Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tanaman Mengasilkan Di Kebun Manggala 1 Pt. Tunggal Mitra Plantation, Riau
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN
DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL
MITRA PLANTATION, RIAU
BAHSAN ADE PUTRA HSB
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Riau adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Bahsan Ade Putra Hsb
NIM A24110031
ABSTRAK
BAHSAN ADE PUTRA HSB. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Tanaman mengasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra
Plantation, Riau. Dibimbing oleh Suwarto.
Kegiatan magang di laksanakan mulai 9 Februari sampai 9 Juni 2015 di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation terletak di Desa Siarang-arang,
Pamatang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir,
Propinsi Riau. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Kegiatan magang ini bertujuan untuk
meningkatkan wawasan, kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam
meningkatkan aspek pengetahuan proses kerja dan manajerial dalam pengolahan
tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus magang yaitu pengelolaan produksi pada
kelapa sawit dengan pendekatan pemupukan yang efektif dan efisien harus
memenuhi prinsip 5 Tepat (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat
dan Tepat Waktu). Pengamatan yang dilakukan terhadap ketepatan jenis pupuk
dan waktu pemupukan sudah memenuhi prinsip ketepatan, namun ketepatan
dosis, cara dan tempat pemupukan belum memenuhi standar ketepatan
perusahaan.
Kata kunci : Kelapa sawit, ketepatan pemupukan tanaman menghasilkan,
manajemen pemupukan.
ABSTRACT
BAHSAN ADE PUTRA HSB. Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) mature plant at Manggala 1 Estate PT. Tunggal Mitra
Plantation, Riau. Supervised by Suwarto.
The internship was conducted from 9th February to 9th June 2015 in Manggala 1
estate PT. Tunggal Mitra Plantation located in the village Siarang-arang,
Pamatang Damar, Subddistrict Pujud, Bangko Pusako, Rokan Hilir Regency,
Riau Province. Internship ware consisted of direct and indrect methods. The aims
of this internship to increase knowledge, professional ability, and work skills in
to improve aspects of processes work knowledge and the management of oil palm
plantation. The spesific aim of this internship was to management palm
production with efective and efficient fertilization whit fulfill the five principle
accuracy (accuracy of type, doses, method, places and time). The observation on
accuracy of type and time fertilization have fulfill principles of accuracy, but the
accuracy of doses, method, and places has not fulfill the accuracy company
prosedure.
Key word: oil palm, accuracy fertilization mature palnt, management fertilization
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN
DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL
MITRA PLANTATION, RIAU
BAHSAN ADE PUTRA HSB
Skiripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi Dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Skiripsi
merupakan hasil dari kerja analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi
Riau. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak 9 Februari 9 Juni 2015 dengan
judul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.)
Tanaman Menghasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation,
Minamas Plantation, Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Sumindak dan Maruba Daulay dan seluruh keluarga
besar atas segala doa dan dukungan yang diberikan.
2. Dr Ir Suwarto MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan
dan saran selama penyusunan skiripsi.
3. Dr Desta Wirnas SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan motivasi.
4. Kebun Manggala 1 selaku tempat pelaksanaan magang yang telah menerima
penulis, membantu dan meberikan masukan.
5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manajer Kebun Manggala I, Bapak Benny
Taringan selaku kasie, Bapak Sardi selaku senior asisten, asisten pembibitan
dan traksi, Bapak Esron G Surbakti selaku asisten divisi II, Bapak Priyono
Simanjuntak selaku asisten divisi I, Bapak Suriyadi selaku asisten divisi IV,
Bapak Jastri Mei Saragih selaku asisten divisi III, seluruh Mandor I, seluruh
mandor di Kebun Manggala I dan seluruh karyawan Kebun Manggala 1 yang
selalu memberikan bantuan selama penulis melaksanakan magang.
6. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura khususnya angkatan 48
(Dandelion) atas kebersamaan dan pelajaran selama masih kuliah.
7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Tapanuli selatan (IMATAPSEL-Bogor) atas
doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Bogor, Desember 2015
Bahsan Ade Putra Hsb
vivi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Manajemen
Pupuk dan Pemupukan
Kebutuhan Hara Tanaman
Ketepatan Pemupukan
Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan
Diagnosis Kebutuhan Pupuk
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengmpulan Data dan Informasi
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN
Tepat Jenis
Tepat Dosis
Tepat Cara dan Tempat
Tepat Waktu
Prestasi Tenaga Kerja
Defisiensi Unsur Hara
Hubungan Produktivtas dan Pemupukan
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
viii
1
1
2
2
2
3
3
4
5
6
7
7
7
7
8
8
9
10
10
10
10
11
12
13
13
27
32
33
34
35
38
39
40
41
43
44
46
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1
Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Manggala 1
Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1
Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery
Tingkat kematangan dan kriteria panen Kebun Manggala 1
Luas seksi panen divisi III Kebun Manggala I
Alat panen Kebun Manggala 1
Defesiensi hara tanaman
Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen 01
Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor perawatan
Rekomendasi pemupukan Kebun Manggala 1 Tahun 2014/2015
Kandungan unsur hara pupuk Kebun Manggala 1 semester II
Tahun 2014/2015
Ketepatan dosis NPK Compound di Kebun Manggala 1
semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan jarak tabur pemupukan NPK Compound di Kebun
Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan penyebaran taburan pemupukan NPK Compound
di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan tempat pemupukan pemupukan NPK Compound
di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Curah hujan Tahun 2009-2014 dan curah hujan tahun
2015 di Kebun Manggala 1
Prestasi kerja penabur pupuk divisi III Kebun Manggala 1
Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas
Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas
Perbandingan rekomendasi dan realisasi pemupukan
11
11
12
15
19
19
20
22
28
29
33
34
35
37
36
37
38
39
42
42
43
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Seleksi kecambah
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama
Contoh Label pada Pokok Contoh LSU
Pengaplikasian Janjang Kosong
Peta rencana pergiliran waktu pemupukan divisi III
Alur Pemupukan
Defisiensi Unsur Hara
14
17
20
21
24
25
26
41
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di
Kebun Mangga 1
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
di Kebun Mangga 1
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping
asisten divisi III Kebun Manggala 1
Peta Kebun Manggala 1
Data Curah Hujan Kebun Manggala 1
Struktur organisasi Kebun Manggala 1
Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
47
48
50
53
54
55
56
57
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi penting dalam peningkatan devisa negara.
Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan
menjadi unggulan tanaman perkebunan karena mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Kelapa Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang
mempunyai produktivitas dan keunggulan lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa
sawit Indonesia terus meningkat setiap tahun. Luas areal kelapa sawit tahun 2014
mencapai 10 956 231 ha dengan produksi CPO mencapai 29 344 479 ton dengan
produktivitas rata-rata CPO sebesar 3 568 kg ha-1 tahun-1. Pada tahun 2013
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume
ekspor mencapai 20 577 976 ton dengan nilai US$ 15 838 850 000
(Ditjenbun 2014). Kelapa sawit memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan
petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan
yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Minyak kelapa sawit memiliki
banyak produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan, sehingga
menjadi sumber penghasil devisa non-migas Indonesia.
Produktivitas tandan buah segar (TBS) ditentukan oleh ketersediaan hara
dalam tanah. Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terusmenerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit terbatas.
Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara harus diimbangi dengan
penambahan unsur hara melalui pemupukan. Menurut Risza (2010) pemupukan
merupakan proses penambahan tersedianya unsur hara dan perbaikan struktur
tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang diserap atau diangkut oleh
tanaman seperti yang tersimpan dalam tubuh tanaman, akibat penunasan, kastrasi,
dan pemanenan buah. Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan 2013).
Pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam
tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk pada kelapa sawit
biasanya dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir
musim hujan. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah,
kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Peningkatkan produktivitas
tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam
manajemen pemupukan.
Prinsip pemupukan adalah pemberian pupuk pada setiap pokok harus
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan.
Pemupukan di perkebunan memberikan kontribusi yang luas dalam meningkatkan
produksi dan kualiatas produk yang dihasilkan. Pemupukan dalam perkebunan
dilakukan pada tahap-tahap tertentu, karena pemupukan harus dilakukan dengan
efisien dan efektif. Dalam meningkatkan kesuburan tanah pemupukan dilakukan
untuk meningkatkan produksi tanaman stabil dan meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap penyakit.
2
Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep
efektivitas dan efesiensi yang maksimum. Pemupukan dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu tahap pembibitan, tahap tanaman belum menghasilkan (TBM), dan tahap
tanaman menghasilkan (TM) sesuai dengan ketentuan neraca hara.
Manajemen pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas produk yang
dihasilkan. Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari, karena untuk
menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan agar tercapai
pemupukan yang efektif dan efisien.
Tujuan Magang
Kegiatan magang ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan
wawasan, kemampuan profesional,
keterampilan dan pengalaman kerja
mahasiswa. Adapun aspek khusus pada kegiatan magang ini adalah teknik
pemupukan terhadap kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman
paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua
Afrika. Klasifikasi tanaman kelapa sawit yaitu: Divisi Embrophyta Siphonagama,
sub divisi Pteropsida, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili
Arecaceae sub family Cocoidae genus Elaeis spesies E. guineensis Jacq (Pahan
2013).
Menurut Pahan (2013) kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil
dengan sistem akar serabut. Sistem akar serabut terdiri dari akar primer, sekunder,
tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari
pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang
membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang
membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang
lagi membentuk akar kuarterner dengan diameter 0.1-0.3 mm dan panjang hanya
1-4 mm serta tidak mengandung lignin. Kedalaman perakaran tanaman kelapa
sawit bisa mencapai 8-16 meter secara horizontal. Kelapa sawit merupakan
tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat
pada satu pohon, akan tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan
(hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya
menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari
proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun
memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi
bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri akar, batang, dan daun,
3
sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari
bunga dan buah.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah
kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah
hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika
ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter dpl. Pada ketinggian
tempat lebih dari 500 meter dpl, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi
namun produksinya relatif rendah (Pahan 2013).
Manajemen
Menurut Kusumastuti (2009) manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Secara umum terdapat empat
fungsi manajemen yang sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating,
dan Controlling). Dua fungsi pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental,
sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecendrungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat
untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Proses yang menyangkut strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan dirancang dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan
tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif
dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi (Actuating)
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan, meskipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
4
Pupuk dan Pemupukan
Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat
menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Menurut Pahan
(2013) pupuk yang digunakan untuk kelapa sawit terdiri atas pupuk anorganik dan
pupuk organik.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (Hardjowigeno 2007).
Menurut Poeloengan at al. (2007) Pupuk majemuk memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pupuk tuggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan,
transportasi, penyimpanan dan aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk
majemuk yang mengandung keseluruhan atau sebahagian besar hara yang
dibutuhkan tanaman.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik.
diperkebunan kelapa sawit berasal dari limbah pabrik kelapa sawit dan sisa-sisa
daun kacang-kacangan yang sengaja ditanam saat pembukaan lahan. Pupuk
organik bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi
tanaman kelapa sawit (Pahan 2013).
Menurut Pahan (2013) penambahan bahan organik akan mempengaruhi
sifat kimia tanah melalui beberapa hal, sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai KTK tanah karena serapan (sorption) hara oleh asam humat.
2. Persediaan hara dari dekomposisi humus dan mineral-mineral tanah yang
terlarut.
3. Pengikatan hara dalam kompleks senyawa organik.
4. Pengaruh dari pengatur tumbuh yang dihasilkan tanah.
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sehat sehingga
dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang maksimum, ekonomis
dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta at al. 2007). Efektifitas
pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap
tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap
tanaman. Sedangkan efisiens pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya
(bahan pupuk, alat kerja, transportasi dan upah tenaga kerja) dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan efektifitas dan
efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan
rekomendasi pemupukan (Saputra 2012).
Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah
berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal
yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) tanah tidak mampu
menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) tanaman kelapa sawit
memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) penggunaan
varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) unsur hara yang
terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu
5
pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan
produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesuburan tanah (Saputra 2012).
Menurut Pahan (2013) Pemupukan yang baik mampu meningkatkan
produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian
lahannya. Pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan
salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan
potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit
tergolong tinggi, yaitu sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan (Risza 2010).
Kebutuhan Hara Tanaman
Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar disebut unsur hara
makro, sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur
hara mikro. Unsur hara makro terbagi menjadi dua yaitu unsur hara makro
melimpah terdiri atas karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O); unsur hara
makro terbatas terdiri atas nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang atau
sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro terdiri atas
boron (B), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molybdenum (Mo),
dan khlorin (Cl) (Hanafiah 2004).
Unsur hara yang dibutuhkan oleh kelapa sawit antara lain unsur hara
makro N, P, K, dan Mg serta unsur hara mikro Cu dan B (Mangoensoekarjo
2007). Fungsi unsur hara harus diperhatikan untuk meningkatkan keefektifan
pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa fungsi unsur hara yang penting bagi
tanaman kelapa sawit, antara lain:
1. Nitrogen (N) berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein. Gejala kekurangan N adalah tanaman menjadi kerdil,
tajuk tanaman tetap hijau tetapi daun-daun tua secara merata menguning
kemudian mengering dan gugur, dan pertumbuhan akar terbatas. Sumber unsur
hara N adalah Urea atau ZA.
2. Fosfor (P) berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji,
memperkuat batang agar tidak mudah roboh, pertumbuhan akar, dan untuk
metabolisme karbohidrat, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber
unsur hara P antara lain pupuk SP-18, Rock Phosphate, SP-36.
3. Kalium (K) berfungsi untuk pembentukan pati, pembukaan stomata, daya tahan
tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tinggi, dan mempengaruhi proses
fisiologis pada tanaman. Unsur K juga diperlukan dalam jumah banyak,
penting untuk penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran
tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena unsur K
diangkut ke daun muda. Kekurangan unsur K ditandai dengan gejala klorosis
dan terdapat bercak kecil yang terletak pada bagian tepi atau ujung daun dan
antara tulang daun, lalu mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
4. Magnesium (Mg) berfungsi sebagai penyusun klorofil dalam proses
fotosintesis dan pembentukan minyak. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan
gejala klorosis pada daun-daun muda, ujung dan tepi daun menggulung dan
menguning atau kemerahan. Sumber unsur hara Mg adalah Dolomit.
6
5. Tembaga (Cu) berfungsi sebagai pembentuk klorofil daun dan katalisator
berbagai proses fisiologis tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan
gejala krolosis pada daun muda berwarna hijau pusat sampai kuning keputihputihan. Sumber unsur hara Cu adalah CuSO4.
6. Boron (B) berperan penting dalam menstimulir kegiatan meristematik tanaman,
sintesis gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
Kekurangan unsur B ditandai dengan munculnya daun pancing, daun kecil dan
daun sirip ikan, daun rapuh berwarna hijau gelap. Sumber unsur hara B adalah
Borax.
7. Zinc (Zn) memiliki peran dalam aktivasi enzimitas dan penting dalam sintesis
tryptophane, yang merupakan komponen protein dan berperan dalam produksi
hormon pertumbuhan. Kekurangan unsur Zn ditandai dengan terjadinya
kematian jaringan tanaman yang menyebabkan daunya tidak berukuran normal.
Ketepatan Pemupukan
Tepat Jenis dan Dosis
Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada tanaman kelapa sawit harus
disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan waktu aplikasinya (Fauzi et
al. 2012). Strategi dalam menentukan jenis dan dosis pupuk diwarnai oleh
pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis (Pahan 2013). Strategi yang
dapat digunakan dalam dalam menentukan jenis pupuk yaitu memilih kombinasi
jenis pupuk berdasarkan unsur hara utama dan unsur hara tambahan dan memilih
jenis pupuk berdasarkan kelarutannya. Pemupukan yang efektif akan berpengaruh
pada pertumbuhan yang optimal. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk
tunggal atau pupuk majemuk dengan penggunaan dosis pemupukan untuk setiap
lokasi yang selalu berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesuburan dan umur
tanaman (Fauzi et al. 2012).
Tepat Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk
Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan.
Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang
ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Menurut
Pahan (2013). Cara menempatkan pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang
diserap akar tanaman, waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan
iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief, dan
proses pengadaan pupuk. Manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada
bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250 mm bulan-1. Pada masa ini,
kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan
terserapnya unsur hara oleh tanaman.
Tepat Waktu
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik
tanah, logistik (pengadaan) pupuk serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar
unsur hara (Pahan 2013). Waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan
adalah pada saat musim hujan yaitu keadaan tanah dalam keadaan lembab tetapi
tidak dalam keadaan tergenang (Fauzi et al. 2012).
7
Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi status
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi TBS.
Pelaksanaan pemupukan di lapangan harus dilakukan dengan benar dan tepat
waktu. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: (1)
perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk,
jenis pupuk dan penyediaan pupuk yang cukup dan tepat waktu; (2) organisasi
kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi; (3) kontrol dan pengawasan.
Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna
menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan (Saputra 2012).
Diagnosis Kebutuhan Pupuk
Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk
yang harus diaplikasikan. Menurut Pahan (2013) Kemampuan tanah dalam
menyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, tergantung pada
jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan
hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai zona perakaran tanaman. Dalam
mendiagnosis kebutuhan Pupuk dapat dilakukan dengan cara:
1. Diagnosis secara Visual
Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dan
memperhatikan kriteria yaitu membandingkan warna hijau daun dengan warna
hijau yang baku, adanya tanda dan gejala defisiensi hara dan membandingkan
pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapatkan
pemupukan.
2. Diagnosis secara Kimia
Diagnosisi secara kimia dilakukan dengan menganalisis tanah dan analisis
jaringan. Diagnosis secara kimia ini lebih presisi dan ilmiah jika di bandingkan
dengan diagnosis secara visual.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra
Plantation, Minamas Plantation, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Kegiatan
magang dilaksanakan 09 Februari sampai dengan 09 Juni 2015.
8
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan teknis di lapangan dan
kegiatan manajerial baik di lapangan maupun di kantor. Kegiatan magang yang
dilakukan dengan melaksanakan pekerjaan di lapangan dan kantor pada berbagai
tingkat pekerjaan sesuai tahapannya mulai dari karyawan harian lepas (KHL),
pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Bulan pertama penulis
bekerja sebagai KHL, kemudian satu bulan berikutnya menjadi pendamping
mandor, dan dua bulan terakhir menjadi pendamping asisten divisi.
Pekerjaan yang dilakukan pada saat sebagai KHL adalah pengendalian gulma,
pemupukan, aplikasi janjang kosong, pemanenan, Leaf Sampling Unit (LSU) dan
pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan penulis sebagai KHL dapat dilihat
pada Lampiran 1. Pekerjaan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah
perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi adalah
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan,
dan pengangkutan hasil panen. Penulis membuat laporan harian mandor,
melakukan apel pagi, mengawasi karyawan yang bekerja di lapangan. Kegiatan
penulis sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pekerjaan
yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi pada Lampiran 3, yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi
adalah perawatan jalan, pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Penulis
membuat rencana kerja harian dan rencana kerja bulanan, melaksanakan kegiatan
yang telah disusun dan mengawasi semua kegiatan yang sedang berlangsung di
lapangan.
Aspek magang secara khusus yang dipelajari di perkebunan adalah teknik
pemupukan. Kegiatan yang dilakukan adalah aplikasi pemupukan dengan prinsip
empat tepat, mempelajari gejala defisiensi unsur hara, dan melakukan kegiatan
diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung baik
melalui pengamatan lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara
dengan asisten divisi, mandor, dan karyawan selama penulis berada di lapangan.
Data primer yang dikumpulkan meliputi sistem organisasi pemupukan, aplikasi
pemupukan mulai dari pengangkutan dan pengeceran pupuk, ketepatan jenis dan
dosis pupuk, ketepatan cara dan tempat aplikasi pemupukan, dan ketepatan waktu
pemupukan, jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, gejala defisiensi
hara tanaman, dan hubungan produktivitas dengan pemupukan serta dilakukan
kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun meliputi lokasi
dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna
lahan, kondisi tanaman, produktivitas dan produksi, rekomendasi pemupukan,
struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Selain itu dilakukan studi pustaka baik
berupa buku teks, jurnal, dan sumber pustaka lainnya. Pengamatan yang
9
dikumpulkan terkait pengumpulan data pemupukan selama magang adalah
sebagai berikut:
1. Ketepatan jenis pupuk, penulis mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan
dan realisasi pemupukan yang dicapai di perkebunan pada tiap blok dalam
divisi tempat magang.
2. Ketepatan dosis pupuk, data diperoleh dengan cara menimbang pupuk yang
diaplikasikan oleh 9 orang penabur dan pada setiap penabur diulang sebanyak
5 kali ulangan. Hasil penimbangan pupuk dibandingkan dengan standar dosis
rekomendasi pupuk yang ditetapkan pada blok yang telah ditetapkan.
3. Ketepatan cara dengan mengukjur jarak tabur pupuk dan jarak taburan dan cara
pelaksanaan pemupukan, data diperoleh dengan cara mengukur jarak tabur
pupuk dari pokok sampai titik tabur pemupukan dari 9 orang penabur pupuk
dengan masing-masing 5 ulangan. Jarak taburan diukur jarak penyebaran
pupuk dari jarak penyebaran terdekat dari batang sampai jarak penyebaran
terluar dengan mengamati 10 tanaman contoh masing masing 5 ulangan.
Ketepatan tempat pemupukan di lakukan secara visual dan objektif terhadap
penaburan pupuk yang dilakukan.
4. Ketepatan waktu, penulis mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian
menganalisis berdasarkan data curah hujan serta mengamati kesesuaian waktu
realisasi pemupukan di lapangan dengan waktu rekomendasi
5. Gejala defisiensi hara, penulis mengamati gejala defisiensi hara yang muncul
pada tanaman contoh di baris 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100
sebanyak 5 blok. Pengamatan gejala defisiensi hara ini dilakukan secara visual
dan objektif dengan membandingkan gejala defisiensi pada tanaman dengan
gejala defisiensi dari pustaka yang ada.
6. Efisiensi tenaga kerja, data diperoleh dengan menghitung prestasi kerja
penabur, selanjutnya dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan
kebun. Penulis juga melakukan pengamatan efisiensi tenaga kerja yang
ditetapkan kebun sebanyak 9 orang penabur dalam 3 blok yang telah
ditetapkan.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum kebun (letak
geografi dan letak wilayah administrasi, keadaan iklim dan tanah, luas areal kebun
dan tata guna lahan, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan), data produksi
dan produktivitas dan data pemupukan
Analisis Data dan Informasi
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis kuantitatif dan
analisis korelasi dosis pupuk dan produktivitas, menggunakan ukuran distributif
seperti presentase dan ukuran pemusatan (rata-rata). Data diolah menurut
kebutuhan penulisan, kemudian selanjutnya hasil dari pendekatan statistik
sederhana tersebut disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram
sesuai kebutuhan.
10
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
PT. Tunggal Mitra Plantation (PT. TMP) terdiri atas tiga kebun yaitu
perkebunan Manggala 1 (MGE-1), Manggala 2 (MGE-2) dan Manggala 3 (MGE3). Perusahanan PT. TMP tergabung dalam Minamas Plantation Group. Secara
geografis Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Palantation terletak di Desa
Siarang-arang, Pematang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako, Kabupaten
Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kebun Manggala 1 memiliki curah hujan tahunan yang optimal untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan Kebun
Manggala 1 pada tahun 2004 sampai 2014 adalah 1 937.9 mm tahun-1 dengan rata
rata hari hujan tahunan 114 hari. Kondisi iklim Kebun Manggala 1 menurut
Schmidt Ferguson bertipe iklim A (sangat Basah) dengan nilai Q = 14.24.
Variabel pengamatan yang dilakukan kebun adalah curah hujan dan hari hujan.
Jenis tanah Kebun Manggala 1 sebahagian besar tanah mineral (77.3%) dan tanah
gambut (22.7%) pada spot tertentu. Kebun Manggala 1 memiliki kondisi
tofografi tanah datar dan bergelombang. Tofografi tanah datar memiliki
kemiringan 0-4% seluas 3 109 ha dan pada tanah bergelombang memiliki
kemiringan 4-12 % seluas 409 ha. Jenis tanah pada lahan mineral adalah typic
hapluduits (podsolik merah kekuningan) dengan tekstur tanah liat berpasir dan
jenis tanah gambut adalah gambut matang.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal PT. Tunggal Mitra Palantation memiliki luas total hak guna
usaha (HGU) sebesar 13 836 ha. Luas lahan Kebun Manggala 1 sebesar
4 919.68 ha yang dibagi dalam empat divisi yaitu divisi I seluas 1 630.68 ha,
divisi II seluas 1 501.34 ha, divisi III seluas 891.03 ha dan divisi IV seluas
896.63 ha. Kebun Manggala 1 memiliki tanaman menghasilkan (TM) seluas 2
637.63 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 618.88 ha dan tanaman
replanting sebesar 428.85 ha. Luas arel dan tata guna lahan di Kebun Manggala 1
dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1
Uraian
A. Areal yang diusahakan
1. Areal yang ditanam
Tanaman menghasilkan (TM)
Tanaman belum menghasilkan (TBM)
Replanting
2. Areal prasarana
Emplasment
Pabrik
Jalan, jembatan, dan parit
B. Areal mungkin bisa ditanam
Okupasi
C. Pembibitan
Pembibitan
Total
Luas (ha)
2 637.64
872.29
175.43
42.83
15.26
138.00
1 009.00
29.23
4 919.68
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang terdapat di Kebun Manggala 1 varietas
Tenera, hasil persilangan Dura dengan Pisifera yang berasal dari Socfindo,
Marihat, Rispa dan Lonsum dengan tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994,
1998, 2013, 2014 dan 2015. Jarak tanam yang digunakan pada TM yaitu 9.15 m x
9.15 m x 9.15 m dengan populasi 136 pokok ha-1. Berdasarkan kondisi di
lapangan rata-rata populasi tanaman ha-1 lebih rendah dari populasi yang
seharusnya yaitu sebanyak 130 pokok ha-1. Hal tersebut disebabkan adanya
tanaman mati secara alami dan sengaja ditumbang. Sedangkan jarak tanam yang
digunakan pada TBM yaitu 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m dengan populasi 185 pokok ha1
. Keadaan produksi tandan buah segar (TBS) di Kebun Manggala 1 dari tahun
2009 hingga Juni 2014 memiliki Produksi rata-rata TBS sebesar
76 149
616 ton tahun-1 dengan produktivitas rata-rata sebesar 21.55 ton ha-1 tahun-1
dengan luas areal 3 523.96 ha. Total produksi pada tahun 2014-2015 (April)
sebesar 51 232 910 ton dengan produktivitas rata-rata sebesar
15.57 ton
tahun-1. Produksi dan produktivitas TBS dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1
Tahun
Luas (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton ha-1)
2009/2010
3 685.36
77 774 790
21.10
2010/2011
3 685.36
86 681 520
23.52
2011/2012
3 685.36
77 473 280
21.02
2012/2013
3 461.91
78 776 590
22.76
2013/2014
3 289.92
60 041 900
18.250
Rata-rata
3 523.96
76 149 616
21.55
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
12
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Manggala 1 dipimpin oleh satu orang manajer kebun (Estate
Manager). Dalam melaksanakan tugas sebagai manajer kebun dibantu oleh satu
orang senior asisten, empat orang asisten divisi dan satu orang kepala administrasi
(Kasie). Manajer kebun memiliki tugas dalam perencanaan, pengorganisasian dan
pengelolaan dalam mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka
mencapai produksi dan mutu kerja yang optimal. Senior asisten merangkap
sebagai asisten pembibitan dan asisten transportasi unit (traksi). Senior asisten
memiliki tanggung jawab langsung kepada manajer kebun dalam pengelolaan
semua aspek agronomi dan non agronomi dalam manjemen kegiatan di kebun.
Asisten divisi memiliki tugas dan tanggug jawab dalam mengelola divisi secara
menyeluruh kegiatan kebun. Kepala administrasi memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam bagian administrasi dan keuangan kebun. Asisten divisi dibantu oleh
mandor 1 dan krani divisi. Mandor 1 memiliki tugas dalam pengontrolan dan
mengawasi seluruh kegiatan yang ada di kebun. Krani divisi bertugas dalam
kegiatan administarsi di divisi dan melaporkannya ke kantor besar. Struktur
organisasi Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 3. Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1
Jenis tenaga kerja
Tingkat karyawan
Karyawan staff
Manajer Kebun
Asisten senior
Asisten divisi
Kasie
Karyawan non-staff
SKU bulanan kantor
SKU bulanan traksi
SKU bulanan keamanan
SKU bulanan divisi
SKU bulanan pembibitan
SKU bulanan replanting
SKU bulanan guru TK/SD/SMP
Total
Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Standar ITK perkebunan kelapa sawit
Jumlah orang
1
1
4
1
13
37
25
390
51
44
26
593
0.12
0.20-0.30
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Berdasarkan Tabel 3, status karyawan di Manggala 1 terdiri dari karyawan
staf dan non-staf. Karyawan staf terdiri dari manajer kebun, senior asisten,
asisten divisi, dan kasie. Karyawan non-staf terdiri dari serikat karyawan utama
(SKU) bulanan dan harian. Jumlah karyawan di Kebun Mangga 1 sampai bulan
Juni 2015 sebesar 593 orang yang terdiri dari 7 orang karyawan staf dan 586
karyawan non-staf. Tabel 3 menunjukkan bahwa ITK Kebun Manggala 1 sebesar
0.12. Nilai ITK di Kebun Manggala 1 masih kurang dari standar nilai ITK
perkebunan kelapa sawit yaitu 0.2-0.3. Nilai ITK sangat mempengaruhi
keefektifan dan efisiensi tenaga kerja. Semakin kecil nilai ITK maka penggunaan
tenaga kerja semakain efisien dengan catatan seluruh kegiatan kebun berjalan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
13
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan tempat menumbuhkan kecambah atau proses
mengembangkan kecambah menjadi bibit dan memelihara bibit sampai siap
tanam di lapangan. Pembibitan di PT. TMP dilakukan di Manggala 1 divisi II blok
C010 dengan luas 29.3 ha. Kecambah yang digunakan yaitu Marihat (LTC dan
SMB) dan Socfindo (Lame dan Yangambi). Sistem pembibitan yang digunakan
dua tahap (double stage) yaitu tahap pre-nursery dan tahap main-nursery.
Pembibitan ini dilakukan untuk menyediakan bibit di Kebun MGE-1, MGE-2 dan
MGE-3 yang melakukan penanaman kembali (replanting) karena produksi yang
menurun.
Kegiatan yang dilakukan di pre-nursery mulai pembuatan bedengan
tempat penyusunan babybag. Kegiatan yang dikuti penulis yaitu mengisi media
tanam yang digunakan dalam babybag ukuran 15 cm x 23 cm x 0.1 cm dengan
komposisi topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Penulis juga melakukan
pengawasan sebelum penanaman dilakukan dengan melakukan seleksi kecambah
dengan kriteria kecambah normal, double tone dan abnormal yang didampingi
oleh mandor. Kecambah normal yaitu kecambah yang memiliki pluma dan
radikula yang tegak lurus. Kecambah abnormal yaitu kecambah yang memiliki
salah satu plumula atau radikula patah, kecambah patah dan kecambah mati.
Kecambah yang diseleksi kemudian ditanam dalam babybag yang terlebih dahulu
media tanam di aplikasikan mycoriza (mycogold) dengan dosis 50 g babybag-1.
Kecambah normal ditanam di atas mycoriza dengan meletakkan plumula pada
bagian atas, radikula pada bagian bawah dan ditutup menggunakan tanah.
Sedangkan kecambah doble tone di tanam pada bedengan yang terpisah dan bibit
yang di jaga dua kecambah, namun setelah umur 6 minggu (1.5 bulan) dilakukan
pemisahan bibit secara teliti dan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan.
Penyiraman tahap pre-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 10 menit
dengan volume 0.2-0.3 liter babybag-1.
Kegiatan pada tahap pre-nursery dilakukan selama 3 bulan (12 minggu)
sebelum dilakukan transplanting ke tahap main-nursery. Sedangkan bibit double
tone dilakukan transplanting setelah umur 4 bulan (16 minggu). Hasil seleksi
kecambah dilakukan pada 3 bungkus kecamabah dengan jumlah masing-masing
kecambah sebanyak 103 kecambah. Jumlah kecambah yang diseleksi sebesar 309
kecamabah dengan kriteria kecambah normal 209 kecambah, double tone 83
kecambah dan afkir 7 kecambah. Seleksi kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.
Permasalahan yang dihadapi yaitu pencampuran komposisi media tanam yang
belum sepenuhnya memenuhi standar kebun. Hal ini disebabkan pengambilan
media tanam oleh dump-truck sehingga pencampuran media yang tidak merata
pada saat pengisian babybag. Solusi menghadapi permasalahan yaitu dengan
meningkatkan pengawasan terhadap pengambilan media tanam dan pengisian
babybag sehingga seluruh media tercampur secara merata.
14
Pembibitan tahap main-nursery penulis mengikuti kegiatan mulai dari
pengisian polybag berukuran 40 cm x 50 cm x 0.2 cm dengan media tanam yaitu
topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Prestasi penulis dapat mengisi 75
polybag, sedangkan prestasi karyawan 200 polybag, ini masih jauh dari prestasi
kerja yang diharapkan. Kegiatan selanjutnya melakukan transplanting bibit pernursery ke main-nursery. Transpalanting yaitu proses pemindahan bibit dari
media tanaman sebelumnya (pre-nursery) ke polybag (main-nursery) mulai dari
proses seleksi di pre-nursery, pengangkutan dan penanaman. Penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menyesuaikan ukuran babybag
dan pengaplikasian pupuk dasar (Rock Phospate) 120 g polybag-1 sebelum
penanaman. Prestasi karyawan pada saat transpalantig pembibitan yaitu 100
polybag HK-1. Kagiatan selanjutnya yaitu dengan melakukan pemeliharan
(pemupukan, pengendalian hama dan pengendalian penyakit) dan penyiraman
bibit. Dosis pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel
4. Pupuk yang digunakan yaitu NPK (14:13:9+TE(2.5)). Sedangkan penyiraman
dilakukan tahap main-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 20 menit
dengan volume 3-5 liter polybag-1.
Tenaga kerja pembibitan dilakukan oleh tenaga SKU bulanan yang dengan
jumlah 51 orang dan dipimpin oleh asisten pembibitan, mandor I, krani
pembibitan dan empat kemandoran pembibitan.
Kegiatan seleksi pada pembibitan dilakukan pada dua tahap dengan
sebesar 30%. Seleksi tahap pertama dilakukan di pre-nursery umur 10-12 minggu
sebesar 12% dan tahap main-nursery umur 24-26 minggu sebesar 6% dan umur
36-56 minggu sebesar 12%. Tahapan seleksi, penulis mengikuti pelatihan seleksi
bibit di pre nursery dan pemusnahan bibit di main nursery. Kegiatan seleksi bibit
(culling) terdapat kriteria bibit yang harus di seleksi. Kriteria bibit yang harus di
seleksi yaitu juvenil, kerdil (runt), tajuk rata (flat top), daun bulai (chimera), tajuk
lemah(limp), anak daun jarang (wide internode), anak daun sempit (short
internode), tegak, dan penyakit tajuk (crown disease).
A
B
C
Gambar 1. Seleksi Kecambah: (A) Kecambah afkir, (B) Kecambah normal
(C) Kecambah double tone
15
Tabel 4 Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery
Jenis Pupuk
Insektisida jenis Fungisida jenis
Umur
Decis/Mantap
Dithane (gram
NPK (gram
Kiserit (gram
(minggu)
-1
-1
(konsentrasi %)
pokok-1)
pokok )
pokok )
14
0.1
0.03
16
5
0.1
0.03
18
10
0.1
0.04
20
15
0.1
0.04
22
20
24
0.1
0.04
26
25
10
28
30
25
0.13
0.06
32
34
25
0.13
0.06
36
38
25
0.13
0.06
40
42
30
10
0.13
0.06
44
46
30
0.13
0.09
48
50
30
0.2
0.09
52
30
58
30
0.1
0.09
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengendalikan pertumbuhan
gulma yang tumbuh di areal tanaman untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan
cahaya terhadap tanaman. Tujuan dari pengendalian gulma untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan, perawatan tanaman, sanitasi, menekan populasi hama dan
taksasi panen. Pengendalian gulma di Kebun Manggala 1 dilakukan di piringan
(cyrcle) dan gawangan (interrow) dilakukan secara manual dan kimia.
Pengendalian secara manual terdiri atas garuk piringan (raking) dan pembabatan
gulma di gawangan. Jenis gulma yang dominan di Kebun Manggala 1 yaitu
Stnochlaena palustris, Scelaria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Melastoma
malabatricum, Digitaria sp, Chrolaena odorata, Clidemia hitra, Paspalum
conjugatum dan Asystasia intrusa.
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan
menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat
mematikan gulama secara selektif maupun non-selektif. Herbisida di aplikasikan
secara merata terhadap gulma. Penyemprotan dilakukan pada areal TBM dan areal
TM. Pengendalian di TBM dan TM dilakukan di gawangan dan piringan masing
masing dengan rotasi dua kali dan tiga kali dalam setahun. Herbisida yang
digunakan yaitu merk dagang Prima-Up dengan bahan aktif Isopropil amina
glyphosat 480 gl-1 setara dengan Glyphosat 356 gl-1, merk dangang Meta-Prima
dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%, dan merk dagang Kenlon dengan
16
bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 gl-1. Kebun Manggala 1 mengendalikan
gulma secara kimia menggunakan sistem Block Spraying Sitem (BSS). BSS yaitu
sistem penyemprotan yang terkonsentrasi pada satu blok yang dilakukan dengan
bergerak bersama. Pengendalian gulma secara kimia terdiri atas dua mandoran
yaitu kemandoran tim semprot kebun (TSK) terdiri dari 6 orang dan kemandoran
BSS atau geng semprot terdiri dari 10 orang. TSK menggunakan alat semprot
yaitu Knapsack sprayer 15 L dengan nozle deflektor warna merah dengan lebar
semprot 1.5 m dan BSS menggunakan Knapsack sprayer 17 L dengan nozle
deflektor warna merah dan kuning dengan lebar semprot 1.5 m. Pengendalian
gulma dilakukan dengan pengendalian gulma di piringan dan pengendalian gulma
di gawangan.
Penyemprotan piringan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor
dengan prestasi kerja karyawan 5 ha HK-1 dan penulis disini melakukan tugas
sebagai tukang pengangkut air pada TSK. Herbisida yang dipakai menggunakan
glyphosat 250 ml ha-1 dan metil metsulfuron 20% (250 g l-1) yang sudah
dilarutkan dengan 2.5 L air (kosentrasi 10%). Penyemprotan piringan dilakukan
menggunakan knapsack 15 L dengan volume semprot 2 kep ha-1 dengan masing
masing dosis herbisida 125 ml kep-1. Prestasi penulis dalam penyemprotan di
pringan yaitu melakukan pencampuran herbisida dan mengisi 50 knapsack
terhadap 5 tenaga kerja. Sedangkan pengendalian gulma di gawangan dimulai
dengan pembagian hancak oleh mandor dan penyemprotan di mulai jalan koleksi
sampai ke pasar tengah dengan prestasi kerja 3 ha HK-1 dan penulis disini bekerja
sebagai pendamping mandor. Untuk jenis herbida yang digunakan baik di
piringan maupun di gawangan tergantung persediaan yang ada di gudang.
Permasalahan yang dihadapi penulis pada saat penyemprotan yaitu
keadaan gulma yang tinggi menyebabkan kebutuhan bahan dan volume semprot
meningkat. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu dengan melakukan
penyemprotan dengan rotasi yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan gulma
di piringan maupun digawangan dapat dikendalikan.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma dilakukan
pada garuk piringan (Raking) dan babat gawangan. Pengendaian gulam secara
garuk piringan harus bebas dari gulma (kondisi W0) agar akar tanaman kelapa
sawit yang terdapat di piringan tidak mengalami kompetisi dengan gulma.
Kegiatan ini dilakukan dengan membabat terlebih dahulu apabila pertumbuhan
gulma tinggi, menggaruk, mendongkel anak kayu, dan mendongkel kentosan
(anak sawit) yang berada di piringan sampai 2-2.5 meter dari pokok sawit.
Peralatan yang digunakan berupa cangkul dodos (cados) dan parang. Pekerjaan
garuk piringan dilakukan berdasarkan kesepakatan surat kerja (SPK) dengan
sistem borongan dengan upah sebesar Rp 100 000 ha-1. Sedangkan pekerjaan
garuk piringan dilakukan oleh tenaga SKU apabila tenaga alokasi kerja divisi
berlebih dengan norma kerja 100 pokok HK-1. Rotasi garuk piringan dilakukan
sekali setahun. Penulis melakukan pengawasan garuk piringan pada saat kegiatan
di lakukan pekerja SPK. Permasalahan yang di hadapi penulis pada saat
pengawasan terdapat hasil garuk belum memenuhi standar yang ditetapkan kebun,
kondisi piringan yang masih bergulma dan para pekerja melakukan garuk piringan
di sore hari setelah jam kerja kebun selesai sehingga pengawasan dalam kegiatan
ini berkurang.
17
Pengendalian gulma manual dengan babat gawangan bersamaan dengan
mendongkel anak kayu (DAK). DAK dilakuakan dengan membongkar gulma
guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN
DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL
MITRA PLANTATION, RIAU
BAHSAN ADE PUTRA HSB
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Tanaman Menghasilkan di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Riau adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Bahsan Ade Putra Hsb
NIM A24110031
ABSTRAK
BAHSAN ADE PUTRA HSB. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) Tanaman mengasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra
Plantation, Riau. Dibimbing oleh Suwarto.
Kegiatan magang di laksanakan mulai 9 Februari sampai 9 Juni 2015 di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation terletak di Desa Siarang-arang,
Pamatang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir,
Propinsi Riau. Metode yang dilaksanakan selama kegiatan magang yaitu metode
langsung dan metode tidak langsung. Kegiatan magang ini bertujuan untuk
meningkatkan wawasan, kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam
meningkatkan aspek pengetahuan proses kerja dan manajerial dalam pengolahan
tanaman kelapa sawit. Tujuan khusus magang yaitu pengelolaan produksi pada
kelapa sawit dengan pendekatan pemupukan yang efektif dan efisien harus
memenuhi prinsip 5 Tepat (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat
dan Tepat Waktu). Pengamatan yang dilakukan terhadap ketepatan jenis pupuk
dan waktu pemupukan sudah memenuhi prinsip ketepatan, namun ketepatan
dosis, cara dan tempat pemupukan belum memenuhi standar ketepatan
perusahaan.
Kata kunci : Kelapa sawit, ketepatan pemupukan tanaman menghasilkan,
manajemen pemupukan.
ABSTRACT
BAHSAN ADE PUTRA HSB. Fertilization Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) mature plant at Manggala 1 Estate PT. Tunggal Mitra
Plantation, Riau. Supervised by Suwarto.
The internship was conducted from 9th February to 9th June 2015 in Manggala 1
estate PT. Tunggal Mitra Plantation located in the village Siarang-arang,
Pamatang Damar, Subddistrict Pujud, Bangko Pusako, Rokan Hilir Regency,
Riau Province. Internship ware consisted of direct and indrect methods. The aims
of this internship to increase knowledge, professional ability, and work skills in
to improve aspects of processes work knowledge and the management of oil palm
plantation. The spesific aim of this internship was to management palm
production with efective and efficient fertilization whit fulfill the five principle
accuracy (accuracy of type, doses, method, places and time). The observation on
accuracy of type and time fertilization have fulfill principles of accuracy, but the
accuracy of doses, method, and places has not fulfill the accuracy company
prosedure.
Key word: oil palm, accuracy fertilization mature palnt, management fertilization
MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) TANAMAN MENGHASILKAN
DI KEBUN MANGGALA 1 PT. TUNGGAL
MITRA PLANTATION, RIAU
BAHSAN ADE PUTRA HSB
Skiripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi Dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Skiripsi
merupakan hasil dari kerja analisis selama kegiatan magang yang dilaksanakan di
Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi
Riau. Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak 9 Februari 9 Juni 2015 dengan
judul Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaies guineensis Jacq.)
Tanaman Menghasilkan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Plantation,
Minamas Plantation, Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua tercinta Sumindak dan Maruba Daulay dan seluruh keluarga
besar atas segala doa dan dukungan yang diberikan.
2. Dr Ir Suwarto MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan
dan saran selama penyusunan skiripsi.
3. Dr Desta Wirnas SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran dan motivasi.
4. Kebun Manggala 1 selaku tempat pelaksanaan magang yang telah menerima
penulis, membantu dan meberikan masukan.
