terdepresiasi 20.1 terhadap posisi sebelum krisis. Kondisi ini terus berlanjut hingga November 2008 dimana perdagangan saham Indonesia terkontraksi 42.7 dan rupiah
terdepresiasi hingga 32.6 terhadap posisi Agustus 2008.
Namun dalam perjalanannya, perekonomian Indonesia tidaklah seburuk yang dibayangkan banyak pihak. Hanya beberapa bulan setelah krisis meledak, IHSG dan
rupiah kembali rebound. Selain itu beberapa indikator makroekonomi yang sempat memburuk pada akhir 2008, mulai membaik pada 2009.
Dengan Fenomena ini, peneliti tertarik Untuk melihat apakah terdapat perbedaan dari rasio risiko kredit dari bank pemerintah dan bank swasta di tahun tahun yang sangat
rentan akan imbas krisis amerika tersebut yaitu tahun 2008, 2009, dan 2010 maka peneliti mencoba untuk membandingkan rasio risiko kredit pada bank pemerintah dan bank
swasta pada tahun 2008, 2009, 2010.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui “Apakah terdapat
perbedaan rasio risiko kredit antara bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari
Equity to Total Asset Ratio EAR, Loan to Asset Ratio LAR, Loan to Deposit Ratio
LDR, dan Non Performing Loan Ratio NPL?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan rasio risiko kredit antara bank pemerintah dengan bank swasta yang diukur dari rasio-
rasio dari risiko kredit tersebut.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian mengenai perbandingan rasio risiko kredit antara bank umum pemerintah dengan bank
komersial swasta ini antara lain: 1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai dunia perbankan
khususnya tentang rasio risiko kredit. 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan atau referensi dan sumber
informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masukan dan sumber informasi agar lebih bijak
dalam memilih bank sebagai tempat untuk menyimpan uang dan berinvestasi nantinya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank dan Fungsi Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan dalam pasal 1 butir 2, yang merupakan perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”, dari pengertian ini dapat dilihat
bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, dimana aktivitas utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat yang dikenal dengan
istilah funding. Menghimpun dana ini maksudnya ialah mengumpulkan atau mencari dana dari masyarakat luas dengan cara menggunakan berbagai strategi
seperti memberikan rangsangan berupa balas jasa yang dapat berbentuk bunga, hadiah, bagi hasil, pelayanan dan berbagai bentuk lainnya yang dapat membuat
masyarakat berminat untuk menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan dapat berupa tabungan, giro, dan deposito. Setelah dana diperoleh dari
masyarakat maka dana tersebut akan dikelola atau diputar kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau dikenal dengan istilah kredit lending, dimana dana
tersebut dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk memajukan perekonomian baik dengan cara membuka lapangan pekerjaan maupun cara lainnya sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama perbankan adalah menghimpun dana funding dan
menyalurkan dana lending. Menurut PSAK No.31 paragraf 1 menyatakan pengertian bank sebagai berikut: bank adalah lembaga yang berperan sebagai
perantara keuangan financial intermediary antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar
lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang
menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka serta memberikan kredit bagi pihak yang memerlukan dana.
Berdasarkan UU No.10 Tahun 1998, fungsi bank di Indonesia adalah : a. Sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat Bank bertugas
mengamankan uang tabungan dan deposito berjangka serta menyimpan dalam rekening koran atau giro.
b. Sebagai penyalur dana atau pemberi kredit bank memberikan kredit bagi masyarakat yang membutuhkan terutama untuk usaha-usaha produktif.
2.1.2 Perbedaan Bank Pemerintah dengan Bank Swasta
Bank pemerintah dan bank swasta sebenarnya dalam hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti cara meghimpun dana, menyalurkan
pinjaman, dan jasa-jasa lainnya. Perbedaan antara bank pemerintah dengan bank swasta hanya menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank
Universitas Sumatera Utara
pemerintah adalah bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian besar juga dimiliki oleh pemerintah pusat.
