerja yang baru (BPMBTPH
2006).
Pengukuran kadar air dengan metode oven pada suhu rendah konstan
(103±2) ºC dengan lama pengeringan 17±1 jam, umumnya dilakukan untuk benihbenih seperti bawang merah, cabai, kacang tanah, kol, lobak, sawi, kedelai, jarak
kepyar, wijen, dan lain-lain. Metode oven suhu tinggi konstan dilakukan pada
suhu 130 ºC dan lama pengeringan tergantung dari jenis benih (umumnya untuk
jagung dikeringkan selama 4 jam dan 2 jam untuk serealia lain). Benih-benih yang
dapat dikeringkan dalam suhu tinggi antara lain asparagus, selada, tomat,
tembakau, jagung, padi, semangka, wortel, kacang merah, dan lain-lain
(BPMBTPH 2006).
Pemilihan metode pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila
cara tersebut mampu memberikan nilai kadar air yang sudah tinggi (Justice 1990).
Menurut Justice dan Bass (2002) bobot kering yang konstan juga dapat digunakan
sebagai jaminan bahwa semua air yang ada di dalam benih telah menguap,
sehingga bobot kering yang konstan umum digunakan sebagai metode dasar
dalam penentuan kadar air benih. Penentuan kadar air wajib untuk dikuasai,
dengan menguasai teknik pengukuran kadar air yang baik dapat dimanfaatkan
sebagai pertimbangan penentuan kadar air sebelum panen dan penentuan kadar air
selama masa simpan benih. Pemilihan metode pengujian kadar air tersebut
tergantung dari ketersediaan alat dan jenis benihnya.

5

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih dan
Laboratorium Kering Leuwikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini dimulai pada bulan Desember 2013 hingga
April 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pala dengan 3
tingkat kadar air dan silica gel. Kadar air tinggi diperoleh dari benih dengan
tingkat kemasakan muda, kadar air sedang diperoleh dari benih dengan tingkat
kemasakan sedang, dan kadar air rendah diperoleh dari benih dengan tingkat
kemasakan tua. Ciri-ciri tingkat kemasakan benih dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Gambar 1. Benih pala yang digunakan berasal dari 3 tempat yaitu, benih muda
berasal dari Cikarawang, benih sedang berasal dari Cemplang dan benih tua
berasal dari Wakal. Alat-alat yang digunakan yaitu oven, cawan, desikator, toples,
alat pengiris benih (Gambar 2), plastik ukuran 50 × 75 cm, jangka sorong
(Gambar 3) dan timbangan digital.
Tabel 1 Kriteria benih pala yang digunakan pada berbagai tingkat kemasakan
Tingkat kemasakan
Parameter yang
diamati
Muda
Sedang
Tua
Merah dengan
Warna fuli
Kuning pucat
Merah gelap
sebagian putih
Warna tempurung
Putih
Coklat muda
Coklat tua
Warna buah

Hijau

a. Muda

Kuning kehijauan

b. Sedang

Kuning kecoklatan

c. Tua

Gambar 1 Benih pala pada beberapa tingkat kemasakan

6

Gambar 2 Alat pengiris benih

Gambar 3 Jangka sorong

Rancangan Percobaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan percobaan faktorial dengan
rancangan lingkungan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT). Percobaan
terdiri atas 1 faktor yaitu dengan faktor lama pengeringan benih didalam oven.
Penelitian ini dilakukan dengan 2 percobaan yaitu pengaruh lama pengeringan
pada metode oven suhu rendah konstan 105 °C dan pengaruh lama pengeringan
pada metode oven suhu tinggi konstan 130 °C terhadap hasil pengukuran kadar air
benih pala. Percobaan dilakukan secara duplo dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan
sehingga terdapat 54 satuan percobaan untuk setiap pengujian.
Pelaksanaan Percobaan
Benih pala dipisahkan dari bagian daging buah dan fuli (selaput ari benih).
Benih yang telah bersih kemudian disortasi sesuai tingkat kadar air. Benih-benih
tersebut kemudian diiris dengan alat pengiris benih sebagai pengembangan
pengujian kadar air benih pala. Benih yang diperlukan dalam 1 ulangan percobaan
sebanyak 30 benih pala dan diiris secara bersamaan agar benih yang telah teriris
menjadi lebih homogen. Benih tersebut lalu dibagi ke dalam 12 cawan alumunium
secara duplo dengan 1 unit percobaan terdiri atas 2 satuan percobaan. Benih yang
dibutuhkan dalam percobaan masing-masing tingkat kadar air adalah 90 benih
untuk 3 kali ulangan. Percobaan kadar air benih pala dilakukan pada metode oven
suhu rendah konstan 105 ºC dan metode oven suhu tinggi konstan 130 ºC.
Percobaan 1. Pengaruh lama pengeringan pada metode oven suhu rendah
konstan 105 °C terhadap hasil pengukuran kadar air
Percobaan 1 adalah pengujian suhu rendah 105 ºC, dengan faktor yaitu lama
pengeringan didalam oven yang terdiri atas 3 taraf, yaitu pengeringan selama 15
jam (L1), 17 jam (L2), 19 jam (L3). Setiap perlakuan percobaan dilakukan secara
duplo dan terdiri atas 3 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 54 satuan
percobaan dengan 18 unit percobaan untuk setiap tingkat kadar air. Model
rancangan yang akan digunakan adalah:
Yijk = μ + αi + βj + εij
Keterangan:

