Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau

MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI MANGGALA I ESTATE
PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION,
MINAMAS PLANTATION, PROPINSI RIAU

BUDI YUHARDIMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen
Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Manggala I Estate
PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan di dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka
di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Budi Yuhardiman
NIM A24100001

ABSTRAK

BUDI YUHARDIMAN. Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Manggala I Estate PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas
Plantation, Propinsi Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilakukan di Kebun Manggala I PT. Tunggal Mirta
Plantation, Minamas Plantation yang terletak di Desa Siarang Arang, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Rokon Hilir, Propinsi Riau dari bulan Febuari hingga Juni
2014. Kegiatan magang dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan,
membentuk sikap dan keterampilan kerja, menambah pengalaman serta
mempelajari pengolaan pemanenan kelapa sawit baik secara teknis dan
manajemen. Variabel yang diamati meliputi rotasi panen, angka kerapatan panen,

manajemen tenaga kerja, pengawasan mutu panen, dan manajemen transportasi.
Permasalahan pemanenan yang ditemukan di divisi I Manggala I yaitu
kekurangan jumlah tenaga kerja dan kesalahan penunasan
Kata kunci: kelapa sawit, Manggala 1, pemanenan

ABSTRACT

BUDI YUHARDIMAN. Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis
guineensis Jacq.) at 1st Manggala Estate, PT. Tunggal Mitra Plantation, Minamas
Plantation, Riau Province. Supervised by HARIYADI.
The interhensip program has been conducted at PT. Tunggal Mitra
Plantation, Minamas Plantation, 1st Manggala Estate, located in the village of
Siarang-arang, Pujud, Rokan Hilir, Riau Province from February to June 2014.
The internship program was conducted to improve knowledge, attitude, work
skill, experience, to learn the right palm oil harvest processing technically and
management. Variables that observed were harvest interval, harvest density,
labour management, harvest quality control, and transportation management.
Harvesting problem that found at1st Manggala of 1st division were labourless
and inapproriate prunning.
Keywords: harvest, Manggala 1st, oil palm


© Hak Cipta milik IPB, tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan
laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan
tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MANAJEMEN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI MANGGALA 1 ESTATE,
PT. TUNGGAL MITRA PLANTATION,
MINAMAS PLANTATION, PROPINSI RIAU

BUDI YUHARDIMAN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi

: Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Kebun Manggala I, PT. Tunggal Mirta
Plantation, Minamas Plantation, Propinsi Riau
Nama Mahasiswa : Budi Yuhardiman
NIM
: A24100001


Disetujui oleh

Dr. Ir. Hariyadi, MS
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul
yang dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan
Juni 2014 adalah Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Manggala 1 Estate, PT. Tunggal Mirta Plantation, Minamas
Plantation, Propinsi Riau.
Pada kesempatan ini penulis ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hariyadi, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu,
arahan, masukan, dan saran.
2. Dr. Ir. Agus Purwito MScAgr selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan motivasi.
3. Kedua orang tua tercinta Drs. Sahar Koto dan Dra. Yusni Putri atas segala doa
dan dukungan yang diberikan.
4. Manggala I Estate sebagai tempat pelaksanaan magang yang telah menerima
penulis dengan sangat baik, membantu, dan memberikan masukan.
5. Bapak Wilmar Marpaung selaku manager kebun Manggala I Estate, Bapak
Ehen Darman selaku senior asisten, Bapak Jones Darso selaku Mandor I, dan
seluruh mandor di kebun Manggala I divisi I yang selalu memberikan bantuan
selama penulis melaksanakan magang.
6. Nadia Rehulina Ginting, SP., teman-teman Departemen Agronomi dan
Hortikultura angkatan 47, dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014
Budi Yuhardiman


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengumpulan Data dan Informasi
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis Kebun dan Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Keadaan Tanaman dan Produksi

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemupukan
Leaf Sampling Unit (LSU)
Penunasan (Prunning)
Pemanenan
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rotasi panen
Angka Kerapatan Panen (AKP)
Tenaga Kerja Panen
Pengawasan Panen
Manajemen Transportasi Hasil Panen
OER, KER dan FFA
SIMPULAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vii
vii
1
1
2
2
2
3
4
5
5
5
6
7
7

7
7
8
8
9
10
10
13
14
17
17
19
22
23
23
24
26
27
29
30

31
31
31
31
33
42

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Produksi TBS per tahun tanam kebun Manggala I tahun 2008-2013
Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan kebun Manggala I
Komposisi Jumlah Tenaga Kerja kebun Manggala I
Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Luasan seksi panen divisi I kebun Manggala I
Tingkat kematangan dan kriteria panen kebun Manggala I
Deskripsi alat-alat panen
Rotasi panen divisi I kebun Manggala I selama 4 bulan
Hasil pengamatan angka AKP rencana dan realisasi divisi I
Hasil uji-t umur pemanen dan lama kerja terhadap rata-rata jumlah
tandan hari-1
Mutu buah pemanen di divisi I kebun Manggala I
Pengawasan hancak pemanen di divisi I kebun Manggala I
Pengamatan tranportasi TBS ke pabrik
Ekstraksi buah di TMF lima tahun terakhir

8
9
10
18
19
20
21
24
25
27
28
29
30
30

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Pelaksanaan penyemprotan kebun Manggala I
Pengendalian hama kebun Manggala I
Beneficial plant kebun Manggala I
Aplikasi pemupukan kebun Manggala I
Kegiatan pemupukan TM (tanaman menghasilkan) kebun Manggala I
Penunasan pelepah kelapa sawit kebun Manggala I

12
13
14
15
16
18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian kegiatan magang sebagai karyawan harian di kebun
Manggala I divisi I
2 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping mandor di kebun
Manggala I divisi I
3 Jurnal harian kegiatan magang sebagai pedamping asisten divisi I kebun
Manggala I
4 Peta Manggala I Estate, Tunggal Mitra Plantation
5 Data rata-rata curah hujan tahun 2004 - 2013 kebun Manggala I
6 Struktur organisasi Manggala I Estate

