Sistem Pemerintahan Presidensial Pengaruh Sistem Multi-Partai Terhadap Sistem Pemerintahan Presidensial Di Indonesia (Studi Deskriptif Tentang Sistem Multi Partai Pada Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono Pada 2004-2009)

multipartai, sementara kemajemukan masyarakat merupakan sesuatu yang bersifat pemberian dalam struktur masyarakat Indonesia. Faktor kedua, sejarah dan sosio- kultural masyarakat, merupakan faktor pendukung bagi terbentuknya sistem multi partai. Multi partai akan semakin bagus ketika ditopang sistem pemilihan proporsional. Penerapan sistem pemilu proporsional menjadi faktor ketiga bagi terbentuknya sistem multi partai. Dan ketiga faktor ini merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan mempengaruhi.

6.3. Sistem Pemerintahan Presidensial

Pengertian pemerintahan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu dari segi kegiatan dinamika, struktur fungsional, dan dari segi tugas dan wewenang fungsi. Apabila ditinjau dari segi dinamika, pemerintahan berarti kegiatan atau usaha yang teroganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Dan jika ditinjau dari struktur fungsional, pemerintahan berarti seperangkat fungsi negara yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi terciptanya tujuan negara. Lalu ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan negara, pemerintah berarti seluruh tugas dan kewenangan negara. Menurut ketiga bahasan diatas dapatlah disimpulkan bahwa pemerintahan merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang negara. 20 Sistem presidensial berawal dari lahirnya negara baru Amerika Serikat buah dari perjuangan rakyat koloni Inggris di Benua Amerika untuk memiliki pemerintahan sendiri lepas dari pusat kekuasaan, Kerajaan Inggris. Keinginan rakyat Amerika sudah tentu berbenturan dengan Inggris yang tidak ingin wilayah koloninya lepas dari induk. Kehendak mereka untuk merdeka akhirnya ditempuh Dan sistem pemerintahan terdiri atas dua sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial. 20 Ramlan Surbakti. Op.Cit. Hal:215 Universitas Sumatera Utara melalui peperangan 1775-1783. Rakyat koloni akhirnya menyatakan dirinya merdeka sebagai bangsa Amerika. Namun akibat peperangan tersebut mengakibatkan muramnya kondisi perekonomian. Beberapa wilayah bekas koloni yang baru saja merdeka sepakat membentuk negara baru dengan sistem federasi. Negara Amerika dibentuk berdasarkan prinsip adanya pemerintah federal pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian dibawah setiap anggota federasi sepakat untuk menghargai eksistensi wilayah masing-masing. 21 Saat itu, para pendiri bangsa sadar bahwa untuk keluar dari kesulitan dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Pemerintahan dengan landasan sistem yang kuat dimana konstitusi negara harus kuat dan kokoh. Bangsa Amerika berhasil mentransformasikan pemimpin yang ideal melalui bentuk negara republik dibawah kepemimpinan figur yang dipilih rakyat. Dalam sistem ini kelangsungan hidup badan eksekutif tidak tergantung pada badan legislatif, dan badan eksekutif mempunyai masa jabatan tertentu. Kebebasan badan eksekutif terhadap badan legislatif mengakibatkan kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Lagipula menteri- menteri dalam kabinet presidensial dapat dipilih menurut kebijaksanaan presiden sendiri tanpa menghiraukan tuntutan-tuntutan partai politik. Dengan demikian pilihan presiden dapat didasarkan atas keahlian serta faktor-faktor lain yang dianggap penting. Sistem ini terdapat di Amerika Serikat, Pakistan dalam masa Demokrasi Dasar 1958-1969, dan Indonesia di bawah UUD 1945. 22 Prinsip-prinsip dasar atau ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yaitu: 1. Majelis tetap menjadi majelis saja, tidak ada peleburan fungsi eksekutif dan legislatif 21 Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik Mengapa ada Negara Gagal Melaksanakan Demokrasi. 2007. Bandung: Fokus Media. Hal.127 22 Prof. Miriam Budiardjo. Op.Cit. Hal.303 Universitas Sumatera Utara 2. Eksekutif tidak dibagi, hanya ada seorang presiden yang dipilih oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu. Presiden dipilih untuk masa jabatan yang pasti, dan dibatasi untuk beberapa kali masa jabatan 3. Kepala pemerintahan adalah kepala negara 4. Presiden mengangkat kepala departemenmenteri yang merupakan bawahannya 5. Presiden adalah eksekutif tunggal, pemerintahan presidensial cenderung bersifat individual 6. Anggota majelis tidak boleh menduduki jabatan pemerintahan dan sebaliknya 7. Eksekutif bertanggung jawab kepada Konstitusi. Majelis meminta presiden bertanggung jawab kepada konstitusi melalui proses dakwaan atau mosi tidak percaya 8. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa majelis. Majelis tidak dapat mencopot presiden dari jabatannya, begitupun presiden tidak dapat membubarkan majelis. Sistem ini merupakan sistem check and balance. Sistem ini memperlihatkan kesalingtergantungan antara eksekutif dan legislatif 9. Majelis berkedudukan lebih tinggi dari bagian-bagian pemerintahan lain dan tidak ada peleburan bagian eksekutif dan legislatif seperti dalam sebuah parlemen. Badan eksekutif dan legislatif akan saling mengawasi dan mengimbangi dan tak satupun yang lebih dominan 10. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada para pemilih. Pemerintah presidensial bergantung pada suara rakyat, apabila anggota majelis mewakili konstituennya, maka presiden mewakili seluruh rakyat Universitas Sumatera Utara 11. Tidak ada fokuskonsentrasi kekuasaan dalam sistem politik, yang ada adalah pembagianfragmentasi kekuasaan. 23 Matthew Soberg Shugart menyatakan bentuk murni dari presidensial adalah: 1. Eksekutif dikepalai oleh presiden yang dipilih oleh rakyat secara langsung dan ia merupakan “kepala eksekutif” 2. Posisi eksekutif dan legislatif didefinisikan secara jelas dan keduanya tidak saling bergantung 3. Presiden memilih dan mengarahkan kabinet dan memiliki sejumlah kewenangan pembuatan legislasi yang diatur secara konstitusional. 24 Bagi Shugart, posisi hubungan eksekutif dan legislatif adalah transaksional.keduanya independen saru sama lain karena dipilih rakyat lewat dua pemilu berbeda. Posisi legislatif tidak lebih tinggi dibanding eksekutif dan demikian pula sebaliknya. Namun, eksekutif dan legislatif terlibat dalam hubungan pertukaran transaksional seputar keputusan-keputusan atau kebijakan- kebijakan politik bergantung permasalahan yang mengemuka. Menurut S.L Witman dan J.J. Wuest tentang ciri-ciri sistem presidensial adalah: 1. It is based upon the separation of powers principle; berdasarkan atas prinsip pemisahan kekuasaan 2. The executive has no power to dissolve the legislature nor must he resign when he loses the support of the majorityof its membership; eksekutif tidak mempunyai kewenangan untuk membubarkan legislatif atau eksekutif tidak harus mengundurkan diri ketika kehilangan dukungan dari mayoritas keanggotaan di legislatif 23 Douglas V.Verney dan Arend Lijphart. Sistem Pemerintahan Perlementer dan Presidensial. 1995. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 43. 24 Seta Basri. Op.Cit. Hal.51 Universitas Sumatera Utara 3. There in no mutual responsibility between the President and his cabinet; the letter is wholly responsible to the chief executive; tidak ada hubungan pertanggungjawaban antara Presiden dengan kabinetnya, kabinet secara keseluruhan bertanggung jawab kepada kepala pemerintahan 4. The executive is chosen by the electorate;eksekutif dipilih oleh pemilih atau dipilih langsung 25 Dalam sistem presidensial peran dan karakter individu presiden lebih menonjol dibanding dengan peran kelompok, organisasi, atau partai politik. Oleh karena itu, jabatan presiden hanya dijabat oleh seorang yang dipilih rakyat dalam pemilu yang berarti bahwa presiden bertanggung jawab langsung pada rakyat. Dalam sistem ini presiden dipilih oleh rakyat maka sebagai kepala eksekutif ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat pemilih sehingga kedudukan eksekutif tidak bergantung pada parlemen. Sebagai kepala eksekutif presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing dan mereka hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet tidak tergantung dan tidak memerlukan dukungan kepercayaan dari parlemen, maka para menteri tidak bisa dihentikan oleh parlemen. Komposisi kabinet dalam sistem presidensial bukan berasal dari proses tawar menawar dengan partai yang berarti sifat kabinet adalah kabinet profesional atau kabinet keahlian. Jabatan menteri tidak didasarkan pada latar belakang politik tetapi pada penilaian visi, pengetahuan dan kemampuan mengelola departemen. Dalam sistem presidensial, kepala negara dan kepala pemerintahan dipegang langsung oleh presiden. Selaku kepala negara presiden adalah simbol representasi negara atau simbol pemersatu bangsa sementara selaku kepala pemerintahan presiden harus bertanggung jawab penuh pada jalannya pemerintahan. 25 Lily Romly. 2008. Pemilu 2009 dan Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: CV.Alika. Hal 54 Universitas Sumatera Utara

I.7. Metodologi Penelitian