Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

perbaikan irigasi, penggunaan pupuk, dan pemberantasan hama. Penerapan upaya tersebut ternyata mampu meningkatkan hasil padi sampai dua kali lipat Setijo Pitojo, 2000:3. Selain itu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan akibat dari tidak cukup persediaan bahan makanan yang berupa beras, maka pemerintah Indonesia segera mengambil langkah- langkah untuk meningkatkan rata-rata produksi padi per hektar yaitu dengan cara intensifikasi. Intensifikasi itu merupakan usaha yang dilakukan oleh para petani untuk meningkatkan rata-rata produksi padi pada lahan pertanian yaitu dengan cara menggunakan teknologi yang tepat guna dalam pertanian dan pemanfaatan sarana produksi yang sesuai yaitu berupa obat-obatan dan pupuk yang sesuai dosis, pengairan irigasi, pengolahan lahan, pemberantasan hama serta penggunan bibit unggul. Gerakan untuk meningkatkan rata-rata produksi tanaman padi di Indonesia lebih dikenal dengan intensifikasi khusus pertanian. Pelaksanaan intensifikasi khusus ini dapat berjalan dengan baik bila didukung dengan faktor-faktor fisis alam, sebab alam merupakan faktor yang penting dalam segala bidang produksi khusus pada bidang pertanian. Secara Nasional rata-rata produksi padi sawah di Indonesia pada Tahun 2010 yaitu mencapai 5,20 tonha. Rata-rata produksi padi sawah di Propinsi Lampung yaitu mencapai 4,97 tonha. Rata-rata produksi padi sawah di Kabupaten Lampung Tengah yaitu mencapai 5,16 tonha BPS, 2011:204. Secara Nasional potensi produktivitas padi yang dapat dihasilkan semua daerah di Indonesia adalah 8 tonha, belum tentu pada saat dibudidayakan petani hasilnya sesuai.Hal ini dikarenakan rata-rata produksi padi sangat dipengaruhi faktor input produksi seperti penggunaan pupuk, varietas padi, jenis tanah, dan iklim budi_wdeptan.go.id . Rata-rata produksi padi sawah yang tertinggi di Kabupaten Lampung Tengah dalam kurun waktu Tahun 2005 – 2009 berada di Kecamatan Seputih Raman. Rata-rata produkisi padi sawah dalam lima tahun terakhir tersebut sebesar 6,53 tonha BPS, 2005 – 2009: 113. Di Kecamatan Seputih Agung rata-rata produksi padi sawah dalam kurun waktu Tahun 2005 – 2009 masih berada di bawah Kecamatan Seputih Raman. Rata-rata Produksi padi sawahnya sebesar 5,79 tonha BPS, 2005 – 2009:113. Rata-rata produksi padi sawah di Kecamatan Seputih Agung pada Tahun 2009 yaitu 5,45 tonha. Rata-rata produksi padi sawah di Kecamatan Seputih Agung pada Tahun 2009 yang paling tinggi berada pada Kampung Bumi Kencana sebesar 5,83 tonha. Produksi padi sawah di Kampung Bumi Kencana sebesar 4.250 ton dengan luas lahan sawah 729 ha. Di Kampung Endang Rejo rata-rata produksi padi sawahnya masih di bawah Kampung Bumi Kencana yaitu sebesar 5,08 tonha dengan produksi padi sawahnya 1.689,4 ton pada luas lahan sawah 332,75 ha BPS, 2009:49-50. Jadi, perbedaan rata-rata produksi padi sawah antara kedua kampung ini yaitu 0,75 tonha. Dengan demikian, rata-rata produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo masih tertinggal dari Kampung Bumi Kancana dengan perbedaan yang mencolok untuk kategori rata-rata produksi padi sawah. Dalam Nursid Sumaatmadja 1988:172 perbedaan-perbedaan areal ini dapat berdasarkan subsistem. Subsistem-subsistem itu antara lain keadaan pengairannya, keadaan jenis tanahnya, keadaan jenis pertanian yang dikembangkan, dan sebagainya. Ini dikaji berdasarkan subsistem fisis. Selanjutnya perbedaan antara kedua kampung ini juga karena adanya diferensiasi area yang berkaitan dengan corak wilayah. Integrasi fenomena menjadikan suatu tempat atau wilayah mempunyai corak individualitas tersendiri sebagai suatu region yang berbeda dari tempat atau wilayah yang lain Suharyono dan Moch. Amien, 1994:33. Perbedaan ketinggian wilayah juga dapat berpengaruh pada kondisi tanaman. Perbedaan luas lahan juga akan berhubungan terhadap tinggi rendahnya produksi padi sawah. Hal ini juga didukung pendapat Hettner dalam Suharyono dan Moch. Amien 1994:136 yaitu dalam pengembangan geografi perlu membandingkan daerah-daerah landschaft muka bumi dengan menelaah persamaan kemiripan