Pengelolaan Limbah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala-1, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation, Provinsi Riau

PENGELOLAAN LIMBAH TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MANGGALA-1
PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION, PROVINSI RIAU

JAKA RAHMADAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala-1 PT. Tunggal Mitra
Plantation, Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015
Jaka Rahmadan
NIM A24100077

ABSTRAK
JAKA RAHMADAN. Pengelolaan Limbah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Manggala-1 PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas
Plantation, Provinsi Riau. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.
Kegiatan magang telah dilaksanakan di Kebun Manggala-1, Minamas
Plantation, Provinsi Riau dari tanggal 10 Februari sampai 10 Juni 2014. Tujuan
dari kegiatan magang ini yaitu meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial
di perkebunan kelapa sawit. Pelaksanaan magang ini dilakukan dengan
menggunakan metode langsung (melakukan semua kegiatan di kebun, observasi
lapangan, dan diskusi dengan karyawan dan staf kebun) dan metode tidak
langsung (mengumpulkan semua informasi, arsip dan data dari kebun) dengan
pengelolaan limbah sebagai aspek khusus. Limbah kelapa sawit yang dihasilkan
dari pabrik seperti janjangan kosong (JJK), solid basah, dan Palm Oil Mill Effluent
(POME) dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan produksi

tanaman. Pada kegiatan magang ini, penulis mengamati efektivitas aplikasi
limbah kelapa sawit di Kebun Manggala-1 terutama aplikasi JJK dan POME.
Secara keseluruhan pengelolaan limbah kelapa sawit dapat mencegah kerusakan
lingkungan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Kata kunci: janjangan kosong (JJK), pemanfaatan limbah, POME

ABSTRACT
JAKA RAHMADAN. Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.)
in Manggala-1 Estate, Tunggal Mitra Plantation Company, Minamas Plantation,
Riau Province. Supervised by AHMAD JUNAEDI
The internship was conducted at Manggala-1 Estate, Minamas Plantation,
Riau Province from February 10th until June 10th 2014. The aim of this internship
was to improve technical and managerial skill. It was conducted using direct
method (doing all practice in estate, field observation, and discussion with estate
employee) and indirect method (collect all information, archives and files from
estate) with waste management as a specific topic. The utilization of palm oil
waste which produced from mill, such as empty fruit bunch (EFB), wet decanter
solid (WDS), and palm oil mill effluent (POME), as an organic fertilizer and
mulch could stimulate plant growth. In this internship, writer observed the
effectivity of organic waste land application in Manggala Estate especially EFB

and POME application. Overall, palm oil waste utilization could prevent
environmental damage and also reduce chemical fertilizer used.
Key Word: empty fruit bunch, land application, POME

PENGELOLAAN LIMBAH TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN MANGGALA-1
PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION, PROVINSI RIAU

JAKA RAHMADAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

Judul Skripsi : Pengelolaan Limbah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Manggala-1, PT. Tunggal Mitra Plantation,
Minamas Plantation, Provinsi Riau
Nama
: Jaka Rahmadan
NIM
: A24100077

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul
yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan
Juni 2014 adalah Pengelolaan Limbah Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Kebun Manggala-1, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas Plantation,
Provinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Ahmad Junaedi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu,
arahan, masukan, dan saran.
2. Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi.
3. Kedua orang tua tercinta Tunggul Wibawono dan Istanti atas segala doa dan
dukungan yang diberikan.
4. Kebun Manggala-1 sebagai tempat pelaksanaan magang yang telah menerima
penulis dengan sangat baik, membantu, dan memberikan masukan.
5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manajer Kebun Manggala-1, Bapak Ehen
Darman selaku senior asisten, Bapak Ruslan Hidayat selaku mandor 1, dan

seluruh mandor di Kebun Manggala-1 Divisi II yang selalu memberikan
bantuan selama penulis melaksanakan magang.
6. Indah Apriliya, teman-teman Departemen Agronomi dan Hortikultura
angkatan 47, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015
Jaka Rahmadan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh
Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Limbah Padat
Limbah Cair
Pengolahan Tandan Buah Segar
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Sejarah dan Perkembangan Kebun
Letak Wilayah Administratif
Keadaan iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Peremajaan
Penunasan
Leaf Sampling Unit (LSU)
Pengendalian Gulma

Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemupukan
Pemanenan
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Janjangan Kosong (JJK)
Limbah Cair (POME)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

xii
xii
xiii
1
2
2

2
2
3
3
4
5
6
6
6
7
8
8
8
8
9
9
10
11
12
12

16
17
18
21
22
23
25
27
27
32
38
38
38
38
40
58

DAFTAR TABEL
1 Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
2 Kandungan hara limbah kelapa sawit

3 Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam
Suatu Luasan
4 Baku Mutu Limbah Industri Minyak Sawit
5 Luas Hak Guna Usaha dan tata guna lahan di Manggala-1 Estate
6 Produksi TBS per tahun tanam Kebun Manggala-1 tahun 2008-2013
7 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Manggala 1 Estate
8 Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
9 Kriteria panen tandan buah segar di Kebun Manggala-1
10 Dosis aplikasi JJK di MGE-1
11 Jumlah Janjangan Kosong yang teraplikasikan di Manggala-1 Estate
pada periode 2013-2014
12 Perbandingan produktivitas TBS (janjang ha-1) dan produktivitas TBS
(kg ha-1) pada blok aplikasi janjangan kosong dengan blok tanpa
aplikasi janjangan kosong
13 Hasil uji-t rata-rata produktivitas TBS (janjang ha-1) dan produktivitas
TBS (kg ha-1) pada blok aplikasi janjangan kosong dengan blok tanpa
aplikasi janjangan kosong
14 Dosis setiap jenis pupuk yang diaplikasikan di blok yang diuji-t ratarata produktivitas (janjang ha-1) dan produktivitas (kg ha-1)
15 Jenis-jenis kolam, masa retensi dan kapasitas masing-masing kolam di
Manggala Factory
16 Monitoring baku mutu air limbah Manggala Factory pada tahun 2014
17 Luas blok aplikasi POME yang disertai dengan jumlah flat bed dan kran
di Manggala-1 Estate
18 Perbandingan produktivitas TBS (janjang ha-1) dan produktivitas TBS
(kg ha-1) pada blok aplikasi POME dengan blok tanpa aplikasi POME

3
3
4
4
10
11
12
16
24
28
29
30
30
31
32
34
35
37

19 Hasil uji-t rata-rata produktivitas TBS (janjang ha-1) dan produktivitas
TBS (kg ha-1) antara blok aplikasi POME dengan blok tanpa aplikasi
POME di Manggala-1 Estate

37

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Pelaksanaan Peremajaan di Kebun Manggala-1
Penunasan pelepah kelapa sawit Kebun Manggala-1
Pengambilan LSU di Kebun Manggala-1
Pelaksanaan penyemprotan Kebun Manggala-1
Beneficial plant Kebun Manggala-1
Rotasi Panen 6 Seksi Divisi II
Penulis saat menjadi pendamping asisten memimpin apel pagi
Peletakkan JJK
Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah

15
17
18
20
22
24
27
29
34

10 Flat bed penampungan air limbah POME

36

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di Kebun
Manggala-1 Divisi II
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di Kebun
Manggala-1 Divisi II
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping asisten di Kebun
Manggala-1 Divisi II
4 Peta Manggala-1 Estate, Tunggal Mitra Plantation
5 Informasi Peta Manggala-1 Estate, Tunggal Mitra Plantation
6 Data rata-rata curah hujan tahun 2004-2013 Kebun Manggala-1
7 Struktur organisasi Manggala-1 Estate
8 Alur distribusi Janjang Kosong (JJK) di Kebun Manggala-1
9 Sistem Kolam POME

41
43
46
52
53
54
55
56
57

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit (Elaeis gueineensis Jacq.) merupakan salah satu
komoditas perkebunan yang sangat unggul. Indonesia menjadi salah satu negara
penghasil kelapa sawit terbesar. Berdasarkan Ditjenbun (2012) luas areal
perkebunan kelapa sawit pada tahun 2012 mencapai 9 juta ha. Produksi CPO kelapa
sawit pada tahun 2012 mencapai 3 571 kg ha-1. Devisa dari sektor perkebunan
mencapai US$ 15.5 miliar (Ditjenbun 2011).
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan tersebut, potensi komoditas
kelapa sawit perlu dikembangakan lebih lanjut agar produksi dan keuntungan yang
diperoleh semakin meningkat. Posisi Indonesia saat ini harus dapat dipertahankan
bahkan ditingkatkan. Potensi produksi yang tinggi didukung oleh kualitas bahan
tanam dan teknik budidaya yang diterapkan. Benih yang digunakan harus
berkualitas unggul dan teknik budidaya harus dilakukan dengan baik sehingga
produksi optimal akan tercapai.
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan
pabrik dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas
sumber daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa
pengurasan) maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal tersebut disebabkan oleh
bobot limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah.
Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari
janjang kosong, pelepah (JJK), cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah cair yang
disebut Palm Oil Mill Effluent yang terjadi pada in house keeping.
Pertimbangan terhadap pencemaran yang ditimbulkan dari Industri kelapa
sawit dan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa sawit,
menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya. Menurut
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 tahun 2003 nilai BOD di bawah 5
000 mg L-1 dan pH diantara 6-9. Nilai BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bakteri untuk (mengoksidasi) hampir semua zat organis yang terlarut dan
sebagian zat-zat organis yang tersuspensi air (Pratiwi 2013). Langkah tersebut
merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri
yang berwawasan lingkungan. Salah satu potensi limbah dalam perkebunan kelapa
sawit adalah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang dapat
menggantikan pupuk sintesis (Ditjen PPHP 2006). Hasil sampingan dari industri
perkebunan kelapa sawit seluruhnya dapat dimanfaatkan jika para pelaku industri
ini mampu mengelolanya dengan baik.
Limbah industri pertanian khusunya industri kelapa sawit mempunyai ciri
khas berupa kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik
tersebut merupakan bahan baku potensial bagi produksi bahan-bahan yang
menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pada prinsipnya
konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah pemanfaatan dan
bukan pembuangan atau mengalirkan (untuk POME) sewenang-wenang.
Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal, agar
diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang
merugikan (Huan 1987).

2

Tujuan
Tujuan dilakukannya magang ini secara umum adalah menambah
pengetahuan tentang perkebunan kelapa sawit, melatih keterampilan dan
kemampuan dalam bidang perkebunan, memperoleh pengalaman kerja secara
langsung, dan mempelajari teknik budidaya serta manajemen perkebunan kelapa
sawit. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari pengelolaan limbah
kelapa sawit dan pemanfaatannya untuk budidadaya kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan
termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah
tanaman monokotil yang memiliki akar serabut, batang silindris yang tegak dan
tidak bercabang, tulang daun yang sejajar, tergolong tanaman monoecious serta
buah memiliki bentuk lonjong (Lubis dan Widanarko 2011).
Kelapa sawit memiliki empat jenis akar serabut yang biasa disebut feeder
roots. Pertama, akar primer (Ø = 5 - 10 mm) tumbuh dari pangkal batang pada
kedalaman 20 - 60 cm. Kedua, akar sekunder (Ø = 2 - 4 mm) muncul dari akar
primer dan tumbuh vertikal kepermukaan. Ketiga, akar tertier (Ø = 1 - 2 mm)
tumbuh horisontal pada akar sekunder yang dekat permukaan tanah dengan panjang
10 - 15 cm. Keempat, akar kuarter (Ø = 0.1 - 0.3 mm) terletak paling dekat
permukaan tanah dengan panjang 2 cm yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara
dan air. Akar-akar tersebut membentuk semacam anyaman (Lubis dan Widanarko
2011).
Batang kelapa sawit berbentuk silindris (Ø = 35 - 75 cm) dan tingginya
mencapai 30 m. Pada pertumbuhan awal, batang kelapa sawit tidak menunjukkan
pertambahan panjang (internodia). Tiga fungsi utama batang kelapa sawit: struktur
pendukung organ lain (daun, bunga dan tandan), sistem pembuluh (mengangkut air,
hara dan fotosintat) dan berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan atau
karbohidrat (Pahan 2008).
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit (Elaeisguinensis Jacq.) saat ini menjadi tanaman penghasil
minyak unggulan untuk tujuan komersil. Produksi minyak kelapa sawit sangat
bergantung kepada faktor genetik dan faktor lingkungan (PPKS 2007). Persyaratan
tumbuh bagi kelapa sawit antara lain lahan dengan topografi datar, ketebalan solum
60 - 80 cm, ketinggian tempat maksimal adalah 400 m di atas permukaan laut,
memiliki curah hujan optimal 1 750 - 2 500 mm/tahun dan terbagi merata sepanjang
tahun, suhu optimal 27 °C, lama penyinaran 6 jam/hari, kelembaban optimal 80 %,
dapat tumbuh pada bermacam-macam jenis tanah yang gembur, aerasi dan

3
drainasenya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padat serta pH
tanah antara 5.5 – 6.0 (PPKS 2007)
Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)
Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri
dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah cair yang
terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi dan
dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa sawit juga
menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik
kelapa sawit (Ditjen PPHP 2006). Jenis, potensi dan pemanfaatan limbah pabrik
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1 Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Jenis
Janjang kosong

Potensi per ton TBS (%)
23.0

Wet Decanter
Solid
Cangkang

4.0

Serabut (fiber)
Limbah Cair
Air kondesat

13.0
50.0
4.5

6.5

Manfaat
Pupuk kompos, pulp kertas, papan
partikel, energi
Pupuk, kompos, makanan ternak
Arang, karbon aktif, papan
partikel
Energi, pulp kertas, papan partikel
Pupuk, air irigasi
Air umpan boiler

Sumber: Ditjen PPHP (2006)

Limbah Padat
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah
padat seperti janjang kosong (JJK), cangkang, serat (serabut) dan lain-lain yang
pada umumnya lebih mudah untuk dikendalikan bahkan dapat dimanfaatkan (Lubis
1992). Kandungan hara limbah kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kandungan hara limbah kelapa sawit
Limbah Kelapa Sawit
Batang Pohon
Pelepah
Daun
Tandan Kosong
Serat Buah
Cangkang

N
0.49
2.38
0.37
0.35
0.32
0.33

Kandungan berat kering (%)
P
K
Mg
0.05
0.70
0.11
0.16
1.12
0.29
0.07
0.87
0.16
0.03
2.29
0.18
0.08
0.47
0.02
0.01
0.09
0.02

Ca
0.19
0.57
0.29
0.15
0.11
0.02

Janjang kosong dapat dimanfaatkan untuk pupuk, karena limbah ini
mempunyai fungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah juga
meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang sangat diperlukan bagi
perbaikan sifat fisik tanah. Persentase janjang kosong terhadap tandan buah segar

4
(TBS) sekitar 20 % dan setiap ton janjang kosong mengandung unsur hara N, P, K
dan Mg berturut-turut setara dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg
Kieserite (Ditjen PPHP 2006). Melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau proses
mineralisai, unsur hara yang didapati pada JJK kembali ke dalam tanah. Potensi dan
pemanfaatan JJK sebagai hara dalam suatu luasan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam
Suatu Luasan
Kapasitas Pabrik
(ton/jam)*
30
45
60

JJK
(ton/tahun)**
31 200
46 800
62 800

Luasan yang dapat Diaplikasi JJK
(ha/tahun)***
780
1 170
1 560

Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari
** = 20% TBS merupakan JJK
*** = dosis 40 ton JJK/ha
Sumber: Ditjen PPHP (2006)

Limbah Cair
Pengelolaan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menghasilkan
POME yang cukup merugikan bagi lingkungan yang dimana pengelolaan limbah
cair. POME yang langsung keluar dari fat-pit (saluran akhir pengelolaan TBS) tidak
sesuai untuk diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit, karena menimbulkan
masalah terhadap lingkungan seperti timbulnya bau yang tajam, meningkatnya
populasi ulat dan lalat, serta tertutupnya pori-pori tanah oleh padatan tersuspensi
dan minyak (Ditjen PPHP). Selain itu perlu diketahui bahwa dalam mengantisipasi
penurunan kualitas air pemerintah telah mengeluarkan PP No 20/1990 tentang
pengendalian pencemaran air. Keputusan Menteri tentang baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Baku Mutu Limbah Industri Minyak Sawit
Debit limbah maksimum sebesar 2.5 m3 per ton CPO
Parameter
Kadar Maksimal
Beban Pencemaran Maksimal
-1
(mg l )
(kg ton-1)
BOD
100
0.25
COD
350
0.88
TSS
250
0.63
Minyak & Lemak
25
0.06
Total N
50
0.13
pH
6-9
Sumber: Bapedal (1995)

Proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan tiga macam
limbah cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap
ton TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon
0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.91 ton (Lubis 1992).

5
Tobing dan Poeloengan (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume
limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air
kondensat antara 15 – 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara
70 – 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 – 10 %. Limbah cair yang
akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan
maksimal ± 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Ditjen PPHP 2006).
Keuntungan pemanfaatan POME secara umum adalah memperbaiki sifat fisika,
kimia, dan biologi tanah (Huan 1987).
Pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk di pertanaman kelapa sawit
dimungkinkan atas dasar adanya kandungan hara dalam limbah tersebut.
Kandungan unsur hara limbah cair kelapa sawit per liternya sebelum dilakukan
pengelolaan mengandung unsur hara P, N, K, dan Mg berturut-turut 500-900 mg,
90-140 mg, 1 000-1 975 mg,dan 250 – 340 mg (Pamin et al. 1996).
Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
Stasiun Penerimaan Buah. TBS yang diangkut oleh truk pertama kali
diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dan ditampung sementara di
penampungan buah (loading ramp). Penimbangan TBS dilakukan dua kali untuk
setiap angkutan TBS, yaitu pada saat angkutan masuk membawa TBS kemudian
menuangkan TBS di loading ramp setelah itu truk kosong ditimbang kembali untuk
mengetahui berat bersih TBS yang masuk ke pabrik. Loading ramp yaitu tempat
menampung TBS sementara dengan tujuan mempermudah masuknya TBS ke
dalam conveyor yang selanjutnya didistribusikan masuk ke Lori, Lori yang telah
berisi TBS kemudian ditarik ke stasiun rebusan menggunakan capstand. Sistem
yang digunakan dalam loading ramp yaitu sistem VIVO yaitu TBS yang diolah
terlebih dahulu adalah TBS yang masuk pertama kali. Kapasitas satu kali loading
ramp yaitu 180 ton.
Stasiun Perebusan (Sterilizer). Perebusan TBS bertujuan untuk
menonaktifkan enzim-enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah
meningkatnya FFA (Free Fatty Acid) atau ALB (Asam Lemak Bebas),
mempermudah pemipilan brondolan pada tresher, mempermudah pengepresan, dan
mempermudah pemecahan ripple nut. Perebusan TBS yaitu memanaskan buah
dengan sistem uap pada temperatur kurang lebih 145 oC. Sterilizer yang banyak
digunakan umumnya yaitu bejana tekan horisontal yang bisa menampung 10 lori
per unit (25-27 ton TBS).
Stasiun Pembantingan (Threshing). Tandan buah yang sudah direbus dirontokkan
atau dipisahkan dari tandannya. Pembantingan buah dilakukan dalam drum putar
(rotary drum tresher) dengan kecepatan 23-25 rpm. Buah yang terpisah ditampung
melalui conveyor dan dikirim ke stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan
(presser). Tandan kosong hasil pembantingan ditampung dalam hopper melalui
conveyor untuk dimuat ke truk.
Stasiun Pencacahan (digester) dan stasiun pengempaan (presser). Tujuan
utama proses pencacahan adalah mempermudah terpisahnya daging buah dari biji.
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak dengan pisau-pisau
pengaduk di dalamnya yang terus berputar. Panas yang diperlukan untuk
mempermudah proses pencacahan yaitu 90-95 oC. Proses pencacahan berlangsung
selama 30 menit. Brondolan yang telah dicacah akan keluar berupa bubur dan

6
langsung masuk ke alat pengempaan screw press pada tekanan 50-60 bar dengan
menggunakan air pembilas. Stasiun pembantingan akan menghasilkan minyak
kasar, ampas, dan biji.
Stasiun Pemurnian (clarifier). Stasiun pemurnian bertujuan melakukan
pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran seperti padatan, lumpur, dan
air. Prinsip pemurnian minyak dalam tangki pemisah adalah melakukan
peamisahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat
terpisah dari air. Pada tahap ini dihasilkan dua jenis bahan yaitu crude oil dan sludge.
Minyak kasar yang dihasilkan ditampung sementara dalam oil tank. Minyak
kasar dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk menyaring kotoran
berupa fiber, lumpur dan pasir. Minyak hasil saringan kemudian ditampung COT
(Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di COT dipanaskan hingga
temperatur 95oC untuk memperbesar perbedaan berat jenis minyak, air, dan sludge.
Minyak yang sudah dipanaskan di COT selanjutnya dikirim kedalam tangki
pengendap (Continous Setting Tank atau CST). CST berfungsi memisahkan minyak
dan sludge dengan proses pengendapan.
Minyak dari CST dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge
tank. Minyak kemudian dikirim ke vacuum dryer untuk dipanaskan hingga suhu
90-95oC, vacuum dryer dilengkapi dengan vacuum pump yang berfungsi
memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni yang
diperoleh dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap ditampung pada hot
well tank. Selain itu dilakukan pengutipan kembali minyak yang masih terikut
dengan sludge di sludge tank dan minyaknya ditampung di recovery oil tank
kemudian dikembalikan ke CST, sedangkan sisa lumpur dan air dibuang ke fat fit
dan selanjutnya dialirkan ke kolam limbah.

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Manggala-1,
PT Tunggal Mitra Plantation, Manggala, Riau mulai dari tanggal 10 Februari 2014
sampai 10 Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan pada kegiatan magang adalah metode langsung dan
tidak langsung. Metode pelaksanaan magang yang dilakukan secara langsung
dengan mengikuti kegiatan di lapangan, penulis turut kerja aktif dalam pelaksanaan
kegiatan perusahaan atas izin perusahaan, pengamatan langsung di lapangan
menyangkut efektifitas pemanfaatan limbah dan dampaknya bagi lingkungan, dan
diskusi dengan pihak kebun. Metode tidak langsung dilakukan melalui
pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun dengan meminta
izin kepada manajer kebun. Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang,
yaitu kegiatan yang mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Pada aspek teknis

7
penulis diposisikan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) selama satu bulan dan
bekerja di lapangan bersama-sama dengan tenaga kerja sesuai dengan sesuai
dengan jenis dan volume pekerjaan yang ada dikebun. Pekerjaan yang diikuti
selama menjadi KHL yaitu kegiatan peremajaan tanaman, pembibitan,
pengendalian gulma, pengendalian hama, penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU),
pemupukan, pemanenan, pengelolahan Tandan Buah Segar (TBS), dan kegiatan
pengelolaan limbah yaitu aplikasi JJK dan POME.
Kegiatan yang akan dilakukan pada aspek manajerial yaitu penulis
diposisikan atau bekerja sebagai pendamping supervisi selama empat minggu
dengan kegiatan mengawasi seluruh karyawan dan mengecek buku laporan
supervisi. Selain menjadi pendamping supervisi, pada kegiatan aspek manajerial
penulis juga diposisikan sebagai pendamping asisten selama dua bulan yaitu
memberikan pengarahan kepada seluruh mandor 1 dan seluruh mandor mengenai
pekerjaan yang akan dilakukan setiap harinya. Perincian kegiatan magang dicatat
dalam jurnal harian magang (Lampiran 1, 2, dan 3).
Aspek khusus pada kegiatan magang yang dilaksanakan mencakup
pengelolaan limbah JJK dan POME. Kegiatan yang dipelajari di kebun dan PKS
berkaitan dengan seluruh kegiatan yang berhubungan dengan penanganan dan
pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik, dan dampaknya bagi
lingkungan.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data selama dilaksanakannya kegiatan magang diperoleh
dengan melakukan pengamatan dan pengukuran langsung pada parameter primer
dan analisis arsip pada parameter sekunder, untuk menganalisis efektifitas
pemanfaatan limbah organik penulis pengamatan di lapang, meliputi:
1. Data primer (pengamatan langsung)
 dosis aplikasi JJK yang dipakai di lahan untuk setiap satuan tanaman
kelapa sawit
 prestasi kerja aplikasi JJK
 jumlah dan luasan POME yang diaplikasikan ke lahan tiap harinya.
 alur distribusi POME yang dihasilkan serta proses pengolahannya
sampai diaplikasikan ke lahan
2. Data sekunder (dari kebun dan PKS):
 jumlah JJK yang dihasilkan PKS tiap bulan.
 data aplikasi JJK
 kualitas POME {kandungan Biological Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Total Suspended Solid (TSS),
minyak dan lemak, pH, Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Kadmium
(Cd), dan Seng (Zn)}.
 data produktivitas TBS (janjang ha-1) dan produktivitas TBS (kg ha1
) dari seluruh blok yang diapkasikan JJK (A010, E010, E013,dan
E016) dan blok yang tidak diaplikasikan JJK (A009, D010, E014,
dan F013) serta pada blok yang diaplikasikan POME (G008, F008,

8
E008, D008, dan D009) dan blok yang tidak diaplikasikan POME
(E009, D007, C007, C008, dan C009)

Analisis Data dan Informasi
Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari kegiatan
di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang kemudian
dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang berlaku di
perusahaan ataupun melalui studi pustaka. Analisis kuantitatif digunakan dengan
menggunakan analisis statistik uji t-student.
Produksi tanaman kelapa sawit yang telah mendapat land application JJK dan
POME dibandingkan dengan produksi tanaman yang tidak diaplikasikan JJK dan
POME kemudian diuji dengan menggunakan t-student pada taraf 5 % dengan
perangkat lunak minitab.

KEADAAN UMUM

Sejarah dan Perkembangan Kebun
Manggala-1 Estate (MGE-1) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh
PT Tunggal Mitra Plantations (PT TMP) di bawah PT Minamas Plantation dan
merupakan bagian dari Sime Darby Group. Kegiatan usaha perkebunan kelapa
sawit yang dilaksanakan oleh PT TMP dimulai pada tahun 1988, dimana saat itu
kepemilikannya masih di bawah Salim Group, sebelum Sime Darby Group
mengambil alih pada tahun 2002. Total area konsesi Perkebunan PT TMP adalah
13 836. PT TMP terdiri dari tiga kebun yaitu Manggala-1 Estate (MGE-1),
Manggala-2 Estate (MGE-2), dan Manggala-3 Estate (MGE-3). PT TMP memiliki
satu unit pabrik kelapa sawit yaitu Manggala Factory (MGF) yang beroperasi pada
tahun 1995 dengan kapasitas 45 ton jam-1 dan saat ini pabrik telah mencapai
kapasitas 60 ton jam-1.
Letak Wilayah Administratif
Manggala-1 Estate secara administratif berlokasi di wilayah Kecamatan
Pujud, Kabupaten Rokan Hilir yang tersebar di dua desa yaitu Desa Sukajadi, dan
Desa Pematang Damar. Secara geografis wilayah Manggala-1 Estate antara
100037’35,32’’ BT – 100045’43.79’’BT dan 01028’53.63’’LU dengan batas
wilayah: sebelah barat berbatasan dengan Manggala-2 Estate PT Tunggal Mitra
Plantations, sebelah utara berbatasan dengan Desa Pematang Damar Kecamatan
Pujud, sebelah selatan berbatasan dengan Manggala-3 PT Tunggal Mitra
Plantations dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Teladan Kecamatan Pujud.

9
Lokasi MGE-1 terletak sekitar 10 km dari jalan lintas Riau-Sumatera Utara dan
berjarak 250 km dari Ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru.

Keadaan iklim dan Tanah
Keadaan iklim di Manggala -1 Estate menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson
termasuk tipe iklim B (basah). Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir yaitu 1
894.6 mm tahun-1 dengan rata-rata hari hujan 119.7 hari tahun-1, kondisi tersebut
telah termasuk kondisi curah hujan yang optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit
(Pahan 2008). Suhu rata-rata MGE adalah 29 0C dengan kisaran suhu 23 – 35 0C,
kelembaban udara rata-rata 56% dan lama penyinaran 11-12 jam hari-1.
MGE-1 mempunyai dua jenis tanah yaitu mineral (ultisol) dan gambut
(histosol), dengan persentase dari keseluruhan luas yaitu 32 % mineral dan 64 %
gambut. Jenis tanah ultisol berasal dari bahan induk tanah alluvial dengan tekstur
tanah liat berpasir atau disebut juga sandy clay.Ketinggian tanah yaitu 10 – 50 m
dpl dan mempunyai dua jenis topografi tanah yaitu datar (flat) kemiringan 0 – 4 %
atau 0 – 20, dan bergelombang (undulating) kemiringan 4 – 12 % atau 2 – 60. Luas
masing-masing jenis topografi tanah di MGE-1 yaitu 3 109 ha untuk jenis flat dan
409 ha untuk jenis undulating. Kebun Manggala-1 memiliki tingkat kesusaian lahan
S2 (kesesuaian sedang) dengan tingkat drainase cepat dan terhambat.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas Hak Guna Usaha (HGU) MGE -1 adalah 4 919.67 ha. Saat ini lahan
kelapa sawit di MGE -1 diusahakan untuk Pembibitan 29.23 ha, Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) 618.87 ha, dan Tanaman Menghasilkan (TM) dengan luas 3
066.49 ha. Areal prasana di MGE -1 seluas 196.09 ha yang diperuntukan untuk
emplasemen, pabrik, parit, jalan dan jembatan. Luas areal yang mungkin bisa
ditanam seluas 1 009 ha yang diperuntukkan untuk okupasi. MGE -1 memiliki
empat Divisi, yaitu Divisi I seluas 1 630.68 ha, Divisi II seluas 1 501.33 ha, Divisi
III seluas 891.03 ha, dan Divisi IV seluas 896.63 ha. Luas areal dan tata guna lahan
dapat dilihat pada Tabel 5.

10
Tabel 5 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di Manggala 1 Estate
(MGE -1)
Uraian
I. Areal Diusahakan
A. Areal yang ditanam
Pembibitan
Tanaman Tidak Menghasilkan (TBM)
Tanaman Menghasilkan (TM)
TOTAL AREAL DITANAM
B. Areal Prasarana
Emplasemen
Pabrik
Jalan, Jembatan, dan Parit
TOTAL AREAL PRASARANA
II. Areal mungkin bisa ditanam atau perluasan
C. Okupasi
TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN
GRAND TOTAL

Luas (ha)

29.23
618.87
3 066.49
3 714.58
42.83
15.26
138.00
196.09
1 009.00
1 009.00
4 919.67

Sumber: Data MGE -1 (2014)

Keadaan Tanaman dan Produksi
Varietas kelapa sawit yang ditanam di Manggala 1 Estate adalah varietas
Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Rispa , dan Lonsum. Tanaman yang ada di
MGE -1 terdiri dari 8 tahun tanam untuk tanaman menghasilkan (TM) yaitu tahun
1990, 1991, 1992, 1993, 1994, 1998, 2013, dan 2014. Jarak tanam yang digunakan
untuk tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan 1998 adalah 9.5 m x 9.5 m x
9.5 m dengan jarak tegak lurus antar baris 8.23 m dan jarak dalam barisan 9.5 m
sehingga rata-rata populasi tanaman setiap hektarnya 128 tanaman, sementara
untuk tahun tanam 2013 dan 2014 jarak tanam yang digunakan adalah 7.9 m x 7.9
m x 7.9 m dengan jarak tegak lurus antar baris 6.84 m dan jarak dalam barisan 7.9
m sehingga rata-rata populasi tanaman setiap hektarnya 185 tanaman. Keadaan
tanaman kelapa sawit di MGE -1 untuk tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994,
dan 1998 saat ini termasuk Tanaman Menghasilkan (TM), dan tahun tanam 2013
dan 2014 saat ini termasuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang hanya
terdiri dari kebun inti. Rencana yang sedang dilakukan oleh MGE-1 seluruh
tanaman dengan tahun tanam 1990 akan di-replanting pada tahun ini.
Berdasarkan kondisi di lapangan rata-rata populasi tanaman per hektar untuk
tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993, 1994, dan 1998 lebih rendah dari populasi
yang seharusnya yaitu sebanyak 128 tanaman. Hal tersebut disebabkan adanya
tanaman yang mati karena rebah (untuk blok dengan jenis tanah gambut), terserang
hama dan penyakit, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya.

