Pemanfaatan Hijauan di Pematang Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
PEMANFAATAN HIJAUAN DI PEMATANG SAWAH DI
DESA CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN
SITU UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Hijauan di
Pematang Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Revillydita Dwi Maharani Putri
NIM D24090009
ABSTRAK
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI. Pemanfaatan Hijauan di Pematang
Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah dan Situ Udik, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan
MUHAMMAD AGUS SETIANA.
Pematang sawah memiliki potensi yang cukup besar untuk hijauan pakan
ternak. Hijauan yang tumbuh di sekitar pematang sawah sudah banyak
dimanfaatkan oleh peternak, terlihat dari masyarakat sekitar yang mengarit di
pematang sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi hijauan di
pematang sawah sebagai sumber hijauan pakan ternak dan pemetaan potensi
hijauan lokal serta mengevaluasi perubahan pematang sawah. Penelitian ini
menggunakan metode analisis komposisi botani, analisis vegetasi, kapasitas
peningkatan populasi ternak ruminansia, dan pemetaan wilayah. Hasil dari analisis
komposisi botani menunjukkan bahwa hijauan Eleusine indica (L.) Gaertn.,
Ageratum conyzoides L., dan Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. menempati 3
peringkat utama. Hasil dari analisis vegetasi jenis Eleusine indica (L.) Gaertn.
mendominasi di 3 desa tersebut. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di
pematang sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik adalah
Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum Schumaker., dan
Eleusine indica (L.) Gaertn. merupakan jenis hijauan yang potensial untuk hijauan
pakan.
Kata kunci: analisis komposisi botani, geografis informasi sistem, hijauan
makanan ternak, pematang sawah
ABSTRACT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI.The Utilization of Forage along dike
in Rice Field in the of Villages Cihideung Udik, Cibitung Tengah and Situ Udik,
Bogor District, West Java. Supervised by ASEP TATA PERMANA and
MUHAMMAD AGUS SETIANA.
Dike in is considerable as forage potency. Forage growing around the dike
in has been used by farmers, depend on people who sickling in the dike in. This
study aimed to evaluate the potential of forage in dike in as forage source and
potency local forage mapping also to evaluate the dike in changes. This study
used botanical composition analysis, vegetation analysis, capacity improvement of
ruminant livestock population, and area mapping. The results of botanical
composition showed that Eleusine indica (L.) Gaertn., Ageratum conyzoides L.,
and Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. were the top three. The conclusion of
the research conducted in the dike in at Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and
Situ Udik village are Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum
Schumaker., and Eleusine indica (L.) Gaertn. are potential as forages source.
Keywords: botanical composition, geographic information system, forage
potential, dike in
PEMANFAATAN HIJAUAN DI PEMATANG SAWAH DI
DESA CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN
SITU UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemanfaatan Hijauan di Pematang Sawah di Desa Cihideung
Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat
Nama
: Revillydita Dwi Maharani Putri
NIM
: D24090009
Disetujui oleh
Ir Asep Tata Permana, MSc
Pembimbing I
Ir Muhammad Agus Setiana, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Oktober
2013 ini ialah potensi hijauan pakan, dengan judul Pemanfaatan Hijauan di
Pematang Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pematang sawah sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai sumber hijauan pakan. Ternak yang dipelihara oleh
petenak di tiga desa sebagian besar adalah domba.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Revillydita Dwi Maharani Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
vi
vi
vi
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur Penelitian
2
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Gambaran Umum Wilayah
5
Karakteristik Peternak
7
Komposisi Botani di Pematang Sawah
7
Analisis Vegetasi di Pematang Sawah
13
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
16
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
22
23
UCAPAN TERIMA KASIH
26
DAFTAR TABEL
1 Perhitungan analisis vegetasi
2 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
3 Karakteristik peternak menurut umur, pendidikan, dan pekerjaan
utama
4 Komposisi botani Desa Cihideung Udik
5 Komposisi botani Desa Cibitung Tengah
6 Komposisi botani Desa Situ Udik
7 INP vegetasi di Desa Cihideung Udik
8 INP vegetasi di Desa Cibitung Tengah
9 INP vegetasi di Desa Situ Udik
10 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis
11 Indeks kesamaan komunitas (IS)
12 Hasil kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia
13 Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung di pematang sawah
14 Persentase luas pematang dibandingkan dengan luas sawah
4
5
7
8
8
11
13
14
14
15
15
16
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi Kecamatan Ciampea, Tenjolaya, dan Cibungbulang
2 Peta pengamatan Desa Cihideung Udik
3 Peta Pengamatan Desa Cibitung Tengah
4 Hijauan dominan di pematang sawah (a) E. indica (L.) Gaertn., (b)
A.conyzoides L., (c) A.compressus (Sw.) P. Beauv.
5 Peta Pengamatan Desa Situ Udik
6
9
10
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan komposisi botani di Desa Cihideung Udik
2 Perhitungan komposisi botani di Desa Cibitung Tengah
3 Perhitungan komposisi botani di Desa Situ Udik
4 Contoh perhitungan potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung
di pematang sawah
5 Perhitungan jumlah ternak (ST) di pematang sawah
6 Perhitungan konversi luas pematang
7 Kuesioner peternak
8 Hijauan pakan yang ada di pematang sawah
20
20
21
21
21
22
22
23
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat
Indonesia, tercatat bahwa pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha pertanian
di Indonesia mencapai 26 135 469 unit (BPS 2013). Akan tetapi, seiring dengan
berkembangnya zaman lahan untuk pertanian semakin menyempit digantikan oleh
pembangunan perumahan penduduk dan gedung-gedung. Tercatat bahwa pada
tahun 1996 luas sawah di Indonesia mencapai 8.52 juta ha (Abdurahman 2005)
namun mengalami penyusutan pada tahun 2011 luas sawah Indonesia menjadi
8.09 juta ha (BPS 2012), sehingga terjadi penyusutan sebesar 2.87% pertahun.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang memiliki sektor
pertanian yang cukup besar. Tercatat bahwa pada tahun 2013 rumah tangga usaha
pertanian di Kabupaten Bogor mencapai 204 437 unit (BPS 2013). Pertanian
adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam,
peternakan, perikanan, dan juga kehutanan. Sawah adalah suatu bentuk pertanian
yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi,
sawah lebak, sawah tadah hujan, maupun sawah pasang surut (Godam 2009).
Pada tahun 2011 terdapat 48 196 ha sawah yang ada di Kabupaten Bogor (BPS
2012). Areal sawah memiliki pematang yang digunakan sebagai batas wilayah,
sebagai penahan air dan sebagai jalan untuk aktivitas petani, di area ini ditumbuhi
berbagai macam hijauan yang jarang digunakan oleh petani. Peternakan yang
merupakan subsektor pertanian dapat memanfaatkan hijauan tersebut sebagai
sumber pakan ternak. Hal ini dikarenakan lahan untuk membudidayakan tanaman
pakan mulai berkurang.
Faktor sumberdaya lahan berkaitan erat dengan usaha pengembangan ternak
ruminansia sebagai tempat hidup dan sebagai penghasil hijauan makanan ternak
(Suratman et al. 1998). Menurut Reksohadiprodjo (1985) hijauan pakan adalah
segala bahan makanan yang tergolong pakan kasar yang berasal dari permanen
bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang,
kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber
makanan ternak ruminansia. Pakan utama ternak ruminansia merupakan hijauan
pakan. Namun kendala utama penyediaan hijauan pakan adalah semakin
terbatasnya lahan yang dapat digunakan untuk tanaman hijauan makanan ternak.
Selain itu, sebagian besar petani lebih memilih menanami lahannya dengan
tanaman pangan dibandingkan tanaman hijauan pakan. Pengoptimalan dalam
pemanfaatan lahan seperti pematang sawah merupakan salah satu alternatif usaha
penyediaan hijauan pakan.
Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik merupakan tiga desa
dari beberapa desa di Kabupaten Bogor yang memiliki sawah dengan persentase
luas 0.355%, 0.105%, dan 0.353% dari luas sawah yang ada di Kabupaten Bogor
yang dimanfaatkan untuk sumber hijauan pakan. Hijauan yang tumbuh di sekitar
pematang sawah sudah banyak dimanfaatkan oleh peternak, terlihat dari
masyarakat sekitar yang mengarit di pematang sawah selain itu hijauan yang
tumbuh di pematang sawah palatabel pada ternak, lebih beragam jenisnya dan
termasuk hijauan yang subur karena selalu cukup air, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai potensi sumber hijauan pakan untuk peternakan rakyat.