dan perbedaannya satu dengan yang lain. Untuk lebih jelas mengenai rata-rata produksi padi sawah di Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata produksi Padi Sawah di Kecamatn Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2009. No. Kampung Hasil Ton Luas Lahan Ha Rata-rata produksi TonHa 1 Bumi Kencana 4.250 729 5,83 2 Simpang Agung 2.414 431 5,60 3 Dono Arum 2.453 538 4,56 4 Endang Rejo 1.689,4 332,75 5,08 5 Fajar Asri 437 78 5,60 6 Gayau Sakti 3.007 537 5,60 7 Harapan Rejo 2.173 388 5,60 8 Muji Rahayu 3.152,8 563 5,60 9 Sulusuban 420 75 5,60 Jumlah 19.996,2 3.671,75 5,45 Sumber: BPS Tahun 2010 Dapat diketahui berdasarkan Tabel 1 bahwa rata-rata produksi padi sawah paling rendah berada di Kampung Dono Arum dengan rata-rata produksi 4,56 tonha. Rata-rata produksi paling tinggi di Kampung Bumi Kencana dengan rata-rata produksi 5,83 tonha. Di Kampung Endang Rejo sendiri masih berada di bawah Kampung Bumi Kencana dengan rata-rata produksi padi sawah 5,08 tonha. Kampung Endang Rejo merupakan suatu wilayah yang terletak di Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah dengan jumlah penduduk 4.711 jiwa, yang terdiri atas 1.370 KK dan tersebar di lima dusun. Dari 1.370 KK tersebut terdapat 652 KK bermata pencaharian sebagai petani. Luas lahan garapan sawah yang ada di Kampung Endang Rejo yaitu 332,75 ha. Jadi, rata-rata luas lahan garapan sawah yang digarap oleh petani Kampung Endang Rejo yaitu 0,51 ha Monografi Kampung Endang Rejo Tahun 2009. Untuk lebih jelas mengenai rata-rata produksi padi sawah yang diusahakan oleh petani di Kampung Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata produksi Padi Sawah di Kampung Endang RejoKecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2005 –2009. No. Tahun Hasil Ton Luas Lahan Ha Rata-rata produksi TonHa 1 2005 1.817,25 329 5,52 2 2006 1.854,75 329,25 5,63 3 2007 1.979,4 330,75 5,98 4 2008 1.813,65 332,75 5,45 5 2009 1.689,4 332,75 5,08 Sumber: Monografi Kampung Endang RejoTahun 2005–2009 Dengan melihat Tabel 2,Rata-rata produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo yang paling tinggi pada tahun 2007 yaitu 5,98 tonha dan paling rendah tahun 2009 yaitu 5,07 tonha. Rata- rata produksi padi sawah dalam kurun waktu tahun 2005–2009 yaitu 5,53 tonha. Berdasarkan tabel tersebut maka rata-rata produksi padi sawah lima tahun tersebut masih di bawah rata-rata produksi padi sawah Kecamatan Seputih Agung. Selain subsistem fisis yang menjadikan tinggi rendahnya rata-rata produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo, masih ada kaitannya dengan subsistem manusia non fisis yakni pengetahuan petani tentang intensifikasi khusus pertanian. Dalam hal ini tentang intensifikasi khusus pertanian sebagai usaha untuk meningkatkan rata-rata produksi padi sawah pada lahan pertanian sebagai pengetahuan teknologi tepat guna. Intensifikasi khusus pertanian berupa bibit yang digunakan, sistem pengolahan lahan, sistem pengaturan irigasi, sistem pemupukan, dan sistem pemberantasan hama. Bibit yang ditanam hendaknya jangan sembarangan. Bibit yang bermutu merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan produksi yang melimpah Muhajir Utomo dan Nazaruddin, 2003:20. Oleh karena itu, dalam bercocok tanam padi kita jangan sembarangan dalam menentukan benih padi yang akan ditanam. Benih padi yang bermutu dapat menghasilkan produksi padi yang tinggi. Mengenai permasalahan sistem pengolahan lahan menurut Muhajir Utomo dan Nazaruddin 2003:3, mengemukakan bahwa: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan tanah sempurna yang telah biasa dilakukan ternyata mempunyai efisiensi dan efektivitas yang rendah. Apabila pengolahan tanah sempurna di lahan sawah bertujuan untuk menyiapkan media tumbuh dan mengendalikan gulma maka efisiensinya perlu dipertanyakan. Kenyataannya sistem ini memerlukan jumlah air yang relatif besar, serta tenaga kerja dan waktu yang banyak. Dapat diketahui dari pendapat di atas bahwa dalam pengolahan lahan sawah harus ada tujuan yang jelas. Adanya tujuan yang jelas dapat berdampak positif dengan produksi yang akan dihasilkan. Tujuan