Pertambangan Indonesia TINJAUAN PUSTAKA

Wilhelmina Boulevard untuk kantor Dienst van den Mijnbouw dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929. selanjutnya gedung ini dipergunakan untuk penyelenggaraan sebagian dari acara Pacific Science Congress ke IV. Gedung ini sekarang bernama Museum Geologi, yang berlamat di jalan Diponegoro No. 57 Bandung. 25 Dengan melewati berbagai zaman dengan segala kelebihan dan kekurangannya pertambangan Indonesia sendiri memiliki corak pengelolaan yang khas, seperti yang hak untuk mengelola lebih diberikan pada pihak asing dan bangsa Indonesia sendiri hanya mendapatkan sedikit dari manfaat kekayaan perut bumi Indonesia ini. Beranjak pada paradigma baru kegiatan industri pertambangan modern dewasa ini ialah mengacu pada konsep Pertambangan yang berwawasan Lingkungan dan berkelanjutan. Yang dimaksud dengan asas berkelanjutan dan bemawasan lingkungan adalah asas yang secara terencana mengintegrasikan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya dalam keseluruhan usaha pertambangan mineral dan batubara untuk mewujudkan kesejahteraan masa kini dan masa mendatang. Indonesia berada di sabuk mineral Ring of Fire dengan potensi mineral yang tinggi. Jika dibandingkan dengan negara lain di Asia, Indonesia memimpin dalam produksi tembaga, emas, perak, nikel, timah dan batubara. Berdasarkan hasil Survey Pertambangan Indonesia yang dilakukan oleh PWC Price Waterhouse Coopers tahun 2011, diperoleh gambaran bahwa dalam kurun waktu 2007 sampai 2011, secara umum produksi pertambangan Indonesia mengalami kenaikan, 26 Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi 25 Loc.Cit. Perhapi. hlm. 6 26 Salim HS. S.H.,M.S. Hukum Pertambangan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. 2007. hlm. 12 penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang. 27 Menurut Pasal 34 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,, usaha pertambangan dikelompokkan atas : 28 1. pertambangan batubara. 2. Pertambangan mineral radioaktif; 3. Pertambangan mineral logam; 4. Pertambangan mineral bukan logam; dan 5. Pertambangan batuan. Sektor pertambangan, khususnya pertambangan meneral dan batubara, mengalami bonanza atau masa puncak kejayaan pada era 2006 sampai dengan akhir 2011 seiring dengan melambungnya harga minyak bumi dan motivasi dari berbagai pihak untuk mencari dan memaksimalkan sumber energi selain minyak dan gas bumi. 29 Penguasaan kekayaan alam Indonesia dapat dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia, dengan catatan sanggup memenuhi seluruh syarat dan proses administrasi yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Karena memang kekayaan sumber daya alam Indonesia hakikinya diperuntukan untuk rakyat. Hans Kelsen dalam pembahasan mengenai hak sipil mengutarakan bahwa tata aturan hukum memberikan hak kepada individu atau wakilnya, untuk kemungkinan ikut dalam proses hukum yang berakhir pada pelaksanaan sanksi, hal ini terutama dapat dilihat dalam pembuatan norma individual dalam kasus perdata. Dari sudut pandang dinamis, penggugat memainkan bagian yang esensial dalam pembuatan norma 27 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara. 28 Pasal 34 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. 29 Nandang Sudrajat. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yusticia, Sleman, 2010. hlm. 12 individual. Norma individual merupakan bagian dan memiliki karakter hukum. 30 Bahwa hak sipil memiliki karakteristik politis dengan mendasarkan kepada fakta bahwa pengaturan hak sipil dilakukan melalui teknik khusus dalam hukum perdata, dan hukum perdata adalah teknik hukum khusus dari kapitalisme privat. Berdasarkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 menegaskan bahwa Bumi, Air, dan Kekeyaan Alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 ini merupakan ketentuan hasil rumusan para pendiri Negara ini, secara esensi mempunyai “ roh” yang sangat luhur, bukan saja dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, tetapi ketentuan ini mempunyai nilai sosiologis dimana apa yang diberikan Allah SWT semata-mata untuk kemakmuran anak bangsa Indonesia sendiri. 31 Sejak diterbitkannya Undang–undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral Dan Batubara, sedikit demi sedikit dan bertahap perusahaan pemilik perusahaan pertambangan nasional maupun swasta dan asing sudah memulai melaksanakan progaram pemurnian mineral dan batubara tersebut. Hal ini merupakan kewajiban seluruh pemegang IUP Mineral dan batubara untuk melaksanakan kebijakan tersebut, khususnya dalam pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian, danatau bentuk kerja sama pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri. 30 Jimly Assiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Jakarta, Setjen Kepaniteraan MK – RI, Cetakan Kedua, Juli 2012, hlm. 77 31 Lihat pasal 33 ayat 3 Undang-Undang dasar Tahun 1945.