Sedangkan yang dikatakan bank swasta adalah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta. Walaupun
yang membedakan bank pemerintah dengan bank swasta hanya berdasarkan kepemilikannya saja, ini sangat menentukan manajemen yang akan mengelola bank
tersebut nantinya, dimana manejemen merupakan pihak yang akan menentukan keberhasilan bank tersebut melalui keputusan-keputusan yang mereka ambil.
Contohnya saja dalam hal pemilihan direksi, mereka akan ditunjuk berdasarkan rapat umum pemegang saham. Direksi sama-sama kita ketahui adalah bagian dari
manajemen yang akan mengelola bank tersebut nantinya, apakah akan semakin baik kinerja bank tersebut atau malah sebaliknya. Dalam rapat umum pemegang saham,
biasanya bank yang sahamnya dominan dimiliki oleh suatu pihak inilah yang akan menentukan diterima atau tidaknya calon direksi yang diajukan, dengan demikian
dapat dikatakan bank pemerintah yang sahamnya dominan dimiliki oleh pemerintah secara otomatis kebijakan pemilihan ini tergantung pemerintah, demikian pula
sebaliknya dengan bank swasta.
2.1.3 Sumber Dana Bank
Bank merupakan bisnis keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya. Dana dapat disalurkan apabila dana tersebut telah dapat
dihimpun baik dari masyarakat maupun dari pihak-pihak lain. Menurut Sinungan
Universitas Sumatera Utara
yang dikutip oleh Irmayanto, dkk 2009, dana-dana bank yang dipakai sebagi alat operasional dapat diperoleh dari berbagai sumber:
1. Dana pihak kesatu sumber dana sendiri Dananya diperoleh dari modal sendiri yang berasal dari pemegang saham.
Dalam neraca bank dana modal sendiri terdiri atas modal disetor, agio saham, cadangan-cadangan, dan laba ditahan.
2. Dana pihak kedua sumber dana pihak luar Merupakan sumber dana yang berasal dari pihak luar selain masyarakat,
yang dapat berupa call money, pinjaman biasa antar bank, pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank, dan pinjaman dari bank sentral Bank
Indonesia.
3. Dana pihak ketiga sumber dana masyarakat Dana yang diperoleh bank dari simpanan masyarakat dapat berupa giro
demand deposit, tabungan saving, deposito time deposit, dan simpanan sementara.
2.1.4 Laporan keuangan bank
Laporan keuangan merupakan catatan informasi atas kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada periode waktu tertentu yang dapat dijadikan sebagai
objek analisis dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan. Menurut Myer dalam bukunya Financial statement Analysis yang dikutip oleh
Munawir 2004 bahwa yang dimaksud laporan keuangan adalah “dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-
perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surflus atau daftar laba yang tak dibagikan laba yang ditahan”. Adapun jenis laporan keuangan pada umumnya
terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
Universitas Sumatera Utara
catatan atas laporan keuangan yang merupakan catatan yang tidak dapat dimasukkan dalam laporan-laporan yang telah disebutkan sebelumnya.
Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, maupun perubahan dari posisi keuangan perusahaan yang mana dapat
bermanfaat bagi pengguna dalam mengambil keputusan ekonomi. Selain itu manajemen dalam mengelola perusahaan dan juga untuk mempertanggung jawabkan
atas sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen tersebut, sehingga pihak- pihak yang memilki kepentingan dari perusahaan tersebut dapat mengambil
keputusan untuk mempertahankan atau mengganti manajemen tersebut. Menurut Munawir 2004 laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud “untuk
memberikan gambaran atau laporan kemajuan progress report secara periodik yang dilakukan pihak manjemen yang bersangkutan”. Tujuan laporan keuangan menurut
PSAK No.1 paragraf 5 adalah “tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan
yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban
stewardship manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”.
Laporan keuangan merupakan media yang sangat penting untuk melihat kondisi keuangan suatu perusahaan, karena pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tidak dapat atau mampu secara langsung untuk melakukan pengamatan atas suatu perusahaan, oleh sebab itulah yang membuat laporan keuangan menjadi
sangat penting sebagai sarana informasi atau media bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Banyak pihak yang memiliki kepentingan
terhadap suatu perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor, manajemen, karyawan dan serikat pekerja, pemerintah seperti Bank Indonesia dan instansi pajak,
analis pasar modal, pelanggan atau masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, dan peneliti seperti akademisi atau lembaga pemeringkat.