ini digunakan untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Menurut pendapat Muhajir Utomo dan Nazaruddin 2003:35-36 tentang pengaturan air yang baik yaitu: Dalam penanaman padi sawah adakalanya perlu pengaturan air secara baik. Saat tertentu air dimasukkan, tetapi saat lainnya air justru perlu ditambah. Pengaliran air secara terus menerus dari satu petakan ke petakan lain atau penggenangan dalam petakan sawah secara terus menerus selain boros juga berakibat kurang baik terhadap pertumbuhan tanaman. Sebaliknya jika pengaliran air terlalu sedikit biasanya gulma akan tumbuh pesat dan produksi padi akan berkurang. Oleh karena itu pengaliran air sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman sehingga penggunaannya akan lebih efektif. Dalam penggunaan air untuk tanaman padi perlu adanya pengaturan air yang baik. Tujuannya untuk menghasilkan produksi padi yang baik pula dan tinggi. Pengaturan air juga disesuaikan dengan kebutuhan tanaman padi itu sendiri. Luas lahan garapan juga menentukan berapa banyak kebutuhan air yang dibutuhkan. Dosis pemupukan pada penanaman padi sawah tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan sebelumnya, dan varietas padi yang ditanam di lokasi tersebut. Dosis pemupukan juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil produksi padi sawah. Selanjutnya, masalah hama penting untuk ditanggulangi dengan usaha perlindungan tanaman. Untuk mengendalikan hama secara arif dan bijaksana, karena hama pada setiap kegiatan usaha pertanian dapat menyebabkan kerugian yang cukup tinggi sehingga hama disebut ”musuh” petani Rahmat Rukmana dan Uu Sugandi Saputra, 2002:11-12. Dari pendapat di atas bahwa hama juga menjadi masalah dalam setiap pertanian. Untuk mendapatkan hasil pertanian yang tinggi perlua adanya penanganan hama yang baik dan sesuai dengan kondisi permasalahannya itu sendiri. Menurut Hettner dalam Suharyono dan Moch. Amien 1994:136 bahwa luas dan manusia kebudayaannya baik material maupun rohani masuk unsur-unsur pada bagan Hettner. Tujuannya untuk memudahkan membuat perbandingan tentang daerah satu dengan yang lain, dalam rangka membuat deskripsi, menjelaskan, dan kemungkinan generalisasinya. Oleh karena itu, subsistem fisis dan non fisis itu sendiri saling berkaitan satu sama lain karena luas dan manusia merupakan unsur-unsur yang perlu dipelajari. Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang deskripsi geografifisis dan non fisis terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yang terkai dengan geografi sebagai berikut: 1. Subsistem fisis luas kepemilikan lahan garapan 2. Subsistem non fisis pengetahuan petani tentang intensifikasi khusus pertanian: a. Pengolahan lahan b. Penggunaan bibit c. Pengaturan irigasi d. Pemupukan e. Pemberantasan hama

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah subsistem fisis tentang luas kepemilikan lahan garapan dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011? 2. Subsistem non fisis mengenai pengetahuan petani tentang intensifikasi khusus pertanian meliputi: a. Apakah sistem pengolahan lahan dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011? b. Apakah bibit padi yang digunakan dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011? c. Apakah sistem pengaturan irigasi dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011? d. Apakah sistem pemupukan dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011? e. Apakah sistem pemberantasan hama dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Tahun 2011?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahuisubsistem fisis luas kepemilikan lahan garapan dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011. 2. Untuk mengetahui subsistem non fisis pengetahuan petani tentang intensifikasi khusus pertanian, yaitu bibit padi yang digunakan, sistem pengolahan lahan, sistem pengaturan irigasi, sistem pemupukan, dan sistem pemberantasan hama dapat berdampak terhadap produksi padi sawah di Kampung Endang Rejo Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2011.

E. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini sebagai berikut: