Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

PEMANFAATAN HIJAUAN DI LAHAN IRIGASI DI DESA
CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN SITU
UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IKRIMATUL MAKNUN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Hijauan di
Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Ikrimatul Maknun
NIM D24090113

ABSTRAK
IKRIMATUL MAKNUN. Pemanfaatan Lahan Irigasi Sebagai Potensi Hijauan
Pakan di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan
MUHAMMAD AGUS SETIANA.
Tanggul irigasi yang ditumbuhi berbagai macam vegetasi tanaman berpotensi
sebagai sumber hijauan pakan, namun masih kurang dimanfaatkan oleh peternak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi seberapa besar pemanfaatan
lahan irigasi untuk hijauan pakan dan pemetaan potensi hijauan lokal untuk
sumber hijauan pakan di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik.
Penelitian ini menggunakan metode pemetaan sistem informasi geografis,
komposisi botani, analisis vegetasi, dan kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia. Hasil dari komposisi botani menunjukkan bahwa Wedelia montana

var pilosa H., Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., dan Panicum repens L.
menempati peringkat utama. Analisis vegetasi menunjukkan bahwa Wedelia
montana tumbuh dominan. Kesimpulan dari pengamatan ini adalah lahan sekitar
irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik mempunyai
potensi hijauan yang dapat dimanfaatkan oleh peternak. Terdapat 2 hijauan pakan
yang mendominasi ketiga wilayah tersebut yaitu Panicum repens L. dan
Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf..
Kata kunci: irigasi, komposisi botani, potensi hijauan pakan, sistem informasi
geografis

ABSTRACT
IKRIMATUL MAKNUN. Irrigation Area Utilitazion as Forage Potential in
Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik Village, Bogor Regency, West
Java. Supervised by ASEP TATA PERMANA and MUHAMMAD AGUS
SETIANA.
Irrigation dike which overgrow with a variety of vegetation potentially as
forage source, but still underutilized by farmers. The aim of this research was to
evaluate how much irrigation area that is potential for forage source and mapping
potential forage source at Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik
village. This research used geographic information system mapping, botanical

composition, vegetation analysis, and capacity improvement of ruminant livestock
population. The result of botanical composition showed that Wedelia montana var
pilosa H., Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., and Panicum repens L. occupies the
main peringkat. The vegetation analysis showed that Wedelia montana is the
dominant plant. The conclusion of this research was irrigation area at Cihideung
Udik, Cibitung Tengah, and Situ Udik village have forage potential to be used by
farmers. The two forages that dominate these villages are Panicum repens L. and
Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf..
Keywords: botanical composition, forage potential, geographic information
system, irrigation

PEMANFAATAN HIJAUAN DI LAHAN IRIGASI DI DESA
CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN SITU
UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

IKRIMATUL MAKNUN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Pemanfaatan Hijauan di Lahan Irigasi di Desa Cihideung Udik,
Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Nama
: Ikrimatul Maknun
NIM
: D24090113

Disetujui oleh

Ir Asep Tata Permana, MSc
Pembimbing I


Ir M Agus Setiana, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Oktober
2013 ini ialah potensi hijauan pakan, dengan judul Pemanfaatan Hijauan di Lahan
Irigasi di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Lahan sekitar irigasi dimanfaatkan oleh peternak sekitar

sebagai sumber hijauan pakan. Ternak yang dibudidayakan di sekitar irigasi ratarata adalah domba dan kambing.
Pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.
Oleh karena itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2014
Ikrimatul Maknun

DAFTAR ISI
ABSTRAK
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE
Bahan dan Alat
Lokasi dan Waktu
Prosedur Pengamatan
Pemetaan Wilayah
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan

Pengumpulan Data
Analisis Data
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang
Analisis Vegetasi
Indeks Nilai Penting (INP)
Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Komposisi Botani di Lahan Irigasi
Analisis Vegetasi di Lahan Irigasi
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

ii

iii
iii
iii
1
2
2
2
2
2
2
2
3
3
3
3
4
5
5
7
14

18
19
19
19
20
22
28
28

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

11
12
13
14
15

Perhitungan Indeks nilai penting (INP)
Perhitungan analisis vegetasi
Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
Perhitungan daya dukung dan kapasitas peningkatan populasi ternak
Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan utama peternak
Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik
Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah
Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Situ Udik
INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik
INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah
INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Situ Udik
Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis
Analisis kesamaan komunitas
Hasil kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia

Potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

3
4
5
5
7
9
9
11
15
16
17
17
18
18
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Subplot petak pengamatan analisis vegetasi
Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Peta pengamatan Desa Cihideung Udik
Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah
Peta pengamatan Desa Situ Udik
Hijauan dominan di sekitar lahan irigasi (a) Wedelia montana var pilosa
H., (b) Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., (c) Panicum repens L.
Kondisi bendung irigasi (a) Desa Cihideung Udik, (b) Cibitung Tengah,
(c) Situ Udik

3
6
8
10
12
13
14

DAFTAR LAMPIRAN
Komposisi botani Desa Cihideung Udik
Komposisi botani Desa CIbitung Tengah
Komposisi botani Desa Situ Udik
Perhitungan komposisi botani
Perhitungan jumlah ternak (ST) di sekitar bendung irigasi
Konversi ternak dalam satuan ternak
Perhitungan jumlah ternak berdasarkan satuan ternak
Perhitungan potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul
irigasi
9 Golongan hijauan rumput yang ada di lokasi pengamatan
10 Golongan hijauan rumbah dan kacangan yang ada di lokasi penelitian
1
2
3
4
5
6
7
8