Meskipun laporan keuangan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan perusahaan, para pemakai laporan keuangan sebaiknya juga harus jeli dalam
mengambil keputusan dari laporan tersebut, karena laporan keuangan juga tedapat keterbatasan yang membuat hasil yang disajikan tidak akurat. Menurut Standar
Akuntansi Keuangan yang dikutip oleh Harahap 2008 menyatakan bahwa keterbatasan laporan keuangan terdiri dari:
a. laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan kejadian yang telah lewat bukan masa kini
b. laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi pihak tertentu
c. proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan
d. akuntansi hanya melaporkan hasil yang material e. laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian
f. laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwatransaksi daripada bentuk hukumnya substance over form
Universitas Sumatera Utara
g. laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat
dari informasi yang dilaporkan h. adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan
i. informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
Laporan keuangan yang disajikan bank tidaklah jauh berbeda dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan bukan bank, dimana laporan keuangan bank juga
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan-laporan lainnya, namun demikian berbeda industri sudah pasti terdapat beberapa perbedaan terhadap laporan yang
disampaikan maupun peraturan-peraturan dalam menyusun laporan tersebut. Laporan keuangan yang disajikan oleh bank umum untuk dipublikasikan kepada masyarakat
berpedoman pada peraturan Bank Indonesia No. 322PBI tanggal 13 Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank dan Surat Edaran Bank Indonesia No.
330DPNP tanggal 14 Desember 2001 tentang Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta laporan tertentu yang disampaikan
kepada Bank Indonesia.
Dalam PSAK No.31 paragraph 80 menyatakan bahwa laporan keuangan bank terdiri atas:
a. Neraca b. Laporan laba rugi
Universitas Sumatera Utara
c. Laporan arus kas d. Laporan perubahan ekuitas
e. Catatan atas laporan keuangan Dari PSAK No.31 yang telah disebutkan diatas, sekilas dapat kita lihat bahwa laporan
keuangan bank juga sama dengan laporan keuangan bukan bank, hanya saja yang membedakannya adalah dalam catatan atas laporan keuangan, perusahaan perbankan
diwajibkan untuk membuat laporan komitmen dan kontinjensi, sedangkan dalam laporan keuangan perusahaan bukan bank tidak terdapat laporan tersebut.
2.1.5 Risiko-Risiko Perbankan
Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada bank, dalam
artian bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola
dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan.
Risiko, khususnya di dalam konteks bisnis bank dan lembaga keuangan, tidaklah selalu mewakili sesuatu hal yang buruk. Kenyataannya Risiko bisa mengandung di
dalamnya suatu peluang yang sangat besar bagi mereka yang mampu mengelolanya dengan baik. Hal itu mungkin yang melatarbelakangi mengapa kalimat “Saya akan
Universitas Sumatera Utara
ambil Risiko tersebut,” dalam bahasa Inggris lebih banyak dinyatakan dengan, I will take that chance.
Secara sederhana J.P Morgan mengartikan risiko sebagai suatu ketidakpastian dari Net Return yang terjadi, atau secara komprehensif risiko merupakan suatu potensi
terjadinya peristiwa event yang dapat memberikan pengaruh negatif terhadap nilai suatu portofolio aset yang dapat diukur dengan probabilitas tertentu dalam rentang
waktu yang diketahui.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa gampangnya risiko hari ini bisa diterjemahkan sebagai potensi kerugian esok hari, akan tetapi malangnya, risiko
tidaklah bisa diukur seperti menghitung pendapatan dan biaya yang harus dikeluarkan bank karena risiko tidaklah bersifat “tangible”. Pengukuran risiko lebih merupakan
hal yang konseptual dan merupakan tantangan dalam menerapkan praktik perbankan berbasis risiko. Jadi untuk menilai risiko yang “intangible”, mendefinisikannya
dengan benar merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar-tawar.