2
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk melihat hijauan yang tumbuh di
pematang sawah dan pemanfaatannya untuk sumber hijauan pakan. Serta data
hasil yang didapatkan dibuat dalam bentuk peta dengan menggunakan geographic
system information (GIS). GIS adalah sistem komputer yang mengumpulkan,
memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi-informasi yang
berhubungan dengan permukaan bumi (Prahasta 2009) serta sebagai acuan
pengembangan peta sehingga mudah direvisi menurut keadaan waktu (Bettinger et
al 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi hijauan di pematang
sawah sebagai sumber hijauan pakan ternak dan pemetaan potensi hijauan lokal
serta mengevaluasi perubahan pematang sawah.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pematang sawah di Desa Cihideung Udik,
Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi berkaitan
dengan lokasi bendung irigasi. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada
bulan Agustus sampai Oktober 2013.
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuadran berukuran 0.5
m x 0.5 m, sabit, pisau/gunting, kantong sampel, alat tulis, timbangan, oven 60 ºC,
koran, kardus, tali, alkohol 70%, kertas buram, lem kertas, karton putih, dan label.
Bahan yang digunakan adalah sampel hijauan pakan, kuesioner, dan peternak
sebagai responden.
Prosedur Penelitian
Pemetaan Wilayah
Pemetaan wilayah didapatkan dengan melakukan penyusuran jalur
penelitian menggunakan global posititioning system (GPS). Denah lokasi desa
didapatkan dari kantor desa setempat. Data geografis yang telah didapatkan
kemudian diolah menggunakan software Arcgis 10 dan menghasilkan data berupa
peta potensi hijauan pakan.
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan
Pembuatan herbarium dilakukan dengan menggunakan metode Stone (1983)
yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah yang diproses untuk
spesimen herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu tiap 1 helai 1 jenis hijauan
diambil lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, kemudian
ditempatkan tanaman pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan
dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Data yang dicatat berupa
nama lokal dan latin tanaman hijauan, bagian tanaman, dan bentuk fisik tanaman.
3
Identifikasi hijauan pakan dilakukan dengan mengamati jenis hijauan dengan
sumber pustaka terkait untuk memperoleh nama latin dan lokal hijauan.
Pengumpulan Data (Wawancara dan Kuisioner)
Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari observasi lapang dan wawancara. Observasi lapang dilakukan
dengan cara pengumpulan data dengan mengamati keadaan langsung lahan
penelitian, objek penelitian, dan pengukuran langsung di lapang. Wawancara
dilakukan menggunakan kuesioner dan responden diambil dari data sensus
peternak yang berada disekitar area sawah yaitu di Desa Cihideung Udik 5 orang,
Cbitung Tengah 4 orang, dan Situ Udik 20 orang. Data sekunder diperoleh dari
pustaka dan instansi pemerintah setempat.
Analisis Data
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang
Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisis metode Dry
Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk
melihat komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan
pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.
Bingkai kuadran yang digunakan untuk analisis ini terbuat dari kawat
berukuran 0.5 m x 0.5 m. Kuadran dilempar secara acak sebanyak 25 kali,
kemudian semua spesies yang ada dicatat dan dilakukan perkiraanperhitungan
persentase spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga dengan
pengali tetapan koefisien berturut-turut yaitu 8.04, 2.41, dan 1. Dari 25 kali
pelemparan diambil sampel 4 kuadran untuk dipotong menggunakan sabit lalu
ditimbang dan dioven kemudian dihitung produksinya untuk dianalisis daya
tampung ternak.
Analisis Vegetasi
Teknik pengambilan data jumlah individu dilakukan dengan metode
analisis vegetasi yang dilakukan di pematang sawah.
Indeks Nilai Penting (INP)
Nilai INP dihitung pada tingkat tumbuhan bawah. Menurut Kusmana
(1997) rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi adalah sebagai berikut:
a.
Kerapatan (K)
J
K=
L
b.
Kerapatan Relatif (KR)
K
KR=
x 100%
c.
Frekuensi suatu jenis (F)
J
F=
4
d.
e.
Frekuensi Relatif (FR)
F
FR =
x 100%
INP = KR+FR
Tabel 1 Perhitungan analisis vegetasi
Perhitungan
ID
H’
Rumus
∑( )
N
∑
N
R1
N
E
IS
H
N
Keterangan
ID
= Indeks dominansi jenis
ni
= INP jenis i
N
= Total INP
(Magurran 1988)
H’
= Indeks
keanekaragaman jenis
ni
= INP jenis i
N
= Total INP
(Magurran 1988)
R1
= Indeks kekayaan jenis
S
= Jumlah jenis yangditemukan
N
= Jumlah total individu
(Magurran 1988)
E
= Indeks kemerataan jenis
H’
= Indeks
keanekaragamanjenis
S
= Jumlah jenis
(Magurran 1988)
IS
= Indeks kesamaankomunitas
W
= Jumlah jenis yang sama
antara komunitas a dan b
a
= Jumlah jenis yang terdapat
padakomunitas a
b
= Jumlah jenis yang terdapat
padakomunitas b
(Soerianegara dan Indrawan 1998)
Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) merujuk pada
metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang
membatasi hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik.
Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan
terhadap potensi padang rumput alami seperti pada Tabel 2, kemudian dilakukan
perhitungan potensi penyediaan hijauan sebagai berikut.
5
Tabel 2 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
Nilai konversi kesetaraan (Sumber
Sumber Hijauan
pembaku)
15 ton BK ha-1tahun-1
Padang rumput permanen (PRP)
Sawah bera (SB)
luas SB setara dengan 20% PRP
Galengan sawah (GS)
luas GS setara dengan 3% PRP
Tegalan (TG)
luas TG setara dengan 1% PRP
Perkebunan (PK)
luas PK setara dengan 5% PRP
1. Analisis daya dukung (ST)
-
Daya Dukung =
K
K
-
-
2. Analisis KPPTR efektif (ST) = Daya dukung – Populasi riil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang beribukota Cibinong. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan yang
dibagi atas 16 kelurahan dan 410 desa. Luas wilayah Kabupaten Bogor mencapai
298 838 304 ha dengan koordinat 6º 8’ ” sampai 6º47’ ” L
º ’4 ”
7º ’ ” BT. Kabupaten Bogor memiliki batas wilayah yaitu, sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kota Depok,
Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi
Banten). Kabupaten Bogor dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Wilayah Timur,
Wilayah Barat, dan Wilayah Tengah. Wilayah Barat atau yang biasa dikenal
dengan Bogor Barat terdiri dari 14 kecamatan dan 166 desa (DisKab Bogor 2012).
Desa Cihideung Udik adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor dengan luas 284 ha memiliki 15 RW dan 48 RT
dengan jumlah penduduk 14 217 Jiwa. Batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Desa Cihideung Ilir, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tenjolaya, sebelah timur adalah Kecamatan Dramaga, dan sebelah
barat berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol. Desa ini memiliki sawah dengan
luas 171.5 ha Jumlah ternak di desa ini adalah 383 ekor, terdiri dari kambing 379
dan kerbau 4 ekor. Mata pencaharian penduduk di desa ini mayoritas sebagai
petani dan buruh tani (Pemerintahan Desa Cihideung Udik 2013).
Desa Cibitung Tengah adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Tenjolaya Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 310.085 ha memiliki 2 Dusun,
5 RW dan 26 RT dengan jumlah penduduk 9 913 Jiwa. Batas wilayah desa ini
yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Cinangneng dan Desa Cinangka,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tapos II, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Situ Daun, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea Udik.
6
Desa ini memiliki sawah dengan luas 50.7 ha. Jumlah ternak di desa ini adalah
233 ekor, terdiri dari sapi potong 12, kerbau 5, dan kambing 216 ekor. Mata
pencaharian penduduk di desa ini mayoritas adalah sebagai buruh industri dan
buruh tani (Pemerintahan Desa Cibitung Tengah 2012).
Desa Situ Udik adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor dengan luas 370.150 ha memiliki 3 Dusun, 12 RW dan 43 RT
dengan jumlah penduduk 14 352 Jiwa. Batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Cimayang dan Desa Gunung Menyan Kecamatan
Pamijahan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasarean Kecamatan
Pamijahan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Karacak dan Desa Karya
Sari Kecamatan Leuwiliang. Desa ini memiliki sawah dengan luas 170 ha. Jumlah
ternak di desa ini adalah 1184 ekor, terdiri dari kerbau 34, kambing 25, domba
390, dan sapi perah 735 ekor. Mata pencaharian penduduk di desa ini mayoritas
sebagai peternak dan petani (Pemerintahan Desa Situ Udik 2012).