22
22
23
23
23
24
24
24
24
25

11 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah

26

12 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi

Desa Cihideung Udik dan Situ Udik
13 Uji-T potensi hijauan dan kapasitas tampung di lahan tanggul irigasi
Desa Cibitung Tengah dan Situ Udik

27
27

PENDAHULUAN
Pertanian, dalam hal ini adalah sawah, merupakan sektor vital yang
membutuhkan pengelolaan sumber daya air yang baik. Akan tetapi tidak
selamanya air tersedia secara melimpah terutama saat musim kemarau tiba.
Pengelolaan sumber daya air diperlukan untuk menjaga ketersediaan air pertanian
dengan cara membangun sarana irigasi atau pengairan. Menurut Kartasapoetra et
al. (1991) kebutuhan pengairan pertanian (irigasi) harus memperhatikan debit air
pada bendung dan memastikan cukup untuk disalurkan agar penyaluran air ke
tanaman diatur dengan baik dan mencukupi kebutuhan air tanaman. Sistem irigasi
yang diterapkan dewasa ini umumnya masih bersifat tradisional, yang meliputi
pendistribusian dan penggunaan air, serta masih kurang memperhatikan
keseimbangan antara jumlah air yang diberikan dengan kebutuhan air tanaman
(Haryati 2011). Lahan irigasi tersebar di seluruh daerah di Indonesia tidak
terkecuali di Kabupaten Bogor. Jumlah daerah irigasi di Kabupaten Bogor yaitu
603 daerah irigasi dengan total luas areal 41 261 ha. Kota Bogor sendiri memiliki
jumlah daerah irigasi sebanyak 21 daerah irigasi dengan total luas areal 598 ha
(PSDA 2010). Luasnya lahan irigasi yang tersedia di Kabupaten Bogor menjadi
suatu potensi dalam pengembangan bidang pertanian termasuk peternakan.
Masyarakat menggunakan irigasi sebagai pendukung pada pertaniannya.
Daerah di sekitar bendung irigasi yang ditumbuhi berbagai macam vegetasi
memiliki potensi sebagai sumber hijauan untuk pakan ternak. Menurut Lazardo et
al. (1976) proyek-proyek irigasi bertujuan untuk meningkatkan potensi sebuah
negara dalam produksi pertanian dengan memanfaatkan sumber air yang baru.
Hijauan di lahan sekitar bendung irigasi sering dimanfaatkan oleh para peternak
setempat untuk memenuhi kebutuhan hijauan ternak. Semali et al. (1991)
menyatakan apabila peternak menggembalakan ternak ruminansia di pinggir jalan
atau irigasi sepanjang pagi sampai sore, budidaya tanaman pakan ternak ternyata
relatif sangat mudah dan tidak memerlukan tenaga kerja yang banyak.
Pemanfaatan hijauan dalam bentuk segar merupakan cara yang banyak dilakukan
peternak apabila produksi hijauan mencukupi kebutuhan, terutama pada musim
hujan (Rukmana 2005). Peternak memilih mengarit dari lahan tanggul irigasi
dikarenakan dekat dengan kandang dan rumah. Kondisi lahan yang dapat
digunakan untuk peternakan khususnya ruminansia dapat dilihat dari kombinasi
kelerangan, ketinggian tempat, panjang kemarau, kesuburan tanah, genangan air,
dan penggunaan lahan (Ardhani 2008). Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah,
dan Situ Udik merupakan tiga dari beberapa desa di Kabupaten Bogor yang
memanfaatkan lahan sekitar irigasi sebagai sumber hijauan pakan. Hal ini
mendorong untuk penelitian lebih lanjut tentang hijauan di daerah sekitar irigasi
serta pemanfaatannya untuk sumber hijauan pakan dan untuk memetakan kondisi
hijauan dilakukan pemetaan wilayah. Pemetaan wilayah dilakukan menggunakan
sistem informasi geografis (SIG). Prahasta (2009) menyatakan bahwa SIG mampu
memberikan informasi posisi suatu objek yang ingin diketahui di permukaan bumi
dan mempresentasikan dalam suatu model digital.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi seberapa besar pemanfaatan lahan
irigasi untuk hijauan pakan dan pemetaan potensi hijauan lokal untuk sumber
hijauan pakan.

2

METODE
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah global positioning
system (GPS), kuadran 0.5 m x 0.5 m, plot 2 m x 2 m, sabit, gunting, kantong
sampel, alat tulis, timbangan, oven 60 °C, koran, kardus, tali, alkohol 70%, kertas
buram, isolasi kertas, dan label. Bahan yang digunakan adalah hijauan pakan,
kuisioner, responden, dan software ArcGIS 10.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan tanggul irigasi di Desa Cihideung Udik,
Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini
dilakukan selama dua bulan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013.
Prosedur Pengamatan
Pemetaan Wilayah
Pemetaan wilayah didapatkan dengan melakukan penyusuran jalur
penelitian menggunakan global positioning system (GPS). Denah lokasi desa
didapatkan dari kantor desa setempat. Data geografis yang telah didapatkan
kemudian diolah menggunakan software ArcGIS 10 dan menghasilkan data
berupa peta potensi hijauan pakan.
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan
Pembuatan herbarium dilakukan dengan menggunakan metode Stone (1983)
yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah yang diproses untuk
spesimen herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu dengan cara satu helai
setiap jenis hijauan diambil lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian
tanaman, kemudian tanaman ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara
rapat dan dipadatkan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Data yang
dicatat berupa nama lokal dan latin hijauan. Identifikasi hijauan pakan dilakukan
dengan mengamati jenis hijauan dengan sumber pustaka untuk memperoleh nama
latin hijauan.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan lapang dan wawancara. Pengamatan lapang dilakukan
dengan cara pengumpulan data dengan mengamati keadaan langsung lahan
penelitian, objek penelitian, dan pengukuran langsung di lapang. Wawancara
dilakukan menggunakan kuisioner dan responden disensus dari peternak yang
hanya berada di sekitar bendung irigasi. Data sekunder diperoleh dari pustaka dan
instansi pemerintah setempat.

