Mineral dan Batubara Pemurnian Mineral dan Batubara

proses untuk pemurnian bahan galian tambang logam, nonlogam dan batubara guna meningkatkan nilai jual barang tambang tersebut. 37 Pertambangan mineral dan batubara merupakan salah satu industri dasar yang memanfaatkan sumber daya alam tidak terbarukan, sehingga sejak awal kegiatan sudah harus dipikirkan bagaimana kelanjutan kehidupan perekonomian, sosial, dan lingkungan hidup di daerah pertambangan dan sekitarnya pada masa pasca tambang. Dalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan sebagai berikut : Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikelompokkan ke dalam 5 lima golongan komoditas tambang yang harus ditingkatkan nilai jualnya dengan diproses melalui pemurnian barang tambang : a. mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya; b. mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin; 37 Nandang Sudrajat. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yusticia, Sleman, 2010. hlm. 34 c. mineral bukan logam meliputi intan, korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen; batubara meliputi bitumen padat, batuan aspal, batubara, dan gambut. Sebanyak 34 batuan tambang, 21 mineral logam, 10 mineral bukan logam terkena bea keluar untuk mengendalikan ekspor bijih. Sebab, selama ini volume produksi hasil tambang meningkat setiap tahun namun industri pengolahan dan pemurnian belum tumbuh signifikan. harus melalui proses penigkatan nilai tambah dengan melakukan pemurnian terlebih dahulu. Yang harus dihindari adanya fenomena “Kota Mati atau Habis Manis Sepah dibuang. Hal ini tidak mudah dilakukan, karena akan melibatkan berbagai kegiatan sektor ekonomi lain yang potensial dapat dikembangkan di daerah tersebut. Industri pertambangan sebagai industri hulu yang menghasilkan berbagai macam barang tambang sesuai sifat dan keterdapatanannya yang secara geologis terdapat di dalam bumi bak yang masih terpendam maupun yang tersingkap dipermukaan, keterdapatan bahan galian ini di dalam bumi pada praktiknya sudah dapat dipastikan akan menimbulkan dampak fisik secara langsung terhadap lingkungan, persoalan kerusakan lingkungan bukan hanya dapat di timbulkan oleh sebuah aktivitas pertambangan saja tetapi yang jadi persoalannya adalah bagaimana dampak kerusakan tersebut dapat di atasi sebaik mungkin sehingga tetap berada dalam batas kemampuan daya dukung lingkungannya. Untuk menghadapi tantangan lingkungan