Gambar 1 Peta lokasi Kecamatan Ciampea, Tenjolaya, dan Cibungbulang
7
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ
Udik berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan utama yang didapatkan dari
hasil wawancara disajikan pada Tabel 3. Responden yang diambil untuk
wawancara adalah para peternak yang berada di sekitar lahan sawah yaitu
peternak di RT 01 RW 10 di Desa Cihideung Udik, RT 04 RW 01 di Desa
Cibitung Tengah, dan RT 02 RW 05 di Desa Situ udik.
Hasil wawancara didapatkan bahwa rata-rata umur peternak berkisar antara
30 sampai 50 tahun yaitu 25 orang dan peternak yang berumur >50 tahun yaitu 4
orang. Pendidikan para peternak sebagian besar lulusan SD yaitu 25 orang dan
yang lulusan SMP hanya 4 orang. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan masih
tergolong rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya penyuluhan
tentang peternakan mempengaruhi tingkat keterampilan khusus dan pengetahuan
peternak. Peternak di ketiga desa yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani
ada 25 orang dan hanya 4 orang yang bekerja sebagai PNS. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pekerjaan utama peternak adalah sebagai petani dan
beternak hanya merupakan kegiatan sampingan dan ketika Idul Adha ternak akan
dijual untuk membeli ternak kembali .
Tabel 3 Karakteristik peternak menurut umur, pendidikan, dan pekerjaan utama
Parameter
Umur
30 – 50 Tahun
>50 Tahun
Pendidikan
SD
SMP
Pekerjaan Utama
Petani
PNS
Jumlah responden di desa (%)
Cihideung Udika
Cibitung Tengahb
Situ Udikc
80
20
75
25
90
10
80
20
100
0
80
20
100
0
100
0
80
20
a: Jumlah responden 5 orang, b: jumlah responden 4 orang, c: jumlah responden 20 orang.
Komposisi Botani di Pematang Sawah
Jenis hijauan yang terdapat di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan
Situ Udik terbagi menjadi tiga jenis yaitu rumput, kacangan, dan rumbah. Jumlah
hijauan yang ditemukan di pematang sawah di tiga desa tersebut adalah 19 jenis
hijauan yang terbagi menjadi 4 jenis rumput, 1 jenis kacangan, dan 14 jenis
rumbah. Hijauan pakan adalah semua jenis tanaman hijau yang dapat dikonsumsi
oleh ternak ruminansia, tidak meracuni tubuh ternak, dan zat gizinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak (Hasan 2012). Kelompok hijauan makanan
ternak meliputi keluarga rumput (gramineae), kacangan dan hijauan dari
tumbuhan lain. Rumput adalah jenis tanaman yang bijinya berkeping satu (Hasan
2012). Kacangan adalah jenis hijauan yang bijinya berkeping dua dan
8
mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan rumput (Hasan 2012).
Rumbah adalah tanaman selain kacangan dan rumput. Jenis hijauan yang terdapat
pada Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah dan Situ Udik disajikan pada Tabel
4, 5, dan 6.
Tabel 4 Komposisi botani Desa Cihideung Udik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama latin
A.compressus (Sw.) P. Beauv.
E.indica (L.) Gaertn.
Panicum repens L.
A.conyzoides L.
B.mutica (Forsk.) Stapf.
Cyperus kyllingia Endl.
P.purpureum Schumaker.
Manihot utilissima Pohl.
Borreria sp.
Nama lokal
Lelempeng
Rumput belulang
Jajahean
Jukut bau
Lamata
Babawangan
Rumput gajah
Singkong
Gempurwatu
Kelompok
Rumput
Rumput
Rumput
Rumbah
Rumput
Rumbah
Rumput
Rumbah
Rumbah
% Jenis
25.29
22.17
19.36
9.76
7.18
7.18
3.12
3.12
2.81
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 4. Hijauan yang mendominasi areal pematang
sawah yang berada di Desa Cihideung Udik sebagai peringkat pertama adalah A.
compressus (Sw.) P. Beauv. sebesar 25.29%, di peringkat kedua adalah E.indica
(L.) Gaertn. sebesar 22.17%, dan di peringkat ketiga adalah P.repens L. sebesar
19.36%. Peta pengamatan Desa Cihideung Udik dapat dilihat di gambar 2.
Tabel 5 Komposisi botani Desa Cibitung Tengah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama latin
E.indica (L.) Gaertn.
A.conyzoides L.
Bidens vulgata E. Greene.
B.mutica (Forsk.) Stapf.
Nephrolepis exaltata Boston
Fern.
Hyptis capitata Jacq.
Ludwigia perennis L.
P. purpureum Schumaker.
P.repens L.
A.compressus (Sw.) P. Beauv.
Nama lokal
Rumput belulang
Jukut bau
Susuukan
Lamata
Pakis
Kelompok
Rumput
Rumbah
Rumbah
Rumput
Rumbah
Palang pinggang
Momotoran
Rumput gajah
Jajahean
Lelempeng
Rumbah
Rumbah
Rumput
Rumput
Rumput
% Jenis
40.05
22.52
19.04
9.20
3.25
2.30
1.35
0.95
0.95
0.39
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Cibitung Tengah Kecamatan
Tenjolaya dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 5. Hijauan yang mendominasi areal pematang
sawah yang berada di Desa Cibitung Tengah sebagai peringkat pertama adalah
E.indica (L.) Gaertn. sebesar 40.05%, di peringkat kedua adalah A.conyzoides L.
sebesar 22.52%, dan di peringkat ketiga adalah B.vulgata E Greene. sebesar
19.04%. Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah dapat dilihat di gambar 3.
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º44’ ’’E
106º44’ ’’E
6º
’ ’’
6º 4’ ’’
6º 4’ ’’
6º35’ ’’
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º
’ ’’
6º
’ ’’
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º44’ ’’E
106º44’ ’’E
9
Gambar 2
Peta pengamatan Desa Cihideung Udik
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
10
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
6º
’ ’’
6º 7’ ’’
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º 7’ ’’
106º4 ’ ’’E
Gambar 3
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
Peta Pengamatan Desa Cibitung Tengah
106º4 ’ ’’E
11
Tabel 6 Komposisi botani Desa Situ Udik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama latin
E.indica (L.) Gaertn.
A. compressus (Sw.) P. Beauv.
A.conyzoides L.
L.perennis L.
N.exaltata Boston Fern.
B.vulgata E. Greene.
Nama lokal
Rumput belulang
Lelempeng
Jukut Bau
Momotoran
Pakis
Susuukan
Kelompok
Rumput
Rumput
Rumbah
Rumbah
Rumbah
Rumbah
% Jenis
63.33
23.67
7.01
4.12
0.93
0.93
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 6. Hijauan yang mendominasi di areal pematang
sawah yang berada di Desa Situ Udik sebagai peringkat pertama adalah E.indica
(L.) Gaertn. sebesar 63.33%, peringkat kedua adalah A.compressus (Sw.) P.
Beauv. sebesar 23.67%, dan di peringkat ketiga adalah A.conyzoides L. sebesar
7.01%. Peta pengamatan Desa Situ Udik dapat dilihat di gambar 5.
E.indica (L.) Gaertn., A.conyzoides L., dan A.compressus (Sw.) P. Beauv.
merupakan jenis hijauan yang sering muncul di komposisi botani. E.indica (L.)
Gaertn. merupakan satu spesies tersebar di daerah sub tropik terutama Asia
Selatan dan Asia Pasifik termasuk Indonesia. Rumput ini hidup pada tempattempat yang cukup sinar matahari tapi tidak pada tanah yang terlalu kering,
biasanya tumbuh di daerah sepanjang irigasi, tepi jalan, di kebun, dan di antara
tanaman pangan (pematang sawah) (Putu Sukmabuana et al. 2005). A.conyzoides
L. merupakan tumbuhan herba menahun, tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 30
sampai 90 cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya
sehingga mudah tumbuh dimana saja dan sering dianggap sebagai gulma bagi para
petani. Meskipun tanaman ini sering dipandang sebagai gulma, namun
A.conyzoides L. dapat pula digunakan sebagai obat, pestisida, dan herbisida,
bahkan digunakan untuk pupuk dimana dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman padi (Sukamto 2007). Menurut Sao et al. (2007) A.compressus (Sw.) P.