Bank Indonesia melalui PBI 582003 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum, menjelaskan defenisi risiko-risiko yang harus dihadapi Bank dalam
aktivitas bisnisnya, walaupun mengadopsi Basel II namun terdapat perbedaan mengenai definisi tersebut. Adapun jenis risiko yang wajib dikelola bank adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Risiko Kredit
Risiko kredit diartikan sebagai risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty kreditur memenuhi kewajibannya PBI atau Risiko kerugian
yang berhubungan dengan kemungkinan bahwa suatu Counterparty kreditur akan gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh
tempo Basel II.
2. Risiko Pasar
Risiko yang muncul yang disebabkan oleh adanya pergerakan variabel pasar adverse movement dari portofolio yang dimiliki oleh bank, yang dapat
merugikan bank. Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan nilai tukar serta termasuk perubahan harga option. Risiko pasar antara lain
terdapat pada aktivitas fungsional bank seperti kegiatan treasury pendanaan dan investasi dalam bentuk surat berharga dan pasar uang
maupun penyertaan pada lembaga keuangan lainnya, penyediaan dana, dan kegiatan pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan
perdagangan.
3. Risiko Operasional
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidak cukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem,
atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional melekat pada setiap aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan
perkreditan, treasury pendanaan dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem
informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan sumber daya manusia.
4. Risiko Likuiditas
Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. Risiko likuiditas dikategorikan menjadi:
a. Risiko Likuiditas Pasar, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak
mampu melakukan Offsetting posisi tertentu dengan harga pasar karena kondisi likuiditas pasar yang tidak memadai atau gangguan pasar market
disruption.
b. Risiko likuiditas pendanaan, yaitu risiko yang timbul karena bank tidak mampu mencairkan asetnya atau memperoleh pendanaan dari sumber
dana lain.
5. Risiko Hukum
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang
tidak sempurna.
6. Risiko Reputasi
Universitas Sumatera Utara
Risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank.
7. Risiko Strategik
Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak
tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko yang disebabkan bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Didalam
prakteknya risiko kepatuhan melekat pada risiko bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan seperti risiko kredit terkait dengan ketentuan
KPMM Kewajiban Penyediaan Modal Minimum, KAP Kualitas Aktiva Produktif, PPAP Pencadangan Penghapusan Aktiva Produktif, BMPK
Batas Maksimum Pemberian Kredit . Risiko Pasar terkait dengan Posisi Devisa Neto PDN, Risiko Strategik terkait dengan ketentuan Rencana
Kerja dan Anggaran Tahunan RKAT bank dan risiko lainnya yang terkait dengan ketentuan tertentu.
Mencermati jenis-jenis risiko dan akibat yang ditimbulkannya bagi bank, menuntut paradigma baru bagi bank tentang risiko perbankan. Jika dulu kita hanya mengenal
risiko kredit sekarang tidak cukup hanya dengan risiko kredit saja. Jika dulu pemantauan risiko hanyalah merupakan fungsi auditor, sekarang merupakan
tanggung jawab direksi. Jika dulu risiko hanya sebagai suatu faktor negatif yang harus dikontrol, sekarang risiko diterjemahkan sebagai suatu opportunity bagi bank.
Bercermin dari petikan perkataan Alan Greenspan : “…We should not forget that basic economic function of these regulated entities banks is to take risk. If we
minimize risk taking in order to reduce failure rates to zero, we will, by defenition, have eliminated the purpose of banking system”. Pengelolaan risiko bank bukan
berarti menghilangkan risiko sampai menjadi nihil, tetapi lebih ditekankan kepada bagaimana mengukur, memonitor, mengelola dan mangambil keuntungan dan
mengamankan bank dari risiko-risiko tersebut. Risiko kredit merupakan risiko yang paling berpengaruh dari semua risiko yang
menyebabkan kerugian potensial. Risiko kredit adalah risiko yang terjadi karena kegagalan debitur, yang menyebabkan tak terpenuhinya kewajiban untuk membayar
hutang. Secara garis besar, risiko kredit dapat dibagi menjadi 3 tiga: a. Risiko default
Risiko default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara
memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.
b. Risiko exposure Diartikan sebagai suatu risiko yang akan dihadapi oleh perusahaan sebagai akibat
perubahan atau fluktuasi kurs valas. c. Risiko recovery
Merupakan pembayaran kembali atas sisa pinjaman nasabah dari hasil penjualan jaminan, apabila First Way out tidak dapat diharapkan lagi.
