Perawatan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

(1)

PERAWATAN KELUARGA TERHADAP LANSIA

DI DESA SUKAJADI KECAMATAN HINAI

KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

Oleh

ENI EFIANI 081121029

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Perawatan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

Nama : Eni Efiani Nim : 081121029

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Tahun : 2009

Tanggal Lulus : 04 Januari 2010

Pembimbing Penguji I

(………...) (………)

Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS. Ismayadi, S.Kep, Ns

NIP. 19710305 200112 2 001 NIP.19750629 200212 1 002

Penguji II

(……….)

Lufthiani, S.Kep, Ns.

Fakultas Keperawatan telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan untuk Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Januari 2010 Pembantu Dekan I,

(………)

Erniyati, S.Kp, MNS.

NIP. 19671208 199903 2 001


(3)

Judul : Perawatan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

Nama : Eni Efiani Nim : 081121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Tahun : 2009

ABSTRAK

Perawatan keluarga terhadap lansia adalah suatu pelayanan yang berupa pelayanan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu terhadap keluarga yang memiliki lansia, dengan jumlah 43 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan perawatan keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%), dan responden dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%). Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat memahami pentingnya perawatan terhadap lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(4)

PRAKATA

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Perawatan Keluarga terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Sholawat beserta salam dihadiahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan para pengikut beliau. Semogakita mendapatkan syafaatnya di Yaumil akhir kelak, amin.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, masukan, arahan dan motivasi yang berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis berterima kasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS. selaku pembantu Dekan II, Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kp, MNS. selaku pembantu Dekan III. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Ismayadi, S.KP, Ns sebagai penguji II, Ibu Lufthiani, S.Kp, Ns. selaku dosen penguji III dan Bapak Iwan Rusdi, S.Kp. MNS. selaku dosen penguji validitas kuesioner yang telah memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sukri Tanjung, S.Kep, Ns. selaku


(5)

Penasehat Akademik dan juga kepada seluruh staf pengajar serta staf administrasi dan perpustakaan di Fakultas Keperawatan USU.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta Sapar dan Ibunda tercinta Suyati yang telah mendidik, membesarkan serta memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semangat yang luar biasa, dan terima kasih juga kepada kakak tersayang Susniati dan kepada yang tercinta Anton Prasetio yang telah memberikan dukungan dan semangat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabatku (Lisa, Rispa, Kak Dedek, Erni, Mela, Ipul, Kak Mimi, dan Kak Winta) dan terkhusus untuk teman-teman kos Gg. Zuhar No.4, P.Bulan, Medan (Kak Yeyen, Dina, Rani, Tia, Mimi, dan Delta) serta semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga seluruh bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mendapakan balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan Keperawatan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi demi kemajuan pengetahuan, khususnya dalam dunia Keperawatan.

Medan, Juni 2009


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Bab I pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian... 5

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 6

1. Lanjut Usia... 6

1.1. Pengertian Lanjut Usia... 6

1.2. Karakteristik Proses Penuaan ... 6

1.3. Teori-teori Penuaan ... 7

1.4. Perubahan pada Lanjut Usia... 10

1.5. Masalah Fisik pada Lanjut Usia ... 15

2. Perawatan Lanjut Usia di Rumah oleh Keluarga ... 18

2.1. Keluarga ... 18

2.2. Penggolongan Lanjut Usia dalam Keperawatan ... 19

2.3. Perawatan Lanjut Usia oleh Keluarga ... 19

2.4. Karakteristik Orang yang Merawat Lanjut Usia ... 24


(7)

Bab 3 Kerangka Penelitian ... 31

1. Kerangka Konseptual ... 31

2. Definisi Konseptual ... 32

3. Definisi Operasional ... 32

Bab 4 Metode Penelitian ... 34

1. Desain Penelitian ... 34

2. Populasi dan Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling ... 34

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

4. Pertimbangan Etik Penelitian ... 35

5. Instrumen Penelitian ... 36

6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 38

7. Pengumpulan Data ... 39

8. Analisa Data ... 39

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 41

1. Hasil Penelitian ... 41

2. Pembahasan ... 50

Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi... 56

1. Kesimpulan ... 56

2. Rekomendasi ... 57

Daftar Pustaka ... 59 Lampiran

1. Informed Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Rencana Anggaran Biaya Penelitian 4. Surat Izin Pengambilan Data