5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manajer Kebun Manggala I, Bapak Benny
Taringan selaku kasie, Bapak Sardi selaku senior asisten, asisten pembibitan
dan traksi, Bapak Esron G Surbakti selaku asisten divisi II, Bapak Priyono
Simanjuntak selaku asisten divisi I, Bapak Suriyadi selaku asisten divisi IV,
Bapak Jastri Mei Saragih selaku asisten divisi III, seluruh Mandor I, seluruh
mandor di Kebun Manggala I dan seluruh karyawan Kebun Manggala 1 yang
selalu memberikan bantuan selama penulis melaksanakan magang.
6. Keluarga besar Agronomi dan Hortikultura khususnya angkatan 48
(Dandelion) atas kebersamaan dan pelajaran selama masih kuliah.
7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Tapanuli selatan (IMATAPSEL-Bogor) atas
doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis.
Bogor, Desember 2015
Bahsan Ade Putra Hsb
vivi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Magang
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Manajemen
Pupuk dan Pemupukan
Kebutuhan Hara Tanaman
Ketepatan Pemupukan
Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan
Diagnosis Kebutuhan Pupuk
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengmpulan Data dan Informasi
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
PEMBAHASAN
Tepat Jenis
Tepat Dosis
Tepat Cara dan Tempat
Tepat Waktu
Prestasi Tenaga Kerja
Defisiensi Unsur Hara
Hubungan Produktivtas dan Pemupukan
KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
vii
viii
1
1
2
2
2
3
3
4
5
6
7
7
7
7
8
8
9
10
10
10
10
11
12
13
13
27
32
33
34
35
38
39
40
41
43
44
46
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1
Produksi dan produktivitas tandan buah segar Kebun Manggala 1
Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1
Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery
Tingkat kematangan dan kriteria panen Kebun Manggala 1
Luas seksi panen divisi III Kebun Manggala I
Alat panen Kebun Manggala 1
Defesiensi hara tanaman
Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor panen 01
Kegiatan penulis sebagai pendamping mandor perawatan
Rekomendasi pemupukan Kebun Manggala 1 Tahun 2014/2015
Kandungan unsur hara pupuk Kebun Manggala 1 semester II
Tahun 2014/2015
Ketepatan dosis NPK Compound di Kebun Manggala 1
semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan jarak tabur pemupukan NPK Compound di Kebun
Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan penyebaran taburan pemupukan NPK Compound
di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Ketepatan tempat pemupukan pemupukan NPK Compound
di Kebun Manggala 1 semester II Tahun 2014/2015
Curah hujan Tahun 2009-2014 dan curah hujan tahun
2015 di Kebun Manggala 1
Prestasi kerja penabur pupuk divisi III Kebun Manggala 1
Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas
Korelasi antara tahun pemupukan unsur K terhadap produktivitas
Perbandingan rekomendasi dan realisasi pemupukan
11
11
12
15
19
19
20
22
28
29
33
34
35
37
36
37
38
39
42
42
43
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
Seleksi kecambah
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama
Contoh Label pada Pokok Contoh LSU
Pengaplikasian Janjang Kosong
Peta rencana pergiliran waktu pemupukan divisi III
Alur Pemupukan
Defisiensi Unsur Hara
14
17
20
21
24
25
26
41
viii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di
Kebun Mangga 1
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor
di Kebun Mangga 1
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping
asisten divisi III Kebun Manggala 1
Peta Kebun Manggala 1
Data Curah Hujan Kebun Manggala 1
Struktur organisasi Kebun Manggala 1
Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
47
48
50
53
54
55
56
57
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi penting dalam peningkatan devisa negara.
Tanaman kelapa sawit telah dikembangkan di beberapa daerah di Indonesia dan
menjadi unggulan tanaman perkebunan karena mempunyai nilai ekonomis yang
tinggi. Kelapa Sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang
mempunyai produktivitas dan keunggulan lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Perkembangan luas areal perkebunan kelapa
sawit Indonesia terus meningkat setiap tahun. Luas areal kelapa sawit tahun 2014
mencapai 10 956 231 ha dengan produksi CPO mencapai 29 344 479 ton dengan
produktivitas rata-rata CPO sebesar 3 568 kg ha-1 tahun-1. Pada tahun 2013
Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume
ekspor mencapai 20 577 976 ton dengan nilai US$ 15 838 850 000
(Ditjenbun 2014). Kelapa sawit memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan
petani dan masyarakat, produksi yang menjadi bahan baku industri pengolahan
yang menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Minyak kelapa sawit memiliki
banyak produk turunan baik di bidang pangan maupun non pangan, sehingga
menjadi sumber penghasil devisa non-migas Indonesia.
Produktivitas tandan buah segar (TBS) ditentukan oleh ketersediaan hara
dalam tanah. Kemampuan tanah dalam penyediaan unsur hara secara terusmenerus bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit terbatas.
Keterbatasan daya dukung lahan dalam penyediaan hara harus diimbangi dengan
penambahan unsur hara melalui pemupukan. Menurut Risza (2010) pemupukan
merupakan proses penambahan tersedianya unsur hara dan perbaikan struktur
tanah serta penggantian unsur-unsur hara yang hilang diserap atau diangkut oleh
tanaman seperti yang tersimpan dalam tubuh tanaman, akibat penunasan, kastrasi,
dan pemanenan buah. Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang
menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan 2013).
Pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam
tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk pada kelapa sawit
biasanya dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir
musim hujan. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah,
kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Peningkatkan produktivitas
tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam
manajemen pemupukan.
Prinsip pemupukan adalah pemberian pupuk pada setiap pokok harus
sesuai dengan dosis yang telah ditentukan dalam buku rekomendasi pemupukan.
Pemupukan di perkebunan memberikan kontribusi yang luas dalam meningkatkan
produksi dan kualiatas produk yang dihasilkan. Pemupukan dalam perkebunan
dilakukan pada tahap-tahap tertentu, karena pemupukan harus dilakukan dengan
efisien dan efektif. Dalam meningkatkan kesuburan tanah pemupukan dilakukan
untuk meningkatkan produksi tanaman stabil dan meningkatkan daya tahan
tanaman terhadap penyakit.
2
Strategi pemupukan kelapa sawit yang baik harus mengacu pada konsep
efektivitas dan efesiensi yang maksimum. Pemupukan dilakukan dalam tiga tahap,
yaitu tahap pembibitan, tahap tanaman belum menghasilkan (TBM), dan tahap
tanaman menghasilkan (TM) sesuai dengan ketentuan neraca hara.
Manajemen pemupukan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan
tanaman yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas produk yang
dihasilkan. Manajemen pemupukan penting untuk dipelajari, karena untuk
menjamin kelancaran pengadaan dan pelaksanaan pemupukan agar tercapai
pemupukan yang efektif dan efisien.
Tujuan Magang
Kegiatan magang ini secara umum memiliki tujuan untuk meningkatkan
wawasan, kemampuan profesional,
keterampilan dan pengalaman kerja
mahasiswa. Adapun aspek khusus pada kegiatan magang ini adalah teknik
pemupukan terhadap kelapa sawit.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu jenis tanaman
paku yang menghasilkan salah satu jenis minyak nabati yang berasal dari benua
Afrika. Klasifikasi tanaman kelapa sawit yaitu: Divisi Embrophyta Siphonagama,
sub divisi Pteropsida, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili
Arecaceae sub family Cocoidae genus Elaeis spesies E. guineensis Jacq (Pahan
2013).
Menurut Pahan (2013) kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil
dengan sistem akar serabut. Sistem akar serabut terdiri dari akar primer, sekunder,
tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya berdiameter 6-10 mm, keluar dari
pangkal batang dan menyebar secara horizontal. Akar primer bercabang
membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang
membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang
lagi membentuk akar kuarterner dengan diameter 0.1-0.3 mm dan panjang hanya
1-4 mm serta tidak mengandung lignin. Kedalaman perakaran tanaman kelapa
sawit bisa mencapai 8-16 meter secara horizontal. Kelapa sawit merupakan
tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga jantan dan bunga betina terdapat
pada satu pohon, akan tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian,
kadang-kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan
(hermafrodit). Bunga muncul dari tiap ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya
menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari
proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap pada ketiak daun
memerlukan waktu 2.5-3 tahun. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit dapat dibagi menjadi
bagian vegetatif dan generatif. Bagian vegetatif terdiri akar, batang, dan daun,
3
sedangkan yang bagian generatif berfungsi sebagai alat pembiakan terdiri dari
bunga dan buah.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropika basah
kawasan khatulistiwa 120 LU-120 LS. Kelapa sawit dapat tumbuh dan berbuah
hingga pada lahan dengan elavasi 1 000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Namun demikian pertumbuhan dan produktivitas optimal akan lebih baik jika
ditanam pada lahan dengan elavasi antara 0-500 meter dpl. Pada ketinggian
tempat lebih dari 500 meter dpl, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi
namun produksinya relatif rendah (Pahan 2013).
Manajemen
Menurut Kusumastuti (2009) manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya
untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Secara umum terdapat empat
fungsi manajemen yang sering disebut POAC (Planning, Organizing, Actuating,
dan Controlling). Dua fungsi pertama dikategorikan sebagai kegiatan mental,
sedangkan dua berikutnya dikategorikan sebagai kegiatan fisik.
1. Fungsi Perencanaan (Planning)
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi
kecendrungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi yang tepat
untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Proses yang menyangkut strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam
perencanaan dirancang dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan
tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan dapat
memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara efektif
dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
3. Fungsi Pengarahan dan Implementasi (Actuating)
Proses implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalam
organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawab dengan penuh kesadaran.
4. Fungsi Pengawasan (Controlling)
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang
direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan dapat berjalan sesuai
dengan target yang diharapkan, meskipun berbagai perubahan terjadi dalam
lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
4
Pupuk dan Pemupukan
Pupuk merupakan salah satu sumber unsur hara utama yang sangat
menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi kelapa sawit. Menurut Pahan
(2013) pupuk yang digunakan untuk kelapa sawit terdiri atas pupuk anorganik dan
pupuk organik.
Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik terdiri atas pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk
tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara. Pupuk majemuk
adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (Hardjowigeno 2007).
Menurut Poeloengan at al. (2007) Pupuk majemuk memiliki keunggulan
dibandingkan dengan pupuk tuggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan,
transportasi, penyimpanan dan aplikasinya di lapangan karena satu jenis pupuk
majemuk yang mengandung keseluruhan atau sebahagian besar hara yang
dibutuhkan tanaman.
Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan organik.
diperkebunan kelapa sawit berasal dari limbah pabrik kelapa sawit dan sisa-sisa
daun kacang-kacangan yang sengaja ditanam saat pembukaan lahan. Pupuk
organik bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi
tanaman kelapa sawit (Pahan 2013).
Menurut Pahan (2013) penambahan bahan organik akan mempengaruhi
sifat kimia tanah melalui beberapa hal, sebagai berikut :
1. Peningkatan nilai KTK tanah karena serapan (sorption) hara oleh asam humat.
2. Persediaan hara dari dekomposisi humus dan mineral-mineral tanah yang
terlarut.
3. Pengikatan hara dalam kompleks senyawa organik.
4. Pengaruh dari pengatur tumbuh yang dihasilkan tanah.
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sehat sehingga
dapat memberikan produksi tandan buah segar (TBS) yang maksimum, ekonomis
dan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Sutarta at al. 2007). Efektifitas
pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara pupuk yang diserap
tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap
tanaman. Sedangkan efisiens pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya
(bahan pupuk, alat kerja, transportasi dan upah tenaga kerja) dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan efektifitas dan
efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan
rekomendasi pemupukan (Saputra 2012).
Pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara. Hara yang diserap dari tanah
berasal dari tanah itu sendiri dan dari pupuk yang diaplikasikan. Beberapa hal
yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah: (1) tanah tidak mampu
menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman, (2) tanaman kelapa sawit
memerlukan hara yang besar untuk tumbuh dan produksi tinggi, (3) penggunaan
varietas unggul yang membutuhkan hara lebih besar, (4) unsur hara yang
terangkut berupa produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke tanah. Karena itu
5
pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan
produksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesuburan tanah (Saputra 2012).
Menurut Pahan (2013) Pemupukan yang baik mampu meningkatkan
produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian
lahannya. Pemupukan dalam suatu usaha perkebunan kelapa sawit merupakan
salah satu usaha perawatan tanaman untuk meningkatkan pertumbuhan dan
potensi produksi. Ditinjau dari segi biaya, pemupukan di perkebunan kelapa sawit
tergolong tinggi, yaitu sekitar 40-60 % dari total biaya pemeliharaan (Risza 2010).
Kebutuhan Hara Tanaman
Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah besar disebut unsur hara
makro, sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit disebut unsur
hara mikro. Unsur hara makro terbagi menjadi dua yaitu unsur hara makro
melimpah terdiri atas karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O); unsur hara
makro terbatas terdiri atas nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), belerang atau
sulfur (S), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Unsur hara mikro terdiri atas
boron (B), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molybdenum (Mo),
dan khlorin (Cl) (Hanafiah 2004).
Unsur hara yang dibutuhkan oleh kelapa sawit antara lain unsur hara
makro N, P, K, dan Mg serta unsur hara mikro Cu dan B (Mangoensoekarjo
2007). Fungsi unsur hara harus diperhatikan untuk meningkatkan keefektifan
pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa fungsi unsur hara yang penting bagi
tanaman kelapa sawit, antara lain:
1. Nitrogen (N) berfungsi untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan protein. Gejala kekurangan N adalah tanaman menjadi kerdil,
tajuk tanaman tetap hijau tetapi daun-daun tua secara merata menguning
kemudian mengering dan gugur, dan pertumbuhan akar terbatas. Sumber unsur
hara N adalah Urea atau ZA.
2. Fosfor (P) berfungsi untuk pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji,
memperkuat batang agar tidak mudah roboh, pertumbuhan akar, dan untuk
metabolisme karbohidrat, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P
menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber
unsur hara P antara lain pupuk SP-18, Rock Phosphate, SP-36.
3. Kalium (K) berfungsi untuk pembentukan pati, pembukaan stomata, daya tahan
tanaman terhadap kekeringan dan penyakit tinggi, dan mempengaruhi proses
fisiologis pada tanaman. Unsur K juga diperlukan dalam jumah banyak,
penting untuk penyusunan minyak dan mempengaruhi jumlah dan ukuran
tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena unsur K
diangkut ke daun muda. Kekurangan unsur K ditandai dengan gejala klorosis
dan terdapat bercak kecil yang terletak pada bagian tepi atau ujung daun dan
antara tulang daun, lalu mengering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl.
4. Magnesium (Mg) berfungsi sebagai penyusun klorofil dalam proses
fotosintesis dan pembentukan minyak. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan
gejala klorosis pada daun-daun muda, ujung dan tepi daun menggulung dan
menguning atau kemerahan. Sumber unsur hara Mg adalah Dolomit.
6
5. Tembaga (Cu) berfungsi sebagai pembentuk klorofil daun dan katalisator
berbagai proses fisiologis tanaman. Kekurangan unsur Cu ditandai dengan
gejala krolosis pada daun muda berwarna hijau pusat sampai kuning keputihputihan. Sumber unsur hara Cu adalah CuSO4.
6. Boron (B) berperan penting dalam menstimulir kegiatan meristematik tanaman,
sintesis gula dan karbohidrat, metabolisme asam nukleat dan protein.
Kekurangan unsur B ditandai dengan munculnya daun pancing, daun kecil dan
daun sirip ikan, daun rapuh berwarna hijau gelap. Sumber unsur hara B adalah
Borax.
7. Zinc (Zn) memiliki peran dalam aktivasi enzimitas dan penting dalam sintesis
tryptophane, yang merupakan komponen protein dan berperan dalam produksi
hormon pertumbuhan. Kekurangan unsur Zn ditandai dengan terjadinya
kematian jaringan tanaman yang menyebabkan daunya tidak berukuran normal.
Ketepatan Pemupukan
Tepat Jenis dan Dosis
Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada tanaman kelapa sawit harus
disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah, dan waktu aplikasinya (Fauzi et
al. 2012). Strategi dalam menentukan jenis dan dosis pupuk diwarnai oleh
pertimbangan teknis dan pertimbangan ekonomis (Pahan 2013). Strategi yang
dapat digunakan dalam dalam menentukan jenis pupuk yaitu memilih kombinasi
jenis pupuk berdasarkan unsur hara utama dan unsur hara tambahan dan memilih
jenis pupuk berdasarkan kelarutannya. Pemupukan yang efektif akan berpengaruh
pada pertumbuhan yang optimal. Jenis pupuk yang digunakan berupa pupuk
tunggal atau pupuk majemuk dengan penggunaan dosis pemupukan untuk setiap
lokasi yang selalu berbeda-beda, tergantung pada tingkat kesuburan dan umur
tanaman (Fauzi et al. 2012).
Tepat Tempat dan Cara Penyebaran Pupuk
Tempat penyebaran pupuk adalah tempat dimana pupuk dapat ditaburkan.
Ada yang di dalam bokoran di tempat yang bersih dari gulma, ada juga yang
ditempatkan di luar bokoran dimana gulma lunak masih dapat tumbuh. Menurut
Pahan (2013). Cara menempatkan pupuk akan mempengaruhi jumlah pupuk yang
diserap akar tanaman, waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh keadaan
iklim terutama curah hujan dan hari hujan, sifat fisik tanah dan kondisi relief, dan
proses pengadaan pupuk. Manfaat pemupukan secara maksimal didapat pada
bulan-bulan dengan curah hujan berkisar 100-250 mm bulan-1. Pada masa ini,
kondisi tanah cukup basah (tetapi belum jenuh), sehingga memudahkan
terserapnya unsur hara oleh tanaman.
Tepat Waktu
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah hujan), sifat fisik
tanah, logistik (pengadaan) pupuk serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar
unsur hara (Pahan 2013). Waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan
adalah pada saat musim hujan yaitu keadaan tanah dalam keadaan lembab tetapi
tidak dalam keadaan tergenang (Fauzi et al. 2012).
7
Faktor Penunjang Ketepatan Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi status
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi TBS.
Pelaksanaan pemupukan di lapangan harus dilakukan dengan benar dan tepat
waktu. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: (1)
perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk,
jenis pupuk dan penyediaan pupuk yang cukup dan tepat waktu; (2) organisasi
kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi; (3) kontrol dan pengawasan.
Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna
menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan (Saputra 2012).
Diagnosis Kebutuhan Pupuk
Diagnosis kebutuhan pupuk dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk
yang harus diaplikasikan. Menurut Pahan (2013) Kemampuan tanah dalam
menyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat signifikan, tergantung pada
jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan
hara tersedia (secara kimia) untuk mencapai zona perakaran tanaman. Dalam
mendiagnosis kebutuhan Pupuk dapat dilakukan dengan cara:
1. Diagnosis secara Visual
Diagnosis secara visual dilakukan dengan pengamatan langsung dan
memperhatikan kriteria yaitu membandingkan warna hijau daun dengan warna
hijau yang baku, adanya tanda dan gejala defisiensi hara dan membandingkan
pertumbuhan tanaman dengan plot tanaman yang tidak mendapatkan
pemupukan.
2. Diagnosis secara Kimia
Diagnosisi secara kimia dilakukan dengan menganalisis tanah dan analisis
jaringan. Diagnosis secara kimia ini lebih presisi dan ilmiah jika di bandingkan
dengan diagnosis secara visual.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra
Plantation, Minamas Plantation, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Kegiatan
magang dilaksanakan 09 Februari sampai dengan 09 Juni 2015.
8
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung dilakukan dengan mengikuti kegiatan teknis di lapangan dan
kegiatan manajerial baik di lapangan maupun di kantor. Kegiatan magang yang
dilakukan dengan melaksanakan pekerjaan di lapangan dan kantor pada berbagai
tingkat pekerjaan sesuai tahapannya mulai dari karyawan harian lepas (KHL),
pendamping mandor, dan pendamping asisten divisi. Bulan pertama penulis
bekerja sebagai KHL, kemudian satu bulan berikutnya menjadi pendamping
mandor, dan dua bulan terakhir menjadi pendamping asisten divisi.
Pekerjaan yang dilakukan pada saat sebagai KHL adalah pengendalian gulma,
pemupukan, aplikasi janjang kosong, pemanenan, Leaf Sampling Unit (LSU) dan
pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan penulis sebagai KHL dapat dilihat
pada Lampiran 1. Pekerjaan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah
perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi adalah
pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemanenan,
dan pengangkutan hasil panen. Penulis membuat laporan harian mandor,
melakukan apel pagi, mengawasi karyawan yang bekerja di lapangan. Kegiatan
penulis sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pekerjaan
yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi pada Lampiran 3, yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan. Pekerjaan yang diawasi
adalah perawatan jalan, pemupukan, pengendalian gulma dan pemanenan. Penulis
membuat rencana kerja harian dan rencana kerja bulanan, melaksanakan kegiatan
yang telah disusun dan mengawasi semua kegiatan yang sedang berlangsung di
lapangan.
Aspek magang secara khusus yang dipelajari di perkebunan adalah teknik
pemupukan. Kegiatan yang dilakukan adalah aplikasi pemupukan dengan prinsip
empat tepat, mempelajari gejala defisiensi unsur hara, dan melakukan kegiatan
diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung baik
melalui pengamatan lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara
dengan asisten divisi, mandor, dan karyawan selama penulis berada di lapangan.
Data primer yang dikumpulkan meliputi sistem organisasi pemupukan, aplikasi
pemupukan mulai dari pengangkutan dan pengeceran pupuk, ketepatan jenis dan
dosis pupuk, ketepatan cara dan tempat aplikasi pemupukan, dan ketepatan waktu
pemupukan, jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, gejala defisiensi
hara tanaman, dan hubungan produktivitas dengan pemupukan serta dilakukan
kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL, mandor, dan asisten kebun.
Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen kebun meliputi lokasi
dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna
lahan, kondisi tanaman, produktivitas dan produksi, rekomendasi pemupukan,
struktur organisasi dan ketenagakerjaan. Selain itu dilakukan studi pustaka baik
berupa buku teks, jurnal, dan sumber pustaka lainnya. Pengamatan yang
9
dikumpulkan terkait pengumpulan data pemupukan selama magang adalah
sebagai berikut:
1. Ketepatan jenis pupuk, penulis mengamati jenis pupuk yang direkomendasikan
dan realisasi pemupukan yang dicapai di perkebunan pada tiap blok dalam
divisi tempat magang.