Risiko kredit dapat bersumber dari berbagai aktivitas bank, antara lain: pemberian kredit, transaksi derivatif, perdagangan instrumen keuangan, serta aktivitas bank yang
lain, termasuk yang tercatat dalam banking book maupun trading book.
2.1.6 Rasio keuangan bank
Sebagaimana telah kita ketahui bahwasanya laporan keuangan merupakan laporan yang bersifat historis, artinya laporan keuangan merupakan aktivitas yang sudah
dilakukan dalam suatu periode waktu tertentu. Aktivitas-aktivitas ini disajikan dalam bentuk angka-angka berdasarkan pos-posnya dalam laporan keuangan, dimana pos-
pos ini akan dibandingkan satu sama lainnya sehingga menghasilkan suatu laporan yang lebih berguna bagi berbagai pihak yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan, perbandingan antara pos-pos inilah yang dimaksud dengan rasio keuangan. Menurut Harahap 2008, “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan berarti”. Rasio keuangan sangat
besar peranannya dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan, dimana rasio
Universitas Sumatera Utara
keuangan dapat menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos satu dengan yang lainnya sehingga dapat dengan cepat memberikan informasi
untuk lebih mudah dalam menilai dan mengambil keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Melakukan analisis terhadap berbagai macam hubungan antara pos-pos dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan posisi dan kondisi
keuangan perusahaan, dengan adanya alat analisis rasio ini dapat menjelaskan kepada analis tentang sehat atau tidaknya kondisi suatu perusahaan. Teknik analisis dengan
menggunakan rasio keuangan sangat bagus karena dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, selain itu juga
memungkinkan manajer memperkirakan reaksi kreditor dan investor serta dapat memberikan pandangan bagaimana kira-kira dana dapat dihimpundikumpulkan.
Berikut ini adalah keunggulan analisis rasio dibandingkan dengan teknik analisis lainnya.
menurut Harahap 2008: a. rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan b. merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan
laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit c. mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain
d. sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model keputusan dan model prediksi
e. menstandarisir size perusahaan f. lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”
Universitas Sumatera Utara
g. lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa datang.
Walaupun teknik analisis rasio merupakan alat yang sangat bagus dalam melakukan analisis laporan keuangan, tetap saja tidak terlepas dari berbagai kekurangan, hal ini
disebabkan oleh keterbatasan dari alat analisis rasio tersebut. Menurut Sawir 2005, keterbatasan analisis rasio antara lain:
a. kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak dibeberapa bidang usaha
b. rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bisa merupakan hasil manipulasi
c. perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan dan penilaian persediaan
d. informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
Perbedaan jenis perusahaan dapat mengakibatkan perbedaan jenis-jenis rasio yang
akan dipergunakan dalam menganalisis laporan keuangan. Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio
keuangan yang khas. Menurut Sawir 2005 “Rasio-rasio keuangan perbankan dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok rasio, yaitu: rasio likuiditas, rasio
rentabilitasprofitabilitas, rasio solvabilitas permodalan, rasio risiko usaha kredit bank, dan rasio efesiensi usaha”. Rasio keuangan bank berbeda dengan rasio
keuangan perusahaan umumnya, Hal ini disebabkan karena komponen neraca dan laporan laba rugi yang dimiliki oleh bank berbeda dengan laporan neraca dan laba
rugi perusahaan bukan bank sehingga rasio keuangan bank mempunyai peraturan perundang-undangan sendiri dalam melakukan analisis terhadap laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangannya. Dalam penelitian ini tidak semua rasio yang telah disebutkan sebelumnya akan digunakan untuk melakukan analisis.