5. Surat Balasan Pengambilan Data 6. Lembar Konsul


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden...41 Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Perawatan Keluarga

terhadap Lansia ... 43 Tabel 3. Kategori Perawatan Keluarga terhadap Lansia ... 49


(9)

Judul : Perawatan Keluarga Terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat

Nama : Eni Efiani Nim : 081121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan ( S.Kep ) Tahun : 2009

ABSTRAK

Perawatan keluarga terhadap lansia adalah suatu pelayanan yang berupa pelayanan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lansia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik purposive sampling yaitu terhadap keluarga yang memiliki lansia, dengan jumlah 43 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul dianalisa, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan perawatan keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%), dan responden dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%). Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat memahami pentingnya perawatan terhadap lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih (WHO, 1965). Menjadi tua (lanjut usia) merupakan peristiwa yang sangat alamiah dan normal terjadi pada setiap manusia. Setiap manusia tentunya berharap dapat menjalani masa tuanya dengan bahagia. Ketika memasuki masa tua tersebut, sebagian lansia dapat menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka yang mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan, sehingga menyebabkan rasa ketidaknyamanan (Dana, 2007). Ketidakbahagiaan tersebut bisa disebabkan karena kondisi lingkungan, kurangnya perawatan, perhatian ataupun kepedulian dari orang-orang di sekitar lansia,.terutama keluarga. Sebagian lansia tinggal bersama dengan keluarga sendiri dan ada juga yang tinggal di Panti Werdha atau tempat lainnya, tetapi menurut Tachman (1999), tempat yang paling baik bagi lansia adalah tempat tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga memberikan rasa aman dan nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan kerabat atau orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa terpenuhi dengan baik.

Jumlah lansia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Saat ini, di seluruh dunia jumlah penduduk lanjut usia diperkirakan mencapai 500 juta,


(11)

dengan usia rata-rata 60 tahun, dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2000). Berdasarkan data penduduk mutakhir, jumlah lansia di Indonesia sekarang sekitar 16 juta jiwa (Sabdono, 2007). Pada tahun 2025, jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 273 juta jiwa, dan hampir seperempat dari jumlah penduduk tersebut atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong sekelompok penduduk lanjut usia. Bahkan, jika menggunakan model proyeksi penduduk PBB, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2050 menjadi dua kali lipat atau sekitar 120 juta jiwa lebih (Sardjunani, 2007). Sedangkan di Sumatera Utara berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2007, jumlah penduduk yang berumur 60 tahun ke atas mencapai 693.494 jiwa, atau 5,4% dari jumlah penduduk di Sumatera Utara (12.834.371 jiwa). Dan jumlah penduduk lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat sebanyak 213 jiwa (Laporan Kepala Desa Sukajadi, 2009).

Peningkatan persentase penduduk lanjut usia membawa implikasi terhadap berbagai sektor pembangunan lainnya. Pergeseran struktur penduduk dari muda ke tua tersebut antara lain berdampak terhadap perubahan kebijakan pemerintah, tidak saja di sektor kependudukan tetapi juga di sektor kesehatan, sosial dan bahkan ke sektor ekonomi. Hal ini tentunya membawa implikasi pada kebijakan yang dibuat harus dapat mengakomodasi keberadaan lanjut usia dengan segala karakteristiknya baik dari aspek demografi, sosial dan ekonomi. Faktor-faktor seperti demografi, sosial dan ekonomi banyak melatarbelakangi lanjut usia melakukan aktivitas yang beragam, baik yang bernilai ekonomi maupun yang tidak bernilai ekonomi (Mundiharno, 1997).