3
Analisis Data
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang
Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisis metode Dry
Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk
melihat komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan
pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.
Bingkai kuadran yang digunakan untuk analisis ini terbuat dari kawat
berukuran 0.5 m x 0.5 m. Kuadran dilemparkan secara acak sebanyak 25 kali,
kemudian data semua spesies yang ada dicatat dan dilakukan perkiraan
perhitungan persentase spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan
ketiga dengan pengali tetapan koefisien berturut-turut, yaitu 8.04, 2.41, dan 1.
Kemudian dari 25 lemparan hanya diambil dari 4 kuadran untuk dijadikan sampel
yang selanjutnya dipotong menggunakan sabit lalu ditimbang dan dioven untuk
dihitung produksi dan dianalisis daya tampung ternak.
Analisis Vegetasi
Metode analisis vegetasi digunakan untuk pengambilan data berupa jumlah
individu tanaman dengan plot berukuran 2 m x 2 m sebanyak 5 subplot di setiap
lokasi (Kusmana 1997).

subplot
a

subplot
b

subplot
c

subplot
d

subplot
e

Gambar 1 Subplot petak pengamatan analisis vegetasi
Indeks Nilai Penting (INP)
Nilai INP dihitung pada tingkat tumbuhan bawah. Menurut Kusmana (1997)
rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Perhitungan Indeks nilai penting (INP)
Perhitungan
K
KR
F
FR
INP

Rumus

Jumlah individu suatu jenis
Luas petak contoh (ha)
Kerapatan suatu jenis
x 100%
Total kerapatan seluruh jenis
Jumlah plot ditemukan suatu jenis
Total seluruh plot
Frekuensi suatu jenis
x 100%
Total frekuensi seluruh jenis
KR+FR

Keterangan
K

= Kerapatan suatu jenis

KR = Kerapatan relatif
F

= Frekuensi suatu jenis

FR

= Frekuensi relatif

INP = Indeks nilai penting
KR = Kerapatan relatif
FR = Frekuensi relatif

4
Tabel 2 Perhitungan analisis vegetasi
Perhitungan

Rumus

ID

n

i=1

H’

n

[
i=1

ni
N

Keterangan
2

ni ni
ln ]
N N

ID
= Indeks dominansi jenis
ni
= INP jenis i
N
= Total INP
(Magurran 1988)
H’
= Indeks
keanekaragaman jenis
ni
= Indeks nilai penting jenis i
N
= Total indeks nilai penting
(Magurran 1988)

R1

(S-1)
( ln N )

E

H'
ln (S )

E
H’

IS

2W
x100%
a+b

IS
W

R1
= Indeks kekayaan jenis
S
= Jumlah jenis yang ditemukan
N
= Jumlah total individu
(Magurran 1988)
= Indeks kemerataan jenis
= Indeks
keanekaragaman jenis
S
= Jumlah jenis
(Magurran 1988)
= Indeks kesamaan komunitas
= Jumlah jenis yang sama
antara komunitas a dan b
a
= Jumlah jenis yang terdapat
pada komunitas a
b
= Jumlah jenis yang terdapat
pada komunitas b
(Soerianegara dan Indrawan 1998)

Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) merujuk pada
metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metode komparatif yang
membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik.
Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan
terhadap potensi padang rumput alami seperti ditampilkan pada Tabel 3,
kemudian dilakukan perhitungan potensi penyediaan hijauan menggunakan rumus
pada Tabel 4.

5
Tabel 3 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
Nilai konversi kesetaraan (sumber pembaku)*
Sumber hijauan
15 ton BK ha-1tahun-1
20% luas SB setara PRP
3% luas GS setara PRP
1% luas TG setara PRP
5% luas PK setara PRP

Padang rumput permanen (PRP)
Sawah bera (SB)
Galengan sawah (GS)
Tegalan (TG)
Perkebunan (PK)
*Sumber: Nell dan Rollinson (1974); BK: berat kering

Tabel 4 Perhitungan daya dukung dan kapasitas peningkatan populasi ternak
ruminansia
Perhitungan

Rumus*
Potensi hijauan pakan (kg tahun-1 )

Daya dukung (ST)
Analisis KPPTR efektif
(ST)

Konsumsi ternak perhari (kg BK ST-1 hari-1 ) x 365 hari
Daya dukung (ST) – Populasi riil (ST)

*Sumber: Nell dan Rollinson (1974); BK: berat kering, KPPTR: kapasitas peningkatan populasi
ternak ruminansia, ST: Satuan ternak