11
Keadaan tanaman dengan tahun tanam 2013 dan 2014 yang saat ini masih
dikategorikan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) masih terlihat baik dan ratarata populasi tanaman per hektarnya masih 185 tanaman. Hal tersebut dikarenakan
tanaman baru ditanam sehingga apabila ada tanaman yang mati akan dilakukan
penyisipan. Produksi Tandan buah (TBS) segar MGE -1 PT Tunggal Mitra
Plantation enam tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Produksi TBS per tahun tanam Kebun Manggala-1 tahun 2008-2013
TT
1990
1991
1992
1993
1994
1998
Total

Luas (ha)
1 020.0
532.2
1 934.7
134.7
60.6
35.4
3 717.6

2008
25 324
10 004
43 162
2 143
1 055
661
82 349

Produksi ton tahun-1
2009
2010
2011
2012
25 851 23 581 25 655 23 697
9 858 10 223 11 683 10 109
43 303 40 191 45 182 39 967
2 187
2 119
2 560
2 197
998
1 058
953
934
624
593
650
570
82 820 77 775 86 682 77 473

2013
24 490
9 200
41 616
2 090
975
405
78 777

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2014), TT = tahun tanam

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Manggala 1 Estate PT Tunggal Mitra Plantation merupakan salah satu unit
usaha dari Minamas Plantation. MGE -1 dipimpin oleh satu orang Manajer Kebun
(Estate Manager) yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala/Senior yang
merangkap saat ini merangkap sebagai asisten divisi I, asisten replanting, dan
asisten pembibitan. Selain Asisten Kepala/ Senior, Manajer Kebun juga dibantu
oleh satu orang asisten divisi III, satu orang asisten divisi IV, asisten divisi II pada
saat kegiatan magang tugas asisten dipegang olah penanggung jawab sementara
yaitu mandor 1 divisi II, dan seorang Kepala Administrasi (Kasie). Struktur
organisasi Manggala 1 Estate dapat dilihat dalam Lampiran 6.
Manajer Kebun bertugas untuk mengelola, mengorganisasikan, dan
mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan
mutu hasil yang optimal. Asisten kepala bertanggung jawab langsung kepada
Manajer Kebun untuk mengelola seluruh aspek kegiatan agronomi dan non
agronomi yang mendukung operasional kebun serta transportasi unit (traksi)
dengan tujuan untuk mencapai target produksi seluruh divisi, membuat keadaan
kebun yang kondusif dan mengelola kelancaran pengangkutan di kebun, baik itu
pengangkutan buah atau pengangkutan lain (misal: janjangan kosong) yang sifatnya
untuk memperbaiki keadaan kebun. Selain itu, pada saat kegiatan magang Asisten
Kepala/ Senior juga mengelola seluruh kegiatan pembibitan dan replanting. Asisten
Divisi bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola divisi secara menyeluruh
baik dalam hal teknis di lapangan maupun secara administrasi, pembinaan terhadap
sumber daya manusia yang dipimpinnya, serta pengendalian biaya yang disetujui

12
dan menjadi tanggung jawab divisi. Kepala Administrasi (Kasie) bertugas dan
bertanggungjawab dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun.
Tenaga kerja di MGE -1 terdiri dari karyawan staf dan non-staf. Tenaga kerja staf
terdiri dari manajer kebun, Asisten Kepala/Senior, Asisten Divisi dan Kasie.
Karyawan non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan
Harian. Tenaga kerja Buruh Harian Lepas yang bekerja di MGE -1 berjumlah
sekitar 10 orang yang digunakan untuk tenaga kerja aplikasi janjangan kosong dan
pengendalian gulma manual. Jumlah karyawan di MGE -1 sampai dengan bulan
Juni 2014 yaitu 610 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 604 karyawan non-staf.
Indeks tenaga kerja (ITK) di MGE -1 sebesar 0.16 HK ha-1 dan hal tersebut
termasuk kategori baik karena normal ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah
0.2 HK ha-1(Pahan, 2008). Komposisi jumlah tenaga kerja di MGE -1 dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Manggala 1 Estate
Jenis Tenaga Kerja
Karyawan Staf

Karyawan non-staf

Tingkatan Karyawan
Manajer Kebun
Asisten Kepala/Senior
Asisten Divisi
Kasie
SKU Bulanan Kantor
SKU Bulanan Traksi
SKU Bulanan Divisi
SKU Bulanan Keamanan
SKU Bulanan Replanting
SKU Bulanan Pembibitan
SKU Bulanan Guru TK/SD/SMP
SKU Bulanan Lain-lain
SKU Harian

Total
Indeks Tenaga Kerja

Jumlah (orang)
1
1
2
1
10
40
58
25
35
35
29
51
321
609
0.16

Sumber : Data Kebun MGE-1 (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Peremajaan
Peremajaan (replanting) adalah kegiatan penanaman ulang tanaman kelapa
sawit dengan tujuan untuk dapat mempertahankan rata-rata umur tanaman tetap
optimum bagi perusahaan yaitu 15 tahun. Beberapa pertimbangan untuk melakukan