2. Ketepatan dosis pupuk, data diperoleh dengan cara menimbang pupuk yang
diaplikasikan oleh 9 orang penabur dan pada setiap penabur diulang sebanyak
5 kali ulangan. Hasil penimbangan pupuk dibandingkan dengan standar dosis
rekomendasi pupuk yang ditetapkan pada blok yang telah ditetapkan.
3. Ketepatan cara dengan mengukjur jarak tabur pupuk dan jarak taburan dan cara
pelaksanaan pemupukan, data diperoleh dengan cara mengukur jarak tabur
pupuk dari pokok sampai titik tabur pemupukan dari 9 orang penabur pupuk
dengan masing-masing 5 ulangan. Jarak taburan diukur jarak penyebaran
pupuk dari jarak penyebaran terdekat dari batang sampai jarak penyebaran
terluar dengan mengamati 10 tanaman contoh masing masing 5 ulangan.
Ketepatan tempat pemupukan di lakukan secara visual dan objektif terhadap
penaburan pupuk yang dilakukan.
4. Ketepatan waktu, penulis mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian
menganalisis berdasarkan data curah hujan serta mengamati kesesuaian waktu
realisasi pemupukan di lapangan dengan waktu rekomendasi
5. Gejala defisiensi hara, penulis mengamati gejala defisiensi hara yang muncul
pada tanaman contoh di baris 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100
sebanyak 5 blok. Pengamatan gejala defisiensi hara ini dilakukan secara visual
dan objektif dengan membandingkan gejala defisiensi pada tanaman dengan
gejala defisiensi dari pustaka yang ada.
6. Efisiensi tenaga kerja, data diperoleh dengan menghitung prestasi kerja
penabur, selanjutnya dibandingkan dengan standar kerja yang telah ditetapkan
kebun. Penulis juga melakukan pengamatan efisiensi tenaga kerja yang
ditetapkan kebun sebanyak 9 orang penabur dalam 3 blok yang telah
ditetapkan.
Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum kebun (letak
geografi dan letak wilayah administrasi, keadaan iklim dan tanah, luas areal kebun
dan tata guna lahan, dan struktur organisasi dan ketenagakerjaan), data produksi
dan produktivitas dan data pemupukan
Analisis Data dan Informasi
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis kuantitatif dan
analisis korelasi dosis pupuk dan produktivitas, menggunakan ukuran distributif
seperti presentase dan ukuran pemusatan (rata-rata). Data diolah menurut
kebutuhan penulisan, kemudian selanjutnya hasil dari pendekatan statistik
sederhana tersebut disajikan dalam bentuk narasi, tabel, grafik, dan diagram
sesuai kebutuhan.
10
KEADAAN UMUM
Letak Geografis dan Wilayah Administratif
PT. Tunggal Mitra Plantation (PT. TMP) terdiri atas tiga kebun yaitu
perkebunan Manggala 1 (MGE-1), Manggala 2 (MGE-2) dan Manggala 3 (MGE3). Perusahanan PT. TMP tergabung dalam Minamas Plantation Group. Secara
geografis Kebun Manggala 1 PT. Tunggal Mitra Palantation terletak di Desa
Siarang-arang, Pematang Damar, Kecamatan Pujud, Bangko Pusako, Kabupaten
Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kebun Manggala 1 memiliki curah hujan tahunan yang optimal untuk
pertumbuhan kelapa sawit. Berdasarkan curah hujan rata-rata tahunan Kebun
Manggala 1 pada tahun 2004 sampai 2014 adalah 1 937.9 mm tahun-1 dengan rata
rata hari hujan tahunan 114 hari. Kondisi iklim Kebun Manggala 1 menurut
Schmidt Ferguson bertipe iklim A (sangat Basah) dengan nilai Q = 14.24.
Variabel pengamatan yang dilakukan kebun adalah curah hujan dan hari hujan.
Jenis tanah Kebun Manggala 1 sebahagian besar tanah mineral (77.3%) dan tanah
gambut (22.7%) pada spot tertentu. Kebun Manggala 1 memiliki kondisi
tofografi tanah datar dan bergelombang. Tofografi tanah datar memiliki
kemiringan 0-4% seluas 3 109 ha dan pada tanah bergelombang memiliki
kemiringan 4-12 % seluas 409 ha. Jenis tanah pada lahan mineral adalah typic
hapluduits (podsolik merah kekuningan) dengan tekstur tanah liat berpasir dan
jenis tanah gambut adalah gambut matang.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas areal PT. Tunggal Mitra Palantation memiliki luas total hak guna
usaha (HGU) sebesar 13 836 ha. Luas lahan Kebun Manggala 1 sebesar
4 919.68 ha yang dibagi dalam empat divisi yaitu divisi I seluas 1 630.68 ha,
divisi II seluas 1 501.34 ha, divisi III seluas 891.03 ha dan divisi IV seluas
896.63 ha. Kebun Manggala 1 memiliki tanaman menghasilkan (TM) seluas 2
637.63 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 618.88 ha dan tanaman
replanting sebesar 428.85 ha. Luas arel dan tata guna lahan di Kebun Manggala 1
dapat dilihat pada Tabel 1.
11
Tabel 1 Luas areal dan tata guna lahan Kebun Manggala 1
Uraian
A. Areal yang diusahakan
1. Areal yang ditanam
Tanaman menghasilkan (TM)
Tanaman belum menghasilkan (TBM)
Replanting
2. Areal prasarana
Emplasment
Pabrik
Jalan, jembatan, dan parit
B. Areal mungkin bisa ditanam
Okupasi
C. Pembibitan
Pembibitan
Total
Luas (ha)
2 637.64
872.29
175.43
42.83
15.26
138.00
1 009.00
29.23
4 919.68
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang terdapat di Kebun Manggala 1 varietas
Tenera, hasil persilangan Dura dengan Pisifera yang berasal dari Socfindo,
Marihat, Rispa dan Lonsum dengan tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994,
1998, 2013, 2014 dan 2015. Jarak tanam yang digunakan pada TM yaitu 9.15 m x
9.15 m x 9.15 m dengan populasi 136 pokok ha-1. Berdasarkan kondisi di
lapangan rata-rata populasi tanaman ha-1 lebih rendah dari populasi yang
seharusnya yaitu sebanyak 130 pokok ha-1. Hal tersebut disebabkan adanya
tanaman mati secara alami dan sengaja ditumbang. Sedangkan jarak tanam yang
digunakan pada TBM yaitu 7.9 m x 7.9 m x 7.9 m dengan populasi 185 pokok ha1
. Keadaan produksi tandan buah segar (TBS) di Kebun Manggala 1 dari tahun
2009 hingga Juni 2014 memiliki Produksi rata-rata TBS sebesar
76 149
616 ton tahun-1 dengan produktivitas rata-rata sebesar 21.55 ton ha-1 tahun-1
dengan luas areal 3 523.96 ha. Total produksi pada tahun 2014-2015 (April)
sebesar 51 232 910 ton dengan produktivitas rata-rata sebesar
15.57 ton
tahun-1. Produksi dan produktivitas TBS dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi dan produktivitas TBS Kebun Manggala 1
Tahun
Luas (ha)
Produksi (ton)
Produktivitas (ton ha-1)
2009/2010
3 685.36
77 774 790
21.10
2010/2011
3 685.36
86 681 520
23.52
2011/2012
3 685.36
77 473 280
21.02
2012/2013
3 461.91
78 776 590
22.76
2013/2014
3 289.92
60 041 900
18.250
Rata-rata
3 523.96
76 149 616
21.55
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
12
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Manggala 1 dipimpin oleh satu orang manajer kebun (Estate
Manager). Dalam melaksanakan tugas sebagai manajer kebun dibantu oleh satu
orang senior asisten, empat orang asisten divisi dan satu orang kepala administrasi
(Kasie). Manajer kebun memiliki tugas dalam perencanaan, pengorganisasian dan
pengelolaan dalam mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka
mencapai produksi dan mutu kerja yang optimal. Senior asisten merangkap
sebagai asisten pembibitan dan asisten transportasi unit (traksi). Senior asisten
memiliki tanggung jawab langsung kepada manajer kebun dalam pengelolaan
semua aspek agronomi dan non agronomi dalam manjemen kegiatan di kebun.
Asisten divisi memiliki tugas dan tanggug jawab dalam mengelola divisi secara
menyeluruh kegiatan kebun. Kepala administrasi memiliki tugas dan tanggung
jawab dalam bagian administrasi dan keuangan kebun. Asisten divisi dibantu oleh
mandor 1 dan krani divisi. Mandor 1 memiliki tugas dalam pengontrolan dan
mengawasi seluruh kegiatan yang ada di kebun. Krani divisi bertugas dalam
kegiatan administarsi di divisi dan melaporkannya ke kantor besar. Struktur
organisasi Kebun Manggala 1 dapat dilihat pada Lampiran 6.
Tabel 3. Komposisi jumlah tenaga kerja Kebun Manggala 1
Jenis tenaga kerja
Tingkat karyawan
Karyawan staff
Manajer Kebun
Asisten senior
Asisten divisi
Kasie
Karyawan non-staff
SKU bulanan kantor
SKU bulanan traksi
SKU bulanan keamanan
SKU bulanan divisi
SKU bulanan pembibitan
SKU bulanan replanting
SKU bulanan guru TK/SD/SMP
Total
Indeks Tenaga Kerja (ITK)
Standar ITK perkebunan kelapa sawit
Jumlah orang
1
1
4
1
13
37
25
390
51
44
26
593
0.12
0.20-0.30
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Berdasarkan Tabel 3, status karyawan di Manggala 1 terdiri dari karyawan
staf dan non-staf. Karyawan staf terdiri dari manajer kebun, senior asisten,
asisten divisi, dan kasie. Karyawan non-staf terdiri dari serikat karyawan utama
(SKU) bulanan dan harian. Jumlah karyawan di Kebun Mangga 1 sampai bulan
Juni 2015 sebesar 593 orang yang terdiri dari 7 orang karyawan staf dan 586
karyawan non-staf. Tabel 3 menunjukkan bahwa ITK Kebun Manggala 1 sebesar
0.12. Nilai ITK di Kebun Manggala 1 masih kurang dari standar nilai ITK
perkebunan kelapa sawit yaitu 0.2-0.3. Nilai ITK sangat mempengaruhi
keefektifan dan efisiensi tenaga kerja. Semakin kecil nilai ITK maka penggunaan
tenaga kerja semakain efisien dengan catatan seluruh kegiatan kebun berjalan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
13
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pembibitan
Pembibitan merupakan tempat menumbuhkan kecambah atau proses
mengembangkan kecambah menjadi bibit dan memelihara bibit sampai siap
tanam di lapangan. Pembibitan di PT. TMP dilakukan di Manggala 1 divisi II blok
C010 dengan luas 29.3 ha. Kecambah yang digunakan yaitu Marihat (LTC dan
SMB) dan Socfindo (Lame dan Yangambi). Sistem pembibitan yang digunakan
dua tahap (double stage) yaitu tahap pre-nursery dan tahap main-nursery.
Pembibitan ini dilakukan untuk menyediakan bibit di Kebun MGE-1, MGE-2 dan
MGE-3 yang melakukan penanaman kembali (replanting) karena produksi yang
menurun.