(12)

Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dan bertahap, dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu masa proses menjadi tua. Seseorang akan menjadi semakin tua pada awal atau akhir usia enam puluhan, tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya, dan juga tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Penyebab fisik dari kemunduran ini merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus, tetapi karena proses menua. Akibatnya terjadi penurunan pada peranan-peranan sosial dan timbulnya gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Kemunduran juga bisa terjadi oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat menuju ke keadaan seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian dan terasing secara sosial sehingga penyesuaian dirinya menjadi buruk, akibatnya orang menurun secara fisik dan mental sehingga mengalami penurunan dalam melakukan aktivitasnya. Seseorang yang mengalami ketegangan dan stres hidup akan mempengaruhi laju kemunduran tersebut. Demikian juga, bahwa motivasi memainkan peranan penting dalam kemunduran. Dengan adanya gangguan tersebut, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri dan membutuhkan orang lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Hurlock, 2002).

Dalam menghadapi kemunduran, mereka membutuhkan bantuan untuk mencapai rasa tentram, nyaman, kehangatan dan perlakuan yang layak dari


(13)

lingkungannya. Memberikan perhatian pada lanjut usia dan mengupayakan agar mereka tidak terlalu tergantung pada orang lain, mampu membantu diri sendiri, itu semua adalah kewajiban keluarga dan lingkungan (Supartondo, 2003).

Berdasarkan data dari Kantor Kepala Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat terdapat 213 jiwa lanjut usia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat dan jumlah keluarga yang memiliki lanjut usia sebanyak 173 keluarga. Dari data yang didapat, tidak semua kemunduran yang dialami lanjut usia sama, tetapi tergantung dari cara perawatan keluarga terhadap lanjut usia itu sendiri.

Berdasarkan kondisi di atas, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti bagaimana perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat dalam mencegah atau menanggulangi kemunduran yang dialami oleh lanjut usia.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, adapun pertanyaan dari penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.


(14)

4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ditujukan pada Praktek Keperawatan, Pendidikan Keperawatan, Penelitian Keperawatan dan Keluarga Lansia.

Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam memberikan intervensi keperawatan dengan mempertimbangkan berbagai aspek sebagai upaya meningkatkan kebutuhan perawatan keluarga terahadap lansia.

Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi evidence base yang diintegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan keluarga, khususnya perawatan gerontik tentang materi pembelajaran gambaran perawatan keluarga tehadap lansia, sehingga informasi ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan.

Penelitian Keperawatan

Hasil penelian ini dapat digunakan sebagai informasi lanjutan pada penelitian selanjutnya yang meneliti tentang perawatan keluarga terhadap lansia, baik lansia yang sehat maupun lansia dengan berbagai gangguan kesehatan.

Keluarga Lansia

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi keluarga dalam merawat lansia untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan agar lansia dapat menjalani hari tua dengan rasa aman, nyaman dan menyenangkan.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Lanjut Usia

Pengertian Lanjut Usia

Menurut Undang- Undang No.4 tahun 1965, lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari- hari (Nugroho, 2000). Menurut Undang- Undang No.13 tahun 1998, lanjut usia adalah mereka yang mencapai usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2000). Sedangkan menurut Hurlock 1980, lanjut usia adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat.

Karakteristik Proses Penuaan

Proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang kompleks yaitu; adanya perubahan dalam tubuh yang terprogram oleh jam biologis, terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan di molekul DNA, perubahan yang terjadi di dalam sel dapat primer akibat gangguan sistem pengaturan pertumbuhan atau secara sekunder akibat pengaruh dari luar sel (Hahn, 1975; Strehler, 1962 dalam Hardiwinoto, 2005). Beberapa karakteristik tentang proses penuaan yang terjadi yaitu; peningkatan kematian sejalan dengan peningkatan usia, terjadinya perubahan kimiawi dalam sel dan jaringan tubuh dan


(16)

mengakibatkan massa tubuh berkurang, peningkatan lemak serta perubahan serat kolagen, terjadinya perubahan progresif dan merusak, menurunnya kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan di lingkungannya, meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit tertentu (Cristofalo, 1990 dalam Hardiwinoto, 2005).