34
35
36
39
40
41

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) bukanlah asli tanaman Indonesia.
Tanaman ini sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat (Mangoensoekarjo
2007). Kelapa sawit menjadi sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam di
Kebun Raya Bogor. Percobaan banyak dilakukan pada berbagai tempat di Jawa
dan Sumatera. Di Sumatera Selatan ditanam di Muara Enim tahun 1869, di Musi
Ulu tahun 1878, dan di Belitung pada 1890. Semua dilaporkan tumbuh dengan
baik namun belum ada yang mulai membuka perkebunan secara komersial
(Naibaho 1998). Kelapa sawit merupakan tanaman komoditas perkebunan yang
cukup penting di indonesia. Tanaman kelapa sawit masih memiliki prospek
pengembamgam yang cukup cerah karena kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik pada dataran rendah di daerah tropis, yaitu sepanjang garis khatulistiwa
antara 23.5˚ lintang utara sampai 23.5˚ lintang selatan.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan Indonesia. Kelapa
sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena
keuntungan yang dihasilkan oleh ekspor minyak Kelapa sawit memberikan devisa
kepada negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit mentah atau CPO (crude
palm oil) diperkirakan akan meningkat sekitar 6.3% pada tahun 2012 (Ditjenbun
2014). Oil World memperkirakan volume ekspor CPO Indonesia akan mencapai
sebesar 18.15 juta ton. Kenaikan ekspor tersebut, dalam analisanya sebagai
dampak dari kenaikan produksi CPO yang perkiraannya akan tumbuh sebesar
6.2%.
Tandan buah segar (TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil
minyak dan intinya. Minyak dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit
(PKS) merupakan produk setengah jadi. CPO dan minyak yang berasal dari inti
sawit atau PKO (palm kernel oil) harus diolah lebih lanjut untuk dijadikan produk
jadi lainnya (Pahan 2006). Pemanenan adalah kegiatan pemotongan buah dalam
perkebunan kelapa sawit. Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan
kelapa sawit karena menjadi pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan
CPO dan PKO. Jalan merupakan faktor penunjang dalam pemanenan untuk
pengumpulan produksi mulai dari pohon sampai ke pabrik. Jalan yang diperlukan
untuk pemanenan di antaranya jalan utama, jalan produksi, jalan kontrol, dan jalan
pikul (Efendi dan Agus 2011).
Persiapan panen merupakan pekerjaan utama yang dilakukan sebelum TBM
(tanaman belum menghasilkan) dimutasikan menjadi TM (tanaman menghasilkan).
Persiapan panen yang baik akan meningkatkan target produksi dengan biaya
panen seminimal mungkin. Panen mempunyai kriteria panen berdasarkan jumlah
brondolan yang terlepas dari TBS dan jatuh ke dalam piringan. Hasil potong buah
dikatakan baik jika komposisi TBS normal atau masak sebesar 98% dan buah
mentah serta busuk maksimum 2% (Pahan 2006). Pemotongan buah mentah
merupakan kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemanen.

2

Tujuan
Magang ini bertujuan mempelajari teknik budidaya tanaman kelapa sawit
serta meningkatkan pengalaman mahasiswa dalam memahami dan menghayati
proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit di lapangan. Tujuan secara khusus
adalah mempelajari pemanenan tanaman kelapa sawit. Kegiatan pemanenan
dipelajari dari segi teknis, pengelolaan, menganalisis, serta mengatasi masalah
yang dihadapi dalam pemanenan agar meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kegiatan pemanenan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang
merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar.
Klasifikasi tanaman kelapa sawit (Lubis 1992) adalah sebagai berikut:
Divisi
: Tracheophyta
Sub divisi
: Pterosida
Kelas
: Angiospermae
Sub kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Cocoideae
Famili
: Palmae
Genus
: Elaeis
Spesies
: Elaeis guineensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian
vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang,
dan daun, sedangkan bagian generatif merupakan alat perkembangan terdiri dari
bunga dan buah (Purwanto 2009). Sistem perakaran kelapa sawit merupakan
sistem akar serabut yang menyebar secara merata di sekitar permukaan tanah.
Akar kelapa sawit juga menyebar secara vertikal. Akar tanaman kelapa sawit
terdiri dari akar primer, akar sekunder, dan akar kuartener. Akar yang paling aktif
menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di
kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 m dari pangkal pohon (Pahan 2008).
Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus, tingginya bisa mencapai
13-18 m. Fungsi utama batang kelapa sawit sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar melalui xilem serta mengangkut hasil
fotosintesis melalui floem. Batang kelapa sawit berbentuk silinder sekitar 10 cm
pada tanaman muda hingga 75 cm pada tanaman tua (Effendi dan Agus 2011).
Bagian bawah batang yang agak membesar disebut bonggol.
Daun memerlukan waktu 2 tahun untuk berkembang dari proses inisiasi
sampai daun dewasa pada pusat tajuk dan dapat berfotosintesis secara aktif hingga
2 tahun (Pahan 2008). Daun muda mulai membelah pada umur 3-4 bulan hingga
terbentuk daun sempurna. Urutan daun terbentuk secara teratur dan dinomori
sesuai dengan kondisi daun. Daun kelapa sawit mempunyai filotaksis. Filotaksis

3
adalah pola susunan daun pada batang dan sangat menarik karena polanya sangat
jelas pada tanaman kelapa sawit. Pola spiral dihitung dari titik tumbuh mengikuti
sudut divergen yang besarnya 137.5˚ (Effendi dan Agus 2011). Pola spiral kanan
atau spiral kiri tergantung pada genetik tanaman.
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 2.5 tahun. Tanaman
kelapa sawit termasuk dalam tanaman monoecious karena pada 1 pohon terdapat
bunga jantan dan bunga betina, tetapi tidak pada tandan yang sama. Bunga sawit
muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen. Infloresen dibedakan
berdasarkan spikelet. Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri
dari kumpulan spikelet dan tersusun dalam infloresen yang berbentuk spiral
(Pahan 2008). Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman
berumah satu. Umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericrap
yang terbungkus oleh kulit (exocarp), dan cangkang (mesocarp) yang
membungkus 1-4 inti. Buah kelapa sawit berukuran kecil antara 12-18 gbutir-1
yang duduk pada bulir (Naibaho 1998). Bulir kelapa sawit bersatu membentuk
tandan. Tandan kelapa sawit terdiri dari 2000 buah sawit dengan tingkat
kematangan yang bervariasi. Buah kelapa sawit yang pertama kali keluar disebut
buah pasir. Buah pasir adalah buah yang belum bisa diolah dalam pabrik karena
masih mengandung minyak yang rendah (Naibaho 1998). Buah dianggap matang
saat warna buah berubah dari warna hitam saat muda dan berubah menjadi warna
merah jingga saat matang.
Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit
Faktor Iklim
Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup
tinggi untuk melakukan fotosintesis. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan
baik dengan curah hujan sekitar 2 000-2 500 mmtahun-1. Tanaman kelapa sawit
dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28 ˚C dan kelembapan 80%
(Lubis 1992). Suhu terkait dengan garis lintang dan elevasi di suatu daerah.
Tanaman kelapa sawit liar dapat tumbuh dan menghasilkan buah pada ketinggian
1 300 m dari permukaan laut (dpl).
Faktor Tanah
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada tanah mineral, gambut, dan
pasang surut. Lahan yang baik untuk tanaman kelapa sawit harus mengacu 3
faktor, yaitu lingkungan, sifat fisik tanah, dan kesuburan tanah (Pahan 2008).
Lahan untuk menanam kelapa sawit harus memiliki tingkat keasaman (pH) yang
optimum adalah 5.0-5.5. Tanaman kelapa sawit dapat dioptimalkan potensinya
bila ditanam di lahan gambut.
Lahan gambut selalu tergenang air, dekomposisi lambat, konsistensi lepas,
kepadatan masa rendah, dan bersifat seperti spon (Effendi dan Agus 2011).
Drainase di lahan gambut biasanya diikuti oleh penyusunan massa dan penurunan
muka tanah.

4

Pemanenan Kelapa Sawit
Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan
budidaya kelapa sawit. Kegiatan panen memerlukan teknik tersendiri untuk
mendapatkan buah yang berkualitas. Hasil panen panen utama kelapa sawit adalah
buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak kelapa sawit.
PPKS (2007) menyatakan panen adalah kegiatan pemotongan tandan buah segar
dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik.Pelaksanaan proses pemanenan perlu
memperhatikan beberapa kriteria tertentu untuk mencapai tujuan dari pemanenan
yaitu di antaranya kriteria matang panen, cara panen, rotasi, dan sistem panen,
serta mutu panen harus diikuti. Kriteria tersebut bertujuan untuk menciptakan
produksi hasil yang maksimum dan baik serta rendemen minyak yang tinggi
(Satyawibawa dan Widyastuti 1999).
Tanaman belum menghasilkan secara umum dapat dialihkan menjadi
tanaman menghasilkan setelah mencapai umur 30 bulan dan ditandai dengan
persentase jumlah pohon yang sudah berbuah matang panen > 60% dengan berat
tandan rata-rata 3 kg (Risza 2006). Pemanenan kelapa sawit perlu memperhatikan
beberapa ketentuan umum agar TBS yang dipanen sudah matang, sehingga
minyak kelapa sawit yang dihasilkan bermutu (Setyamidjaja 2006).
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya
umumnya dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. Proses
pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya,
dari warna hijau pada buah yang masih muda menjadi berwarna merah jingga
pada waktu buah masak. Buah kelapa sawit akan yang lewat matang akan terlepas
dari tangkai tandannya dan disebut brondolan (Satyawibawa dan Yustiana 1992).
Buah kelapa sawit dikatakan masak apabila warna buah berubah dari warna hitam
menjadi merang jingga. Buah yang matang akan terlepas dari tandannya. Semakin
banyak buah kelapa sawit yang membrondol maka buah dinyatakan semakin
matang (Satyawibawa dan Yustiana 1992). Untuk mempermudah pengolahan dan
penyeragaman kualitas tandan maka ditetapkan kriteria matang panen.
Peralatan yang digunakan oleh para pemanen terdiri dari egrek, dodos,
gancu, dan angkong. Selain itu, pemanen juga perlu dibekali dengan alat
pelindung diri, seperti helm, sepatu, dan sarung egrek. Pengoptimalan panen juga
dipengaruhi dari persiapan sarana panen yang meliputi pengerasan jalan,
pembuatan titi panen, pembuatan jalan pikul, dan pembuatan tempat
penampungan hasil
Kriteria panen merupakan salah satu faktor yang dapat membantu pemanen
untuk menentukan waktu layak panen. Tingkat kematangan buah kelapa sawit
dapat diketahui dari perubahan warna buah. Buah kelapa sawit berwarna hijau
akan berubah menjadi warna merah atau oranye yang menandakan bahwa minyak
sawit yang terkandung di dalamnya telah maksimal dan buah akan lepas dari
tandannya (Sunarko 2007).
Persiapan panen yang baik adalah tercapainya target produksi dengan biaya
panen seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pelaksanaan
panen adalah tenaga kerja, peralatan panen, pengangkutan, pengetahuan tentang
kerapatan panen, dan sarana panen (Roosita 2007). Cara panen yang baik adalah
mengambil semua TBS yang matang dan memperhatikan brondolan yang berada

5
di sekitar pohon agar tidak tertinggal. Seluruh pelepah yang dipotong disusun
pada gawangan mati dan kemudian mengangkat TBS ke tempat pengumpulan
hasil (TPH) untuk kemudian dipotong tangkainya dan diberikan nomor panen
(Setyamidjaja 2006)
Rotasi panen bertujuan untuk mempermudah dan meningkatkan efisiensi
panen. Rotasi panen dilakukan 6/7, yang artinya 6 hari waktu kerja dan satu hari
waktu istirahat.Rotasi panen erat hubungannya dengan kerapatan panen, kapasitas
pemanen, dan menjadi salah satu faktor pembatas dalam menentukan produksi
TBS, kualitas atau mutu buah, mutu transport, pengolahan TBS di pabrik kelapa
sawit (PKS), dan biaya eksploitasi (Pahan 2008). Kerapatan panen merupakan
perkiraan jumlah pokok yang akan dipanen pada satu blok dalam satu hari panen.
Kerapatan panen yang tinggi biasanya terjadi pada bulan panen puncak dan
kerapatan panen yang rendah terjadi pada trek atau bulan rendah. Perhitungan
kerapatan panen dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen dengan
pengambilan contoh.
Pengangkutan buah dibagi menjadi dua, yaitu pengangkutan dari pokok ke
TPH dan pengangkutan dari TPH ke pabrik. Pengangkutan dalam industri
perkebunan kelapa sawit menempati posisi yang sangat menentukan dalam
pencapaian mutu produksi. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan
yang penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit (Sutrisno dan Winahyu 1991).
Pengangkutan TBS dan brondolan adalah kegiatan pengangkutan dari tempat
penampungan hasil ke pabrik kelapa sawit pada setiap hari panen. TBS dan
brondolan harus diangkut secepatnya ke pabrik agar mutu minyak yang dihasilkan
tetap bermutu baik.Mutu kelapa sawit yang dihasilkan diharapkan memiliki
rendemen yang tinggi dan kadar asam lemak bebas < 3% (Sunarko 2007).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Manggala I, PT. Tunggal Mitra
Plantation, Minamas Plantation yang terletak di Desa Siarang-arang, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Rokon Hilir, Propinsi Riau. Kegiatan magang dilaksanakan dari
bulan Februari sampai Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Metode magang yang digunakan adalah melaksanakan seluruh kegiatan
yang sudah berjalan di perusahaan, baik dengan metode langsung maupun metode
tidak langsung yang bertujuan memperoleh data primer dan data sekunder.
Metode langsung adalah praktek kerja langsung ke lapang (untuk mendapatkan
data), wawancara, dan diskusi. Metode tidak langsung dilakukan melalui
pengumpulan laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip kebun.
Kegiatan magang pada bulan pertama adalah bekerja langsung di lapangan
sebagai karyawan harian lepas (KHL), menjadi pendamping mandor pada bulan
kedua, dan menjadi pendamping asisten divisi pada bulan ketiga dan keempat.

