Hubungan Karakteristik dengan Strategi Bertahan Hidup pada Rumahtangga Buruh Tani di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN STRATEGI
BERTAHAN HIDUP PADA RUMAHTANGGA BURUH TANI
DI DESA ANJATAN UTARA KABUPATEN INDRAMAYU

DINASTI TRI RANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan
Karakteristik dengan Strategi Bertahan Hidup pada Rumahtangga Buruh Tani di
Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Dinasti Tri Ranti
NIM I34100041

ABSTRAK
DINASTI TRI RANTI. Hubungan Karakteristik dengan Strategi Bertahan Hidup
pada Rumahtangga Buruh Tani di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu. Di
bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR-SUNITO.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, rumahtangga buruh tani bekerja di
sektor pertanian dan non pertanian dengan melakukan berbagai strategi bertahan
hidup. Penelitian dengan metode kuantitatif ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik dengan strategi bertahan hidup rumahtangga buruh
tani. Karakteristik rumahtangga dilihat dari pendapatan, proporsi anggota
rumahtangga bekerja, dan kondisi rumah. Strategi bertahan hidup dibedakan
antara nafkah ganda dan migrasi (Strategi I), subsistensi (Strategi II), dan
pemanfaatan hubungan sosial (Strategi III). Temuan di lapangan menunjukkan,
rumahtangga buruh tani dengan tingkat pendapatan tinggi dan proporsi anggota
rumahtangga bekerja tinggi cenderung melakukan Strategi I, rumahtangga dengan

kedua karakteristik rendah cederung melakukan Strategi II. Sedangkan apa pun
kondisi rumah (baik, buruk) Strategi I tetap menjadi kecenderungan. Penelitian
juga menemukan, pemanfaatan hubungan sosial bukan merupakan strategi
bertahan hidup yang berdiri sendiri tetapi menjadi penghubung agar rumahtangga
buruh tani dapat memanfaatkan strategi bertahan hidup nafkah ganda, migrasi,
maupun subsistensi.
Kata Kunci: rumahtangga buruh tani, strategi bertahan hidup

ABSTRACT
DINASTI TRI RANTI. Relation Between landless Farm-labour Households’s
Characteristics and Their Survival Strategy in Anjatan Utara Village, Indramayu
Regency. Under the guidance of MELANI ABDULKADIR-SUNITO.
Landless farm-labour households’s survival strategy is to earn income
from various off-farm and non-farm activities. Thus, understanding the relation
between household’s characteristics and their survival strategy is the objective of
this quantitative research. Households’s characteristics are observed from level of
income, proportion of working members, and housing condition, whereas survival
strategy is differented into multiple income and migration (Strategy I), subsistence
(Strategy II), and utilization of social relations (Strategy III). This research found
that households eith high level of income and high level of proportion of working

members do more of Strategy I, whilst the lower income and proportion of
working members do Strategy II. Strategy I is also chosen by households with
both good and bad housing conditions. This research also found that Strategy II
(utilization of social relations) is not a strategy that stands by it self, but a
connector which enable households to utilize either Strategy I (multiple income
and migration) or Strategy II (subsistence) through aid or loans
Keywords: landless farm-labour households, survival strategies

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN STRATEGI
BERTAHAN HIDUP PADA RUMAHTANGGA BURUH TANI
DI DESA ANJATAN UTARA KABUPATEN INDRAMAYU

DINASTI TRI RANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Mastarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

:

Nama
NIM

:
:

Hubungan Karakteristik dengan Strategi Bertahan Hidup
pada Rumahtangga Buruh Tani di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu
Dinasti Tri Ranti

I34100041

Disetujui oleh

Ir Melani Abdulkadir-Sunito, MSc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang masih
memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat bagi penulis
sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Antara Karakteristik dengan
Strategi Bertahan Hidup Pada Rumahtangga Buruh Tani di Desa Anjatan
Utara Kabupaten Indramayu“ dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa

studi pustaka ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih
kepada:
1. Ir. Melani Abdulkadir-Sunito, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan
masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.
2. Ibu, Kak Gilang, Amel, dan keluarga besar di Anjatan yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil, doa, dan kasih sayang yang
berlimpah hingga saat ini.
3. Ayah yang selalu menjadi sosok panutan, atas doanya dari surga dan
semangatnya lewat mimpi-mimpi.
4. Rizky Cahya Windari teman seperjuangan dari TPB hingga saat ini, Novi
Handayani teman seperjuangan di Kost Panineungan, dan Nindy Lestarie
teman seperjuangan sejak di SMP hingga saat ini, atas kesediaannya untuk
menjadi sahabat dan keluarga yang selalu membantu, berbagi rasa, dan
memberi dukungan bagi penulis.
5. Mutmainna, Hermin Rahayu Pertiwi, Meziriati Hendri, teman penelitian
Wulandari, teman sebimbingan Siti Chaakimah, sebagai sahabat yang saling
mendukung dan mengingatkan untuk selalu semangat dalam belajar.
6. Seluruh keluarga besar SKPM 47

7. Seluruh responden dan informan atas kerjasamanya
8. Semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan kerjasama
selama ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang strategi bertahan hidup
rumahtangga buruh tani.
Bogor, Agustus 2014
Dinasti Tri Ranti

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

xv

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Rumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

PENDEKATAN TEORITIS


5

Tinjauan Pustaka

5

Kerangka Pemikiran

8

Hipotesis

9

Definisi Operasional

10

METODE PENELITIAN


13

Lokasi dan Waktu Penelitian

13

Teknik Penentuan Informan dan Responden

13

Teknik Pengumpulan Data

14

Teknik Analisis Data

15

PROFIL DESA ANJATAN UTARA KABUPATEN INDRAMAYU


17

Kondisi Geografi

17

Kondisi Demograf
Kondisi Sosial Ekonomi

19
20

Ikhtisar

21

GAMBARAN RUMAHTANGGA BURUH TANI DI DESA ANJATAN
UTARA KABUPATEN INDRAMAYU
23
Umur Anggota Rumahtangga Buruh Tani

23

Pendidikan Anggota Rumahtangga Buruh Tani

24

Kegiatan Pertanian dan Non Pertanian Rumahtangga Buruh Tani

25

Ikhtisar

29

KARAKTERISTIK RUMAHTANGGA BURUH TANI DI DESA ANJATAN
UTARA KABUPATEN INDRAMAYU
31
Tingkat Pendapatan

31

Proporsi Anggota Rumahtangga Bekerja

34

Tingkat Kondisi Rumah

35

Ikhtisar

38

BENTUK STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAHTANGGA
BURUH TANI DI DESA ANJATAN UTARA KABUPATEN INDRAMAYU
41
Strategi Nafkah Ganda dan Migrasi

41

Strategi Subsistensi

44

Pemanfaatan Hubungan Sosial

47

Ikhtisar

49

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN STRATEGI BERTAHAN
HIDUP PADA RUMAHTANGGA BURUH TANI
51
Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Strategi Bertahan Hidup

52

Hubungan Proporsi Anggota Rumahtangga Bekerja dengan Strategi Bertahan
Hidup
54
Hubungan Tingkat Kondisi Rumah dengan Strategi Bertahan Hidup

56

Ikhtisar

58

PENUTUP

59

Simpulan

59

Saran

59

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

63
65
71

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10
11

12
13

14

15

16

17

18

19

Bentuk strategi bertahan hidup rumahtangga petani dari penelitian
sebelumnya
Kebutuhan, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data
Luas dan persentase wilayah Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2013
Jumlah sarana pendidikan, guru, dan murid di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah penduduk menurut dusun dan jenis kelamin di Desa
Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Anjatan
Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah penduduk menurut dusun dan agama yang dianut di Desa
Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa
Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase anggota rumahtangga responden menurut
kelompok usia dan jenis kelamin di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase buruh tani menurut kelompok usia dan
jenis kelamin di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase anggota rumahtangga buruh tani menurut
pendidikan terakhir dan jenis kelamin di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Kegiatan rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut tingkat
pendapatan per tahun di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase ART usia 15-64 tahun menurut status
bekerja dan tidak bekerja di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut
banyaknya ART yang bekerja di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan Persentase rumahtangga buruh tani menurut proporsi
anggota rumahtangga bekerja di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut kondisi
bangunan dan fasilitas rumah di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut
kememilikan harta benda di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut status
kepemilikan bangunan bumah dan lahan tempat tinggal di Desa
Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014

7
14
17
18
19
19
20
21

23
23

24
26

34

34

35

35

36

37

37

20

21
22

23
24

25

26

27

28

29

Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut tingkat
kondisi rumah di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu,
2014
Contoh kasus strategi nafkah ganda yang diterapkan rumahtangga
buruh tani di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase masyarakat yang bekerja di luar negeri
menurut jenis pekerjaan di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2011
Jumlah dan persentase anggota rumahtangga responden menurut
tujuan migrasi di Desa Anjatan Utara Kabupate Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase anggota rumahtangga buruh tani yang
bekerja di sektor non pertanian di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut sumber
tempat berhutang di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu,
2014
Jumlah dan persentase rumahtangga buruh tani menurut strategi
bertahan hidup di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu,
2014
Hubungan tingkat pendapatan dengan strategi bertahan hidup
rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Hubungan proporsi anggota rumahtangga bekerja dengan strategi
bertahan hidup rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Hubungan tingkat kondisi rumah dengan strategi bertahan hidup
rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014

38
41

42
43

44

46

52

53

54

57

DAFTAR GAMBAR
1
2

3

4
5

Kerangka pemikiran hubungan karakteristik dengan strategi
bertahan hidup pada rumahtangga buruh tani
Pendapatan rata-rata rumahtangga buruh tani dari sektor
pertanian dan non pertanian berdasarkan kegiatan pertanian di
Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2013-2014 (Rp)
Persentase pendapatan per tahun rumahtangga buruh tani
menurut sektor per tahun di Desa Anjatan Utara Kabupaten
Indramayu, 2014
Rata-rata jumlah pengeluaran rumahtangga buruh tani per
bulan di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Pilihan strategi bertahan hidup rumahtangga buruh tani di
Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu

10

31

32
33
49

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3

Peta lokasi penelitian
Timeline kalender musim, kegiatan pertanian, kegiatan
pertanian dan kegiatan non pertanian rumahtangga buruh tani
di Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Dokumentasi penelitian

65

67
69

1

PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang
melatarbelakangi pemilihan topik penelitian. Bagian masalah penelitian
merupakan penjabaran mengenai masalah apa yang akan diteliti. Bagian tujuan
penelitian dijelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan pada
bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian bagi berbagai pihak yang terkait
dengan penelitian. Berikut uraian dari masing-masing bagian berikut.

Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris memiliki 39 juta jiwa penduduk yang
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Akan tetapi, mayoritas petani di
Indonesia merupakan petani lapisan bawah. BPS (2013) menyatakan jumlah
rumahtangga petani gurem sebanyak 14.25 juta. Menurut Sensus Pertanian (dalam
Tolo 2013), jumlah buruh tani pada tahun 1993 mencapai 9.1 juta jiwa. Surung
dan Dahlan (2012) menyatakan, lahan pertanian lebih banyak dikuasai oleh orang
kota dan pemodal untuk tujuan pembangunan non pertanian sedangkan
rumahtangga petani hanya bekerja sebagai petani penggarap dan buruh tani, serta
hidup miskin di tengah lahan pertanian yang bukan miliknya.
Ciri rumahtangga petani lapisan bawah menurut Nurmalinda (2002) adalah
banyak anggota rumahtangga dengan pendidikan rendah, hidup sederhana,
seringkali kesulitan dalam memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, serta
memiliki kondisi rumah semi permanen dengan lantai tanah dan atap genteng
berkualitas rendah. Rumahtangga petani lapisan bawah melakukan berbagai
strategi untuk bertahan. Gianawati (2013) menyatakan, rumahtangga petani
miskin melakukan berbagai pekerjaan berburuh tani dan migrasi. Anggota
rumatangga perempuan memanfaatkan lahan di hutan pinus dengan menanam
tanaman tumpangsari seperti jagung, ketela, dan kacang panjang. Saat musim
panen pinus, mereka beralih pekerjaan sebagai buruh Perhutani pengambil getah
pinus. Saat musim panen kopi, mereka juga mengambil sisa kopi ketika panen
kopi telah usai. Di musim panceklik, anggota rumahtangga laki-laki bekerja di
kota sebagai buruh bangunan. Gianawati (2013) menunjukkan bahwa, anggota
rumahtangga petani miskin melakukan berbagai pekerjaan sebagai strategi
bertahan hidup.
Kecamatan Anjatan merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Indramayu yang memiliki potensi pertanian padi yang cukup besar. BPS (2008)
mencatat, lahan panen di Kecamatan Anjatan seluas 12 200 ha dan menghasilkan
786.35 ribu ton padi. Akan tetapi, jumlah petani tak berlahan di Kecamatan
Anjatan jauh lebih banyak dibandingkan dengan petani berlahan. Dari 44 080 jiwa
penduduk yang bekerja di pertanian padi sawah, 63.7% merupakan petani
penggarap dan buruh tani. Di Desa Anjatan Utara yang merupakan salah satu
wilayah di Kecamatan Anjatan, dari total penduduk 8 833 jiwa terdapat 1 631
petani dan 3 715 buruh tani (Data Profil Desa Anjatan Utara 2013). Dari
pengamatan dan informasi ditemukan di Desa Anjatan Utara rumahtangga buruh

2
tani adalah petani lapisan bawah yang hidup miskin, tidak terdapat rumahtangga
petani gurem, dan petani penggarap rata-rata menggarap lahan di atas dua hektar
dan termasuk petani dengan kondisi ekonomi menengah atas. Oleh karena
perbedaan itu, penelitian ini mempelajari hubungan karakteristik rumahtangga
buruh tani dengan strategi bertahan hidupnya.

Rumusan Masalah
Ellis (2000) menyatakan, karakteristik utama peasants yakni hidupnya
sangat bergantung pada sektor pertanian, memanfaatkan tenaga kerja
rumahtangga dalam kegiatan usahatani yang mereka lakukan, dan selalu berada
dalam suatu sistem ekonomi yang lebih luas namun memiliki akses terbatas
terhadap pasar yang cenderung bergerak dalam persaingan yang tidak sempurna.
Menurut Nurmalinda (2002), karakteristik sosial ekonomi rumahtangga petani
gurem dan buruh tani yakni rata-rata anggota rumahtangga tiga orang dengan
pendidikan rendah, makan dengan lauk sederhana, dan tinggal di rumah semi
permanen dengan lantai tanah dan genteng berkualitas rendah. Umumnya kepala
rumahtangga bekerja serabutan dan anggota rumahtangga lain ikut bekerja untuk
menambah pendapatan rumahtangga. Anggota rumahtangga lebih banyak bekerja
di sektor non pertanian sebagai tukang ojek, penggali sumur, buruh cuci, dan
pembuat ceret atau kue (industry rumahan). Fadjar et al. (2008) menyatakan,
petani lapisan bawah selain bekerja di sektor pertanian juga bekerja menjadi
buruh kegiatan non usahatani dan/atau mencari hasil hutan terutama pada saat
pekerjaan berburuh pertanian sedang tidak ada. Merujuk pada pernyataan Ellis
(2000), rumahtangga buruh tani yang tidak lagi bergantung sepenuhnya dari
pertanian tetapi juga memperoleh pendapatan dari non pertanian. Bisa jadi buruh
tani bukan lagi peasant. Mereka memanfaatkan tenaga kerja rumahtangga tidak
hanya dalam kegiatan usahatani, tetapi lebih pada usaha non pertanian. Oleh
karena itu penting untuk dikaji, bagaimana karakteristik rumahtangga buruh
tani baik dari besar dan sumber pendapatan, proporsi anggota rumahtangga
bekerja, dan kondisi rumahnya di Desa Anjatan Utara?
Widiyanto et al. (2010) menyimpulkan, strategi rumahtangga petani itu
ada tiga. Pertama, strategi akumulasi yang dilakukan oleh rumahtangga petani
kaya. Kedua, strategi konsolidasi yang dilakukan oleh rumahtangga petani
menengah dan terkadang rumahtangga petani lapisan bawah pada keadaan normal.
Ketiga, strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh rumahtangga petani lapisan
bawah. Strategi bertahan hidup berupa strategi nafkah ganda, strategi sosialkolektif, dan strategi berhutang. Bentuk strategi bertahah hidup buruh tani
menurut Breman (1992) dilakukan dengan mengerahkan anggota rumahtangga
untuk mengikuti kegiatan panen. Jarak yang tidak terlampau jauh dan transportasi
yang memadai, membuat kaum buruh tani melakukan migrasi ke kota. Sebagian
besar bekerja di sektor informal seperti pedagang asongan, pembantu
rumahtangga, buruh kasar, dan pekerja seks komersil. Oleh karena itu, penting
untuk diketahui, bagaimana bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang
dilakukan rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara? Dari pemaparan
dan kedua pernyataan di atas, penelitian ini akan menganalisis bagaimana

3
hubungan karakteristik rumahtangga buruh tani dengan strategi bertahan
hidupnya?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pendapatan, proporsi anggota rumahtangga bekerja, dan kondisi
rumah buruh tani di Desa Anjatan Utara
2. Mengetahui bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang dilakukan
rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik rumahtangga buruh tani dengan
strategi bertahan hidupnya

Manfaat Penelitian

1.
2.

3.

4.

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
Pihak akademisi yang tertarik pada masalah-masalah yang berkaitan dengan
strategi bertahan hidup rumahtangga petani padi dalam menyiasati kemiskinan.
Penulis, kegunaan penelitian ini adalah dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang kondisi kemiskinan yang terjadi pada rumahtangga buruh
tani.
Pembuat kebijakan (khususnya pemerintah daerah) penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam usaha penanggulangan
kemiskinan petani padi. Sehingga, program-program atau proyek-proyek
yang ditawarkan bagi masyarakat petani padi miskin benar-benar efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan.
Masyarakat buruh tani, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
usaha memperbaiki kesejahteraan hidup mereka.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Bab ini terdiri atas sub bab tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis,
dan definisi operasional. Tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep
yang dipakai dalam penelitian dan untuk menganalisis hasil penelitian. Kerangka
pemikiran berisi alur pemikiran logis penelitian. Hipotesis berisi dugaan
sementara hasil penelitian. Definisi operasional adalah cara untuk mengukur
variabel-variabel dalam penelitian.

Tinjauan Pustaka

Gambaran Rumahtangga Petani Padi Miskin
Sensus Pertanian dalam Turasih dan Adiwibowo (2012) mendefinisikan
rumahtangga pertanian sebagai rumah tangga yang sekurang-kurangnya satu
anggota rumah tangganya melakukan kegiatan bertani atau berkebun, menanam
tanaman kayu-kayuan, beternak ikan, melakukan perburuan atau penangkapan
satwa liar, mengusahakan ternak atau unggas, atau berusaha dalam jasa pertanian
dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual atau untuk memperoleh
pendapat an atau keuntungan atas resiko sendiri. Sajogyo dalam Septiadi (2013)
mengartikan, petani miskin terdiri dari dua tipe yaitu:
1. Petani kecil dalam pengertian petani dengan luas tanah garapan kurang dari
0.50 ha, yang memanfaatkan lahan kosong di pinggiran atau tanah tepian
sekitar kawasan perumahan yang terletak di wilayah tertentu, baik melalui
sewa atau sekedar izin dari pemilik tanah, atau pun memanfaatkan lahan
kosong tanpa izin dari pemilik tanah.
2. Buruh tani yang diupah oleh petani untuk mengusahakan lahan kosong petani
pemilik lahan yang terletak di wilayah tertentu.
Tjondronegoro (2008) menggambarkan sistem kerja buruh dan kegiatan
pertanian padi di Karawang. Dalam pekerjaan panen, dikenal istilah derep yang
artinya melakukan pemanenan di sawah orang lain. Orang yang melakukan
pekerjaan derep tersebut disebut penderep. Penderep biasa memperoleh upah
berupa sebagian dari hasil derepnya. Hasil yang menjadi bagian penderep ini
disebut bawon, berupa gabah atau padi gedengan. Sistem bawon yang sudah
melembaga pada masyarakat tani, dikenal ada tiga macam yaitu: 1/5, 1/6, dan 1/7.
Di karawang, padi ditanam dua kali dalam setahun. Dikenal istilah padi
rendengan (musim hujan) yang ditanam bulan November/ Desember dan dipanen
bulan April/ Mei, serta padi gadu (musim kemarau) yan ditanam bulan Mei/Juni
dan dipanen bulan Agustus/ September. Untuk mengerjakan tandur dan
menyiangi adakalanya seorang buruh wanita dibayar dengan uang (ditambah
makan dan kopi). Ada juga yang tidak mau dibayar karena mengharapkan agar
pada waktu panen nanti diberi prioritas untuk menderep luasan atau petak tertentu.
Kalau hanya membantu tandur saja buruh disebut babantu dengan imbalan
nantinya akan memperoleh hak menderep pada sebagian kecil dari petakan yang
ditandurinya. Bila mereka mengerjakan pekerjan menyiangi tanpa upah disebut

6
penyeblok. Penyeblok mendapat prioritas untuk menderep di petakan sawah yang
dicebloknya. Derep pada umumnya dilakukan oleh wanita (istri dan anak wanita
yang sudah dewasa yang masih tinggal bersama). Suami membantu istri
mengangkut padi hasil derep dari sawah ke rumah pemilik sawah dimana bawon
padi atau gabah diberikan.

Karakteristik Rumahtangga Petani Padi Miskin
Breman (1992) menyatakan, golongan tuna kisma dan golongan yang
sedikit di atasnya mendefinisikan kualitas hidup memburuh yang mereka jalani
adalah kurang, artinya kebutuhan minimum yang tidak terpenuhi. Bagi petani
kelas bawah, permasalahan mencukupi kebutuhan hidup dengan mengandalkan
beragam pekerjaan lepas dan upah sehingga mereka berorientasi pada pemikiran
jangka pendek dan tuntutan ketahanan fisik.
Fadjar et al. (2008) menyatakan, untuk memposisikan seorang anggota
komunitas pada suatu lapisan kesejahteraan tertentu (lapisan kaya, menengah,
miskin), digunakan indikator-indikator berikut: a) rata-rata penghasilan/hari, b)
penghasilan dari hasil lahan, c) kondisi rumah, d) kemampuan dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, e) pemilikan alat transportasi, dan f) tingkat pendidikan
anak. Berdasarkan indikator tersebut, maka karakteristik utama anggota
komunitas petani lapisan miskin sebagai berikut: a) rata-rata penghasilan per hari
Rp15 000, b) penghasilan utama berasal dari lahan produktif milik sendiri (kebun
atau sawah) dengan luas kurang dari 1 ha, hasil dari sistem bagi hasil milik petani
lain, atau hasil bekerja sebagai buruh tani, c) kondisi ruma gubuk berdinding kayu,
d) sangat sering berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, e) tidak
memiliki alat transportasi sendiri, dan f) pendidikan anak maksimal SD.
BPS dalam Widiharih (2009) telah menetapkan 14 kriteria rumahtangga
miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika (2005): (1) luas lantai, (2) jenis lantai, (3) jenis dinding, (4) fasilitas
buang air besar, (5) sumber penerangan, (6) sumber air minum, (7) jenis bahan
bakar untuk memasak, (8) frekuensi konsumsi daging/susu/ayam per seminggu,
(9) frekuensi makan per hari, (10) jumlah stel pakaian baru dalam setahun, (11)
kemampuan membayar biaya pengobatan, (12) jumlah penghasilan kepala rumah
tangga, (13) pendidikan terakhir kepala rumah tangga, dan (14) kepemilikan harta
benda.
Romdiati et al. (2011) dalam penelitiannya tentang ketahanan ekonomi
rumahtangga di Kabupaten Lamongan melihat karakteristik rumahtangga dari
komposisi rumahtangga yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, dan
pekerjaan anggota rumahtangga.

Bentuk Strategi Bertahan Hidup Rumahtangga Petani Miskin
Rumahtangga petani padi berusaha memenuhi kebutuhan pokok hariannya
agar dapat bertahan hidup dan meningkatkan standar hidup. Mereka melakukan
berbagai cara yang dikenal dengan strategi bertahan hidup (Live Survival
Strategy).

7

Tabel 1

Bentuk strategi bertahan
sebelumnya
Penulis
Judul penelitian
Widiyanto,
Dinamika Nafkah
Suwarto, dan Rumahtangga
Retno
Petani Pedesaan
Setyowati
dengan
(2010)
Pendekatan
Sustainable
Livelihood
Approach (Kasus
Petani Tembakau
di Lereng Gunung
Merapi-Merbabu,
Jawa Tengah)
Sri Endang
Strategi Bertahan
Kornita dan
Hidup (Live
Yusbar Yusuf Survival Strategy)
(2011)
Penduduk Miskin
Kelurahan Batu
Teritip Kecamatan
Sungai Sembilan

hidup rumahtangga petani dari penelitian
Hasil penelitian
Strategi serabutan (pola nafkah
ganda): rumahtangga lebih banyak
memainkan modal manusia baik sebagai
buruh tani (buruh mencangkul, petik,
rajang, menjemur, dan lainnya) maupun
buruh bangunan, dan lainnya.
Strategi sosial-kolektif: memanfaatkan
sistem sambatan sebagai bagian penting
dalam kegiatan produksi tembakau.
Strategi berhutang: sebagai pilihan
terakhir.
Strategi subsistensi: berhutang pada
tauke arang dan tauke penampung
penjual ikan. Atau dicukup-cukupkan
dengan apa yang ada. Atau memilih
memenuhi
kebutuhannya
dengan
menanam sayur dan mencari ikan yang
langsung dikonsumsi sendiri.
Strategi bertahan hidup terhadap
keadaan alam: pada musim angin dan
musim hujan, penduduk biasanya tidak
mencari ikan atau bertani, tetapi mencari
kayu bakau di pesisir pantai yang lebih
ke arah darat sebagai sumber nafkah.

Sumber: Widiyanto, Suwarto, dan Setyowati (2010); Kornita dan Yusuf (2011)

Strategi yang paling umum atau yang paling sering dilakukan
rumahtangga petani miskin adalah strategi serabutan atau pola nafkah ganda.
Menurut Mardiyaningsih (2010), strategi pola nafkah ganda dapat dibagi menjadi
dua tipe yang pertama pola nafkah ganda dengan memperbanyak jenis pekerjaan.
Tipe pertama ini seperti pada hasil penelitian Widiyanto (2010) dan Gianawati
(2013) yang sama-sama menunjukkan bahwa anggota rumahtangga melakukan
banyak pekerjaan di sektor pertanian dan non pertanian.
Tipe kedua menurut Mardiyaningsih et al. (2010) dapat digolongkan
sebagai multiple actors/straddling strategy yaitu strategi nafkah yang
mendasarkan pada alokasi sumber daya manusia. Strategi ini dilakukan dengan
mengerahkan anggota keluarga yang sudah cukup kuat untuk melakukan sebuah
pekerjaan. Namun pekerjaan apa dilimpahkan kepada siapa sangat tergantung
pada situasi rumahtangga itu sendiri. Mardiyaningsih et al. (2010) memberikan
contoh kasus dimana dalam sebuah rumahtangga petani, terdapat suami dan istri
yang bekerja sebagai buruh tani. Untuk menambah penghasilan keluarga, suami
melakukan pekerjaan lain dengan membuat bata. Selain itu sambil menunggu

8
musim panen tiba, suami juga seringkali diajak oleh tetangganya untuk bekerja di
luar kota sebagai buruh harian. Kasus tersebut dapat masuk ke dalam tipe kedua,
karena baik suami dan istri turut membantu bekerja.
Mardiyaningsih et al. (2010) menambahkan, pada saat menunggu panen
biasanya kepala rumahtangga atau anggota rumahtangga yang lain juga bekerja di
kota sebagai buruh bangunan. Strategi nafkah ganda ini tergabung dalam strategi
lain yaitu migrasi. Berdasarkan kriteria BPS menurut ruang geraknya, migrasi
dalam hal ini adalah migrasi desa-kota dan migrasi internasional (TKI).
Sedangkan, menurut dimensi waktunya, migrasi dalam hal ini adalah migrasi
sirkuler (musiman) yakni orang yang berpindah tempat tetapi tidak bermaksud
menetap di tempat tujuan dan masih mempunyai keluarga atau ikatan dengan
tempat asalnya. Misalnya, tukang becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung
tegal, yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang ke kampungnya
setiap bulan atau beberapa bulan sekali. Selain strategi nafkah ganda, kasus
rumahtangga yang disebutkan Mardiyaningsih et al. (2010) memperlihatkan
bahwa variasi strategi nafkah yang dapat dilakukan oleh rumahtangga di pedesaan
bisa dikombinasikan satu dengan yang lain. Kombinasi strategi nafkah ini
terutama banyak dilakukan oleh rumahtangga masyarakat yang tidak memiliki
lahan.
White dalam Widiyanto (2010) menyatakan, terdapat strategi yang disebut
strategi sosial-kolektif dengan memanfaatkan sistem sambatan yakni kegiatan
gotong-royong masyarakat desa dalam produksi tembakau. Sebelumnya,
Widiyanto (2009) juga menjelaskan bahwa terdapat strategi yang dilandasi etika
sosial-kolektif yakni: (1) strategi solidaritas vertikal, petani menjalin hubungan
sosial dengan seorang grader atau dengan petani lain untuk menjual hasil panen,
(2) strategi solidaritas horizontal, petani-petani lahan sempit bersama-sama
melakukan kegiatan pertanian dan menggabungkan hasil panennya, (3) strategi
berhutang, antara petani dengan pedagang, dan (4) strategi patronase, petani
penyakap menjalin hubungan dengan petani pemilik dalam sistem maro. Strategi
sosial-kolektif dalam hal ini merupakan pemanfaatan modal sosial yang dimiliki
rumahtangga petani. Modal sosial yang dimiliki rumahtangga petani ini berupa
kekuatan hubungan dan kepemilikan jaringan sosial dengan sesama petani lahan
sempit, petani pemilik, grader, pedagang, dan lain-lain. Strategi sosial-kolektif ini
merupakan akses yang dimiliki rumahtangga petani untuk memperoleh
pendapatan, baik dengan cara berhutang atau dengan menjalin hubungan kerja
dengan orang lain. Oleh karena itu, pemanfaatan hubungan sosial dapat memberi
jaminan bagi rumahtangga petani untuk bertahan hidup pada kondisi krisis.

Kerangka Pemikiran
Karakteristik rumahtangga buruh tani menurut Fadjar et al. (2008) dapat
dilihat dari pendapatan rumahtangga. Menurut Romdiati (2011) karakteristik
rumahtangga dilihat dari proporsi anggota rumahtangga yakni dengan melihat
kegiatan ekonomi anggota rumahtangga, sedangkan Nurmalinda (2002) melihat
proporsi anggota rumahtangga dengan dari usia produktif dan non produktif
anggota rumahtangga. Nurmalinda (2002) menyatakan, karakteristik rumahtangga
lainnya dilihat dari kondisi rumah. Karakteristik sosial ekonomi yang dimiliki

9
oleh rumahtangga buruh tani dapat menunjukkan bentuk strategi bertahan hidup
apa yang dilakukan rumahtangga. Bentuk-bentuk strategi bertahan hidup yang
dapat dilakukan rumahtangga buruh tani berdasarkan beberapa hasil penelitian
sebelumnya di antaranya, menurut Widiyanto et al. (2010) dalam bentuk strategi
pola nafkah ganda, strategi sosial-kolektif, dan strategi berhutang. Menurut
Mardiyaningsih et al. (2010) dalam bentuk pola nafkah ganda dan migrasi.
Menurut Kornita dan Yusuf (2011), dalam bentuk strategi subsistensi.
Variasi bentuk-bentuk strategi bertahan hidup dapat dikombinasikan satu
dengan yang lain. Kombinasi strategi nafkah ini terutama banyak dilakukan oleh
rumahtangga masyarakat yang tidak memiliki lahan (buruh tani), karena
rumahtangga petani tak berlahan memiliki strategi nafkah yang kompleks.
Misalnya dalam suatu rumahtangga, kepala keluarga bekerja sebagai buruh tani
dan pada malam hari bekerja sebagai pedagang makanan, istrinya bekerja sebagai
buruh cuci dan buruh tani, anak bekerja menjadi TKI di Malaysia dan setiap bulan
mengirim sejumlah uang. Rumahtangga ini melakukan pola nafkah ganda dengan
mengalokasikan seluruh anggota rumahtangganya untuk bekerja dan juga juga
melakukan migrasi. Selain ketiga strategi tersebut, pemanfaatan hubungan sosial
dan berhutang pun mengalami tumpang tindih, dimana berhutang merupakan
salah satu bentuk pemanfaatan hubungan sosial. Singkatnya penelitian ini ingin
melihat rumahtangga buruh tani yang karakteristiknya bagaimana, melakukan
strategi yang bagaimana.
Karakteristik Rumatangga
Buruh Tani

Strategi Bertahan Hidup
1. Strategi nafkah ganda dan
migrasi
2. Strategi subsistensi
3. Pemanfaatan hubungan
sosial

1. Tingkat pendapatan
2. Proporsi anggota
rumahtangga bekerja
3. Tingkat kondisi rumah

Keterangan:
: Berhubungan dengan
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan karakteristik dengan strategi bertahan
hidup pada rumahtangga buruh tani
Hipotesis
1. Diduga terdapat hubungan antara tingkat pendapatan rumahtangga dengan
strategi bertahan hidup pada rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu
2. Diduga terdapat hubungan antara proporsi anggota rumahtangga bekerja
dengan strategi bertahan hidup pada rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan
Utara Kabupaten Indramayu

10
3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat kondisi rumah dengan strategi
bertahan hidup pada rumahtangga buruh tani di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu

Definisi Operasional
Karakteristik Rumahtangga Buruh Tani
1. Tingkat pendapatan adalah dihitung dari hasil uang dan natura/barang yang
diuangkan, yang didapat rumahtangga buruh tani selama satu tahun, dari
kegiatan ekonomi di bidang pertanian dan non-pertanian. Penggolongan
jumlah pendapatan rumahtangga, yakni:
a. Tinggi (kode 1): apabila jumlah pendapatan rumahtangga lebih dari atau
sama dengan Rp12 482 100
b. Rendah (kode 0): apabila jumlah pendapatan rumahtangga kurang dari
Rp12 482 100
2. Proporsi anggota rumahtangga bekerja adalah jumlah anggota rumahtangga
yang bekerja dibagi dengan jumlah seluruh anggota rumahtangga.
Penggolongan proporsi anggota rumahtangga bekerja, yakni:
a. Tinggi (kode 1): apabila
b. Rendah (kode 0): apabila

≥ 50%
< 50%

3. Tingkat kondisi rumah adalah kulitas dan keberadaan berbagai fasilitas yang
mendukung kenyamanan rumah tinggal rumahtangga. Penggolongan Kondisi
bangunan rumah tinggal rumahtangga didasarkan pada kriteria BPS, maka:
a. Baik (kode 1): apabila kondisi rumah rumahtangga buruh tani seperti
berikut: lantai berupa keramik/ubin/semen/kayu/bambu, dinding tembok
tanpa plester/kayu, atap genteng/asbes/seng, memiliki MCK pribadi,
listrik, dan sumber mata air dari sumur/mata air.
b. Buruk (kode 0): apabila kondisi rumah rumahtangga buruh tani seperti
berikut: lantai tanah, dinding bambu/kayu, atap rumbia tidak memiliki
MCK, tidak menggunakan listrik, dan sumber mata air dari sungai/air
hujan.

Strategi Bertahan Hidup
Strategi bertahan hidup adalah seluruh usaha atau kegiatan atau pekerjaan
yang dilakukan oleh rumahtangga dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup
rumahtangga. Kategorisasi dari bentuk-bentuk strategi bertahan hidup, yaitu:
1. Strategi nafkah ganda: usaha anggota rumahtangga dengan cara bekerja di
lebih dari satu bidang, baik di sektor pertanian maupun non pertanian, atau
dengan mengerahkan anggota rumahtangga lain untuk bekerja di luar sektor
pertanian dengan tujuan untuk menambah pendapatan rumahtangga.

11
2. Migrasi: usaha anggota rumahtangga untuk meningkatkan pendapatan
rumahtangganya atau mengurangi jumlah tanggungan rumahtangga dengan
cara berpindah baik secara permanen maupun sirkuler atau komutasi.
3. Strategi subsistensi: usaha subsistensi (uang) yang dilakukan anggota
rumahtangga untuk bertahan hidup dengan cara berhutang atau mencukupcukupkan apa yang ada (uang/ persediaan makanan/ dan sebagainya) hingga
keadaan kembali normal.
4. Pemanfaatan hubungan sosial: akses yang dimiliki rumahtangga berupa
hubungan atau jejaring sosialnya dengan tetangga, saudara, petani pemilik, dan
lainnya untuk melakukan strategi bertahan hidup (nafkah ganda, migrasi, dan
subsistensi). Pemanfaatan hubungan sosial membagi strategi bertahan hidup ke
dalam dua bentuk:
Strategi I: meliputi strategi nafkah ganda dan migrasi. Strategi I dilakukan
bertujuan untuk mendapat pekerjaan. (kode 1)
Strategi II: meliputi strategi subsistensi. Strategi ini dilakukan bertujuan untuk
meminta bantuan orang lain dalam bentuk hutang, pemberian
sukarela, dan sebagainya. (kode 2).

12

13

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan didukung dengan
data kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner.
Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab bagaimana karakteristik
rumahtangga buruh tani yang dilihat dari pendapatan, proporsi anggota
rumahtangga, dan kondisi rumah. Data kualitatif didapat dari wawancara
mendalam menggunakan panduan pertanyaan terhadap rumahtangga buruh tani
dan beberapa informan. Hasil uraian dijelaskan secara deskriptif namun fokus
pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Anjatan Utara, Kecamatan Anjatan,
Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), berawal dari hasil membaca
literatur dari BPS Kabupaten Indramayu tahun 2008 bahwa, Kecamatan Anjatan
merupakan salah satu wilayah dengan penduduk yang bekerja di sektor pertanian
padi sebanyak 44 080 jiwa (51.2% dari 86 089 penduduk Kecamatan Anjatan).
Sebanyak 20 056 jiwa di antaranya merupakan buruh tani dan sisanya petani
penggarap dan petani pemilik. Kecamatan Anjatan memiliki jumlah buruh tani
terbanyak kedua dari seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Indramayu.
Pemilihan Desa Anjatan Utara didasarkan pada informasi yang didapat
dari para aparat Kecamatan Anjatan pada saat survei lokasi, bahwa terdapat
banyak petani miskin di Desa Anjatan Utara. Desa Anjatan Utara memiliki jumlah
buruh tani sebanyak 3 715 orang atau 69.5% dari seluruh penduduk yang bekerja
di sektor pertanian. Sisanya, 1 631 orang (30.5%) merupakan petani pemilik dan
petani penggarap. Berdasarkan informasi yang didapat dari warga ketika survei
lokasi, masyarakat pertanian di desa ini mayoritas melakukan pekerjaan serabutan.
Selain itu karena letaknya yang paling dekat dengan jalur Pantura, warga Desa
Anjatan Utara mudah melakukan migrasi ke kota. Oleh karena itu, menjadi
relevan terhadap penelitian mengenai strategi bertahan hidup rumahtangga buruh
tani.
Kegiatan penelitian dan penulisan laporan dilaksanakan dalam waktu
enam bulan. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium,
pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan
laporan penelitian.

Teknik Penentuan Informan dan Responden
Populasi sasaran dalam penelitian ini mengalami perubahan dari rencana
penelitian yang tertulis dalam proposal penelitian. Awalnya, sasaran dalam
penelitian ini adalah seluruh rumahtangga petani padi lapisan bawah yang terdiri
dari petani gurem (lahan kurang dari 0.5 Ha), petani penggarap, dan buruh tani.
Untuk mendapat responden rumahtangga petani lapisan bawah, dilakukan sensus

14
di dua dusun. Rencana teknik pengambilan sampel akan dilakukan dengan metode
stratified random sampling berdasarkan luas penguasaan lahan. Akan tetapi ketika
dilakukan sensus di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa di Desa Anjatan Utara
tidak terdapat petani gurem. Petani penggarap juga jumlahnya tidak banyak
dibandingkan dengan buruh tani, apalagi ketika musim panen petani penggarap
banyak menghabiskan waktu di sawah yang lokasinya belum tentu di Desa
Anjatan Utara.
Oleh karena itu, diputuskan bahwa penelitian ini mengambil populasi
sasaran seluruh rumahtangga buruh tani yang ada di Desa Anjatan Utara yang
berjumlah 577 rumahtangga buruh tani, dipilih secara purposive dengan bantuan
ketua-ketua RT berdasarkan pertimbangan jarak rumah serta kehadiran kepala
keluarga dan anggota rumahtangganya, sebanyak 40 rumahtangga. Jumlah ini
dirasa cukup untuk memenuhi realibilitas dan validitas data yang dihasilkan. Unit
analisis adalah rumahtangga.

Teknik Pengumpulan Data
Kuesioner digunakan sebagai alat ukur dalam mengumpulkan data
kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan melalui pengamatan, observasi, dan
wawancara mendalam dengan responden dan informan. Hasil dari pengamatan
dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk
uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan
data.
Tabel 2 Kebutuhan, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data
Kebutuhan data
Primer
Sekunder
- Identitas anggota
rumahtangga: nama, jenis
kelamin, hubungan dengan
kepala keluarga, pendidikan
tertinggi, pekerjaan utama,
pekerjaan sampingan
- Pendapatan , pengeluaran
pangan, dan pengeluaran
non pangan rumahtangga
- Identitas anggota
rumahtangga yang sedang
tidak ada di rumah karena
alasan migrasi untuk
bekerja dan banyaknya
remitan yang diterima
- Pemilikan dan kondisi
rumah tempat tinggal

Rumahtangga
buruh tani di
Desa Anjatan
Utara

-

Metode
pengumpulan
data
Kuesioner dan
wawancara
mendalam

15
- Kegiatan-kegiatan seharihari yang dilakukan
rumahtangga untuk
memperoleh pendapatan
- Gambaran umum dan letak
geografis Desa Anjatan
Utara
- Potensi dan Permasalahan
Desa Anjatan Utara
- Luas lahan sawah Desa
Anjatan Utara
- Sarana dan prasarana Desa
Anjatan Utara
- Mata pencaharian penduduk
- Jumlah Buruh Tani di Desa
Anjatan Utara
- Data Kemiskinan Desa
Anjatan Utara
- Kondisi lingkungan (jarak
ke kota, akses transportasi)

kepala desa,
kepala Dusun,
lurah, ketua
RT dan RW,
tokoh-tokoh
masyatakat

Data
Profil dan
potensi
desa dari
Kantor
Desa, data
BPS yang
diunduh
dari
internet

Pengamatan
langsung/
observasi,
survei,
wawancara
mendalam.

Teknik Analisis Data
Data kuantitatif dari pengisian kuesioner diolah dengan tabel frekuensi dan
tabulasi silang, kemudian dianalisis secara deskriptif. Data kualitatif dari
wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif untuk
menjelaskan dan memperkuat analisis dari data kuantitatif yang diperoleh. Data
yang diperoleh dalam penelitian baik data kuantitatif dan data kualitatif
digabungkan dan disajikan dalam bentuk tabel, matriks, dan gambar serta teks
naratif. Hasil tersebut kemudian ditarik kesimpulan yang mengacu untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Data kuantitatif mengenai tingkat pendapatan, proporsi anggota
rumahtangga, dan tingkat kondisi rumah seluruh responden diolah menggunakan
Microsoft Excel 2007 untuk melihat rata-rata tingkatan variabel-variabel tersebut
dari masing-masing responden. Kemudian didapat pengklasifikasian untuk
masing-masing responden.

16

17

PROFIL DESA ANJATAN UTARA
KABUPATEN INDRAMAYU
Kondisi Geografi
Desa Anjatan Utara merupakan desa yang terletak di Kecamatan Anjatan,
Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Batas wilayah Desa Anjatan Utara,
yaitu:
1. Sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Desa Limpas
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Anjatan
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cilandak
Jarak dari pemerintahan Desa Anjatan Utara ke jalan raya Pantai Utara
sejauh 6 kilometer yang dapat ditempuh dengan kendaraan angkutan umum. Jarak
dari pemerintahan Desa Anjatan ke Ibukota Kabupaten Indramayu sejauh 50
kilometer, sedangkan ke Ibukota Provinsi sejauh 210 kilometer. Desa Anjatan
Utara merupakan wilayah dataran rendah yang luasnya 698 Ha dengan
penggunaan lahan seperti yang tertera dalam tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Luas dan persentase wilayah Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu,
2013
Jenis Lahan
Luas (ha)
%
Persawahan
550.0
76.6
Pekarangan
131.0
18.2
Pemukiman
32.0
4.5
Perkebunan
2.5
0.4
Pemakaman
2.0
0.2
Perkantoran
0.5
0.1
Total
718.0
100.0
Sumber: Data monografi Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2013