Beauv. merupakan tanaman penutup yang berfungsi sebagai pencegah erosi pada
tanah saat banjir dan memiliki kegunaan lain yaitu dapat menekan pertumbuhan
rumput liar, meningkatkan struktur tanah, baik dalam penyerapan air, dan
meningkatkan daya ikat air. A.compressus (Sw.) P. Beauv. palatabel bagi
ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Hasan 2012).
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Hijauan dominan di pematang sawah (a) E. indica (L.) Gaertn., (b)
A.conyzoides L., (c) A.compressus (Sw.) P. Beauv.
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
12
106º4 ’ ’’E
6º
’ ’’
6º37’ ’’
(b)
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º37’ ’’
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
Gambar 5 Peta Pengamatan Desa Situ Udik
13
Analisis Vegetasi di Pematang Sawah
Tabel 7 menunjukkan bahwa vegetasi yang paling dominan di pematang
sawah Desa Cihideung Udik adalah jenis rumput A.conyzoides L. dengan INP
sebesar 38.28% dan kodominannya adalah jenis rumput C.kyllingia Endl. dengan
INP sebesar 37.34%. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh
tumbuhan, dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh
dilapangan, sedangkan data kualitatif di dapat dari hasil pengamatan berdasakan
pengamatan yang luas (Setiadi et al 1989).
Parameter kuantitatif dalam analisis vegetasi yang biasa digunakan dalam
analisis vegetasi adalah kerapatan dan frekuensi. Kerapatan adalah nilai yang
menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu
komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu dan kerapatan relatif adalah persentase
dari jumlah individu jenis yang bersangkutan di dalam komunitasnya. Frekuensi
adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah
petak contoh yang dibuat (Kusmana 1997).
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan besaran yang menunjukkan
kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain di dalam suatu komunitas. Nilai dari
indeks ini diturunkan dari nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Semakin
besar nilai indeks berarti jenis yang bersangkutan semakin besar berperan di
komunitas tersebut (Setiadi et al 1989). Keragaman jenis hijauan yang ditemukan
di Desa Cihideung Udik, Desa Cibitung Tengah, dan Desa Situ Udik terdiri dari
19 spesies (Tabel 7, 8, dan 9).
Tabel 7 INP vegetasi di Desa Cihideung Udik
No
Nama latin
Nama lokal
1.
2.
3.
A.conyzoides L.
C.kyllingia Endl.
E.indica (L.) Gaertn.
Jukut bau
Babawangan
Rumput
belulang
Jajahean
P.repens L.
B.mutica (Forsk.)
Stapf.
6. Borreria sp.
7. M.utilissima Pohl.
8. P.purpureum
Schumaker.
9. Colocasia esculenta
(I.) Schott.
10. Mimosa pudica L.var.
tetranda (Wild.) DC.
4.
5.
Jumlah
individu
246
161
KR
FR
INP
---------------%-----------21.61
16.67 38.28
24.01
13.33 37.34
210
18.69
16.67
35.36
187
15.19
16.67
31.86
Lamata
200
13.71
13.33
27.04
Singkong
Rumput
gajah
70
5
5.07
0.69
3.33
6.67
8.40
7.36
16
0.41
6.67
7.08
Talas
3
0.49
3.33
3.82
Putri malu
4
0.14
3.33
3.47
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
14
Tabel 8 menunjukkan bahwa hijauan pakan yang paling dominan di
pematang sawah Desa Cibitung Tengah adalah jenis rumput E.indica (L.) Gaertn.
dengan INP sebesar 51.03% dan kodominannya adalah jenis rumput A.conyzoides
L. dengan INP sebesar 34.81%.
Tabel 8 INP vegetasi di Desa Cibitung Tengah
No Nama latin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama lokal
E.indica (L.)
Gaertn.
A.conyzoides L.
L.perennis L.
B.mutica (Forsk.)
Stapf.
H.capitata Jacq.
C.kyllingia Endl.
N.exaltata Boston
Fern.
P.repens L.
P. purpureum
Schumaker.
Rumput
belulang
Jukut bau
Momotoran
Lamata
Palang
pinggang
Babawangan
Pakis
Jajahean
Rumput gajah
Jumlah
individu
KR
FR
INP
---------------%------------
427
35.88
15.15
51.03
246
151
19.65
12.07
15.15
15.15
34.81
27.22
210
14.92
12.12
27.04
59
4.95
15.15
20.10
53
4.06
12.12
16.19
38
3.09
9.09
12.18
53
3.96
3.03
6.99
12
1.43
3.03
4.46
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
Tabel 9 menunjukkan bahwa hijauan pakan yang paling dominan di
pematang sawah Desa Situ Udik adalah jenis rumput E.indica (L.) Gaertn. dengan
INP sebesar 127.55% dan kodominannya adalah jenis rumput L.perennis L.
dengan INP sebesar 36.73%.
Tabel 9 INP vegetasi di Desa Situ Udik
No.
Nama latin
Nama lokal
1.
E.indica (L.) Gaertn.
2.
3.
4.
L.perennis L.
A.conyzoides L.
N.exaltata Boston
Fern.
Rumput
belulang
Momotoran
Jukut bau
Pakis
Jumlah
individu
KR
FR
INP
---------------%-----------
933
89.08
38.46
127.55
103
51
5.96
3.45
30.77
15.38
36.73
18.83
37
1.50
15.38
16.89
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting.
Hijauan yang paling mendominasi di pematang sawah adalah E.indica (L.)
Gaertn., A.conyzoides L., L.perennis L., dan C.kyllingia Endl. Hal ini
menunjukkan bahwa spesies-spesies ini memiliki tingkat kesesuaian dengan
lingkungan yang lebih tinggi dibanding spesies lain.
15
Tabel 10 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis
No.
1.
2.
3.
Pematang sawah di desa
Desa Cihideung Udik
Desa Cibitung Tengah
Desa Situ Udik
ID:
kemerataan jenis.
ID
0.15
0.15
0.46
H’
2.02
2.00
1.03
R1
1.28
1.12
0.85
E
0.88
0.91
0.53
, H’: indeks keanekaragaman jenis, R1: indeks kekayaan jenis, E: indeks
Indeks dominansi hijauan (ID) di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah,
dan Situ Udik adalah 0.15, 0.15, dan 0.46. Hal ini menunjukkan bahwa nilai (ID)
di tiga desa ini tergolong rendah karena nilai (ID) dibawah satu sehingga
mengindikasikan jenis hijauan yang ada di tiga desa tersebut tersebar pada banyak
jenis. Nilai (ID) merupakan suatu parameter untuk menyatakan tingkat dominansi
spesies dalam suatu komunitas. Nilai (ID) tinggi yaitu penguasaan terpusat pada
satu jenis, tetapi jika nilai (ID) rendah maka dominansi terpusat pada beberapa
spesies (Indriyanto 2006).
Indeks k
H’
Desa Cihideung Udik, Cibitung
Tengah, dan Situ Udik adalah sebesar 2.02, 2.00, dan 1.03 yang tergolong dalam
kategori sedang, yaitu keanekaragaman, penyebaran jumlah individu tiap spesies
dan kestabilan komunitas sedang. N
H’ merupakan pengukuran stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan pada komunitas tersebut (Indriyanto 2006). Menurut
Magguran (1988) keanekaragaman jenis di klasifikasikan menjadi tiga angkatan,
H’> ,
>H’< ,
H’
DESA CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN
SITU UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Hijauan di
Pematang Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Revillydita Dwi Maharani Putri
NIM D24090009
ABSTRAK
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI. Pemanfaatan Hijauan di Pematang
Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah dan Situ Udik, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan
MUHAMMAD AGUS SETIANA.
Pematang sawah memiliki potensi yang cukup besar untuk hijauan pakan
ternak. Hijauan yang tumbuh di sekitar pematang sawah sudah banyak
dimanfaatkan oleh peternak, terlihat dari masyarakat sekitar yang mengarit di
pematang sawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi hijauan di
pematang sawah sebagai sumber hijauan pakan ternak dan pemetaan potensi
hijauan lokal serta mengevaluasi perubahan pematang sawah. Penelitian ini
menggunakan metode analisis komposisi botani, analisis vegetasi, kapasitas
peningkatan populasi ternak ruminansia, dan pemetaan wilayah. Hasil dari analisis
komposisi botani menunjukkan bahwa hijauan Eleusine indica (L.) Gaertn.,
Ageratum conyzoides L., dan Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. menempati 3
peringkat utama. Hasil dari analisis vegetasi jenis Eleusine indica (L.) Gaertn.
mendominasi di 3 desa tersebut. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di
pematang sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik adalah
Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum Schumaker., dan
Eleusine indica (L.) Gaertn. merupakan jenis hijauan yang potensial untuk hijauan
pakan.