Teori- teori Penuaan

Teori- teori penuaan ada dua aspek yaitu teori dari aspek biologis dan teori dari aspek psikologis.

Teori Biologis

Penuaan merupakan proses yang secara berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan struktur sel, akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan degeneratif (Christ, 1993 dalam Hardiwinoto, 2005).

Teori biologis tentang proses penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangka n teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan oleh pengaruh lingkungan. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, keracunan oksigen dan sistem imun (Watson, 2003).

Teori Seluler. Teori seluler menyebutkan bahwa kemampuan sel

hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan kebanyakan sel- sel tubuh ”diprogram” untuk membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lansia dilepas


(17)

dari tubuh dan dibiakan di laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat sedikit (Spence & Mason, 1992 dalam Watson, 2003). Hal ini akan memberikan beberapa pengertian terhadap proses penuaan biologis dan menujukkan bahwa pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan ukuran umur (Watson, 2003).

Pada beberapa sistem, seperti sistem saraf, sistem muskuloskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko mengalami proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama sekali utuk tumbuh dan memperbaiki diri. Ternyata sepanjang kehidupan ini, sel pada sistem di tubuh kita cenderung mengalami kerusakan dan akhirnya sel akan mati, dengan konsekuensi yang buruk karena sistem sel tidak dapat diganti (Watson, 2003).

Teori Sintesis Protein. Teori sintesis protein menyatakan bahwa

jaringan seperti kulit dan kartilago pada lansia akan kehilangan elastisitasnya. Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan kimia pada komponen protein dan jaringan tersebut. Pada lansia, beberapa protein (kolagen pada kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia (Tortora & Anagnostakos, 1990 dalam Watson, 2003). Hal ini dapat lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang kehilangan elastisitasnya


(18)

dan cenderung berkerut, juga terjadinya penurunan mobilitas dan kecepatan pada sistem muskuloskeletal (Watson, 2003).

Teori Keracunan Oksigen. Teori keracunan oksigen menyatakan

bahwa adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri tertentu. Ketidakmampuan untuk mempertahankan diri dari toksik tersebut membuat struktur membran sel mengalami perubahan (Tortora & Anagnostakas, 1990 dalam Watson, 2003). Membran sel tersebut merupakan alat untuk memfasilitasi sel dalam berkomunikasi dengan lingkungannya yang juga mengontrol proses pengambilan nutrien dan proses ekskresi zat toksik di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel sangat penting bagi kelangsungan proses di atas, dipengaruhi oleh regiditas membran tersebut. Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan dan organ berkurang.halini dapat menyebabkan peningkatan kerusakan sistem tubuh (Watson, 2003).

Teori Sistem Imun. Teori sisitem imun menyatakan bahwa kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan. Kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor yang berkonstribusi dalam proses penuaan. Hal ini dapat dimanifestasikan dengan meningkatnya infeksi penyakit autoimun (sistem imun benar- benar menyerang tubuh) dan kanker (Watson, 2003).


(19)

Teori Psikologis

Teori psikologis terdiri dariteori aktivitas, teori kepribadian berlanjut dan teori pembebasan.

Teori Aktivitas. Penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana

seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktivitas yang dilakukan. Dari satu segi aktivitas lanjut usia dapat menurun, akan tetapi di lain segi dapat dikembangkan, misalnya sebagai relawan, kakek dan nenek, ketua rukun warga, dan duda atau janda (Palmore, 1965; Lemon; 1972 dalam Hardiwinoto, 2005).

Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa dasar

kepribadian atau tingkah laku pada lansia tidak mengalami perubahan. Artinya bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Nugroho, 2000).

Teori Pembebasan. Teori pembebasan menyatakan bahwa dengan

bertambahnya usia, seseorang secara berangsur- angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas (Nugroho, 2000).