6
Selama kegiatan berlangsung penulis mencatat prestasi kerja pada jurnal harian
kebun. Kegiatan yang dilakukan sebagai KHL adalah mengikuti pekerjaan yang
sudah ditentukan waktunya oleh perkebunan seperti pemeliharaan panen,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemupukan, penunasan,
hingga pemanenan.
Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor adalah menyusun
rencana kegiatan harian, menentukan jumlah tenaga kerja, memimpin apel pagi,
mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh KHL, mengarahkan karyawan, membuat
laporan harian mandor, dan mengisi administrasi pada tingkat mandor. Mandor
yang diikuti selama magang adalah mandor I, mandor panen, mandor perawatan,
mandor pupuk, mandor semprot, krani divisi, dan krani panen.
Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi (dibawah
bimbingan asisten yang ditunjuk) antara lainmemimpin karyawan pada apel
pagiserta membuat rencana kerja harian dan bulanan. Kegiatan magang dilakukan
agar mengetahui masalah pada manajemen panen, aspek panen, serta aspek
peramalan produksi. Pengamatan pemanenan dimulai dengan pencatatan produksi,
tenaga panen, kriteria panen, sistem dan rotasi panen, pengangkutan TBS,dan saat
peramalan produksi.
Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data sangat diperlukan dalam kegiatan magang. Data yang
diperlukan selama kegiatan magang adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pengamatan langsung meliputi taksasi produksi,
pelaksanaan panen, kinerja tenaga panen, kehilangan produksi, kriteria panen,
rotasi panen, kerapatan panen, sistem panen, pelaksanaan panen, kapasitas
pemanen, organisasi panen, administrasi, sarana dan prasarana panen, dan
pengangkutan hasil panen TBS. Data sekunder yang diperoleh dari perkebunan
meliputi lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan
tata guna lahan, dan struktur organisasi perusahaan. Pengamatan yang dilakukan
adalah :
Kebutuhan tenaga panen. Pengamatan kebutuhan tenaga panen harian
dilakukan berdasarkan taksasi produksi harian. Kebutuhan tenaga panen harian
diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
T = Tenaga kerja pemanen (HK)
A = Luas kadvel (ha) atau kebun yang dipanen setiap hari
B = Kapasitas panen (kg/orang/hari)
C = Kerapatan panen (%)
D = Rata – rata bobot tandan (kg)
E = tanaman per ha
Kerapatan panen. Kerapatan panen merupakan salah satu peubah yang
sangat penting dalam penentuan taksasi produksi untuk keesokan harinya. Setiap
blok contoh diamati sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan diambil tanaman

7
contoh sebanyak 400 tanaman atau 10% dari total tanaman pada blok tersebut dari
jumlah populasi. Kerapatan panen dapat diketahui melalui taksasi produksi yang
ditentukan.
Kerapatan panen =

100%

Hancak pemanen. Pengamatan dilakukan pada 15 pemanen dengan
mengamati jumlah buah masak yang tidak dipanen, jumlah brondolan yang tidak
dikutip, serta kondisi tunasan. Jumlah pohon yang diamati adalah 100 pohon
dengan tiga kali ulangan. Pengamatan hancak panen di lakuakan bertahap di
mulai dari menghitung jumlah masak yang tidak dipanen, jumlah brondolan yang
tidak dikutip dan kondisi tunasan.
Mutu buah. Pengamatan mutu buah dilakukan pada 15 pemanen yang
berbeda, jumlah buah yang diamati 120 tandan. Parameter untuk mutu buah
adalah buah matang, buang kurang matang, buah mentah, dan buah busuk.
Pengangkutan TBS. Pengamatan yang akan dilaksanakan lama
pengangkutan dari kebun sampai ke pabrik, jumlah pekerja, dan jumlah kendaraan
yang digunakan.

Analisis Data dan Informasi
Analisis yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dari kegiatan
di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang
kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang
berlaku di perusahaan ataupun melalui studi pustaka. Analisis kuantitatif
digunakan dengan menggunakan analisis statistik uji t-student. Uji t-student
digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh.

KEADAAN UMUM
Letak Geografis Kebun dan Letak Wilayah Administratif
PT. Tunggal Mitra Plantation terbagi dalam tiga kelompok kebun, yaitu
perkebunan Manggala I, Manggala II, dan Manggala III. Secara geografis letak
Kebun Manggala IEstate PT. Tunggal Mitra Plantations terletak di Desa Siarangarang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Rokan Hilir, Propinsi Riau. Lokasi kebun
Manggala I, PT. Tunggal Mitra Plantations terletak pada kordinat
107°37’35.32”BT -100° 45’45.79” BT dan 0.1° 28’ 53.63” LU.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kondisi iklim di kebun Manggala I menurut Schmidt Ferguson bertipe iklim
B (Basah) dengan nilai Q= 15.4. Variabel pengamatan yang dilakukan oleh kebun