Tampak bahwa 76.6% wilayah Desa Anjatan Utara merupakan lahan
persawahan irigasi. Akan tetapi, kondisi pengairan irigasi sawah di Desa Anjatan
Utara masih belum berjalan dengan baik. Pada saat musim hujan, pengairan
irigasi berjalan maksimal. Sedangkan, pada musim kemarau debit air berkurang.
Hal ini menjadi penghambat kegiatan pertanian padi sawah di Desa Anjatan Utara.
Ketika tanam pertama pada musim rendeng1 antara bulan Desember sampai April,
hasil panen yang diperoleh lebih baik dibandingkan dengan hasil panen tanam
kedua ketika musim kemarau antara bulan Juni sampai Oktober.
Luas pekarangan 131 ha atau 18.2% dari seluruh luas wilayah. Pekarangan
ini berbentuk lahan di sekitar pemukiman warga, biasanya digunakan oleh
masyarakat untuk ditanami tanaman-tanaman buah dan sayuran seperti mangga,
pisang, kacang tanah, kangkung, dan sebagainya. Bentuk pemukiman di Desa
Anjatan Utara cukup padat, tetapi juga berbaur dengan lahan-lahan pekarangan.
Menurut para aparat desa, banyak masyarakat yang membudidayakan tumbuhan
semanggi atau oleh masyarakat desa disebut semanggen.
1

Musim hujan

18
Kondisi sarana dan prasarana umum di Desa Anjatan Utara cukup baik,
terdiri dari sarana dan prasarana:
a. Pengairan
Sebagian masyarakat sudah menggunakan air PAM dan sumur,
sebagian lagi menggunakan air sungai sebagai sumber air. Petani
menggunakan air sungai untuk mengaliri irigasi sawah. Tanah lumpur dari
sungai dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan bata merah oleh
warga yang tinggal di pinggiran sungai. Di samping itu, sungai juga dijadikan
sebagai tempat pembuangan sampah karena tidak tersedianya TPS di Desa
Anjatan Utara.
b. Transportasi dan Jalan
Jalan umum yang baru selesai diaspal secara keseluruhan sejak tahun
2012, menghubungkan desa-desa di Kecamatan Anjatan ke jalan raya pantai
utara. Jalan umum ini cukup lebar sehingga dapat dilalui kendaraan besar.
Terdapat mobil angkutan desa yang menghubungkan desa-desa di Kecamatan
Anjatan ke terminal bis yang terletak di jalan raya Pantai Utara. Adanya
terminal memudahkan masyarakat melakukan mobilitas dari desa ke Ibukota
Kabupaten dengan mini bis Kopayu dan ke Ibukota Provinsi dengan bis
ekonomi Luragung.
c. Perekonomian
Sarana perekonomian di Desa Anjatan Utara berupa warung-warung
kecil, toko, Pasar Anjatan, Bank Perkreditan Rakyat, dan bank-bank keliling.
d. Pendidikan
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa Anjatan Utara tertera
dalam tabel 4.
Tabel 4 Jumlah sarana pendidikan, guru, dan murid di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Bangunan
Jumlah bangunan Jumlah guru
Jumlah murid
PAUD dan TK
3
15
90
SD/ sederajat
2
34
450
SMP/ sederajat
2
32
320
SMA/ sederajat
2
22
181
Jumlah
9
103
1 041
Sumber: Data monografi Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2013

e. Kesehatan
Jumlah posyandu ada 11, beserta lima kader kesehatan yang aktif.
Terdapat tiga dokter umum yang menyediakan fasilitas USG, dua bidan,
empat perawat, dan satu dukun beranak.
f. Keagamaan
Kondisi sarana keagamaan cukup baik, terdapat satu Masjid, 19
Mushalla, dan satu Madrasah sehingga dapat menunjang kegiatan keagamaan
masyarakat Desa Anjatan Utara.

19
Kondisi Demografi
Desa Anjatan Utara terdiri dari empat dusun, yakni: 1) Dusun Buyut Milah
yang terdiri dari tiga RW dan delapan RT, 2) Dusun Sasak Mijan yang terdiri dari
dua RW dan enam RT, 3) Dusun Sabrang Wetan yang terdiri dari tiga RW dan
delapan RT, dan 4) Dusun Babakan yang terdiri dari dua RW dan enam RT.
Penduduk Desa Anjatan Utara berdasarkan data profil desa tahun 2013 sebanyak
8 833 jiwa, terdiri dari 4 355 (49.3%) jiwa penduduk laki-laki dan 4 478 jiwa
(50.7%) penduduk perempuan.
Tabel 5 Jumlah penduduk menurut dusun dan jenis kelamin di Desa Anjatan
Utara Kabupaten Indramayu, 2014
Jumlah penduduk
Dusun
Laki-laki
Perempuan
Babakan
985
978
Sabrang Wetan
1 352
1 379
Buyut Milah
1 196
1 278
Sasak Mijan
838
870
Jumlah
4 371
4 505
Sumber: Data monografi Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa Anjatan Utara pada
bulan februari sebanyak 8 876 jiwa, terdiri dari 4 371 penduduk laki-laki dan 4
505 penduduk perempuan. Sedangkan, jumlah rumahtangga tahun 2013 sebanyak
2 414 rumahtangga. jumlah ini meningkan pada tahun 2014 menjadi 2 427
rumahtangga.
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Anjatan Utara tergolong rendah.
sebagian besar warganya berpendidikan setingkat Sekolah Dasar. Bahkan,
sebagian warga tidak pernah sekolah dan buta huruf. Mereka yang tidak sekolah
ini adalah penduduk usia tua yang berprofesi sebagai buruh tani atau buruh
serabutan.
Tabel 6 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Anjatan Utara
Kabupaten Indramayu, 2014
Tingkat pendidikan
Dusun
Tidak
Belum
TK
SD
SMP SMA
PT
sekolah
sekolah
Babakan
29
305
150
864
375
212
28
Sabrang Wetan
23
563
101
937
648
427
32
Buyut Milah
27
361
154
972
518
389
53
Sasak Mijan
27
292
97
531
404
316
41
Jumlah
106
1 521
502 3 304 1 945 1 344
154
Sumber: Data monografi Desa Anjatan Utara Kabupaten Indramayu, 2013

Aparat desa mengatakan tingkat pendidikan Desa Anjatan Utara
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terbuktu jumlah penduduk yang
bersekolah hingga tingkat SMP semakin banyak. Hal ini menandakan bahwa

20
warga Desa Anjatan Utara sudah semakin sadar akan pentingnya Wajib Belajar
Sembilan Tahun.

Kondisi Sosial Ekonomi
Penduduk Desa Anjatan Utara mayoritas beragama Islam. Di Desa
Anjatan Utara hanya terdapat sarana peribadatan islam, sedangkan sarana
peribadatan Kristen dan Hindu terdapat di