Perubahan pada Lanjut Usia

Menua adalah suatu proses alami yang akan dialami semua makhluk di alam semesta ini, yang sampai saat ini belum diketahui penangkalnya. Menua


(20)

merupakan suatu proses irreversible yang terjadi dan terus berkembang sejak seorang mature dan akan menghasilkan sejumlah perubahan dan penyimpangan dari kondisi yang ideal, atau penurunan kemampuan untuk kembali ke kondisi ideal atau keduanya (Rudman,1990).

Terdapat penurunan fungsi tubuh pada lanjut usia dibandingkan dengan usia muda. Sistem saraf pusat mengalami penurunan daya ingat, sedangkan saraf perifer mengalami penurunan fungsi persepsi, sensori dan motorik. Jantung mengalami penurunan curah jantung, sklerosis katup, penurunan frekuensi jantung, dan mudah menjadi aritmia. Fungsi hormon tiroid dan testosteron bebas menurun, tetapi hormon insulin dan paratiroid meningkat. Kemampuan respirasi, kapasitas pernafasan dan ambialn oksigen menurun, serta sistem gastrointestinal , absorbsi dan sekreasi menurun. Fungsi ginjal menurun sesuai dengan meningkatnya usia yang sisertai dengan berkurangnya kemampuan ekskresi H+ DNA pengaturan keseimbangan cairan. Berbagai sistem dan jaringan tubuh menurun, seperti otot mengalami atrofi sarkopenia), tulang menipis (osteopenia), kulit mengeriput dan sistem imun menurun. Proses penurunan tersebut berbeda- beda, usia kronogis hanya merupakan salah satu kontribusi yang memegang peran, selain itu ada faktor bawaan, faktor didapat dan faktor lingkungan (Rudman, 1990).

Menurut Nugroho (2000), perubahan- perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia yaitu;

Sel ; sel akan mengalami penurunan ukuran dan jumlahnya, berkurang


(21)

protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel dan otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5-10%.

Sistem persarafan ; berat otak menurun 10-20%, lambat dalam

respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indra yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangmya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin, kurang sensitif terhadap sentuhan.

Sistem pendengaran ; presbiakusis (gangguan pada pendengaran),

hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada- nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata- kata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan olosklerosis, terjadinya pengumpulan serumen dan dapat mengeras karena meningkatnya keratin, pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/ stres.

Sistem penglihatan ; spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya

respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensalebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak, susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi dan menurunnya lapangan pandang.

Sitem kardiovaskular ; elastisitas dinding aorta menurun, katup

jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan


(22)

menurunnya kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah, sehingga kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke dududk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak), tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

Sistem pengaturan temperatur tubuh ; temperatur tubuh menurun

secara fisiologik sekitar 350C ini akibat metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

Sistem respirasi ; otot- otot pernafasan kehilangan kekuatan dan

menjadi kaku, paru- paru kehilangan elastisitas sehingga kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas menurun, alvioli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri

tidak terganti, kemampuan untuk batuk berkurang, kekuatan otot pernafasan menurun seiring dengan penambahan usia.

Sistem gastrointestinal ; kehilangan gigi akibat periodental deases yang biasanya terjadi setelah umur 30 tahun, bisa juga disebabkan oleh kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indra pengecap menurun karena adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah terutama rasa manis, asin, asam, dan pahit, esofagus melebar, sensiifitas lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya


(23)

timbul konstipasi, fungsi absorbsi melemah, hati mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

Sistem reproduksi ; menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara,

pada laki- laki testis masih dapat memproduksi spematozoa meskipun mengalami penurunan berangsur- angsur, dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, selaput vagina menurun permukaan menjadi halus, dan sekresi menjadi berkurang.

Sistem genitourinaria ; ginjal mengecil dan nefron menjadi arofi,

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang sehingga krangnya kemampuan konsentrasi urin, berat jenis urin menurun, otot- otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, pembesaran prostat sekitar 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

Sistem endokrin ; produksi dari hampir semua hormon menurun,

fungsi paratiroid dan sekresinya tak berubah, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR dan menurunnya daya pertukran zat, menurunnya fungsi aldosteron dan menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron, estrogen dan testosteron.