8
adalah curah hujan dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan bulan
Januari 2003 hingga Desember 2013 adalah sebesar 95 hari dan 1 895 mm
, kodisi tersebut telah termasuk kondisi curah hujan yang optimum
untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Pahan 2008).
Keadaan topografi kebun Manggala I sebagian besar tanah mineral, tetapi
ada sebagian tanah gambut yang terdapat pada spot-spot tertentu.vKebun
Manggala I memiliki dua jenis topografi tanah yaitu datar dan bergelombang.
Topografi tanah datar meiliki kemiringan 0-4%, sedangkan pada tanah
bergelombong adalah 4-12%. Luas masing-masing jenis topografi tanah, yaitu
3109 ha untuk daerah datardan 409 ha untuk daerah bergelombang. Jenis tanah
pada lahan mineral adalah typic hapluduits (podsolik merah kekuningan) dengan
tekstur tanah lempung liat berpasir. Kebun Manggala I memiliki tingkat
kesesuaian lahan S2 (kesesuaian sedang) dengan tingkat drainase cepat dan
terhambat.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang ditanam kebun Manggala I berasal dari
Socfindo, Marihat, dan Topaz dengan tahun tanam 1990, 1991, 1992,1994, dan
2013. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.15 m x 9.19 m x 9.15 m dengan
populasi 1 ha terdapat 136 pokok. Kelapa sawit yang ditanam tahun 2013
menggunakan jarak tanam 7.9 m x7.9 m x 7.9 m dengan jenis bibit yang berasal
dari Socfindo dengan populasi 185 pokok
. Berdasarkan kondisi di lapangan
rata-rata populasi tanaman per hektar untuk tahun tanam 1990, 1991, 1992, 1993,
1994, dan 1998 lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 128
tanaman. Hal tersebut disebabkan adanya tanaman yang mati karena rebah dan
adanya tanaman yang di tumbang karena tangkai egrek tidak sampai.
Tabel 1 Produksi TBS per tahun tanam kebun Manggala I tahun 2008-2013
TT
Luas (ha)
Produksi ton tahun-1
2008
2009
2010
2011
2012
2013
1990 1 020.02 25 324 25 851 23 581 25 655
23 697 24 490
1991
532.20 10 004
9 858 10 233 11 683
10 109
9 200
1992 1 934.74 43 162 43 303 40 191 45 182
39 967 41 616
1993
134.71
2 143
2 187
2 119
2 560
2 197
2 090
1994
60.56
1 055
998
1 058
953
934
975
1998
35.43
661
624
593
650
570
405
Total 3 717.68 82 349 82 820 77 775 86 682
77 473 78 777
Sumber : Kantor besar Kebun MGE 1 2014, TT = tahun tanam
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Luas area lahan PT. Tunggal Mitra Plantation memiliki luas 13 836 ha dan
lahan HGU yang dimiliki oleh kebun tersebut seluas 2 824 yang diokupasi oleh
masyarakat. Luas lahan Manggala I sebesar 4 919.68 ha yang dibagi dalam empat
divisi yaitu divisi I, divisi II, divisi III, dan divisi IV. Divisi I memiliki luas
sebesar 1 630.69 ha, divisi II sebesar 1 501.33 ha, divisi III sebesar 891.03 ha,

9
dan divisi IV sebesar 896.63 ha. Kebun Manggala I memiliki tanaman
menghasilkan seluas 1 103 ha dan area prasarana seluas 205.32 ha yang terdiri
dari emplasmen, pabrik, jalan, jembatan, dan parit. Luas areal untuk okupasi
(yang diserahkan kepada masyarakat) adalah 1 009 ha (Tabel 2).
Tabel 2 Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan tata guna lahan di kebun Manggala I
Uraian
I. Areal yang diusahakan
A. Areal yang ditanam
Tanaman menghasilkan
Tanaman BelumMenghasilkan (TBM)
Total area ditanam
B. Areal prasarana
Emplasmen
Pabrik
Jalan, jembatan, dan parit
Total area prasarana
II. Areal mungkin bisa ditanam
Okupasi
Total areal mungkin bisa ditanam
III. Pembibitan
Total pembibitan
Total

Luas (ha)

3 066.49
618.87
3 705.36
41.83
15.26
138.00
195.09
1 009.00
1 009.00
10.23
10.23
4 919.68

Sumber : Data Kebun MGE 1 (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Manggala I Estate PT. Tunggal Mitra Plantation merupakan salah satu unit
usaha dari Minamas Plantation. Kebun Manggala I dipimpin oleh satu orang
manajer kebun (Estate Manager). Manajer kebun juga dibantu oleh senior asisten
dan asisten. Senior asisten juga merangkap sebagai asisten divisi I, asisten
replanting, dan asisten pembibitan. Asisten yang ada di kebun Manggala I terdapat
pada divisi III dan divisi IV. Asisten pada divisi II belum ada, sehingga divisi II
dipegang oleh penanggung jawab sementara yaitu mandor I divisi II. Struktur
organisasi Manggala 1 Estate dapat dilihat pada Lampiran 6.
Manajer kebun bertugas untuk mengelola, mengorganisasikan, dan
mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan
mutu hasil yang optimal. Asisten kepala bertanggung jawab langsung kepada
manajer kebun untuk mengelola seluruh aspek kegiatan agronomi dan non
agronomi yang mendukung operasional kebun serta transportasi unit (traksi)
dengan tujuan untuk mencapai target produksi seluruh divisi, membuat keadaan
kebun yang kondusif, dan mengelola kelancaran pengangkutan di kebun. Asisten
divisi bertugas dan bertanggung jawab untuk mengelola divisi secara menyeluruh
baik dalam hal teknis di lapangan maupun secara adiministrasi dan memberikan
pembinaan terhadap sumber daya manusia yang dipimpinnya. Kepala administrasi

10
(Kasie) bertugas dan bertanggungjawab dalam bagian administrasi dan keuangan
di tingkat kebun.
Tenaga kerja di kebun Manggala I terdiri dari karyawan staff dan non-staff.
Tenaga kerja staff terdiri dari manajer kebun, senior asisten, asisten divisi, dan
kasie. Karyawan non-staff terdiri dari serikat karyawan utama (SKU) bulanan dan
harian. Tenaga kerja buruh harian lepas yang bekerjaberjumlah sekitar 10
orang,yang bertugas sebagai tenaga kerja aplikasi janjangan kosong dan
pengendalian gulma manual. Jumlah karyawan di kebun Manggala I sampai
dengan bulan Juni 2014 berjumlah 609 orang yang terdiri dari 5 orang staff dan
604 karyawan non-staff. Indeks tenaga kerja sebesar 0.16 HK ha-1 dan hal tersebut
termasuk kategori baik karena normal indeks tenaga kerja (ITK) untuk
perkebunan kelapa sawit adalah 0.2HKha-1 (Pahan 2008). Kebun Manggala I ingin
menekan jumlah tenaga kerja dengan produksi yang tetap maksimal. Komposisi
jumlah tenaga kerja di kebun ManggalaI dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi Jumlah Tenaga Kerja kebun Manggala I
Jenis Tenaga Kerja
Tingkatan Karyawan
Karyawan staff
Manajer kebun
Asisten Kepala/Senior
Asisten Divisi
Kasie
Karyawan non-staff
SKU Bulanan Kantor
SKU Bulanan Traksi
SKU Bulanan Divisi
SKU Bulanan Keamanan
SKU Bulanan Replanting
SKU Bulanan Pembibitan
SKU Bulanan Guru TK/SD/SMP
SKU Bulanan Lain-lain
SKU Harian
Total
Indeks Tenaga Kerja