13
peremajaan adalah rata-rata produksi dalam satu hektar (ha) tanaman yang akan
diremajakan, biaya dalam satu hektar (ha) dan harga dalam satu kilogram (kg)
tandan buah segar tanaman yang akan diremajakan, pertimbangan harga jual produk
Crude Palm Oil (CPO) di pasaran, ketersediaan modal untuk melakukan
peremajaan, letak atau areal blok tanaman yang akan diremajakan, dan areal yang
di replanting rata-rata 4 % dari total areal dalam perusahaan.
Kriteria replanting di Sime Darby Group untuk jenis tanah gambut yaitu
tanaman berusia lebih dari 20 tahun dan rata-rata produksi setahun kurang dari 20
ton ha-1 dan atau telah mempunyai rata-rata ketinggian tanaman lebih dari 15.1
meter, sementara untuk jenis tanah mineral yaitu tanaman berusia lebih dari 25
tahun dan rata-rata produksi setahun kurang dari 18 ton ha-1 dan atau mempunyai
rata-rata ketinggian tanaman lebih dari 15.1 meter.
Persetujuan replanting di Sime Darby Group harus melewati tahap-tahap
berikut. Pertama adalah pertemuan di lapangan untuk membahas kriteria
penanaman kembali harus sudah disampaikan oleh masing-masing Estate Manager
kepada Replanting Commite sesuai kriteria yang ada berdasarkan jenis tanah
gambut atau mineral pada tiga tahun sebelum waktu rencana replanting. Replanting
Commitee pada Sime Darby Group diketuai oleh Head of Plantation dengan wakilwakil dari General Managers, Plantation Advisory, dan Research & Development
and Practice. Selanjutnya apabila keputusan atas rencana replanting disetujui oleh
Replanting Committee, lalu Replanting Committee melakukan pemesanan benih
dan dilakukannya pembibitan untuk areal replanting yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan yang merencanakannya.
Sensus Pokok. Sensus Pokok adalah kegiatan menghitung kembali jumlah
tanaman kelapa sawit, baik tanaman hidup ataupun tanaman mati atau kosong yang
ada pada setiap blok yang masuk dalam program replanting atau program
penyisipan. Selain itu sensus pokok juga bertujuan untuk mengetahui jumlah
tanaman yang terserang ganoderma, karena penanganan penumbangan tanaman
tersebut berbeda dengan tanaman yang sehat. Kegiatan sensus pokok berguna
dalam inventaris jumlah tanaman guna menentukan jumlah tanaman yang akan
ditumbang sehingga MGE -1 dapat menentukan biayanya. Kegiatan penumbangan
dikerjakan oleh kontraktor yang dipercaya oleh MGE -1.
Tiap divisi di MGE -1 terdapat tim sensus yang beranggotakan satu mantri
sensus sebagai kepala dan tiga pekerja sebagai anggota tetap. Pada sensus pokok
untuk program replanting, mandor satu replanting meminta tenaga penyensus
kepada tiap divisi untuk menyensus blok yang akan di-replanting pada enam bulan
kemudian. Satu tim sensus untuk sensus pokok program replanting terdiri dari dua
orang, yaitu satu petugas pencatat dan satu petugas pengecat. Petugas sensus
berjalan di pasar rintis dan arah berjalan menurut arah barisan. Sekali jalan petugas
sensus dapat melakukan sensus terhadap empat barisan tanaman. Petugas pencatat
menyensus empat barisan tanaman dan langsung menuliskan hasil perhitungan
yang terdiri dari nomor barisan, jumlah tanaman hidup, dan jumlah tanaman yang
mati. Penulisan hasil perhitungan tanaman di tulis di pelepah empat pokok terluar
dengan tinggi tanda dari permukaan tanah ± 1.5 meter. Petugas pengecat langsung
mengecat hasil sensus pada empat tanaman terluar pada empat baris tadi sesuai

14
dengan tulisan yang dibuat petugas pencatat. Data blok yang telah dilakukan sensus
segera dilakukan rekap yang lebih rapi, untuk memudahkan pengecekan.
Pemancangan. Terdapat beberapa jenis pemancangan yang dilakukan pada
kegiatan replanting, yaitu pemancangan rumpukan, pemancangan jalan,
pemancangan HCV (High Conservation Value), pemancangan tanaman baru.
Pemancangan rumpukan bertujuan untuk menentukan posisi gawangan mati atau
rumpukan potongan tanaman. Pada tiap baris tiang pancang hanya ada tiga buah
yaitu pada awal baris, akhir baris, dan tengah baris. Pemancangan dibuat menurut
jarak antar barisan dimaksudkan untuk menentukan posisi jalur/baris tanaman dan
rumpukan sehingga mempermudah kontraktor membuat posisi tanaman dan
rumpukan. Sementara untuk menentukan posisi pasar rintis dilakukan
pemancangan jalan. Pemancangan HCV untuk menentukan batas lokasi akhir
penumbangan agar area HCV tidak ikut ditumbangkan. HCV adalah kawasan yang
mempunyai nilai konservasi yang tinggi. Sementara pemancangan tanaman baru
bertujuan untuk menentukan posisi lubang tanaman baru. Pemancangan ini
dilakukan setelah kegiatan penumbangan. Pancang tanam dilakukan dengan tetap
berpedoman pada pancang utama untuk menentuka arah barisan tanaman. Pancang
tanam disesuaikan antara jarak tanam maupun antar barisan sesuai populasi pokok
yang dikehendaki. Jarak tanam pada MGE-1 di areal gambut adalah 7.9 m x 7.9 m
x 7.9 m dengan jarak tegak lurus 6.9 m dengan populasi tanaman setiap hektarnya
180 pohon. Pancang tanam harus saling berhubungan antara blok lainnya atau
selalu jumpa arah mata lima. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui secara
pasti jumlah bibit dan pupuk yang akan dialokasikan pada blok tersebut. Pancang
tanam dilakukan dengan tali sling baja.
Penumbangan dan Chipping. Tumbang/Chipping adalah menumbangkan
pokok sawit dan mencincang pokok sawit dari pangkal sampai kepucuk, menjadi
bagian-bagian kecil dengan ketebalan cincangan tidak melebihi 10 cm. Tahap
pekerjaan menumbang pokok kelapa sawit ada empat tahap. Tahap pertama yaitu
membongkar dan menumbang tanaman dengan alat excavator sehingga akar
tanaman tercabut dari tanah. Tahap kedua yaitu menyusun batang tanaman tersebut
sejajar dengan arah barisan tanaman (timur-barat) dan letak rumpukan (tumpukan
batang yang telah dicincang) disesuaikan dengan hasil pancang jalur tanam. Tahap
ketiga menggali pangkal pokok (bonggol) tanaman lama dengan ukuran 120 cm x
120 cm x 120 cm, pekerjaan ini bertujuan untuk membasmi serangan cendawan
ganoderma. Tahap keempat yaitu mencincang batang tanaman lama dengan alat
excavator yang dilengkapi alat khusus sehingga tinggi rumpukan maksimal 1
m.Pekerjaan ini bertujuan untuk mempercepat pelapukan batang tanaman kelapa
sawit sehingga sumber infeksi ganoderma dapat ditekan. Prestasi kerja menumbang
untuk manual yaitu 3 pokok/HK dan untuk penggunaan excavator 20 pokok/HM,
sementara untuk prestasi kerja mencincang menggunakan excavator yaitu 10
pokok/HM.
Pembuatan (CECT). Closed Ended Conservation Trenchees (CECT) adalah
parit yang digali sepanjang blok dengan bentuk trapesium dengan ukuran sisi
panjang 2.4 m, sisi pendek 1.2 m, dan tinggi 1.8 m. CECT dibuat dengan fungsi
sebagai tempat penimbunan sampah bekas cincangan pokok sawit, bonggol, dan