Sistem integumen ; kulit mengerut atau keriput akiba kehilangan

jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi serta perubahan ukuran serta bentuk- bentuk sel epideris, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan


(24)

rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang becahaya.

Sistem muskuloskeletal ; tulang kehilangan density (cairan) dan

makin rapuh, kifosis, pinggang, lutut dan jari- jari pergerakan terbatas, discus invertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, serabut- serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot- otot menjadi kram dan tremor.

Masalah Fisik pada Lanjut Usia

Jika kita mengamati lanjut usia, kita akan menemukan beberapa perubahan yang menarik yang pasti berbeda dari kebanyakan orang dewasa lainnya (Nugroho, 2000).

Memang tidak dapat dibantah, bila seseorang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya pun akan perlahan-lahan tetapi pasti menurun. Akibatnya aktivitasnya akan ikut terpengaruh, yang pada akhinya akan mengurangi kesigapan seseorang (Nugroho, 2000).

Adapun masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia menurut Nugroho (2000) yaitu;


(25)

Mudah jatuh ; jatuh seringkali dialami oleh lanjut usia dan

penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor yang berperan di dalamnya, faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia), misalnya gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, dan kekakuan sendi. Faktor lainnya yaitu faktor ekstrinsik, misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda- benda, penlihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan sebagainya.

Mudah lelah ; biasanya disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan

bosan, keletihan atau perasaan depresi). Faktor lain gangguan organis, misalnya kekurangan vitamin, anemia, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan pencernaan, kelainan metabolisme, gangguan ginjal, dan gangguan peredaran darah. Dan juga disebabkan oleh karena pengaruh obat- obat, seperti obat penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot.

Kekacauan mental akut ; biasanya disebabkan oleh keracunan,

penyakit infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak, gangguan fungsi hati, dan radang selaput otak (meningitis).

Nyeri dada ; biasanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang

dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung), radang selaput jantung, dan gangguan pada sistem alat pernafasan dan gangguan alat pencernaan bagian atas.

Sesak nafas pada waktu melakukan kerja fisik ; biasanya

disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan, dan anenia.


(26)

Berdebar-debar (palpitasi) ; biasanya disebabkan oleh gangguan

irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, dan faktor- faktor psikologis.

Pembengkakkan kaki bagian bawah ; biasanya disebabkan oleh kaki

yang lama digantung (edema gravitasi), gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah, gangguan penyakit hati, dan penyakit ginjal.

Nyeri pinggang atau punggung ; biasanya disebabkan oleh sendi-

sendi atau susunan sendi pada tulang belakang, kelainan ginjal, dan gangguan pada otot- otot badan.

Nyeri pada sendi pinggul ; biasanya disebabkan oleh gangguan sendi

pinggul, kelainan tulang- tulang sendi, dan akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit.

Berat badan menurun ; biasanya disebabkan oleh nafsu makan

menurun akibat kurang adanya gairah hidup atau kelesuan, adanya penyakit kronis, gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, dan adanya faktor- faktor sosioekonomi (pensiun).

Susah menahan buang air kecil (sering ngompol) ; biasanya

disebabkan oleh obat-oabat yang mengakibatkan sering berkemih, radang kandung kemih, radang saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan persarafan pada kandung kemih, dan faktor psikologis.

Sukar menahan buang air besar ; biasanya disebabkan oleh obat

pencahar perut, keadaan diare, kelainan pada usus besar, dan kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum usus).


(27)

Gangguan pendengaran ; biasanya disebabka oleh kelainan

degeneratif dan ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental.

Gangguan tidur ; biasanya disebabkan oleh faktor ekstrinsik yaitu

lingkungan yang kurang tenang, dan faktor intrinsik yang bisa bersifat organik misalnya nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertentu yang membuat gelisah, dan yang bersifat psikologis misalnya depresi kecemasan dan iritabilitas.