Jumlah (orang)
1
1
2
1
10
40
58
25
35
35
29
51
321
609
0.16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Gulma adalah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan kehadirannya
dalam perkebunan kelapa sawit. Kehadiran gulma menjadi gangguan bagi
tanaman utama karena bersaing dalam menyerap hara maupun air di dalam tanah.
Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan gulma.
Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk meningkatkan daya
saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Gulma yang tumbuh di
areal pertanaman harus diberantas agar persaingan dengan tanaman utama dapat

11
ditekan karena dapat merugikan tanaman pokok bahkan menurunkan produksi.
Pada dasarnya pengendalian gulma dilakukan dengan tiga cara pemberantasan
gulma, yaitu kimia, mekanis, dan biologi. Kegiatan pengendalian gulma diawali
dengan kegiatan identifikasi gulma untuk mengetahui jenis gulma yang dominan
di kebun.
Pengendalian gulma di kebun Manggala I mempunyai sistem BSS (block
spraying system) dan BTP (bongkar tanaman penggangu). Pengendalian gulma
secara kimia menggunakan bahan jenis herbisida dengan cara menyemprotkan
herbisida ke tanaman pengganggu. Sistem penyemprotan dengan BSS
mengunakan rayonisasi yang artinya bahwa kegiatan penyemprotan yang
dilakukan untuk seluruh divisi di kebun Manggala I menjadi tanggung jawab dari
satu divisi tertentu. Divisi yang menjadi penanggung jawab sistem BSS adalah
divisi IV dimana pada divisi IV terdapat rumah BSS. Rumah BSS digunakan
untuk menyimpan alat-alat penyemprotan dan perlengkapan bagi karyawan dalam
pelaksanaan penyemprotan. Rumah BSS berisi
sprayer, herbisida, dan
perlengkapan safety seperti pakaian khusus semprot, sarung tangan, masker,
sepatu bot, dan celemek. Tujuan dibangun rumah BSS adalah untuk menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja karyawan karena mereka bekerja berhubungan
dengan racun.
Saat penulis melaksanakan kegiatan magang, sistem BSS tidak berfungsi
untuk mengendalikan gulma tetapi lebih fokus ke daerah replanting untuk
pemupukan daun pada tanaman TBM dan pengendalian hama. Pengendalian
gulma di divisi I dilakukan oleh tenaga kerja wanita yang berjumlah 6 orang,
terdiri dari 5 orang tenaga penyemprot dan 1 orang pengangkut air dan pengisian
racun kedalam alat semprot.
Pengendalian gulma kimia. Pengendalian gulma kimia merupakan
pengendalian menggunakan herbisida. Herbisida merupakan senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk mematikan gulma baik secara selektif maupun non selektif.
Pengendalian gulam kimia dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengendalian di
piringan dan pengendalian di gawangan. Pengendalian gulma kimia menggunakan
alat semprot RB 15. Pestisida yang digunakan adalah merek dagang Prima Up dan
Meta Prima. Prima Up mengandung bahan aktif glyphosate 480g setara dengan
asam glifosat 356 g l-1 dan Meta Prima yang berbahan aktif metyl metsulfuron
20%. Jenis nozel yang digunakan adalah deflektor bewarna merah dengan lebar
semprot 1.5 m.
Pengendalian di piringan. Pengendalian gulma di piringan mempunyai
tujuan untuk mengurangi kompetisi hara dan air, meningkatkan efisiensi
pemupukan, mempermudah kontrol pelaksanaan panen, dan pengutipan brondolan.
Penyemprotan dimulai dengan pembagian hancak kepada karyawan yang dibagi
oleh mandor penyemprotan. Penyemprotan dimulai dari jalan koleksi sampai ke
pasar tengah setelah itu pindah sisi dari pasar tengah sampai ke jalan koleksiawal.
.
Standar prestasi kerja karyawan dalam pengendalian gulam di piringan 2 ha
Pengendalian menggunakan alat semprot RB 15 dengan kapasitas tangki 15 L.
Dosis yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah glyphosate 250 ml
dan methyl metsurfuron 0.02 kg
dengan merek dagang Prima Up dan
Meta Prima, konsentrasi Prima Up yang digunakan adalah 1.6% dan konsentrasi
Meta Prima adalah 0.13%. Prestasi kerja karyawan pada pengendalian di piringan

12
adalah 2 ha HK-1 dan saat penulis melaksanakan pengendalian dapat mengikuti
prestasi kerja karyawan, yaitu 2 ha HK-1.
Pengendalian di gawangan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan
untuk mengurangi kompetisi hara dan air, mempermudah kontrol pekerjaan dari
satu gawangan ke gawangan yang lain, dan menekan populasi hama.
Pengendalian gawangan dimulai dengan pembagian hanca oleh mandor.
Penyemprotan dimulai dari jalan koleksi sampai ke pasar tengah setelah itu pindah
sisi dari pasar tengah sampai ke jalan koleksi awal. Setiap karyawan mendapat 1
pasar rintis dengan prestasi kerja 5 ha HK-1 dan prestasi kerja penulis 2 ha HK–1
karena penulis belum berpengalaman dalam melaksanakan pengendalian
gawangan. Alat semprot yang digunakan adalah RB 15 dengan kapasitas 15 L.
Dosis yang digunakan untuk semprot gawangan adalah glyphosate 400 ml
dan methyl metsurfuron 0.03 kg
. Dalam 1 kep dosis yang digunakan adalah
untuk methyl metsufuron dengan
100ml dengan konsentrasi 0.6% dan 7.5 g
konsentrasi 0.05%. gambar pengendalian gulma dapat dilihat pada Gambar 1.