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Bogor terletak di antara 6°18’00” sampai 6°47’10” LS dan
106 23’45” sampai 107°13’30” BT memiliki batas wilayah yaitu, sebelah utara
adalah Kabupaten Tangerang, Kabupaten dan Kota Bekasi, dan Kota Depok,
sebelah timur adalah Kabupaten Karawang, sebelah selatan Kabupaten Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur, dan sebelah barat Kabupaten Lebak (Provinsi Banten).
Kabupaten dengan luas wilayah 298 838 304 ha ini dibagi menjadi tiga wilayah
yaitu Wilayah Timur, Wilayah Barat, dan Wilayah Tengah. Wilayah Barat atau
yang dikenal dengan Bogor Barat terdiri dari 14 kecamatan dan 166 desa (DisKab
Bogor 2012).
Desa Cihideung Udik merupakan salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa dengan luas wilayah 284 ha, yang
terdiri dari 15 RW dan 48 RT ini memiliki batas sebelah utara dengan Desa
Cihideung Ilir, sebelah timur Kecamatan Dramaga, sebelah selatan Kecamatan
Tenjolaya, dan sebelah barat Desa Bojong Jengkol. Desa ini memiliki total jumlah
penduduk mencapai 14 217 jiwa (Pemerintahan Desa Cihideung Udik 2013).
Desa ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cihideung Ilir yang
terletak di RT 01 RW 10. Bendung dengan luas areal 57 ha dan panjang saluran
induk 7 km ini mengaliri 4 desa, yaitu Desa Cihideung Udik, Desa Cihideung Ilir,
Desa Cibanteng, dan Desa Benteng (DBMP 2012).
Desa pengamatan yang kedua yaitu Desa Cibitung Tengah. Desa ini terletak
di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa dengan luas 310.08 ha, yang
°

6
terdiri dari 2 dusun, 5 RW, dan 26 RT ini memiliki batas sebelah utara yaitu Desa
Cinangneng dan Desa Cinangka, sebelah selatan Desa Tapos II, sebelah barat
Desa Situ Daun, dan sebelah timur Desa Ciampea Udik. Desa ini memiliki total
jumlah penduduk 9 692 jiwa (Pemerintahan Desa Cibitung Tengah 2012). Desa
ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cinangka yang terletak di
RT 04 RW 01. Bendung dengan luas areal 73 ha dan panjang saluran induk 7.5
km ini mengaliri 3 desa, yaitu Desa Cibitung Tengah, Desa Tegal Waru, dan Desa
Cinangka (DBMP 2012).
Desa pengamatan yang terakhir yaitu Desa Situ Udik, yang terletak di
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Desa dengan luas 370.15 ha, yang
terdiri dari 3 dusun, 12 RW, dan 43 RT, memiliki batas sebelah utara yaitu Desa
Situ Ilir, sebelah timur Desa Cimayang dan Desa Gunung Menyan, sebelah selatan
Desa Pasarean, dan sebelah barat Desa Karacak dan Desa Karya Sari. Desa ini
memiliki total jumlah penduduk 14 352 jiwa (Pemerintahan Desa Situ Udik 2012).
Desa ini memiliki salah satu bendung irigasi yaitu Bendung Cigamea yang
terletak di RT 02 RW 05. Bendung dengan luas areal 50 ha dan panjang saluran
induk 7 km ini mengaliri 5 desa, yaitu Desa Situ Udik, Desa Situ Ilir, Desa
Cemplang, Desa Suka Maju, dan Desa Gunung Galuga (DBMP 2012).

Bekasi

Tenjo

Karawang
Indramayu

Bogor

Bojong
Gede

Jasinga

Jonggol
Cariu

Bandung

Sukabumi
Cianjur

Sukajaya

Garut

Nanggung

Cisarua

Tasikmalaya

Jawa Barat

Kabupaten Bogor

Cibungbulang
Tenjolaya

Ciampea

Kecamatan Ciampea, Tenjolaya, dan Cibungbulang
Gambar 2 Kabupaten Bogor, Jawa Barat

7
Kondisi Umum Peternak
Peternak yang dijadikan responden adalah yang berada di sekitar bendung
irigasi yaitu peternak dari RT 01 RW 10 di Desa Cihideung Udik, RT 04 RW 01
di Desa Cibitung Tengah, dan RT 02 RW 05 di Desa Situ Udik. Data yang
didapatkan dari hasil wawancara terhadap responden dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik umur, pendidikan, dan pekerjaan utama peternak
Parameter
Umur
30-50 tahun
>50 tahun
Pendidikan
SD
SMP
Pekerjaan utama
Petani
PNS

Jumlah responden di desa (%)
Cihideung Udik*

Cibitung Tengah**

Situ Udik***

80
20

75
25

90
10

80
20

100
0

80
20

100
0

100
0

80
20

*Jumlah responden: 5 orang, **jumlah responden: 4 orang, ***jumlah responden: 20 orang; SD:
sekolah dasar, SMP: sekolah menegah pertama, PNS: Pegawai negeri sipil

Hasil wawancara mendapatkan bahwa umur rata-rata peternak berkisar di
antara umur 30 sampai 50 tahun dan 10-25% peternak yang berumur lebih dari 50
tahun. Hal ini juga mempengaruhi produktivitas peternak dalam mencari hijauan
pakan untuk ternak. Tabel 5 menunjukkan peternak lulusan SD mendominasi
dengan persentase sebesar 80-100% dan hanya 0-20% yang tingkat pendidikannya
hingga SMP. Hal ini menandakan rendahnya tingkat pendidikan peternak. Tabel 5
juga menyatakan 80-100% peternak bekerja sebagai petani. Hal ini menunjukkan
jika mereka beternak hanya sebagai pekerjaan sampingan tidak untuk pekerjaan
utama. Peternak rakyat beternak secara turun temurun. Mereka beternak hanya
untuk pemeliharaan menjelang Idul Adha namun ada pula yang memelihara untuk
pekerjaan sampingan namun tidak dengan jumlah ternak yang besar. Peternak
yang dijadikan responden sangat memanfaatkan lahan tanggul irigasi untuk
mengambil hijauan pakan untuk ternak.
Komposisi Botani di Lahan Irigasi
Analisis komposisi botani dilakukan di tiga desa yaitu Desa Cihideung Udik,
Cibitung Tengah, dan Situ Udik. Pengambilan data dilakukan di tanggul dan di
salah satu sisi saluran irigasi induk setiap desa. Pengamatan dilakukan
menggunakan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963)
dan didapatkan hasil berupa peringkat vegetasi hijauan dari masing-masing desa.
Pada bagian ini juga akan ditampilkan peta pengamatan desa hasil pengolahan
dari penyusuran jalur penelitian menggunakan global positioning system (GPS)
yang diolah menggunakan software arcGIS 10.

106°42’0”E

106°42’30”E

106°43’0”E

106°43’30”E

106°44’0”E

106°42’30”E

106°43’0”E

106°43’30”E

106°44’0”E

6°36’0”S

6°35’30”S

6°35’0”S

6°34’0”S

6°34’30”S

106°41’30”E

106°41’30”E

106°42’0”E

8

Gambar 3 Peta pengamatan Desa Cihideung Udik

9
Tabel 6 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik
No Nama latin

Nama lokal

Golongan
hijauan

% Jenis*

Wedelia montana var
pilosa H.
2 Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf.
3 Eleusine indica (L.) Gaertn.
4 Nephrolepis exaltata var
bostoniensis (L.) Schott.
5 Mimosa pudica L.
6 Heliotropium sp.
7 Euopatorium odoratum L.f.
8 Axonopus compressus
(Swartz.) Beauv.
9 Panicum repens L.
10 Oxalis corniculata L.
11 Ageratum conyzoides L.

Jotang liar

Rb

28.24

Lamata

R

26.25

Ki pait
Pakis

R
Rb

20.26
6.65

Putri malu
Ekor anjing
Jotang munding
Lelempeng

K
Rb
Rb
R

3.32
3.32
3.32
3.32

Jajahean
Calincing
Jukut bau

R
Rb
Rb

3.32
1.00
1.00

1

*Berdasarkan perhitungan metode Dry Weight Rank (Mannetje dan Haydock 1963); R: rumputan,
Rb: rumbah, K: kacangan

Tabel 6 menunjukkan terdapat 11 jenis hijauan yang terdapat di Bendung
Cihideung Ilir, Desa Cihideung Udik, yang terdiri dari 4 rumput, 6 rumbah, dan 1
kacangan. Peringkat pertama terdapat Wedelia montana var pilosa H. sebanyak
28.24%, peringkat kedua terdapat Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak
26.25%, dan peringkat ketiga terdapat Eleusine indica (L.) Gaertn. sebanyak
20.26%.
Tabel 7 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah
Golongan
hijauan

% Jenis*

Lamata

R

26.55

Jajahean
Ki pait
Pakis

R
R
Rb

24.39
17.97
14.27

Jotang liar
Lelempeng

Rb
R

9.33
6.17

Momotoran
Putri malu

Rb
K

0.93
0.38

No

Nama latin

Nama lokal

1

Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf.
Panicum repens L.
Eleusine indica (L.) Gaertn.
Nephrolepis exaltata var
bostoniensis (L.) Schott.
Wedelia montana var pilosa H.
Axonopus compressus (Swartz.)
Beauv.
Ludwigia perennis L.
Mimosa pudica L.

2
3
4
5
6
7
8

*Berdasarkan perhitungan metode Dry Weight Rank (Mannetje dan Haydock 1963); R: rumputan,
Rb: rumbah, K: kacangan

106°41’30”E

106°42’0”E

106°42’30”E

106°41’0”E

106°41’30”E

106°42’0”E

106°42’30”E

6°37’30”S

6°37’0”S

6°36’30”S

106°41’0”E

10

Gambar 4 Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah

11
Jenis hijauan yang terdapat di Bendung Cinangka, Desa Cibitung Tengah
yaitu terdiri dari 4 rumput, 3 rumbah, dan 1 kacangan dengan peringkat pertama
yaitu Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak 26.55%, peringkat kedua
terdapat Panicum repens L. sebanyak 24.39%, dan peringkat ketiga terdapat
Eleusine indica (L.) Gaertn. sebanyak 17.97%. Pada desa Cihideung Udik dan
Cibitung Tengah terdapat rumput lelempeng atau Axonopus compressus (Swartz.)
Beauv. yang merupakan jenis rumput lapang. Menurut Hasan (2012) rumput yang
terkenal dengan rumput karpet ini mempunyai palatabilitas rendah untuk ternak
ruminansia besar namun sangat disenangi oleh ternak ruminasia kecil.
Tabel 8 Komposisi botani di tanggul irigasi Desa Situ Udik
No

Nama latin

1
2

Wedelia montana var pilosa H.
Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf.
Panicum repens L.
Commelina difusa (Burm.) F.
Eleusine indica (L.) Gaertn.
Ageratum conyzoides L.
Mimosa pudica L.
Lindernia dubia (L.) Pennell.
Hewittia sublobata Druce.
Nephrolepis exaltata var
bostoniensis (L.) Schott.
Bidens vulgata E. Greene.