Dalam penelitian ini hanya rasio risiko kredit yang di gunakan. Rasio risiko kredit yang digunakan antara lain sebagai berikut :
A. Equity to Total Asset Ratio EAR
Rasio ini menunjukkan hubungan antara jumlah modal sendiri yang tertanam dalam perusahaan untuk memenuhi kebutuhan modal perusahaan.
Rumus untuk mencari EAR adalah :
B. Loan to Asset RatioLAR
Merupakan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini maka
tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar.
Rumus mencari LAR adalah :
C. Loan to Deposit Ratio LDR
Equity to Total Asset = Equity
Total Asset
X 100
Jumlah kredit yang diberikan LAR =
Jumlah Assets
X 100
Universitas Sumatera Utara
Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang
disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Semakin tinggi rasio tersebut maka semakin rendah likuiditas bank tersebut.
Rasio ini dapat diukur dengan rumus :
D. Non Performing Loan Ratio NPL
Berkaitan dengan kegiatan bank yaitu penyaluran dana kemasyarakat dalam bentuk kredit, penyaluran kredit ini sendiri mengandung unsur risiko gagal atau
macet dalam istilah perbankan dikenal sebagai Non Performing Loan NPL yang dapat menyebabkan kesehatan bank terganggu. NPL merupakan salah satu
indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi atau dapat menyebabkan naik turunnya NPL suatu bank,
diantaranya dalah sebagai berikut: a. Kemauan atau itikad baik debitur
LDR = Jumlah kredit yang diberikan
Total dana Pihak Ketiga + Modal Inti X 100
Universitas Sumatera Utara
Kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan ada artinya tanpa kemauan dan itikad baik dari debitur itu
sendiri. b. Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu perbankan, misalnya kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM akan
menyebabkan perusahaan yang banyak menggunakan BBM dalam kegiatan produksinya akan membutuhkan dana tambahan yang diambil dari laba yang
dianggarkan untuk pembayaran cicilan utang untuk memenuhi biaya produksi yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam
membayar utang-utangnya kepada bank. Demikian juga halnya dengan PBI, peraturan-peraturan Bank Indonesia mempunyai pengaruh langsung maupun
tidak langsung terhadap NPL suatu bank. Misalnya BI menaikan BI Rate yang akan menyebabkan suku bunga kredit ikut naik, dengan sendirinya
kemampuan debitur dalam melunasi pokok dan bunga pinjaman akan berkurang.
c. Kondisi perekonomian Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan
debitur dalam melunasi utang-utangnya. Indikator-indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh terhadap NPL diantaranya adalah sebagai berikut:
o Inflasi
Universitas Sumatera Utara
Inflasi adalah kenaikan harga secara menyeluruh dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kemampuan debitur untuk melunasi utang-
utangnya berkurang. o Kurs Rupiah
Kurs rupiah mempunyai pengaruh juga terhadap NPL suatu bank karena aktivitas debitur perbankan tidak hanya bersifat nasional tetapi juga
internasional. Misalnya, menurut Direktur Utama BNI, Saefuddien Hasan, BNI pada februari 2001 mencatatkan NPL sebesar 19.01 atau naik dari
NPL januari sebesar 18.91 akibat dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD dari Rp 9.450 pada januari 2001 menjadi Rp 9.835 pada
februari 2001.
Bank Indonesia BI melalui Peraturan Bank Indonesia PBI menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah NPL adalah sebesar 5. Rumus perhitungan NPL
adalah sebagai berikut:
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Somadevi Thiagarajan 2011 adalah membandingkan rasio risiko kredit antara bank umum pemerintah dan bank swasta di India dengan masing
masing 22 bank umum pemerintah dan 16 bank swasta untuk periode waktu 2001-2010.