7
Yijk
μ
αi
βj
εij

1.
2.
3.

4.

5.

: nilai peubah yang diamati pada perlakuan lama pengeringan ke-i dan
ulangan ke-j
: nilai tengah umum
: pengaruh lama pengeringan ke-i (i = 15, 17, 19 jam)
: pengaruh kelompok ke-j (j = 1, 2, 3)
: pengaruh galat perlakuan lama pengeringan ke-i, dalam pengelompokan
ke-j

Pelaksanaan percobaan ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
Membersihkan alat dan cawan sebelum dipakai, kemudian menyalakan oven
dan mengatur suhunya hingga mencapai 105 ºC
Menimbang masing-masing cawan sebelum digunakan (M1) dengan
timbangan digital
Melakukan pengirisan benih yang sudah dipisahkan dari bagian daging buah
dan fuli (selaput ari benih) dengan alat khusus pengiris benih pala, dan
menimbang hasil irisan benih ke dalam cawan (M2)
Memasukkan cawan berisi benih tersebut ke dalam oven. Pengeringan
dilakukan selama 15, 17, dan 19 jam, setelah selesai cawan dikeluarkan dari
oven dan didinginkan dalam desikator selama 30 - 45 menit
Menimbang cawan beserta isi benih setelah dioven (M3), lalu menghitung
persentase kadar air benih.

Percobaan 2. Pengaruh lama pengeringan pada metode oven suhu tinggi
konstan 130 °C terhadap hasil pengukuran kadar air
Percobaan 2 adalah pengujian suhu tinggi 130 ºC, dengan faktor yaitu lama
pengeringan didalam oven yang terdiri atas 3 taraf, yaitu pengeringan selama 2
jam (L1), 4 jam (L2), 6 jam (L3). Setiap perlakuan percobaan dilakukan secara
duplo dan terdiri atas 3 ulangan, sehingga secara keseluruhan terdapat 54 satuan
percobaan dengan 18 unit percobaan untuk setiap tingkat kadar air. Model
rancangan yang akan digunakan adalah:
Yijk = μ + αi + βj + εij
Keterangan:
Yijk
: nilai peubah yang diamati pada perlakuan lama pengeringan ke-i dan
ulangan ke-j
μ
: nilai tengah umum
αi
: pengaruh perlakuan lama pengeringan ke-i (i = 2, 4, 6 jam)
βj
: pengaruh pengelompokan ke-j (j = 1, 2, 3)
εij
: pengaruh galat perlakuan lama pengeringan ke-i, dalam pengelompokan
ke-j
Pelaksanaan percobaan ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu:
1. Membersihkan alat dan cawan sebelum dipakai, kemudian menyalakan oven
dan mengatur suhunya hingga mencapai 130 ºC
2. Menimbang masing-masing cawan sebelum digunakan (M1) dengan
timbangan digital

8
3. Melakukan pengirisan benih yang sudah dipisahkan dari bagian daging buah
dan fuli (selaput ari benih) dengan alat khusus pengiris benih pala, dan
menimbang hasil irisan benih ke dalam cawan (M2)
4. Memasukkan cawan berisi benih tersebut ke dalam oven. Pengeringan
dilakukan selama 2, 4, dan 6 jam, setelah selesai cawan dikeluarkan dari oven
dan didinginkan dalam desikator selama 30 - 45 menit
5. Menimbang cawan beserta isi benih setelah dioven (M3), lalu menghitung
persentase kadar air benih.
Data pengamatan diuji dengan menggunakan uji F. Uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT) pada taraf 5% juga digunakan untuk menganalisis hasil
pengamatan yang berbeda nyata (Gomez dan Gomez 1995).
Pengamatan
Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah kadar air benih.
Pengamatan ini dilakukan untuk mengamati kadar air yang tersimpan dalam
benih. Metode pengukuran dilakukan dengan menguapkan kandungan air pada
benih dengan oven pada suhu 105 ºC selama 15, 17 dan, 19 jam serta pada suhu
130 ºC selama 2, 4 dan 6 jam. Kadar air benih dihitung dengan menggunakan
rumus yang mengacu pada Agrawal (1980):

Keterangan :
KA: Kadar air (%)
M1: Bobot cawan (g)
M2: Bobot cawan + benih sebelum dioven (g)
M3: Bobot cawan + benih setelah dioven (g)

HASIL DAN PEMBAHASAN
International Seed Testing Association (ISTA) Rules (2010) menyebutkan
bahwa dalam pengukuran kadar air, untuk benih-benih yang berukuran besar perlu
dihaluskan (grinding). Benih pala termasuk kategori benih besar dan mengandung
minyak. Penghalusan terhadap benih besar yang mempunyai kandungan minyak
tinggi akan menyebabkan terjadinya oksidasi minyak yang berpengaruh terhadap
berat benih dan menyebabkan kesalahan dalam penentuan nilai kadar air. Menurut
Edi (1993) terdapat alternatif metode pengukuran kadar air untuk benih besar
berminyak, yaitu dengan cara memotong atau memecah benih menjadi bagianbagian kecil. Oleh karena itu untuk pengukuran kadar air benih pala dilakukan
pengirisan dengan menggunakan alat pengiris benih yang dibuat khusus sebagai
pengembangan metode uji kadar air benih pala. Pengirisan dilakukan karena dapat
memperluas daerah penguapan sehingga akan mempermudah proses penguapan
air dibandingkan dengan benih utuh. Ketebalan irisan yang dihasilkan oleh alat ini

9
yaitu antara 0.8 mm sampai 1.2 mm. Benih pala yang digunakan yaitu benih pala
dengan 3 tingkat kadar air yang diperoleh dari tingkat kemasakan muda, sedang
dan tua. Pengujian kadar air benih pala pada 3 tingkat kemasakan berbeda
dilakukan untuk mengetahui variasi kadar air pada setiap tingkat kemasakan benih
pala.
Percobaan 1. Pengaruh lama pengeringan pada metode oven suhu rendah
konstan 105 °C terhadap hasil pengukuran kadar air
Percobaan ini adalah mengukur kadar air benih pala dengan menggunakan
oven suhu rendah konstan 105 ºC. Analisis ragam pengaruh lama pengeringan
dalam oven pada suhu 105 ºC terhadap kadar air benih pala menunjukkan
pengaruh yang nyata pada benih dengan kadar air tinggi, tetapi tidak berpengaruh
nyata pada benih dengan kadar air sedang dan rendah. Hasil tersebut dapat dilihat
pada Tabel 2. Menurut hasil penelitian Suyanto (1992) mengenai pengukuran
kadar air benih kemiri (Aleurites mollucana Wild.) pada lama pengeringan 8, 10,
12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 jam dengan suhu 105 ºC menunjukkan pula bahwa
berbagai lama pengeringan menghasilkan kadar air benih yang sama. Kemiri
merupakan tanaman yang benihnya juga termasuk benih rekalsitran dan berukuran
besar serta memiliki kandungan minyak yang tinggi.
Tabel 2 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat
kadar air benih pala pada suhu 105 ºC
Sumber keragaman
Lama pengeringan (jam)
KK (%)
Kadar air (KA)
KA tinggi
*
0.73
KA sedang
tn
8.79
KA rendah
tn
10.25
*: berpengaruh nyata pada taraf 5%, tn: tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%;
KK: koefisien keragaman.