3
4
5
6
7
8
9
10
11

Nama lokal

Golongan
hijauan

% Jenis*

Jotang liar
Lamata

Rb
R

36.22
21.54

Jajahean
Tali sahid
Ki pait
Jukut bau
Putri malu
Ki seno
Antanan jepang
Pakis

R
Rb
R
R
K
Rb
Rb
Rb

12.53
7.03
5.27
4.73
4.35
3.97
3.06
0.92

Susuukan

Rb

0.38

*Berdasarkan perhitungan metode Dry Weight Rank (Mannetje dan Haydock 1963); R: rumputan,
Rb: rumbah, K: kacangan

Tabel 8 menunjukkan bahwa di Bendung Cigamea, Desa Situ Udik terdapat
11 jenis hijauan diantaranya 3 rumput, 7 rumbah, dan 1 kacangan. Peringkat
pertama terdapat Wedelia montana var pilosa H. sebanyak 36.22%, peringkat
kedua terdapat Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. sebanyak 21.54%, dan peringkat
ketiga terdapat Panicum repens L. sebanyak 12.53%.
Dari ketiga lokasi pengamatan terdapat 3 jenis hijauan yang sering muncul
pada analisis komposisi botani, yaitu Wedelia montana var pilosa H., Brachiaria
mutica (Forsk.) Stapf., dan Panicum repens L.. Menurut Orchard (2013) genus
Wedelia terdiri dari 45 spesies dan menyebar di daerah hangat di seluruh dunia.
Wedelia termasuk famili Asteraceae (keluarga bunga matahari). Di India tanaman
dari famili Asteraceae ini sering digunakan sebagai sumber obat-obatan herbal
(Nomani et al. 2013). Menurut Whiteman (1974) Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf. memiliki stolon yang dapat tumbuh hingga 270 sampai 460 cm dan batang
60 sampai 90 cm. Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. mampu beradaptasi dengan
wilayah yang memiliki curah hujan yang tinggi. Rumput jenis ini cocok ditanam
di tanah yang lembab dan termasuk rumput penggembalaan tetapi tidak tahan
dengan penggembalaan berat (Indriyanto 2006).

106°38’30”E

106°39’0”E

106°39’30”E

106°38’0”E

106°38’30”E

106°39’0”E

106°39’30”E

6°37’30”S

6°37’0”S

6°36’30”S

106°38’0”E

12

Gambar 5 Peta pengamatan Desa Situ Udik

13
Menurut Traverner (2009) Panicum repens L. merupakan rumput yang biasa
digunakan untuk menutupi tanah lempeng atau kering di Amerika Serikat.
Tumbuhan ini dapat tumbuh dan tahan pada tanah yang kurang mengandung
nitrogen.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Hijauan dominan di sekitar lahan irigasi (a) Wedelia montana var
pilosa H., (b) Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., (c) Panicum repens L.
Peternak sekitar sering memanfaatkan daerah tanggul irigasi untuk mencari
hijauan pakan. Pengaritan yang dilakukan peternak tidak melihat jenis tanaman
yang diambil, hanya sekedar mengarit untuk mendapat hijauan. Menurut Hasan
(2012) hijauan pakan merupakan semua jenis tanaman hijau yang dapat
dikonsumsi oleh ternak ruminansia, tidak meracuni tubuh ternak, dan zat gizinya
dapat memenuhi kebutuhan hidup ternak. Jenis hijauan yang terdapat di lokasi
pengamatan yaitu rumput, rumbah, dan kacangan. Rumput merupakan jenis
tanaman yang bijinya hanya memiliki satu keping karena embrionya memiliki
satu kotiledon (Hasan 2012). Rumbah merupakan tanaman hijauan selain rumput
dan kacangan. Rumput yang digunakan oleh peternak sebagai hijauan pakan di
kandang yaitu Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum
Schumaker., Eleusine indica (L.) Gaertn., dan Panicum repens L.. Menurut Tetteh
(1974) kambing dan domba lebih menyukai Cenchrus ciliaris L., Eleusine indica
(L.) Gaertn., dan Axonopus compressus (Swartz.) Beauv. dibandingkan dengan
sapi. Nilai dari komposisi botani yang menempati peringkat pertama bisa
menunjukkan bahwa hijauan tersebut tidak dimanfaatkan oleh peternak sebagai
hijaun pakan, sehingga mendominasi wilayah lahan irigasi dan hijauan yang
dimanfaatkan peternak sedikit bahkan sudah tidak terdapat lagi di lahan sehingga
tidak teridentifikasi. Sehingga lahan irigasi tidak termanfaatkan secara penuh oleh
peternak, karena dari total jenis hijauan yang ada, yang dimanfaatkan oleh
peternak hanya 4 jenis hijauan.
Peternak biasa mengarit sekali dalam sehari yaitu ketika siang hari setelah
mereka menyelesaikan pekerjaannya di sawah. Hasil aritan dimanfaatkan untuk
pakan ternak saat sore hari dan keesokkan paginya. Jika peternak mulai
kekurangan hijauan di tanggul irigasi, peternak beralih ke sisi saluran induk dan
sawah sekitar bendung irigasi. Terdapat satu jenis tanaman kacangan yaitu
Mimosa pudica L. Atau putri malu yang termasuk dalam famili Fabacceae.
Menurut Hasan (2012) kacangan adalah hijauan yang memiliki biji berkeping dua,
mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan Gramineae. Putri malu