NPL Ratio =
Total NPL Total Kredit
X 100
Universitas Sumatera Utara
Dengan variabel pengukuran yang di gunakan adalah the ratio of total loans TL to total assets TA , the ratio of non-performing assets NPA to total loans TL, the ratio of
total loans TL to total deposits TD , the ratio of total equity TE to total assets TA, the ratio of total loans TL to total equity TE , the ratio of total assets TA to total
Gross Domestic Product GDP, the ratio of provisions for loan loss PFLL to non- performing assets NPA, the ratio of non-performing assetsNPA to NPA and total
equityNPA+TE. Hasil menunjukkan bahwa ada peningkatan yang konsisten dalam total pinjaman untuk rasio total aset dan total kredit untuk rasio total deposito untuk kedua
jenis bank tersebut baik bank umum pemerintah maupun bank swasta. Meskipun ada penurunan bertahap dalam rasio kredit bermasalah terhadap total kredit bank umum
pemerintah maupun swasta dari tahun 2001-2008, telah terjadi peningkatan bertahap 2009-2010 dan peningkatan ini secara signifikan lebih tinggi bagi bank sektor swasta atas
bank umum pemerintah.
Loni Hendri 2010 melakukan penelitian mengenai perbandingan tingkat risiko kredit dan profitabilitas perbankan syariah dan bank umum konvensional pada tahun 2005-2006.
Dengan variabel yang digunakan adalah Non Performing Loan Non performing Financing NPLNPF dan Return On Assets ROA. Terdapat 2 kelompok sampel
penelitian, yaitu 5 perbankan syariah dan 7 bank umum konvensional. Analisis yang dilakukan menunjukkan rata-rata NPF perbankan syariah tidak berbeda signifikan dengan
rata-rata NPL bank umum konvensional. Begitu juga pada tingkat ROA, rata-rata ROA bank umum konvensional tidak berbeda signifikan dengan perbankan syariah.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Edi Putra 2011 adalah mengenai perbandingan return on assets ROA, capital adequacy ratio CAR, dan banking ratio antara bank pemerintah dengan bank
swasta yang go public pada perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia. menggunakan rasio keuangan sebagai alat ukurnya. Penelitian yang dilakukan oleh Edi
adalah penelitian komparatif dengan desain penelitian perbandingan dua rata-rata dari dua populasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 31 perusahaan perbankan pada periode
2007-2009 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 21 bank, yang terdiri dari 3 bank pemerintah dan 18 bank swasta.
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah melalui purposive sampling. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets ROA, capital
adequacy ratio CAR dan Banking Ratio. Penelitian ini menggunakan analisis perbandingan independent sample t-test untuk analisis statistik dan uji hipotesis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA dan Banking Ratio mempunyai perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR
tidak menunjukkan perbedaan kinerja keuangan antara bank pemerintah dengan bank swasta.
Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Tahun
Judul Penelitian Variabel
Hasil penelitian
Universitas Sumatera Utara
1.
Somadevi Thiagarajan
2011 An Empirical Analysis
and Comparative Study of Credit Risk Ratios
between Public and Private sector
Commercial Banks in India
TLTA NPATL
TLTD TETA
TLTE TAGDP
PFLLNPA NPANPA+TE
The result indicate that there is a consistent increase in the
total loans to total assets ratio and total loans to total
deposits ratio for both public and private sector during the
period of study
2.
Loni Hendri 2010
Perbandingan Tingkat Risiko Kredit dan
Profitabilitas Perbankan Syariah dan Bank Umum
Konvensional TH.2005- 2006
NPLNPF ROA
Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata
NPF perbankan syariah tidak berbeda signifikan dengan
rata-rata NPL bank umum konvensional. Begitu juga
pada tingkat ROA, rata rata ROA bank umum
konvensional tidak berbeda signifikan dengan perbankan
syariah
3
Edi Putra 2011
Perbandingan Return On Assets ROA, Capital
Adequacy Ratio CAR, dan Banking Ratio antara
ROA
CAR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA dan
Banking Ratio mempunyai perbedaan kinerja keuangan
antara bank pemerintah
Universitas Sumatera Utara
Bank Pemerintah dengan Bank Swasta yang Go
Public Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
BANKING RATIO
dengan bank swasta, sedangkan variabel CAR
tidak menunjukkan perbedaan kinerja keuangan antara bank
pemerintah dengan bank swasta
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 2.3.1 Kerangka konseptual