Kata kunci: analisis komposisi botani, geografis informasi sistem, hijauan
makanan ternak, pematang sawah
ABSTRACT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI.The Utilization of Forage along dike
in Rice Field in the of Villages Cihideung Udik, Cibitung Tengah and Situ Udik,
Bogor District, West Java. Supervised by ASEP TATA PERMANA and
MUHAMMAD AGUS SETIANA.
Dike in is considerable as forage potency. Forage growing around the dike
in has been used by farmers, depend on people who sickling in the dike in. This
study aimed to evaluate the potential of forage in dike in as forage source and
potency local forage mapping also to evaluate the dike in changes. This study
used botanical composition analysis, vegetation analysis, capacity improvement of
ruminant livestock population, and area mapping. The results of botanical
composition showed that Eleusine indica (L.) Gaertn., Ageratum conyzoides L.,
and Axonopus compressus (Sw.) P. Beauv. were the top three. The conclusion of
the research conducted in the dike in at Cihideung Udik, Cibitung Tengah, and
Situ Udik village are Brachiaria mutica (Forsk.) Stapf., Pennisetum purpureum
Schumaker., and Eleusine indica (L.) Gaertn. are potential as forages source.
Keywords: botanical composition, geographic information system, forage
potential, dike in
PEMANFAATAN HIJAUAN DI PEMATANG SAWAH DI
DESA CIHIDEUNG UDIK, CIBITUNG TENGAH, DAN
SITU UDIK, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT
REVILLYDITA DWI MAHARANI PUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Pemanfaatan Hijauan di Pematang Sawah di Desa Cihideung
Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat
Nama
: Revillydita Dwi Maharani Putri
NIM
: D24090009
Disetujui oleh
Ir Asep Tata Permana, MSc
Pembimbing I
Ir Muhammad Agus Setiana, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus sampai Oktober
2013 ini ialah potensi hijauan pakan, dengan judul Pemanfaatan Hijauan di
Pematang Sawah di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pematang sawah sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai sumber hijauan pakan. Ternak yang dipelihara oleh
petenak di tiga desa sebagian besar adalah domba.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, namun
demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Revillydita Dwi Maharani Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
vi
vi
vi
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Bahan dan Alat
2
Prosedur Penelitian
2
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Gambaran Umum Wilayah
5
Karakteristik Peternak
7
Komposisi Botani di Pematang Sawah
7
Analisis Vegetasi di Pematang Sawah
13
Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
16
SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
22
23
UCAPAN TERIMA KASIH
26
DAFTAR TABEL
1 Perhitungan analisis vegetasi
2 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
3 Karakteristik peternak menurut umur, pendidikan, dan pekerjaan
utama
4 Komposisi botani Desa Cihideung Udik
5 Komposisi botani Desa Cibitung Tengah
6 Komposisi botani Desa Situ Udik
7 INP vegetasi di Desa Cihideung Udik
8 INP vegetasi di Desa Cibitung Tengah
9 INP vegetasi di Desa Situ Udik
10 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis
11 Indeks kesamaan komunitas (IS)
12 Hasil kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia
13 Potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung di pematang sawah
14 Persentase luas pematang dibandingkan dengan luas sawah
4
5
7
8
8
11
13
14
14
15
15
16
16
17
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi Kecamatan Ciampea, Tenjolaya, dan Cibungbulang
2 Peta pengamatan Desa Cihideung Udik
3 Peta Pengamatan Desa Cibitung Tengah
4 Hijauan dominan di pematang sawah (a) E. indica (L.) Gaertn., (b)
A.conyzoides L., (c) A.compressus (Sw.) P. Beauv.
5 Peta Pengamatan Desa Situ Udik
6
9
10
11
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan komposisi botani di Desa Cihideung Udik
2 Perhitungan komposisi botani di Desa Cibitung Tengah
3 Perhitungan komposisi botani di Desa Situ Udik
4 Contoh perhitungan potensi produksi hijauan dan kapasitas tampung
di pematang sawah
5 Perhitungan jumlah ternak (ST) di pematang sawah
6 Perhitungan konversi luas pematang
7 Kuesioner peternak
8 Hijauan pakan yang ada di pematang sawah
20
20
21
21
21
22
22
23
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Pertanian merupakan salah satu mata pencaharian utama masyarakat
Indonesia, tercatat bahwa pada tahun 2013 jumlah rumah tangga usaha pertanian
di Indonesia mencapai 26 135 469 unit (BPS 2013). Akan tetapi, seiring dengan
berkembangnya zaman lahan untuk pertanian semakin menyempit digantikan oleh
pembangunan perumahan penduduk dan gedung-gedung. Tercatat bahwa pada
tahun 1996 luas sawah di Indonesia mencapai 8.52 juta ha (Abdurahman 2005)
namun mengalami penyusutan pada tahun 2011 luas sawah Indonesia menjadi
8.09 juta ha (BPS 2012), sehingga terjadi penyusutan sebesar 2.87% pertahun.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten yang memiliki sektor
pertanian yang cukup besar. Tercatat bahwa pada tahun 2013 rumah tangga usaha
pertanian di Kabupaten Bogor mencapai 204 437 unit (BPS 2013). Pertanian
adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu bercocok tanam,
peternakan, perikanan, dan juga kehutanan. Sawah adalah suatu bentuk pertanian
yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi,
sawah lebak, sawah tadah hujan, maupun sawah pasang surut (Godam 2009).
Pada tahun 2011 terdapat 48 196 ha sawah yang ada di Kabupaten Bogor (BPS
2012). Areal sawah memiliki pematang yang digunakan sebagai batas wilayah,
sebagai penahan air dan sebagai jalan untuk aktivitas petani, di area ini ditumbuhi
berbagai macam hijauan yang jarang digunakan oleh petani. Peternakan yang
merupakan subsektor pertanian dapat memanfaatkan hijauan tersebut sebagai
sumber pakan ternak. Hal ini dikarenakan lahan untuk membudidayakan tanaman
pakan mulai berkurang.
Faktor sumberdaya lahan berkaitan erat dengan usaha pengembangan ternak
ruminansia sebagai tempat hidup dan sebagai penghasil hijauan makanan ternak
(Suratman et al. 1998). Menurut Reksohadiprodjo (1985) hijauan pakan adalah
segala bahan makanan yang tergolong pakan kasar yang berasal dari permanen
bagian vegetatif tanaman yang berupa bagian hijau yang meliputi daun, batang,
kemungkinan juga sedikit bercampur bagian generatif, utamanya sebagai sumber
makanan ternak ruminansia. Pakan utama ternak ruminansia merupakan hijauan
pakan. Namun kendala utama penyediaan hijauan pakan adalah semakin
terbatasnya lahan yang dapat digunakan untuk tanaman hijauan makanan ternak.
Selain itu, sebagian besar petani lebih memilih menanami lahannya dengan
tanaman pangan dibandingkan tanaman hijauan pakan. Pengoptimalan dalam
pemanfaatan lahan seperti pematang sawah merupakan salah satu alternatif usaha
penyediaan hijauan pakan.
Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ Udik merupakan tiga desa
dari beberapa desa di Kabupaten Bogor yang memiliki sawah dengan persentase
luas 0.355%, 0.105%, dan 0.353% dari luas sawah yang ada di Kabupaten Bogor
yang dimanfaatkan untuk sumber hijauan pakan. Hijauan yang tumbuh di sekitar
pematang sawah sudah banyak dimanfaatkan oleh peternak, terlihat dari
masyarakat sekitar yang mengarit di pematang sawah selain itu hijauan yang
tumbuh di pematang sawah palatabel pada ternak, lebih beragam jenisnya dan
termasuk hijauan yang subur karena selalu cukup air, sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai potensi sumber hijauan pakan untuk peternakan rakyat.