14
merupakan gulma untuk tanaman hijauan pakan. Tanaman gulma akan
menghambat pertumbuhan hijauan pakan utama karena gulma akan mengambil
beberapa nutrisi yang dibutuhkan oleh hijauan pakan. Sehingga kualitas dari
hijauan pakan akan berkurang (Hasan 2012).
Peternak di ketiga desa ini memiliki tipe pemeliharaan yang sama, yaitu
memelihara untuk dijual kembali pada saat Idul Adha atau musim kurban. Saat
musim pemeliharaan, peternak bisa 2 sampai 3 kali mengambil hijauan di lahan
untuk tetap memenuhi kebutuhan pakan ternaknya.
Analisis Vegetasi di Lahan Irigasi
Analisis vegetasi dilakukan di salah satu sisi saluran induk irigasi dengan
panjang yang berbeda-beda. Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan
bahwa analisis vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari susunan dan
bentuk vegetasi tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi di saluran irigasi dilakukan
secara sistematis dengan jarak yang berbeda setiap desanya disesuaikan pada
panjang saluran irigasi yang dapat dilalui. Analisis vegetasi dinilai dengan sebuah
indeks yang dikenal dengan indeks nilai penting (INP). INP didapatkan dari
penjumlahan kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR). Indriyanto (2006)
mengatakan bahwa kerapatan adalah suatu jumlah individu organisme per satuan
ruang. Sedangkan frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara
jumlah sampel yang berisi suatu spesies terhadap jumlah total sampel. Indriyanto
(2006) menerangkan pula bahwa spesies-spesies yang dominan dalam suatu
komunitas tumbuhan akan memiliki INP yang tinggi, sehingga spesies yang
paling dominan tentu memiliki nilai INP yang paling besar.

(a)

(b)

(c)
Gambar 7 Kondisi bendung irigasi (a) Desa Cihideung Udik, (b) Cibitung Tengah,
(c) Situ Udik

15
Bendung Cihideung Ilir di Desa Cihideung Udik dan Bendung Cigamea di
Desa Situ Udik memiliki arus yang deras walaupun pada saat musim kemarau,
sedangkan Bendung Cinangka di Desa Cibitung Tengah memiliki arus yang
sangat kecil. Terlihat pada Gambar 7(b) bahwa Bendung Cinangka mengalami
kekeringan disaat musim kemarau tiba berbeda dengan kedua bendung lainnya
yang tetap deras aliran airnya walaupun pada saat musim kemarau. Ketinggian
dari lokasi pengamatan pada Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ
Udik berturut-turut adalah 231 mdpl, 397 mdpl, dan 355 mdpl.
Tabel 9 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cihideung Udik
No

Nama latin

1
2

Panicum repens L.
Wedelia montana
var pilosa H.
Ageratum
conyzoides L.
Eleusine indica
(L.) Gaertn.
Lindernia dubia
(L.) Pennell.
Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf.
Hewittia
sublobata Druce.
Colocasia sp.
Hyptis capitata
Jacq.
Euopatorium
odoratum L.f.
Pennisetum
pupureum
Schumaker.
Ludwigia perennis
L.
Mimosa pudica L.
Heliotropium sp.

3
4
5
6
7
8
9
10
11

12
13
14

Nama lokal

Golongan
hijauan

Jumlah
individu

KR*

FR*

INP*

-----------%-----------

Jajahean
Jotang liar

R
Rb

75
68

20.44
18.53

13.64
13.64

34.07
32.16

Jukut bau

R

57

15.53

13.64

29.17

Ki pait

R

70

19.07

4.55

23.62

Ki seno

Rb

8

2.18

13.64

15.82

Lamata

R

34

9.26

4.55

13.81

Antanan
jepang
Lompong
Palang
pinggang
Jotang
munding
Sulanjana

Rb

15

4.09

4.55

8.63

Rb
Rb

15
7

4.09
1.91

4.55
4.55

8.63
6.45

Rb

5

1.36

4.55

5.91

R

5

1.36

4.55

5.91

Momotoran

Rb

4

1.09

4.55

5.64

Putri malu
Ekor anjing

K
Rb

2
2

0.54
0.54

4.55
4.55

5.09
5.09

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting,
KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Bendung Cihideung Ilir mempunyai saluran induk yang dapat dijangkau
sepanjang 200 m sehingga jarak antar petak pengamatan sejauh 40 m. Panjang
saluran irigasi yang dapat ditempuh di bendung ini merupakan saluran irigasi yang
terpanjang. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jenis hijauan yang dominan di
bendung ini adalah Panicum repens L. dengan nilai INP sebesar 34.07%
sedangkan kodominannya adalah Wedelia montana var pilosa H. dengan nilai
32.16%.
Bendung Cinangka mempunyai saluran induk yang dapat dijangkau
sepanjang 50 m sehingga jarak antar petak pengamatan sejauh 10 m. Saluran
irigasi yang dapat ditempuh di bendung ini merupakan yang terpendek dari
saluran irigasi yang dapat ditempuh di dua desa lainnya. Akan tetapi tidak

16
mempengaruhi jumlah jenis hijauan yang ada. Hijauan yang dominan di bendung
ini adalah Wedelia montana var pilosa H. dan kodominannya adalah Pennisetum
pupureum Schumaker. dengan masing-masing nilai INP yaitu 49.26% dan 46.99%.
Tabel 10 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Cibitung Tengah
KR*

FR*

INP*

No

Nama latin

Nama lokal

Golongan
hijauan

Jumlah
individu

1

Wedelia montana var
pilosa H.
Pennisetum pupureum
Schumaker.
Ageratum conyzoides
L.
Pennisetum
purpureum
Schumaker. x
Pennisetum thypoides
(Burm. f.)
Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf.
Eleusine indica (L.)
Gaertn.
Ludwigia perennis L.
Colocasia esculenta.
(L.) Schott.
Euopatorium
odoratum L.f.
Solanum jamaicense
Mill.
Nephrolepis exaltata
var bostoniensis (L.)
Schott.

