multipartai, sementara kemajemukan masyarakat merupakan sesuatu yang bersifat pemberian dalam struktur masyarakat Indonesia. Faktor kedua, sejarah dan sosio-
kultural masyarakat, merupakan faktor pendukung bagi terbentuknya sistem multi partai. Multi partai akan semakin bagus ketika ditopang sistem pemilihan
proporsional. Penerapan sistem pemilu proporsional menjadi faktor ketiga bagi terbentuknya sistem multi partai. Dan ketiga faktor ini merupakan suatu kesatuan
yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
6.3. Sistem Pemerintahan Presidensial
Pengertian pemerintahan dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu dari segi kegiatan dinamika, struktur fungsional, dan dari segi tugas dan wewenang
fungsi. Apabila ditinjau dari segi dinamika, pemerintahan berarti kegiatan atau usaha yang teroganisasikan, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan pada
dasar negara, mengenai rakyat dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Dan jika ditinjau dari struktur fungsional, pemerintahan berarti
seperangkat fungsi negara yang satu sama lain saling berhubungan secara fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar-dasar tertentu demi
terciptanya tujuan negara. Lalu ditinjau dari aspek tugas dan kewenangan negara, pemerintah berarti seluruh tugas dan kewenangan negara. Menurut ketiga bahasan
diatas dapatlah disimpulkan bahwa pemerintahan merupakan segala kegiatan yang berkaitan dengan tugas dan wewenang negara.
20
Sistem presidensial berawal dari lahirnya negara baru Amerika Serikat buah dari perjuangan rakyat koloni Inggris di Benua Amerika untuk memiliki
pemerintahan sendiri lepas dari pusat kekuasaan, Kerajaan Inggris. Keinginan rakyat Amerika sudah tentu berbenturan dengan Inggris yang tidak ingin wilayah
koloninya lepas dari induk. Kehendak mereka untuk merdeka akhirnya ditempuh Dan sistem pemerintahan terdiri
atas dua sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.
20
Ramlan Surbakti. Op.Cit. Hal:215
Universitas Sumatera Utara
melalui peperangan 1775-1783. Rakyat koloni akhirnya menyatakan dirinya merdeka sebagai bangsa Amerika. Namun akibat peperangan tersebut
mengakibatkan muramnya kondisi perekonomian. Beberapa wilayah bekas koloni yang baru saja merdeka sepakat membentuk negara baru dengan sistem federasi.
Negara Amerika dibentuk berdasarkan prinsip adanya pemerintah federal pemerintah pusat dan pemerintah negara bagian dibawah setiap anggota federasi
sepakat untuk menghargai eksistensi wilayah masing-masing.
21
Saat itu, para pendiri bangsa sadar bahwa untuk keluar dari kesulitan dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Pemerintahan dengan landasan sistem yang
kuat dimana konstitusi negara harus kuat dan kokoh. Bangsa Amerika berhasil mentransformasikan pemimpin yang ideal melalui bentuk negara republik
dibawah kepemimpinan figur yang dipilih rakyat. Dalam sistem ini kelangsungan hidup badan eksekutif tidak tergantung pada
badan legislatif, dan badan eksekutif mempunyai masa jabatan tertentu. Kebebasan badan eksekutif terhadap badan legislatif mengakibatkan kedudukan
badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Lagipula menteri- menteri dalam kabinet presidensial dapat dipilih menurut kebijaksanaan presiden
sendiri tanpa menghiraukan tuntutan-tuntutan partai politik. Dengan demikian pilihan presiden dapat didasarkan atas keahlian serta faktor-faktor lain yang
dianggap penting. Sistem ini terdapat di Amerika Serikat, Pakistan dalam masa Demokrasi Dasar 1958-1969, dan Indonesia di bawah UUD 1945.
22
Prinsip-prinsip dasar atau ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial, yaitu: 1.
Majelis tetap menjadi majelis saja, tidak ada peleburan fungsi eksekutif dan legislatif
21
Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik Mengapa ada Negara Gagal Melaksanakan Demokrasi. 2007. Bandung: Fokus Media. Hal.127
22
Prof. Miriam Budiardjo. Op.Cit. Hal.303
Universitas Sumatera Utara
2. Eksekutif tidak dibagi, hanya ada seorang presiden yang dipilih oleh rakyat
untuk masa jabatan tertentu. Presiden dipilih untuk masa jabatan yang pasti, dan dibatasi untuk beberapa kali masa jabatan
3. Kepala pemerintahan adalah kepala negara
4. Presiden mengangkat kepala departemenmenteri yang merupakan
bawahannya 5.
Presiden adalah eksekutif tunggal, pemerintahan presidensial cenderung bersifat individual
6. Anggota majelis tidak boleh menduduki jabatan pemerintahan dan sebaliknya
7. Eksekutif bertanggung jawab kepada Konstitusi. Majelis meminta presiden
bertanggung jawab kepada konstitusi melalui proses dakwaan atau mosi tidak percaya
8. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa majelis. Majelis tidak
dapat mencopot presiden dari jabatannya, begitupun presiden tidak dapat membubarkan majelis. Sistem ini merupakan sistem check and balance.