A

B

Gambar 1 Pelaksanaan penyemprotan kebun Manggala I (A) semprot piringan,
(B) semprot gawangan
Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma manual terdiri dari
rawat piringan manual, gawangan manual, dan dongkel anak kayu. Alat yang
digunakan untuk pengendalian manual adalah parang, cangkul, babat, dan cados.
Pengendalian gulma manual dimulai dari pencabutan kentosan di piringan dan
epifit yang ada di batang kelapa sawit. Piringan merupakan areal di sekitar
pertanaman kelapa sawit yang memerlukan perhatian khusus dalam pengendalian
gulma dengan membersihkan selebar proyeksi tajuk kelapa sawit pada jari-jari
1.5-2 m. Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus bebas gulma atau dikenal
dengan zona W0 yaitu piringan harus benar-benar bersih dari semua gulma
sehingga mudah dalam pengutipan brondolan dan mengurangi kompetisi unsur
hara dan air karena akar halus tanaman masih berada di sekitar piringan/pokok.
Pengendalian gawangan. Gawangan memiliki fungsi yang hampir sama
dengan piringan. Pengendalian gulma di gawangan bertujuan mengurangi
kompetisi hara, air dan sinar matahari, mempermudah kontrol pekerjaan dari satu
gawangan ke gawangan lain, dan menekan populasi hama (terutama pada TBM).
Gulma yang dominan tumbuh adalah kentosan, Nephrolepis biserata,
Paspalum conjugatum, Melastoma malabathricum, Borreria alata, Asystasia
intrusa, dan kopi-kopian. Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit yang
dilaksanakan secara terpadu, yaitu mengkombinasikan cara manual, kimia, dan

13
hayati sehingga membawa hasil yang baik. Prestasi kerja karyawan adalah 3 ha
HK-1. Pengendalian gulma manual saat penulis melaksanakan hanya dapat
mencapai 1.5 ha HK-1, ini masih jauh dari prestasi kerja karyawan karena penulis
belum memiliki pengalaman kerja dalam melaksanakan pengandalian gulma
manual.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit adalah strategi pengendalian berdasarkan
ekologi yang yang berwawasan lingkungan. Sebagian besar hama yang
menyerang adalah golongan serangga. Konsep pengendalian hama dimulai dari
pengenalan dan pemahaman terhadap siklus hidup hama. Pengendalian hama di
kebun Manggala I menggunakan sistem biologis. Pengendalian tikus secara
biologis dengan membangun kandang burung hantu, sedangkan pengendalian ulat
api dan ulat kantong pengendaliannya menggunakan pengembangan benificial
plant. Gambar kandang burung hantu dan buah yang terserang hama tikus dapat
dilihat pada Gambar 2.

A

B

Gambar 2 Pengendalian hama kebun Manggala I (A) Kandang burung hantu
(B) Buah dimakan tikus
Pengendalian hama tikus. Pengendalian ini menggunakan pemasangan
kandang burung hantu (BOB) dengan perbandingan 1:20, dimana terdapat 1 BOB
dalam kawasan 20 ha. Pembangunan BOB bertujuan untuk menyediakan tempat
tinggal bagi burung hantu dan menjadikan burung hantu sebagai musuh alami
untuk mengendalikan hama tikus. Jenis burung hantu yang dipelihara adalah Tyto
alba. Hama tikus pada umumnya sulit diberantas, karena daerah hidupnya sangat
luas. Hama tikus dapat mengkonsumsi mesocarp ±4 ghari-1 sehingga kehilangan
hasil produksi mencapai 5% dari produksi normal (Pahan 2008).
Pengendalian kumbang tanduk (Orytes rhinocheros). Kumbang tanduk
dapat mengganggu pertumbuhan vegetatif kelapa sawit. Kumbang tanduk
menggerek pangkal pelepah muda dan meneruskan gerekannya kearah titik
tumbuh dan dapat menyebabkan batang busuk, selanjutnya menyebabkan pokok
mati terutama pada TBM. Pengendalian kumbang tanduk menggunakan
perangkap yang mengandung feromon. Feromon disebut juga dengan istilah fero
trap. Cara kerja fero trap adalah merangsang kumbang tanduk masuk ke dalam
perangkap. Perangkap digantung ditiang penyangga yang lebih tinggi untuk
tanaman TBM. Feromon dimasukkan ke dalam ember yang digantung di tiang

14
penyangga. Fero trap cukup efektif untuk mengendalikan hama kumbang tanduk
karena bau yang dikeluarkan feromon mampu merangsang datangnya kumbang
tanduk. Pengendalian fero trap harus selalu diperhatikan karena bukan kumbang
tanduk yang di sekitar perangkap saja yang akan datang.
Pengendalian ulat api. Pengendalian ulat api menggunakan penanaman
benificial plant. Beneficial plant adalah tanaman yang berfungsi untuk konservasi
karena dapat berguna sebagai penyedia madu dan tempat inang predator ulat api.
Predator ulat api yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Sycanus sp.
Beneficial plant yang ditanam di kebun Manggala I antara lain Casia cobanensis,
Turnera subulata, dan Antigonon leptopus (Gambar 3).

A
Gambar 3

C

B

Beneficial plant kebun Manggala I (A) Casia cobanensis, (B)
Antigonon leptopus, (C) Tunera subulata

Standar penanaman beneficial plant di kebun Manggala I adalah 10 m
mewakili 1 ha (1%) dengan komposisi penanaman Casia cobanensis : Antigonon
leptopus : Turnera subulata adalah 60% : 20% : 20%. Beneficial plant ditanam di
areal terbuka, seperti jalan utama dan jalan koleksi. Penanaman beneficial plant
ditanam secara selang seling dengan lebar 1 m dan panjang 10 m setiap tanaman.
Pemupukan
Kemampuan lahan dalam penyedian unsur hara bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman kelapa sawit sangatlah terbatas. Keterbatasan hara dalam
tanah harus diimbangi dengan penambahan unsur hara melalui pemupukan. Setiap
unsur hara pupuk memiliki peran masing-masing dan dapat menampilkan gejala
tertentu pada tanaman jika ketersediaan dalam tanah sangat kurang. Penyediaan
unsur hara dalam tanah harus seimbang sesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Salah satu efek pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan
kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi lebih stabil.
Pemupukan juga melengkapi persedian unsur hara di dalam tanah sehingga
kebutuhan tanaman terpenuhi.
Prinsip utama penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit harus menerima
setiap jenis pupuk sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan oleh
Departemen Riset melalui kegiatan LSU setahun sebelumnya. Pemberian pupuk
harus memperhatikan kondisi tanaman. Pemupukan dikatakan efisien dan efektif
saat jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemupukan, cara pemupukan, dan tempat
pemupukan dilakukan secara benar dan tepat.