Kegiatan yang dilakukan di pre-nursery mulai pembuatan bedengan
tempat penyusunan babybag. Kegiatan yang dikuti penulis yaitu mengisi media
tanam yang digunakan dalam babybag ukuran 15 cm x 23 cm x 0.1 cm dengan
komposisi topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Penulis juga melakukan
pengawasan sebelum penanaman dilakukan dengan melakukan seleksi kecambah
dengan kriteria kecambah normal, double tone dan abnormal yang didampingi
oleh mandor. Kecambah normal yaitu kecambah yang memiliki pluma dan
radikula yang tegak lurus. Kecambah abnormal yaitu kecambah yang memiliki
salah satu plumula atau radikula patah, kecambah patah dan kecambah mati.
Kecambah yang diseleksi kemudian ditanam dalam babybag yang terlebih dahulu
media tanam di aplikasikan mycoriza (mycogold) dengan dosis 50 g babybag-1.
Kecambah normal ditanam di atas mycoriza dengan meletakkan plumula pada
bagian atas, radikula pada bagian bawah dan ditutup menggunakan tanah.
Sedangkan kecambah doble tone di tanam pada bedengan yang terpisah dan bibit
yang di jaga dua kecambah, namun setelah umur 6 minggu (1.5 bulan) dilakukan
pemisahan bibit secara teliti dan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan.
Penyiraman tahap pre-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 10 menit
dengan volume 0.2-0.3 liter babybag-1.
Kegiatan pada tahap pre-nursery dilakukan selama 3 bulan (12 minggu)
sebelum dilakukan transplanting ke tahap main-nursery. Sedangkan bibit double
tone dilakukan transplanting setelah umur 4 bulan (16 minggu). Hasil seleksi
kecambah dilakukan pada 3 bungkus kecamabah dengan jumlah masing-masing
kecambah sebanyak 103 kecambah. Jumlah kecambah yang diseleksi sebesar 309
kecamabah dengan kriteria kecambah normal 209 kecambah, double tone 83
kecambah dan afkir 7 kecambah. Seleksi kecambah dapat dilihat pada Gambar 1.
Permasalahan yang dihadapi yaitu pencampuran komposisi media tanam yang
belum sepenuhnya memenuhi standar kebun. Hal ini disebabkan pengambilan
media tanam oleh dump-truck sehingga pencampuran media yang tidak merata
pada saat pengisian babybag. Solusi menghadapi permasalahan yaitu dengan
meningkatkan pengawasan terhadap pengambilan media tanam dan pengisian
babybag sehingga seluruh media tercampur secara merata.
14
Pembibitan tahap main-nursery penulis mengikuti kegiatan mulai dari
pengisian polybag berukuran 40 cm x 50 cm x 0.2 cm dengan media tanam yaitu
topsoil (40%), liat (40%) dan pasir (20%). Prestasi penulis dapat mengisi 75
polybag, sedangkan prestasi karyawan 200 polybag, ini masih jauh dari prestasi
kerja yang diharapkan. Kegiatan selanjutnya melakukan transplanting bibit pernursery ke main-nursery. Transpalanting yaitu proses pemindahan bibit dari
media tanaman sebelumnya (pre-nursery) ke polybag (main-nursery) mulai dari
proses seleksi di pre-nursery, pengangkutan dan penanaman. Penanaman
dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menyesuaikan ukuran babybag
dan pengaplikasian pupuk dasar (Rock Phospate) 120 g polybag-1 sebelum
penanaman. Prestasi karyawan pada saat transpalantig pembibitan yaitu 100
polybag HK-1. Kagiatan selanjutnya yaitu dengan melakukan pemeliharan
(pemupukan, pengendalian hama dan pengendalian penyakit) dan penyiraman
bibit. Dosis pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dapat dilihat pada Tabel
4. Pupuk yang digunakan yaitu NPK (14:13:9+TE(2.5)). Sedangkan penyiraman
dilakukan tahap main-nursery dilakukan dua kali penyiraman selama 20 menit
dengan volume 3-5 liter polybag-1.
Tenaga kerja pembibitan dilakukan oleh tenaga SKU bulanan yang dengan
jumlah 51 orang dan dipimpin oleh asisten pembibitan, mandor I, krani
pembibitan dan empat kemandoran pembibitan.
Kegiatan seleksi pada pembibitan dilakukan pada dua tahap dengan
sebesar 30%. Seleksi tahap pertama dilakukan di pre-nursery umur 10-12 minggu
sebesar 12% dan tahap main-nursery umur 24-26 minggu sebesar 6% dan umur
36-56 minggu sebesar 12%. Tahapan seleksi, penulis mengikuti pelatihan seleksi
bibit di pre nursery dan pemusnahan bibit di main nursery. Kegiatan seleksi bibit
(culling) terdapat kriteria bibit yang harus di seleksi. Kriteria bibit yang harus di
seleksi yaitu juvenil, kerdil (runt), tajuk rata (flat top), daun bulai (chimera), tajuk
lemah(limp), anak daun jarang (wide internode), anak daun sempit (short
internode), tegak, dan penyakit tajuk (crown disease).
A
B
C
Gambar 1. Seleksi Kecambah: (A) Kecambah afkir, (B) Kecambah normal
(C) Kecambah double tone
15
Tabel 4 Dosis pupuk, dosis insektisida dan dosis fungisida tahap main-nursery
Jenis Pupuk
Insektisida jenis Fungisida jenis
Umur
Decis/Mantap
Dithane (gram
NPK (gram
Kiserit (gram
(minggu)
-1
-1
(konsentrasi %)
pokok-1)
pokok )
pokok )
14
0.1
0.03
16
5
0.1
0.03
18
10
0.1
0.04
20
15
0.1
0.04
22
20
24
0.1
0.04
26
25
10
28
30
25
0.13
0.06
32
34
25
0.13
0.06
36
38
25
0.13
0.06
40
42
30
10
0.13
0.06
44
46
30
0.13
0.09
48
50
30
0.2
0.09
52
30
58
30
0.1
0.09
Sumber : Data Kebun MGE-1 (2015)
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma merupakan kegiatan mengendalikan pertumbuhan
gulma yang tumbuh di areal tanaman untuk mengurangi kompetisi hara, air, dan
cahaya terhadap tanaman. Tujuan dari pengendalian gulma untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan, perawatan tanaman, sanitasi, menekan populasi hama dan
taksasi panen. Pengendalian gulma di Kebun Manggala 1 dilakukan di piringan
(cyrcle) dan gawangan (interrow) dilakukan secara manual dan kimia.
Pengendalian secara manual terdiri atas garuk piringan (raking) dan pembabatan
gulma di gawangan. Jenis gulma yang dominan di Kebun Manggala 1 yaitu
Stnochlaena palustris, Scelaria sumatrensis, Ageratum conyzoides, Melastoma
malabatricum, Digitaria sp, Chrolaena odorata, Clidemia hitra, Paspalum
conjugatum dan Asystasia intrusa.
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian secara kimia dilakukan
menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang dapat
mematikan gulama secara selektif maupun non-selektif. Herbisida di aplikasikan
secara merata terhadap gulma. Penyemprotan dilakukan pada areal TBM dan areal
TM. Pengendalian di TBM dan TM dilakukan di gawangan dan piringan masing
masing dengan rotasi dua kali dan tiga kali dalam setahun. Herbisida yang
digunakan yaitu merk dagang Prima-Up dengan bahan aktif Isopropil amina
glyphosat 480 gl-1 setara dengan Glyphosat 356 gl-1, merk dangang Meta-Prima
dengan bahan aktif Metil metsulfuron 20%, dan merk dagang Kenlon dengan
16
bahan aktif Triklopir butoksi etil ester 480 gl-1. Kebun Manggala 1 mengendalikan
gulma secara kimia menggunakan sistem Block Spraying Sitem (BSS). BSS yaitu
sistem penyemprotan yang terkonsentrasi pada satu blok yang dilakukan dengan
bergerak bersama. Pengendalian gulma secara kimia terdiri atas dua mandoran
yaitu kemandoran tim semprot kebun (TSK) terdiri dari 6 orang dan kemandoran
BSS atau geng semprot terdiri dari 10 orang. TSK menggunakan alat semprot
yaitu Knapsack sprayer 15 L dengan nozle deflektor warna merah dengan lebar
semprot 1.5 m dan BSS menggunakan Knapsack sprayer 17 L dengan nozle
deflektor warna merah dan kuning dengan lebar semprot 1.5 m. Pengendalian
gulma dilakukan dengan pengendalian gulma di piringan dan pengendalian gulma
di gawangan.
Penyemprotan piringan dimulai dengan pembagian hancak oleh mandor
dengan prestasi kerja karyawan 5 ha HK-1 dan penulis disini melakukan tugas
sebagai tukang pengangkut air pada TSK. Herbisida yang dipakai menggunakan
glyphosat 250 ml ha-1 dan metil metsulfuron 20% (250 g l-1) yang sudah
dilarutkan dengan 2.5 L air (kosentrasi 10%). Penyemprotan piringan dilakukan
menggunakan knapsack 15 L dengan volume semprot 2 kep ha-1 dengan masing
masing dosis herbisida 125 ml kep-1. Prestasi penulis dalam penyemprotan di
pringan yaitu melakukan pencampuran herbisida dan mengisi 50 knapsack
terhadap 5 tenaga kerja. Sedangkan pengendalian gulma di gawangan dimulai
dengan pembagian hancak oleh mandor dan penyemprotan di mulai jalan koleksi
sampai ke pasar tengah dengan prestasi kerja 3 ha HK-1 dan penulis disini bekerja
sebagai pendamping mandor. Untuk jenis herbida yang digunakan baik di
piringan maupun di gawangan tergantung persediaan yang ada di gudang.
Permasalahan yang dihadapi penulis pada saat penyemprotan yaitu
keadaan gulma yang tinggi menyebabkan kebutuhan bahan dan volume semprot
meningkat. Solusi dalam menghadapi permasalahan yaitu dengan melakukan
penyemprotan dengan rotasi yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan gulma
di piringan maupun digawangan dapat dikendalikan.
Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma dilakukan
pada garuk piringan (Raking) dan babat gawangan. Pengendaian gulam secara
garuk piringan harus bebas dari gulma (kondisi W0) agar akar tanaman kelapa
sawit yang terdapat di piringan tidak mengalami kompetisi dengan gulma.
Kegiatan ini dilakukan dengan membabat terlebih dahulu apabila pertumbuhan
gulma tinggi, menggaruk, mendongkel anak kayu, dan mendongkel kentosan
(anak sawit) yang berada di piringan sampai 2-2.5 meter dari pokok sawit.
Peralatan yang digunakan berupa cangkul dodos (cados) dan parang. Pekerjaan
garuk piringan dilakukan berdasarkan kesepakatan surat kerja (SPK) dengan
sistem borongan dengan upah sebesar Rp 100 000 ha-1. Sedangkan pekerjaan
garuk piringan dilakukan oleh tenaga SKU apabila tenaga alokasi kerja divisi
berlebih dengan norma kerja 100 pokok HK-1. Rotasi garuk piringan dilakukan
sekali setahun. Penulis melakukan pengawasan garuk piringan pada saat kegiatan
di lakukan pekerja SPK. Permasalahan yang di hadapi penulis pada saat
pengawasan terdapat hasil garuk belum memenuhi standar yang ditetapkan kebun,
kondisi piringan yang masih bergulma dan para pekerja melakukan garuk piringan
di sore hari setelah jam kerja kebun selesai sehingga pengawasan dalam kegiatan
ini berkurang.
17
Pengendalian gulma manual dengan babat gawangan bersamaan dengan
mendongkel anak kayu (DAK). DAK dilakuakan dengan membongkar gulma