Sistem ini memperlihatkan kesalingtergantungan antara eksekutif dan legislatif
9. Majelis berkedudukan lebih tinggi dari bagian-bagian pemerintahan lain dan
tidak ada peleburan bagian eksekutif dan legislatif seperti dalam sebuah parlemen. Badan eksekutif dan legislatif akan saling mengawasi dan
mengimbangi dan tak satupun yang lebih dominan 10.
Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada para pemilih. Pemerintah presidensial bergantung pada suara rakyat, apabila anggota majelis mewakili
konstituennya, maka presiden mewakili seluruh rakyat
Universitas Sumatera Utara
11. Tidak ada fokuskonsentrasi kekuasaan dalam sistem politik, yang ada adalah
pembagianfragmentasi kekuasaan.
23
Matthew Soberg Shugart menyatakan bentuk murni dari presidensial adalah: 1.
Eksekutif dikepalai oleh presiden yang dipilih oleh rakyat secara langsung dan ia merupakan “kepala eksekutif”
2. Posisi eksekutif dan legislatif didefinisikan secara jelas dan keduanya
tidak saling bergantung 3.
Presiden memilih dan mengarahkan kabinet dan memiliki sejumlah kewenangan pembuatan legislasi yang diatur secara konstitusional.
24
Bagi Shugart, posisi hubungan eksekutif dan legislatif adalah transaksional.keduanya independen saru sama lain karena dipilih rakyat lewat dua
pemilu berbeda. Posisi legislatif tidak lebih tinggi dibanding eksekutif dan demikian pula sebaliknya. Namun, eksekutif dan legislatif terlibat dalam
hubungan pertukaran transaksional seputar keputusan-keputusan atau kebijakan- kebijakan politik bergantung permasalahan yang mengemuka.
Menurut S.L Witman dan J.J. Wuest tentang ciri-ciri sistem presidensial adalah:
1. It is based upon the separation of powers principle; berdasarkan atas
prinsip pemisahan kekuasaan 2.
The executive has no power to dissolve the legislature nor must he resign when he loses the support of the majorityof its membership; eksekutif
tidak mempunyai kewenangan untuk membubarkan legislatif atau eksekutif tidak harus mengundurkan diri ketika kehilangan dukungan dari
mayoritas keanggotaan di legislatif
23
Douglas V.Verney dan Arend Lijphart. Sistem Pemerintahan Perlementer dan Presidensial. 1995. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal. 43.
24
Seta Basri. Op.Cit. Hal.51
Universitas Sumatera Utara
3. There in no mutual responsibility between the President and his cabinet;
the letter is wholly responsible to the chief executive; tidak ada hubungan pertanggungjawaban antara Presiden dengan kabinetnya, kabinet secara
keseluruhan bertanggung jawab kepada kepala pemerintahan 4.
The executive is chosen by the electorate;eksekutif dipilih oleh pemilih atau dipilih langsung
25
Dalam sistem presidensial peran dan karakter individu presiden lebih menonjol dibanding dengan peran kelompok, organisasi, atau partai politik. Oleh
karena itu, jabatan presiden hanya dijabat oleh seorang yang dipilih rakyat dalam pemilu yang berarti bahwa presiden bertanggung jawab langsung pada rakyat.
Dalam sistem ini presiden dipilih oleh rakyat maka sebagai kepala eksekutif ia hanya bertanggung jawab kepada rakyat pemilih sehingga kedudukan eksekutif
tidak bergantung pada parlemen. Sebagai kepala eksekutif presiden menunjuk pembantu-pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing dan
mereka hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena pembentukan kabinet tidak tergantung dan tidak memerlukan dukungan kepercayaan dari parlemen,
maka para menteri tidak bisa dihentikan oleh parlemen. Komposisi kabinet dalam sistem presidensial bukan berasal dari proses tawar menawar dengan partai yang
berarti sifat kabinet adalah kabinet profesional atau kabinet keahlian. Jabatan menteri tidak didasarkan pada latar belakang politik tetapi pada penilaian visi,
pengetahuan dan kemampuan mengelola departemen. Dalam sistem presidensial, kepala negara dan kepala pemerintahan dipegang
langsung oleh presiden. Selaku kepala negara presiden adalah simbol representasi negara atau simbol pemersatu bangsa sementara selaku kepala pemerintahan
presiden harus bertanggung jawab penuh pada jalannya pemerintahan.
25
Lily Romly. 2008. Pemilu 2009 dan Konsolidasi Demokrasi. Jakarta: CV.Alika. Hal 54
Universitas Sumatera Utara
I.7. Metodologi Penelitian