15
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemupukan yaitu
persiapan piringan, material pupuk, tenaga kerja, dan sarana transportasi.
Pemupukan di kebun Manggala I menggunakan dua jenis pupuk berdasarkan
sumbernya, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik dapat
dimanfaaatkan untuk memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi
tanaman. Umumnya bahan organik merupakan produk limbah seperti janjangan
kosong dan Palm Oil Mill Effluent (POME) sehingga tersedia secara murah.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang telah dikembangkan untuk menambah hara
tanah sehingga dapat memenuhi kebutuhan tanaman.
Sistem pemupukan di kebun Manggala I tidak menggunakan sistem until
lagi hal ini dikarenakan gudang pupuk selalu kotor dan membutuhkan banyak
tenaga kerja saat melakukan penguntilan dan juga membutuhkan banyak goni
sebagai tempat pupuk yang sudah diuntil. Pemupukan menggunakan Block
Manurring System (BMS) yang sistem pemupukannya terkonsentrasi pada blok
per blok. Sistem BMS dilakukan dengan harapan sasaran, mutu pemupukan,
kegiatan pengontrolan, dan pengerjaan pemupukan lebih efektif. Pemupukan
dilakukan dua semester yaitu pada semester satu dimulai pada bulan JuliDesember dan semester dua pada bulan Januari-Juni.
Pemupukan tidak boleh dilaksanakan pada kondisi musim hujan atau musim
kemarau yang berkepanjangan karena dapat menimbulkan kehilangan hasil yang
tinggi melalui pencucian, aliran permukaan, dan erosi. Pemupukan pada musim
kemarau akan menimbulkan penguapan yang mangakibatkan panas pada akar
sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa
sawit. Organisasi pemupukan terdiri dari mandor pupuk, pengangkut pupuk,
pengecer pupuk, dan penabur pupuk sehingga total tenaga kerja berjumlah 14
orang.
Pengeceran Pupuk. Pengeceran pupuk merupakan kegiatan memuat pupuk
dari gudang ke dalam truk yang akan disebar di lapangan dan diawasi langsung
oleh kepala gudang. Pengeceran dilakukan di jalan koleksi dengan cara dilempar
dari truk ke jalan koleksi. Pengeceran pupuk dilakukan dengan membagi dosis
yang telah ditentukan, yaitu 1 karung pupuk 50 kg sehingga dapat ditentukan
sesuai hancak pemupuk yang telah ditentukan oleh mandor pupuk. Kendala dalam
pengangkutan pupuk dari gudang ke lapangan adalah alat angkutan dan ketepatan
waktu pengangkutan. Keterlambatan pengangkutan akan mengakibatkan
keterlambatan aplikasi pupuk di lapangan. Gambar pengeceran pupuk dapat
dilihat pada Gambar 4.

A

B

Gambar 4 Aplikasi pemupukan (A) Pengeceran pupuk (B) Susunan pupuk telah
diecer

16
Pelaksanaan aplikasi pemupukan. Aplikasi pemupukan pada tanaman TM
dan TBM menerapkan sistem BMS yang dilaksanakan blok per blok sehingga
pengawasannya lebih mudah. Penabur pupuk bertugas menabur pupuk di setiap
pokok sesuai dengan dosis hingga merata. Tenaga penabur pupuk harus memiliki
kualitas dan kapasitas yang memadai. Tenaga kerja pemupukan di Manggala I
merupakan tenaga kerja yang tetap, sehingga pengarahan kerja akan lebih mudah
dilaksanakan. Pupuk harus ditabur di piringan dekat dengan tumpukan pelepah
mati hal ini bertujuan untuk meminimalisir kehilangan pupuk akibat run off. Pada
daerah tersebut akar kelapa sawit yang banyak berkembang adalah akar kelapa
sawit yang suka daerah lembab sehingga pemupukan harus lebih banyak disebar
pada daerah tumpukan pelepah mati. Norma prestasi kerja pemupukan untuk
penabur pada TM adalah 500 kg HK-1 dan 300 kg HK-1 pada TBM. Prestasi kerja
pemupuk pada tanaman TM dan TBM seharusnya sama, hal ini disebabkan
pemupukan untuk daerah TBM hancak yang sulit untuk dijalani dan tidak
memiliki titi atau jembatan penyebrangan. Penulis pada saat melakukan kegiatan
pemupukan hanya dapat melakukan pemupukan 100 kg HK-1 dikarenakan penulis
belum berpengalaman dalam melaksanakan aplikasi pemupukan.

Gambar 5 Kegiatan pemupukan TM (tanaman menghasilkan) kebun Manggala I
Pengawasan pemupukan. Pengawasan pemupukan menjadi hal utama
karena kunci akhir dari keberhasilan pemupukan. Kegiatan pengawasan
pemupukan penting karena peluang kehilangan hasil yang ditimbulkan sangat
tinggi dan dapat merugikan perusahan dalam jumlah yang besar karena 40%-60%
dari seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan digunakan untuk
pemupukan(Sastrosayono 2003). Pengawasan pemupukan perlu dilakukan
terutamapada titik-titik rawan dimana ditemukan kesalahan kerja dalam
pelaksanaan pemupukan.
Kelemahan pengawasan dalam mengarahkan pekerja selama pemupukan
juga menjadi ciri rendahnya tanggung jawabpara pengawas pemupukan.
Penaburan pupuk yang buruk misalnya, penaburan pupuk saat saat curah hujan
tinggi dan penaburan pupuk bukan dilakukan di piringan tetapi ditabur di tempat
lain atau dibuang.

17
Leaf Sampling Unit (LSU)
LSU merupakan salah satu langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui
jumlah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga produksi tanaman
dapat tercapai secara maksimal. Pengambilan contoh daun dapat dapat dilakukan
dengan sistem terpusat atau sistem tersebar. Hasil analisa tersebut merupakan
salah satu komponen yang sangat penting dalam penentuan rekomendasi dosis
pemupukan pada areal. Pengambilan contoh daun dilakukan satu tahun sekali.
Pengambilan contoh daun dilakukan mulai pukul 07.00 hingga pukul 12.00 WIB.
Daun contoh yang diperoleh harus segera dikirim ke Minamas Research Centre
(MRC) yang sebelumnya daun terlebih dahulu dioven di kebun.
Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat, jika
tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan di depan atau belakangnya.
Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain:
1. Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan perumahan
2. Pohon sisipan
3. Pohon terserang hama dan penyakit
4. Pohon yang tumbuh miring dilahan datar
5. Pohon abnormal
Daun yang diambil adalah daun ke-17, diambil sebanyak enam daun, tiga
dari sisi kanan dan tiga dari sisi kiri. Contoh pengambilan daun dengan
menggunakan sistem 10 x 7 = 30, artinya