Hasil uji nilai tengah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada benih
dengan tingkat kadar air sedang dan rendah (Tabel 3), menunjukkan bahwa lama
pengeringan 15 jam menghasilkan kadar air yang tidak berbeda nyata, sedangkan
pada benih yang memiliki kadar air tinggi dengan lama pengeringan 17 dan 19
jam menghasilkan kadar air yang nyata lebih tinggi dari 15 jam. Hal tersebut
diduga lama pengeringan 15 jam dalam oven suhu rendah konstan belum dapat
menguapkan semua air didalam benih pala. Berdasarkan data pada Tabel 3
menunjukkan lama pengeringan 17 jam adalah lama pengeringan minimal yang
harus dilakukan untuk mengeluarkan seluruh kandungan air yang terdapat didalam
benih pala. Kadar air adalah hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai
dengan teknik atau metode tertentu. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan
dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang
mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembaban sebanyak mungkin
(ISTA 2006).

10
Tabel 3 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat kadar
air benih pala pada suhu 105 ºC
Lama pengeringan (jam)
Lot benih
15
17
19
Kadar air benih (%)
Kadar air tinggi
80.99b
82.38a
82.78a
Kadar air sedang
52.27a
48.95a
48.36a
Kadar air rendah
38.01a
40.69a
39.46a
a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Analisis secara statistik pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering
benih pala dengan menggunakan uji F menunjukkan hasil bahwa lama
pengeringan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering pada benih dengan
kadar air sedang dan rendah (Tabel 4). Analisis pengaruh lama pengeringan
terhadap bobot kering benih pala yang memiliki kadar air tinggi menunjukkan
pengaruh sangat nyata. Bobot kering ini untuk menunjukkan bahwa air sudah
keluar semua dan bobot kering sudah konstan.
Tabel 4 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering
benih pala pada suhu 105 ºC
Sumber keragaman
Lama pengeringan (jam)
KK (%)
Kadar air (KA)
KA tinggi
**
3.19
KA sedang
tn
8.74
KA rendah
tn
4.01
**: berpengaruh nyata pada taraf 1%, tn: tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%;
KK: koefisien keragaman.

Hasil uji nilai tengah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) (Tabel 5)
dilakukan untuk mengetahui perlakuan lama pengeringan yang menimbulkan
perbedaan terhadap nilai rata-rata bobot kering benih pada tingkat kadar air benih
pala. Pada lama pengeringan 17 dan 19 jam menunjukkan bahwa kandungan air
sudah menguap semua. Hal ini ditunjukkan oleh hasil kadar air yang tidak beda
nyata (Tabel 3) dan bobot kering yang sudah konstan (Tabel 5). Pemilihan metode
pengukuran kadar air yang paling tepat adalah apabila cara tersebut mampu
memberikan nilai kadar air yang sudah tinggi (Justice 1990). Menurut Justice dan
Bass (2002) bobot kering yang konstan juga dapat digunakan sebagai jaminan
bahwa semua air yang ada di dalam benih telah menguap, sehingga bobot kering
yang konstan umum digunakan sebagai metode dasar dalam penentuan kadar air
benih. Hasil uji nilai tengah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada benih
dengan tingkat kadar air tinggi, sedang dan rendah menunjukkan hasil bahwa
lama pengeringan 17 jam menghasilkan nilai rata-rata bobot kering yang sudah
relatif konstan. Berdasarkan Tabel 3 dan 5, menunjukkan lama pengeringan 17
jam sudah menghasilkan nilai rata-rata kadar air dan bobot kering yang konstan
sehingga pengujian kadar air benih pala dilakukan dengan metode suhu rendah
konstan dengan lama pengeringan 17 jam sampai 19 jam.

11
Tabel 5 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering benih pala
dengan beberapa tingkat kadar air pada suhu 105 ºC
Lama pengeringan (jam)
Lot benih
15
17
19
Bobot kering benih (g)
Kadar air tinggi
2.06a
1.93ab
1.89b
Kadar air sedang
8.56a
9.23a
9.35a
Kadar air rendah
13.22a
12.57a
12.66a
a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Percobaan 2. Pengaruh lama pengeringan pada metode oven suhu tinggi
konstan 130 °C terhadap hasil pengukuran kadar air
Percobaan ini adalah mengukur kadar air benih pala dengan menggunakan
oven suhu tinggi 130 ºC. Analisis ragam pengaruh lama pengeringan dalam oven
pada suhu 130 ºC terhadap kadar air benih pala menunjukkan hasil berpengaruh
sangat nyata pada semua tingkat kadar air benih pala (Tabel 6).
Tabel 6 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat
kadar air benih pala pada suhu 130 ºC
Sumber keragaman
Lama pengeringan
KK (%)
Kadar air (KA)
KA tinggi
**
3.29
KA sedang
**
1.11
KA rendah
**
4.01
**: berpengaruh nyata pada taraf 1%; KK: koefisien keragaman.