15
perakaran. CECT yang standart penimbunan sampah bekas cincangan dan galian
bonggol dalam satu jalur adalah empat jalur tanam.
Pemadatan Tanah. Pemadatan tanah(compacting) merupakan kegiatan
pemadatan dan perataan tanah pada jalur yang akan dibuat lubang tanam. Tujuan
kegiatan ini adalah untuk memastikan bahwa kondisi tanah yang akan di tanam
sudah stabil, dan meminimalisir terjadinya land subsiden pada lahan gambut. Lebar
jalur tanam yang dipadatkan adalah 3.5 m. Mekanisme pemadatan adalah dengan
menggunakan alat berat excavator PC 100, berjalan diatas jalur tanam sebanyak
dua kali pijakan (bolak-balik) dan memanfaatkan track/bucket untuk memadatkan
tanah dipinggir parit.
Pembuatan Lubang Tanam dan Pemberian Pupuk Dasar. Lubang tanam
adalah tempat yang nantinya akan ditanam bibit. Lubang tanam dibuat sesuai
dengan pancang tanam yang telah tersedia. Pembuatan lubang tanam dibuat secara
mekanis dengan menggunakan excavator PC 100 yang dimodifikasi bentuk bucketnya. Pada lahan gambut metode pembuatan lubang adalah dengan pola hole in hole
dengan tujuan tanaman tidak doyong. Berdasarkan pola hole in hole terdapat dua
lubang pada satu lubang tanam. Bentuk lubang pertama adalah kotak dengan
ukuran sisi atas dan sisi bawah yang berbeda. Panjang dan lebar sisi atas lubang
pertama adalah 80 cm x 80 cm, sementara panjang dan lebar sisi bawah adalah 60
cm x 60 cm. Bentuk lubang kedua adalah tabung dengan diameter 40 cm dan tinggi
60 cm. Pola pembuatan lubang tanam sama dengan pancang tanam yang dimana
harus saling berhubungan antara blok yang satu dengan blok lainnya atau selalu
jumpa arah mata lima. Setelah lubang tanam dibuat lalu diberi pupuk dasar dengan
tujuan menetralisir kondisi tanah. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Rock
Phospate (RP) dengan dosis 0.5 kg setiap lubang tanam. Posisi letak penaburan
pupuk adalah tepat pada lubang hole in hole merata di semua sisi lubang

Gambar 1 Pelaksanaan Peremajaan di Kebun Manggala-1 (A)
pembuatanlubang tanam, (B) pemberian pupuk dasar

Penanaman Kelapa Sawit. Pada saat akan menanam hal yang harus
diperhatikan adalah memastikan membuka plastik polibag dengan hati-hati agar
bonggol akarnya tidak pecah dan bibit tidak mengalami kerusakan. Lalu hal yang
perlu diperhatikan juga pekerja harus senantiasa berhati-hati menjaga agar bibit
tidak rusak dan tidak terjadi kecelakaan terhadap pekerja atau terluka karena
tertusuk duri pokok kelapa sawit. Selesai menanam pekerja harus menutup
permukaan dengan tanah disekitar, memadatkan dan memastikan tegakan pokok

16
harus benar-benar tegak lurus, lalu pekerja mendirikan bekas pancang dan
menggantungkan polibag bekas sebagai bukti telah dilepas dan bibit telah ditanam
dengan baik.
Penanaman LCC (Legume Cover Crop). Tanaman penutup berupa
kacangan sangat dibutuhkan untuk tanaman belum menghasilkan, tujuannya adalah
untuk menjaga kelembaban tanah dan sebagai penyedia unsur hara bagi tanah
dilokasi tanaman serta berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma. Jenis
kacangan yang digunakan berupa kacangan jenis Pueraria javanica (PJ),
Calopogonium muconoides (CM), Calopogonium caeruleum (CC), dan Mucuna
bracteata. Komposisi penanaman kacangan di Kebun Manggala-1 adalah PJ 3 kg,
CM 3 kg, dan CC 1 kg serta dicampur dengan Pupuk Rock Phospate 1 kg.
Sementara untuk kacangan jenis Mucuna bracteata sebaiknya dilakukan
pembenihan terlebih dahulu mengingat potensi tumbuhnya sangat kecil (hanya 50
%). Perkembangbiakan kacangan Mucuna bracteata dapat dilakukan dengan
melakukan stek batang. Cara menanam dilapangan dapat dilakukan dengan cara
dibuat larikan, ditugal maupun disebar di antara baris tanaman. Perawatan
dilakukan dengan membumbun, mendangir dan aplikasi pupuk memacu
pertumbuhan agar lebih cepat menutup permukaan tanah.
Penunasan
Penunasan atau pengolaan tajuk adalah memelihara pelepah daun produktif
dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai batas
tertentu yang tidak mengganggu proses fotosintesis daun, sehingga pertumbuhan
vegetatif dan generatif menjadi optimal. Tujuan dari penunasan adalah
mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada
ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami dan untuk sanitasi
tanaman sehingga membuat lingkungan tidak sesuai untuk perkembangan hama dan
penyakit.
Penunasan di Kebun Manggala-1 menggunakan sistem penunasan periodik
dan penunasan progresif. Tunas periodik adalah penunasan yang dilakukan pada
tanaman kelapa sawit yang telah berumur di atas 4 tahun.Tunas periodik dilakukan
setiap tahun sesuai dengan rotasi yang disarankan oleh perusahaan yaitu 9 bulan
dalam 1 rotasi. Sementara tunas progresif adalah penunasan yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemanen. Pelepah yang di tunas adalah pelepah yang
sengkleh dan pelepah yang menghalangi kegiatan pemanen. Pemanen melakukan
penunasan di setiap hancanya dan bertanggung jawab atas kecukupan jumlah
pelepah. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Umur tanaman (tahun)
5-7
8-14
>14

Jumlah pelepah yang
dipertahankan
48-64
40-48
32-40

Sumber : Sop Harvesting and Prunning Minamas

Songgo
3
2
1

17

Teknik penunasan di la

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Mandah Estate, PT. Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Indragiri Hilir, Riau

0 25 72

Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Angsana Estate, PT Ladangrumpun Suburabadi, Minamas Plantation Group, Kalimantan Selatan.

0 5 216

Pengelolaan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau

1 9 169

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Pinang Sebatang Estate, PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation Group, Siak, Riau

0 11 73

Manajemen Kualitas Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Angsana Estate, Minamas Plantation, Kalimantan Selatan

0 3 50

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau

1 14 58

Pengelolaan Kebun Induk dan Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Minamas Research Center, Minamas Plantation, Riau.

2 43 64

Pengelolaan pemanenan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq.) di teluk bakau estate, pt bhumireksa nusa sejati minamas plantation, riau

1 9 70

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tanaman Mengasilkan Di Kebun Manggala 1 Pt. Tunggal Mitra Plantation, Riau

5 26 71

Pengelolaan Air Kebun Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) pada Lahan Gambut, Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation, Riau

4 23 77