2
Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk melihat hijauan yang tumbuh di
pematang sawah dan pemanfaatannya untuk sumber hijauan pakan. Serta data
hasil yang didapatkan dibuat dalam bentuk peta dengan menggunakan geographic
system information (GIS). GIS adalah sistem komputer yang mengumpulkan,
memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisis informasi-informasi yang
berhubungan dengan permukaan bumi (Prahasta 2009) serta sebagai acuan
pengembangan peta sehingga mudah direvisi menurut keadaan waktu (Bettinger et
al 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi hijauan di pematang
sawah sebagai sumber hijauan pakan ternak dan pemetaan potensi hijauan lokal
serta mengevaluasi perubahan pematang sawah.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pematang sawah di Desa Cihideung Udik,
Cibitung Tengah, dan Situ Udik, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi berkaitan
dengan lokasi bendung irigasi. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada
bulan Agustus sampai Oktober 2013.
Bahan dan Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuadran berukuran 0.5
m x 0.5 m, sabit, pisau/gunting, kantong sampel, alat tulis, timbangan, oven 60 ºC,
koran, kardus, tali, alkohol 70%, kertas buram, lem kertas, karton putih, dan label.
Bahan yang digunakan adalah sampel hijauan pakan, kuesioner, dan peternak
sebagai responden.
Prosedur Penelitian
Pemetaan Wilayah
Pemetaan wilayah didapatkan dengan melakukan penyusuran jalur
penelitian menggunakan global posititioning system (GPS). Denah lokasi desa
didapatkan dari kantor desa setempat. Data geografis yang telah didapatkan
kemudian diolah menggunakan software Arcgis 10 dan menghasilkan data berupa
peta potensi hijauan pakan.
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan Pakan
Pembuatan herbarium dilakukan dengan menggunakan metode Stone (1983)
yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah yang diproses untuk
spesimen herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu tiap 1 helai 1 jenis hijauan
diambil lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, kemudian
ditempatkan tanaman pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan
dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali. Data yang dicatat berupa
nama lokal dan latin tanaman hijauan, bagian tanaman, dan bentuk fisik tanaman.
3
Identifikasi hijauan pakan dilakukan dengan mengamati jenis hijauan dengan
sumber pustaka terkait untuk memperoleh nama latin dan lokal hijauan.
Pengumpulan Data (Wawancara dan Kuisioner)
Pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari observasi lapang dan wawancara. Observasi lapang dilakukan
dengan cara pengumpulan data dengan mengamati keadaan langsung lahan
penelitian, objek penelitian, dan pengukuran langsung di lapang. Wawancara
dilakukan menggunakan kuesioner dan responden diambil dari data sensus
peternak yang berada disekitar area sawah yaitu di Desa Cihideung Udik 5 orang,
Cbitung Tengah 4 orang, dan Situ Udik 20 orang. Data sekunder diperoleh dari
pustaka dan instansi pemerintah setempat.
Analisis Data
Analisis Komposisi Botani Rumput Lapang
Analisis komposisi botani yang dilakukan adalah analisis metode Dry
Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Metode ini digunakan untuk
melihat komposisi botani padang rumput atas dasar bahan kering tanpa melakukan
pemotongan dan pemisahan spesies hijauan.
Bingkai kuadran yang digunakan untuk analisis ini terbuat dari kawat
berukuran 0.5 m x 0.5 m. Kuadran dilempar secara acak sebanyak 25 kali,
kemudian semua spesies yang ada dicatat dan dilakukan perkiraanperhitungan
persentase spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan ketiga dengan
pengali tetapan koefisien berturut-turut yaitu 8.04, 2.41, dan 1. Dari 25 kali
pelemparan diambil sampel 4 kuadran untuk dipotong menggunakan sabit lalu
ditimbang dan dioven kemudian dihitung produksinya untuk dianalisis daya
tampung ternak.
Analisis Vegetasi
Teknik pengambilan data jumlah individu dilakukan dengan metode
analisis vegetasi yang dilakukan di pematang sawah.
Indeks Nilai Penting (INP)
Nilai INP dihitung pada tingkat tumbuhan bawah. Menurut Kusmana
(1997) rumus yang digunakan dalam analisis vegetasi adalah sebagai berikut:
a.
Kerapatan (K)
J
K=
L
b.
Kerapatan Relatif (KR)
K
KR=
x 100%
c.
Frekuensi suatu jenis (F)
J
F=
4
d.
e.
Frekuensi Relatif (FR)
F
FR =
x 100%
INP = KR+FR
Tabel 1 Perhitungan analisis vegetasi
Perhitungan
ID
H’
Rumus
∑( )
N
∑
N
R1
N
E
IS
H
N
Keterangan
ID
= Indeks dominansi jenis
ni
= INP jenis i
N
= Total INP
(Magurran 1988)
H’
= Indeks
keanekaragaman jenis
ni
= INP jenis i
N
= Total INP
(Magurran 1988)
R1
= Indeks kekayaan jenis
S
= Jumlah jenis yangditemukan
N
= Jumlah total individu
(Magurran 1988)
E
= Indeks kemerataan jenis
H’
= Indeks
keanekaragamanjenis
S
= Jumlah jenis
(Magurran 1988)
IS
= Indeks kesamaankomunitas
W
= Jumlah jenis yang sama
antara komunitas a dan b
a
= Jumlah jenis yang terdapat
padakomunitas a
b
= Jumlah jenis yang terdapat
padakomunitas b
(Soerianegara dan Indrawan 1998)
Analisis Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia
Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia (KPPTR) merujuk pada
metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang
membatasi hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau
ukurannya dalam laporan statistik.
Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan
terhadap potensi padang rumput alami seperti pada Tabel 2, kemudian dilakukan
perhitungan potensi penyediaan hijauan sebagai berikut.
5
Tabel 2 Sumber hijauan makanan ternak dan nilai konversi kesetaraan
Nilai konversi kesetaraan (Sumber
Sumber Hijauan
pembaku)
15 ton BK ha-1tahun-1
Padang rumput permanen (PRP)
Sawah bera (SB)
luas SB setara dengan 20% PRP
Galengan sawah (GS)
luas GS setara dengan 3% PRP
Tegalan (TG)
luas TG setara dengan 1% PRP
Perkebunan (PK)
luas PK setara dengan 5% PRP
1. Analisis daya dukung (ST)
-
Daya Dukung =
K
K
-
-
2. Analisis KPPTR efektif (ST) = Daya dukung – Populasi riil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat
yang beribukota Cibinong. Kabupaten Bogor terdiri atas 40 kecamatan yang
dibagi atas 16 kelurahan dan 410 desa. Luas wilayah Kabupaten Bogor mencapai
298 838 304 ha dengan koordinat 6º 8’ ” sampai 6º47’ ” L
º ’4 ”
7º ’ ” BT. Kabupaten Bogor memiliki batas wilayah yaitu, sebelah
utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang (Provinsi Banten), Kota Depok,
Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
Karawang, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak (Provinsi
Banten). Kabupaten Bogor dibagi menjadi tiga wilayah yaitu Wilayah Timur,
Wilayah Barat, dan Wilayah Tengah. Wilayah Barat atau yang biasa dikenal
dengan Bogor Barat terdiri dari 14 kecamatan dan 166 desa (DisKab Bogor 2012).
Desa Cihideung Udik adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor dengan luas 284 ha memiliki 15 RW dan 48 RT
dengan jumlah penduduk 14 217 Jiwa. Batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Desa Cihideung Ilir, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Tenjolaya, sebelah timur adalah Kecamatan Dramaga, dan sebelah
barat berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol. Desa ini memiliki sawah dengan
luas 171.5 ha Jumlah ternak di desa ini adalah 383 ekor, terdiri dari kambing 379
dan kerbau 4 ekor. Mata pencaharian penduduk di desa ini mayoritas sebagai
petani dan buruh tani (Pemerintahan Desa Cihideung Udik 2013).
Desa Cibitung Tengah adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Tenjolaya Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 310.085 ha memiliki 2 Dusun,
5 RW dan 26 RT dengan jumlah penduduk 9 913 Jiwa. Batas wilayah desa ini
yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Cinangneng dan Desa Cinangka,
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tapos II, sebelah timur berbatasan
dengan Desa Situ Daun, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Ciampea Udik.
6
Desa ini memiliki sawah dengan luas 50.7 ha. Jumlah ternak di desa ini adalah
233 ekor, terdiri dari sapi potong 12, kerbau 5, dan kambing 216 ekor. Mata
pencaharian penduduk di desa ini mayoritas adalah sebagai buruh industri dan
buruh tani (Pemerintahan Desa Cibitung Tengah 2012).