Jotang liar

Rb

103

29.26

20.00

49.26

Sulanjana

R

95

26.99

20.00

46.99

Jukut bau

R

55

15.63

6.67

22.29

Rumput
raja

R

33

9.38

6.67

16.04

Lamata

R

18

5.11

6.67

11.78

Ki pait

R

15

4.26

6.67

10.93

Momotoran
Talas

Rb
Rb

10
10

2.84
2.84

6.67
6.67

9.51
9.51

Jotang
munding
Takokak

Rb

5

1.42

6.67

8.09

Rb

5

1.42

6.67

8.09

Pakis

Rb

3

0.85

6.67

7.52

2
3
4

5
6
7
8
9
10
11

-----------%-----------

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting,
KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Panjang saluran induk irigasi di Bendung Cigamea yaitu 125 m sehingga
jarak antar petak pengamatan yaitu 25 m. Berdasarkan analisis (Tabel 11), jenis
hijauan yang dominan di bendung ini adalah Wedelia montana var pilosa H.
dengan nilai INP sebesar 85.10% dan dengan kodominan yaitu Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf. dengan nilai 27.68%. Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf. merupakan
salah satu hijauan yang digunakan untuk memberi makan ternak yang dipelihara
secara intensif selain Pennisetum purpureum Schumaker., Panicum maximum
Jacq., dan Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. (Fukumoto et al. 2001).
Menurut Indriyanto (2006) indeks dominansi jenis (ID) merupakan suatu
parameter untuk menyatakan tingkat dominansi spesies dalam suatu komunitas.
Nilai ID dari ketiga wilayah tersebut di bawah satu, hal ini mengindikasikan
bahwa banyak penyebaran jenis vegetasi tanaman di lokasi pengamatan tersebut.
Apabila nilai ID tinggi, maka penguasaan terpusat pada satu spesies, tetapi jika
nilai ID rendah maka dominansi terpusat pada beberapa spesies (Indriyanto 2006).

17
Tabel 11 INP vegetasi di tanggul irigasi Desa Situ Udik
No

Nama latin

1

8

Wedelia montana var
pilosa H.
Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf.
Hewittia sublobata
Druce.
Nephrolepis exaltata
var bostoniensis (L.)
Schott.
Commelina difusa
(Burm.) F.
Manihot utilissima
Pohl.
Colocasia esculenta
(L.) Schott.
Eclipta alba Hassk.

9
10
11

Carica papaya L.
Rhus vernix L.
Hyptis capitata Jacq.

2
3
4

5
6
7

Golongan
hijauan

Jumlah
individu

KR*

Jotang liar

Rb

483

66.35

18.75

85.10

Lamata

R

65

8.93

18.75

27.68

Antanan
jepang
Pakis

Rb

85

11.68

6.25

17.93

Rb

9

1.24

12.5

13.74

Tali sahid

Rb

37

5.08

6.25

11.33

Singkong

Rb

20

2.75

6.25

9.00

Talas

Rb

13

1.79

6.25

8.04

Urang
aring
Pepaya
Mani’i
Palang
pinggang

Rb

10

1.37

6.25

7.62

Rb
Rb
Rb

3
2
1

0.41
0.27
0.14

6.25
6.25
6.25

6.66
6.52
6.39

Nama lokal

FR*

INP*

-----------%-----------

*Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997); FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting,
KR: kerapatan relatif, R: rumputan, Rb: rumbah, K: kacangan

Berdasarkan hasil pengamatan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) di
tanggul irigasi Desa Cihideung Udik dan Cibitung Tengah sebesar 2.39 dan 2.13
menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis di desa tersebut masuk dalam kisaran
nilai sedang. Sedangkan di tanggul irigasi Desa Situ Udik dengan nilai 1.93
berada dalam nilai rendah. Menurut Magurran (1988) nilai H’ dinyatakan rendah
jika H’3.0. Suatu
komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika komunitas
disusun oleh banyak spesies (Indriyanto 2006).
Tabel 12 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis*
Tanggul irigasi di desa
Cihideung Udik
Cibitung Tengah
Situ Udik

ID

H’

R1

E

0.11
0.15
0.22

2.39
2.13
1.93

2.20
1.71
1.52

0.91
0.89
0.80

*Berdasarkan perhitungan dengan metode Magurran (1988); E: indeks kemerataan jenis, H’:
indeks keanekaragaman jenis, ID: indeks dominansi jenis, R1: indeks kekayaan jenis

Nilai indeks kekayaan jenis (R1) tertinggi terdapat pada tanggul irigasi Desa
Cihideung Udik sebesar 2.20. Namun pada ketiga wilayah tersebut nilai kekayaan
jenis tergolong rendah karena menurut Magurran (1988) R15.0. Ketiga desa
memiliki nilai yang tinggi untuk indeks kemerataan jenis (E). Nilai E rendah jika

18
E0.6
(Magurran 1988).
Tabel 13 Analisis kesamaan komunitas
Tanggul irigasi di desa yang dibandingkan

IS (%)*

Cihideung Udik dan Cibitung Tengah
Cihideung Udik dan Situ Udik
Cibitung Tengah dan Situ Udik

56.00
32.00
36.36

*Berdasarkan perhitungan dengan metode Soerianegara dan Indrawan (1998); IS: indeks
kesamaan komunitas

Indeks kesamaan (IS) digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan antara
beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas. Besar kecilnya IS
menggambarkan tingkat kesamaan komposisi spesies dan struktur dari dua
komunitas (Indriyanto 2006), dalam hal ini adalah komposisi spesies antara dua
tanggul irigasi di dua desa. Berdasarkan hasil pengamatan nilai IS dari tiga lokasi
tersebut membuktikan bahwa terdapat perbedaan vegetasi yang cukup tinggi dari
setiap wilayah yang dibandingkan, karena menurut Istomo dan Kusmana (1997)
nilai IS menunjukkan perbedaan vegetasi kedua tempat jika IS