Tabel 7 menunjukkan benih pala pada 3 tingkat kadar air yang diukur kadar
airnya secara langsung dalam oven suhu tinggi dengan lama pengeringan 4 dan 6
jam sudah menghasilkan kadar air tertinggi dan konstan. Selang waktu tersebut
dalam metode oven suhu tinggi diduga juga mampu menguapkan air yang ada
dalam benih pala.
Tabel 7 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap beberapa tingkat kadar
air benih pala pada suhu 130 ºC
Lama pengeringan (jam)
Lot benih
2
4
6
Kadar air benih (%)
Kadar air tinggi
69.00b
82.84a
82.47a
Kadar air sedang
39.33c
47.89b
49.69a
Kadar air rendah
30.07b
35.24a
38.15a
a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Hasil analisis ragam pada Tabel 8 menunjukan bahwa lama pengeringan
berpengaruh nyata pada benih dengan kadar air tinggi terhadap rata-rata bobot

12
kering benih pala. Sedangkan pada benih dengan kadar air sedang dan rendah,
lama pengeringan berpengaruh sangat nyata pada terhadap rata-rata bobot kering
benih pala.
Tabel 8 Rekapitulasi uji F pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering
benih pala pada suhu 130 ºC
Sumber keragaman
Lama pengeringan (jam)
KK (%)
Kadar air (KA)
KA tinggi
*
15.28
KA sedang
**
0.78
KA rendah
**
3.65
*: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh nyata pada taraf 1%;
KK: koefisien keragaman

Menurut hasil pengukuran bobot kering benih pala yang telah dioven pada
suhu 130 ºC (Tabel 9), dapat dilihat bahwa hasil pengukuran bobot kering sudah
konstan dengan lama pengeringan 4 jam dan 6 jam pada benih dengan kadar air
tinggi, sedang dan rendah. Data tersebut (Tabel 8 dan Tabel 9), menunjukkan
bahwa pengukuran kadar air benih pala dengan metode suhu tinggi konstan 130
ºC dapat dilakukan dengan lama pengeringan adalah 4 jam sampai 6 jam.
Tabel 9 Nilai tengah pengaruh lama pengeringan terhadap bobot kering benih pala
dengan beberapa tingkat kadar air pada suhu 130 ºC
Lama pengeringan (jam)
Lot benih
2
4
6
Bobot kering benih (g)
Kadar air tinggi
3.45a
1.93b
1.99b
Kadar air sedang
11.32a
9.72b
9.43c
Kadar air rendah
14.83a
13.67b
13.27b
a

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Duncan)

Berdasarkan hasil pengukuran kadar air pada benih pala yang dilakukan
dengan 2 percobaan. Percobaan 1 diperoleh hasil bahwa pengukuran kadar air
pada suhu rendah konstan 105 ºC dapat dilakukan dengan lama pengeringan 17
jam sampai 19 jam. Percobaan 2 menunjukkan hasil bahwa pengukuran kadar air
pada suhu tinggi konstan 130 ºC dapat dilakukan dengan lama pengeringan 4 jam
sampai 6 jam. Hasil percobaan tersebut kemudian dilakukan uji t (Tabel 10) untuk
membandingkan persentase kadar air yang dihasilkan kedua hasil tersebut.
Tabel 10 Rekapitulasi uji t persentase kadar air pada suhu 105 ºC dengan lama
pengeringan 17 jam dan suhu 130 ºC dengan lama pengeringan 4 jam
Tingkat kemasakan
Hasil uji t
Muda
Sedang
Tua
tn
tn
Pr > |t|
0.4628
0.6209
0.1838tn
tn: tidak berpengaruh nyata pada taraf 5%.

13
Hasil uji t pengukuran kadar air benih pala pada suhu rendah konstan 105 ºC
dengan lama pengeringan 17 jam dan suhu tinggi konstan 130 ºC dengan lama
pengeringan 4 jam pada 3 tingkat kadar air menunjukkan nilai yang sama (Tabel
10). Berdasarkan data tersebut maka pengukuran kadar air benih pala yang tepat
yaitu menggunakan metode suhu rendah konstan 105 ºC dengan lama pengeringan
17 jam sampai 19 jam atau metode suhu tinggi konstan 130 ºC dengan lama
pengeringan 4 jam sampai 6 jam.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengujian kadar air benih pala dapat dilakukan dengan metode suhu rendah
konstan 105 ºC dengan lama pengeringan 17 jam sampai 19 jam atau metode suhu
tinggi konstan 130 ºC dengan lama pengeringan 4 jam sampai 6 jam.
Saran
Benih pala yang digunakan pada 3 tingkat kemasakan sebaiknya berasal
dari pohon yang sama, supaya benih palanya lebih homogen. Selain itu, alat
pengiris yang digunakan sebaiknya diperbaiki dan lebih disempurnakan lagi
seperti ditambahkan tempat penampungan tertutup untuk benih yang sudah diiris
sehingga benih dapat terjaga dari kontaminasi udara dari lingkungan yang akan
berpengaruh terhadap kadar air benih.