Desa Situ Udik adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor dengan luas 370.150 ha memiliki 3 Dusun, 12 RW dan 43 RT
dengan jumlah penduduk 14 352 Jiwa. Batas wilayah desa ini yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Cimayang dan Desa Gunung Menyan Kecamatan
Pamijahan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pasarean Kecamatan
Pamijahan, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Karacak dan Desa Karya
Sari Kecamatan Leuwiliang. Desa ini memiliki sawah dengan luas 170 ha. Jumlah
ternak di desa ini adalah 1184 ekor, terdiri dari kerbau 34, kambing 25, domba
390, dan sapi perah 735 ekor. Mata pencaharian penduduk di desa ini mayoritas
sebagai peternak dan petani (Pemerintahan Desa Situ Udik 2012).
Gambar 1 Peta lokasi Kecamatan Ciampea, Tenjolaya, dan Cibungbulang
7
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan Situ
Udik berdasarkan umur, pendidikan dan pekerjaan utama yang didapatkan dari
hasil wawancara disajikan pada Tabel 3. Responden yang diambil untuk
wawancara adalah para peternak yang berada di sekitar lahan sawah yaitu
peternak di RT 01 RW 10 di Desa Cihideung Udik, RT 04 RW 01 di Desa
Cibitung Tengah, dan RT 02 RW 05 di Desa Situ udik.
Hasil wawancara didapatkan bahwa rata-rata umur peternak berkisar antara
30 sampai 50 tahun yaitu 25 orang dan peternak yang berumur >50 tahun yaitu 4
orang. Pendidikan para peternak sebagian besar lulusan SD yaitu 25 orang dan
yang lulusan SMP hanya 4 orang. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan masih
tergolong rendah. Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya penyuluhan
tentang peternakan mempengaruhi tingkat keterampilan khusus dan pengetahuan
peternak. Peternak di ketiga desa yang memiliki pekerjaan utama sebagai petani
ada 25 orang dan hanya 4 orang yang bekerja sebagai PNS. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar pekerjaan utama peternak adalah sebagai petani dan
beternak hanya merupakan kegiatan sampingan dan ketika Idul Adha ternak akan
dijual untuk membeli ternak kembali .
Tabel 3 Karakteristik peternak menurut umur, pendidikan, dan pekerjaan utama
Parameter
Umur
30 – 50 Tahun
>50 Tahun
Pendidikan
SD
SMP
Pekerjaan Utama
Petani
PNS
Jumlah responden di desa (%)
Cihideung Udika
Cibitung Tengahb
Situ Udikc
80
20
75
25
90
10
80
20
100
0
80
20
100
0
100
0
80
20
a: Jumlah responden 5 orang, b: jumlah responden 4 orang, c: jumlah responden 20 orang.
Komposisi Botani di Pematang Sawah
Jenis hijauan yang terdapat di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah, dan
Situ Udik terbagi menjadi tiga jenis yaitu rumput, kacangan, dan rumbah. Jumlah
hijauan yang ditemukan di pematang sawah di tiga desa tersebut adalah 19 jenis
hijauan yang terbagi menjadi 4 jenis rumput, 1 jenis kacangan, dan 14 jenis
rumbah. Hijauan pakan adalah semua jenis tanaman hijau yang dapat dikonsumsi
oleh ternak ruminansia, tidak meracuni tubuh ternak, dan zat gizinya dapat
memenuhi kebutuhan hidup ternak (Hasan 2012). Kelompok hijauan makanan
ternak meliputi keluarga rumput (gramineae), kacangan dan hijauan dari
tumbuhan lain. Rumput adalah jenis tanaman yang bijinya berkeping satu (Hasan
2012). Kacangan adalah jenis hijauan yang bijinya berkeping dua dan
8
mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan rumput (Hasan 2012).
Rumbah adalah tanaman selain kacangan dan rumput. Jenis hijauan yang terdapat
pada Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah dan Situ Udik disajikan pada Tabel
4, 5, dan 6.
Tabel 4 Komposisi botani Desa Cihideung Udik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama latin
A.compressus (Sw.) P. Beauv.
E.indica (L.) Gaertn.
Panicum repens L.
A.conyzoides L.
B.mutica (Forsk.) Stapf.
Cyperus kyllingia Endl.
P.purpureum Schumaker.
Manihot utilissima Pohl.
Borreria sp.
Nama lokal
Lelempeng
Rumput belulang
Jajahean
Jukut bau
Lamata
Babawangan
Rumput gajah
Singkong
Gempurwatu
Kelompok
Rumput
Rumput
Rumput
Rumbah
Rumput
Rumbah
Rumput
Rumbah
Rumbah
% Jenis
25.29
22.17
19.36
9.76
7.18
7.18
3.12
3.12
2.81
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Cihideung Udik Kecamatan
Ciampea dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 4. Hijauan yang mendominasi areal pematang
sawah yang berada di Desa Cihideung Udik sebagai peringkat pertama adalah A.
compressus (Sw.) P. Beauv. sebesar 25.29%, di peringkat kedua adalah E.indica
(L.) Gaertn. sebesar 22.17%, dan di peringkat ketiga adalah P.repens L. sebesar
19.36%. Peta pengamatan Desa Cihideung Udik dapat dilihat di gambar 2.
Tabel 5 Komposisi botani Desa Cibitung Tengah
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama latin
E.indica (L.) Gaertn.
A.conyzoides L.
Bidens vulgata E. Greene.
B.mutica (Forsk.) Stapf.
Nephrolepis exaltata Boston
Fern.
Hyptis capitata Jacq.
Ludwigia perennis L.
P. purpureum Schumaker.
P.repens L.
A.compressus (Sw.) P. Beauv.
Nama lokal
Rumput belulang
Jukut bau
Susuukan
Lamata
Pakis
Kelompok
Rumput
Rumbah
Rumbah
Rumput
Rumbah
Palang pinggang
Momotoran
Rumput gajah
Jajahean
Lelempeng
Rumbah
Rumbah
Rumput
Rumput
Rumput
% Jenis
40.05
22.52
19.04
9.20
3.25
2.30
1.35
0.95
0.95
0.39
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Cibitung Tengah Kecamatan
Tenjolaya dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 5. Hijauan yang mendominasi areal pematang
sawah yang berada di Desa Cibitung Tengah sebagai peringkat pertama adalah
E.indica (L.) Gaertn. sebesar 40.05%, di peringkat kedua adalah A.conyzoides L.
sebesar 22.52%, dan di peringkat ketiga adalah B.vulgata E Greene. sebesar
19.04%. Peta pengamatan Desa Cibitung Tengah dapat dilihat di gambar 3.
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º44’ ’’E
106º44’ ’’E
6º
’ ’’
6º 4’ ’’
6º 4’ ’’
6º35’ ’’
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º
’ ’’
6º
’ ’’
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º44’ ’’E
106º44’ ’’E
9
Gambar 2
Peta pengamatan Desa Cihideung Udik
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
10
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
6º
’ ’’
6º 7’ ’’
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º 7’ ’’
106º4 ’ ’’E
Gambar 3
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
Peta Pengamatan Desa Cibitung Tengah
106º4 ’ ’’E
11
Tabel 6 Komposisi botani Desa Situ Udik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama latin
E.indica (L.) Gaertn.
A. compressus (Sw.) P. Beauv.
A.conyzoides L.
L.perennis L.
N.exaltata Boston Fern.
B.vulgata E. Greene.
Nama lokal
Rumput belulang
Lelempeng
Jukut Bau
Momotoran
Pakis
Susuukan
Kelompok
Rumput
Rumput
Rumbah
Rumbah
Rumbah
Rumbah
% Jenis
63.33
23.67
7.01
4.12
0.93
0.93
Komposisi botani yang dilakukan di Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang dengan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock
(1963) menghasilkan data Tabel 6. Hijauan yang mendominasi di areal pematang
sawah yang berada di Desa Situ Udik sebagai peringkat pertama adalah E.indica
(L.) Gaertn. sebesar 63.33%, peringkat kedua adalah A.compressus (Sw.) P.
Beauv. sebesar 23.67%, dan di peringkat ketiga adalah A.conyzoides L. sebesar
7.01%. Peta pengamatan Desa Situ Udik dapat dilihat di gambar 5.
E.indica (L.) Gaertn., A.conyzoides L., dan A.compressus (Sw.) P. Beauv.
merupakan jenis hijauan yang sering muncul di komposisi botani. E.indica (L.)