2.8 Pemurnian Mineral dan Batubara

2.8.1 Mineral dan Batubara

Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata sesuai kondisi geologi di sepanjang bentang kepulauan nusantara. Perkembangan ilmu geologi telah memberikan gambaran tentang cara terjadinya mineral dan berbagai faktor yang mengendalikannya, dengan mengetahui faktor – faktor geologi, penyebaran mineral itu dapat diperkirakan. 32 Karena itu diperlukan pengetahuan tentang kondisi geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Melalui pemetaan geologi, baik secara penginderaan jarak jauh remote sensing maupun dari hasil kenyataan lapangan, Indonesia telah memiliki peta geologi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. 33 Berdasar peta geologi tersebut para ahli dapat menyusun berbagai teori atau hipotesis dalam tujuan pencarian mineral, sebab pembentukan mineral berkaitan dengan berbagai proses geologis. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah, rekristalisasi dari senyawa-senyawa hasil pelapukan lainnya atau pelapukan alterasi dari mineral primer dan sekunder yang ada. 34 Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang berkaitan dengan pertambangan mineral selalu dijelaskan sebagai berikut: “Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu”. 32 Ibid. hlm. 6 33 Paper Seminar Pertambangan LPEM-KADIN. 2011. hlm. 04 34 Op. Cit, Salim HS. S.H.,M.S. hlm. 7 Mineral logam adalah mineral yang unsur utamanya mengandung logam, memiliki kilap logam, dan umumnya bersifat sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. 35 Mineral bukan logam adalah mineral yang unsur utamanya terdiri atas bukan logam, misalnya bentonit, kalsit batu kapurgamping, silika pasir kuarsa, dan lain -lain. 36 “Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan,” demikian penjelasan yang disebutkan dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

2.8.2 Kebijakan Pemurnian Mineral dan Batubara

Pada Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 disebutkan bahwa mineral dan batubara sebagai sumber daya alam yang tidak terbarukan merupakan kekayaan alam nasional yang dikuasai oleh negara dikelola sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat. Adapun dalam hal ini pemerintah yang mengelola bidang pertambangan adalah Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. Untuk tingkat daerah penguasaan dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Untuk kepentingan nasional, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan pengutamaan konsumsi mineral dan batubara untuk kepentingan dalam negeri setelah berkonsultasi kepada DPR. Dalam Pasal 93 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara memberikan kewajiban peningkatan nilai tambah dengan cara pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara pada pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Pemurnian mineral dan batubara sendiri adalah sebuah istilah yang digunakan pemerintah dan perusahaan tambang pada umumnya yang sebenarnya itu adalah 35 Ibid. hlm. 05 36 Ibid. proses untuk pemurnian bahan galian tambang logam, nonlogam dan batubara guna meningkatkan nilai jual barang tambang tersebut. 37 Pertambangan mineral dan batubara merupakan salah satu industri dasar yang memanfaatkan sumber daya alam tidak terbarukan, sehingga sejak awal kegiatan sudah harus dipikirkan bagaimana kelanjutan kehidupan perekonomian, sosial, dan lingkungan hidup di daerah pertambangan dan sekitarnya pada masa pasca tambang. Dalam Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara disebutkan sebagai berikut : Pertambangan mineral dan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikelompokkan ke dalam 5 lima golongan komoditas tambang yang harus ditingkatkan nilai jualnya dengan diproses melalui pemurnian barang tambang : a. mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasit, dan bahan galian radioaktif lainnya; b. mineral logam meliputi litium, berilium, magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel, mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium, barit, vanadium, kromit, antimoni, kobalt, tantalum, cadmium, galium, indium, yitrium, magnetit, besi, galena, alumina, niobium, zirkonium, ilmenit, khrom, erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, niobium, neodymium, hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium, selenium, telluride, stronium, germanium, dan zenotin; 37 Nandang Sudrajat. Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia Menurut Hukum, Pustaka Yusticia, Sleman, 2010. hlm. 34