DAFTAR PUSTAKA
Agrawal RL. 1980. Seed Technology. New Delhi (IN): Oxford and IBTI
Publishing Company.
Berjak P, Pammenter NW. 2004. Handbook of Seed Physiology,Applications to
Agriculture. Benech-Arnold RL, Sanchez RA, editor. New York (US): The
Hawort Press Inc.
Bonner FT. 1995. Measurement and Management of Tree Seed Moisture.
Denmark (DK): Danida Forest Seed Centre.
[BPMBTPH] Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan
Holtikultura. 2006. Pedoman Laboratorium Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikutura. Jakarta (ID): Direktorat Jendral
Tanaman Pangan. Direktorat Perbenihan.
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan Indonesia
2010-2012 Tanaman Rempah. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan,
Kementrian Pertanian.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2012. Pedoman Teknis Perluasan
Tanaman Pala Tahun 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perkebunan,
Kementrian Pertanian.

14
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan
dari: Statistical Prosedurs for Agricultural Research.
Hadad EA, Firman C. 2003. Budidaya Pala. Bogor (ID): Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat.
Hadad EA, Randriani E, Heryana N. 2006. Perbaikan Budidaya dan Mutu Hasil
Tanaman Pala (Myristica fragrans Houtt). Sukabumi (ID): Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri.
Hasanah M. 2002. Peran mutu fisiologik benih dan pengembangan industri benih
tanaman industri. Jurnal Litbang Pertanian. 21(3):84-91.
[ISTA] Internasional Seed Testing Association. 2006. International Rules for Seed
Testing: Edition 2006. The International Seed Testing Association.
Switzerland (CH): ISTA.
[ISTA] Internasional Seed Testing Association. 2010. International Rules for Seed
Testing: Edition 2010. The International Seed Testing Association.
Switzerland (CH): ISTA.
Justice. 1990. The Life of The Green Plant. New York (US): Mc. Millan.
Justice OL, Bass LN. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Roesli R,
penerjemah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Terjemahan dari:
Principles and Practices of Seed Storage.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Ekspor pala per negara tujuan
[Internet]. [diunduh 2014 Jan 9]. Tersedia pada: http://database.deptan.go.id
/eksim/eksporKomoditi.asp
Kuswanto H. 1997. Analisis Benih, Edisi Pertama. Jakarta (ID): Grasindo.
Sutopo L. 1985. Teknologi Benih. Jakarta (ID): CV. Gramada.
Sutopo L. 1988. Teknologi Benih Cetakan Kedua. Jakarta (ID): CV. Rajawali.
Sutopo L. 2002. Teknologi Benih Edisi Revisi Cetakan Kelima. Jakarta (ID): PT
Raja Grafindo Persada.
Suyanto H. 1992. Cara penentuan kadar air benih kemiri (Aleurites mollucana
Wild.). Bul Balai Teknologi Perbenihan. 02(129):1-19.
Wahyuni S, Hadad M, Suparman, Mardiana. 2008. Keragaman produksi plasma
nutfah pala (Myristica fragrans) di KP Cicurug. Bul Plasma Nutfah.
14(2):68-75.

15

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 20 April 1993 dari ayah Mad Nur
dan ibu Maemunah. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis
memiliki dua saudara bernama M. Izzudin Ma’mun dan Siti Mardiana. Tahun
2010 penulis lulus dari SMA Kornita Bogor dan pada tahun yang sama penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikutura, Fakultas
Pertanian.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam berbagai
kepanitiaan baik skala departemen dan IPB seperti kepanitiaan Masa Perkenalan
Departemen (MPD) 2012, Festival Bunga dan Buah Nusantara 2013 dan lain-lain.
Tahun 2013 penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) bidang pengembangan masyarakat yang didanai oleh Ditjen Dikti.