Gaertn. merupakan satu spesies tersebar di daerah sub tropik terutama Asia
Selatan dan Asia Pasifik termasuk Indonesia. Rumput ini hidup pada tempattempat yang cukup sinar matahari tapi tidak pada tanah yang terlalu kering,
biasanya tumbuh di daerah sepanjang irigasi, tepi jalan, di kebun, dan di antara
tanaman pangan (pematang sawah) (Putu Sukmabuana et al. 2005). A.conyzoides
L. merupakan tumbuhan herba menahun, tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 30
sampai 90 cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya
sehingga mudah tumbuh dimana saja dan sering dianggap sebagai gulma bagi para
petani. Meskipun tanaman ini sering dipandang sebagai gulma, namun
A.conyzoides L. dapat pula digunakan sebagai obat, pestisida, dan herbisida,
bahkan digunakan untuk pupuk dimana dapat meningkatkan hasil produksi
tanaman padi (Sukamto 2007). Menurut Sao et al. (2007) A.compressus (Sw.) P.
Beauv. merupakan tanaman penutup yang berfungsi sebagai pencegah erosi pada
tanah saat banjir dan memiliki kegunaan lain yaitu dapat menekan pertumbuhan
rumput liar, meningkatkan struktur tanah, baik dalam penyerapan air, dan
meningkatkan daya ikat air. A.compressus (Sw.) P. Beauv. palatabel bagi
ruminansia kecil seperti kambing dan domba (Hasan 2012).
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Hijauan dominan di pematang sawah (a) E. indica (L.) Gaertn., (b)
A.conyzoides L., (c) A.compressus (Sw.) P. Beauv.
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
12
106º4 ’ ’’E
6º
’ ’’
6º37’ ’’
(b)
*komposisi botani diambil dari lima
besar
6º37’ ’’
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
106º4 ’ ’’E
Gambar 5 Peta Pengamatan Desa Situ Udik
13
Analisis Vegetasi di Pematang Sawah
Tabel 7 menunjukkan bahwa vegetasi yang paling dominan di pematang
sawah Desa Cihideung Udik adalah jenis rumput A.conyzoides L. dengan INP
sebesar 38.28% dan kodominannya adalah jenis rumput C.kyllingia Endl. dengan
INP sebesar 37.34%. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan
(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh
tumbuhan, dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh
dilapangan, sedangkan data kualitatif di dapat dari hasil pengamatan berdasakan
pengamatan yang luas (Setiadi et al 1989).
Parameter kuantitatif dalam analisis vegetasi yang biasa digunakan dalam
analisis vegetasi adalah kerapatan dan frekuensi. Kerapatan adalah nilai yang
menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi anggota suatu
komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu dan kerapatan relatif adalah persentase
dari jumlah individu jenis yang bersangkutan di dalam komunitasnya. Frekuensi
adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah
petak contoh yang dibuat (Kusmana 1997).
Indeks Nilai Penting (INP) merupakan besaran yang menunjukkan
kedudukan suatu jenis terhadap jenis lain di dalam suatu komunitas. Nilai dari
indeks ini diturunkan dari nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif. Semakin
besar nilai indeks berarti jenis yang bersangkutan semakin besar berperan di
komunitas tersebut (Setiadi et al 1989). Keragaman jenis hijauan yang ditemukan
di Desa Cihideung Udik, Desa Cibitung Tengah, dan Desa Situ Udik terdiri dari
19 spesies (Tabel 7, 8, dan 9).
Tabel 7 INP vegetasi di Desa Cihideung Udik
No
Nama latin
Nama lokal
1.
2.
3.
A.conyzoides L.
C.kyllingia Endl.
E.indica (L.) Gaertn.
Jukut bau
Babawangan
Rumput
belulang
Jajahean
P.repens L.
B.mutica (Forsk.)
Stapf.
6. Borreria sp.
7. M.utilissima Pohl.
8. P.purpureum
Schumaker.
9. Colocasia esculenta
(I.) Schott.
10. Mimosa pudica L.var.
tetranda (Wild.) DC.
4.
5.
Jumlah
individu
246
161
KR
FR
INP
---------------%-----------21.61
16.67 38.28
24.01
13.33 37.34
210
18.69
16.67
35.36
187
15.19
16.67
31.86
Lamata
200
13.71
13.33
27.04
Singkong
Rumput
gajah
70
5
5.07
0.69
3.33
6.67
8.40
7.36
16
0.41
6.67
7.08
Talas
3
0.49
3.33
3.82
Putri malu
4
0.14
3.33
3.47
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
14
Tabel 8 menunjukkan bahwa hijauan pakan yang paling dominan di
pematang sawah Desa Cibitung Tengah adalah jenis rumput E.indica (L.) Gaertn.
dengan INP sebesar 51.03% dan kodominannya adalah jenis rumput A.conyzoides
L. dengan INP sebesar 34.81%.
Tabel 8 INP vegetasi di Desa Cibitung Tengah
No Nama latin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama lokal
E.indica (L.)
Gaertn.
A.conyzoides L.
L.perennis L.
B.mutica (Forsk.)
Stapf.
H.capitata Jacq.
C.kyllingia Endl.
N.exaltata Boston
Fern.
P.repens L.
P. purpureum
Schumaker.
Rumput
belulang
Jukut bau
Momotoran
Lamata
Palang
pinggang
Babawangan
Pakis
Jajahean
Rumput gajah
Jumlah
individu
KR
FR
INP
---------------%------------
427
35.88
15.15
51.03
246
151
19.65
12.07
15.15
15.15
34.81
27.22
210
14.92
12.12
27.04
59
4.95
15.15
20.10
53
4.06
12.12
16.19
38
3.09
9.09
12.18
53
3.96
3.03
6.99
12
1.43
3.03
4.46
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
Tabel 9 menunjukkan bahwa hijauan pakan yang paling dominan di
pematang sawah Desa Situ Udik adalah jenis rumput E.indica (L.) Gaertn. dengan
INP sebesar 127.55% dan kodominannya adalah jenis rumput L.perennis L.
dengan INP sebesar 36.73%.
Tabel 9 INP vegetasi di Desa Situ Udik
No.
Nama latin
Nama lokal
1.
E.indica (L.) Gaertn.
2.
3.
4.
L.perennis L.
A.conyzoides L.
N.exaltata Boston
Fern.
Rumput
belulang
Momotoran
Jukut bau
Pakis
Jumlah
individu
KR
FR
INP
---------------%-----------
933
89.08
38.46
127.55
103
51
5.96
3.45
30.77
15.38
36.73
18.83
37
1.50
15.38
16.89
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting.
Hijauan yang paling mendominasi di pematang sawah adalah E.indica (L.)
Gaertn., A.conyzoides L., L.perennis L., dan C.kyllingia Endl. Hal ini
menunjukkan bahwa spesies-spesies ini memiliki tingkat kesesuaian dengan
lingkungan yang lebih tinggi dibanding spesies lain.
15
Tabel 10 Indeks dominansi, keanekaragaman, kekayaan, dan kemerataan jenis
No.
1.
2.
3.
Pematang sawah di desa
Desa Cihideung Udik
Desa Cibitung Tengah
Desa Situ Udik
ID:
kemerataan jenis.
ID
0.15
0.15
0.46
H’
2.02
2.00
1.03
R1
1.28
1.12
0.85
E
0.88
0.91
0.53
, H’: indeks keanekaragaman jenis, R1: indeks kekayaan jenis, E: indeks
Indeks dominansi hijauan (ID) di Desa Cihideung Udik, Cibitung Tengah,
dan Situ Udik adalah 0.15, 0.15, dan 0.46. Hal ini menunjukkan bahwa nilai (ID)
di tiga desa ini tergolong rendah karena nilai (ID) dibawah satu sehingga
mengindikasikan jenis hijauan yang ada di tiga desa tersebut tersebar pada banyak
jenis. Nilai (ID) merupakan suatu parameter untuk menyatakan tingkat dominansi
spesies dalam suatu komunitas. Nilai (ID) tinggi yaitu penguasaan terpusat pada
satu jenis, tetapi jika nilai (ID) rendah maka dominansi terpusat pada beberapa
spesies (Indriyanto 2006).
Indeks k
H’
Desa Cihideung Udik, Cibitung
Tengah, dan Situ Udik adalah sebesar 2.02, 2.00, dan 1.03 yang tergolong dalam
kategori sedang, yaitu keanekaragaman, penyebaran jumlah individu tiap spesies
dan kestabilan komunitas sedang. N
H’ merupakan pengukuran stabilitas
komunitas, yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil
meskipun ada gangguan pada komunitas tersebut (Indriyanto 2006). Menurut
Magguran (1988) keanekaragaman jenis di klasifikasikan menjadi tiga angkatan,
H’> ,
>H’< ,
H’