Keluhan Pusing-pusing ; biasanya disebabkan oleh gangguan lokal

misalnya vaskuler, migren, mata, glaukoma, sinusitis dan sakit gigi, penyakit sistemik yang menimbulkan hipodlikemia, dan faktor psikologis misalnya perasaan cemas, depresi, kuramg tidur dan kekacauan pikiran.

Keluhan perasaan dingin dan kesemuatan pada anggota tubuh ;

biasanya disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum (gangguan pada kontrol) dan gtangguan pada persarafan lokal pada bagian anggota tubuh.

Mudah gatal-gatal ; biasanya disebabkan oleh kelainan kulit misalnya

kulit kering, degenatif (eksema kulit), dan penyakit sistemik misalnya DM, gagal ginjal, penyakit hati (hepatitis kronis) dan keadaan alergi.

2. Perawatan Lanjut Usia di Rumah oleh Keluarga Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai keterikatan emosional antara satu sama lain dan tinggal dalam satu wilayah


(28)

demografi (Friedman, 1986). Keluarga merupakan situasi lingkungan yang makrosistem yaitu meliputi pendidikan, sistem kerja, sistem pelayanan sosial dan sebagainya (Friedman, 1998). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998).

2.2. Penggolongan Lanjut Usia dalam Keperawatan

Perawatan secara umum bagi mereka yang berusia lanjut dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu lanjut usia yang masih aktif dan lanjut usia yang pasif. Lanjut usia yang masih aktif adalah mereka yang keadaan fisiknya masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain, sedangkan kebutuhan sehari-harinya dapat dilaksanakan sendiri. Dan lanjut usia yang pasif adalah mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh. Disamping itu, kemunduran kondisi fisik akibat proses penuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar (Hardiwinoto, 2005).

2.3. Perawatan Lanjut Usia oleh Keluarga

Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan kebiasaan umum bila seorang lanjut usia ditinggal oleh suami /istrinya, atau sebelum ini terjadi. Umumnya memanglah keluarga yang merumat para lanjut usia di rumahnya (juga


(29)

di negara-negara Asia lain), terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan (Darmojo, 1999).

Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan (Nugroho, 2000).

Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2000).

Dalam merawat lanjut usia di rumah, adapun perawatan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia menurut Setiti (2007) yaitu ;

Perawatan Fisik. Secara umum keluarga melayani makan tiga kali

sehari. Namun ada juga yang hanya dua kali sehari, yaitu siang dan sore saja. Makanan yang disajikan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menyajikan nasi, sayur dan lauk. Ada juga yang ditambah dengan buah. Tetapi ada yang hanya nasi dan lauk atau sayur. Keterbatasan ekonomi membuat mereka makan seadanya. Pelayanan sandang, bagi lanjut usia yang masih potensial biasanya membeli sendiri, semantara keluarga menambahkan pakaian kesukaan mereka. Secara umum keluarga membelikan satu kali setahun. Bagi yang tidak mampu biasanya diberi oleh keluarga jauh atau masyarakat. Pelayanan di bidang papan, keluarga menyediakan sesuai dengan kemampuan mereka. Kondisi ekonomi yang terbatas, berakibat kondisi rumah seadanya. Pelayanan di bidang


(30)

kesehatan, keluarga tidak selamanya mampu malayani untuk berobat secara medis. Kadang mereka hanya memberikan obat dari warung atau obat ramuan tradisional setempat/ ke dukun. Bagi yang memiliki kartu miskin, masih harus menghadapi kendala yaitu biaya transportasi yang mahal, prosedur yang berbelit dan pelayan yang tidak nyaman.

Perawatan psikis. Biasanya lanjut usia ditemani anggota keluarga

yang mengerti dan memahami mereka yang keadaan perilakunya berubah seperti kekanak-kanakan, rewel, mudah tersinggung dan lain-lain. lanjut usia ditemani untuk ngobrol, didengar nasehatnya dan keluhannya.

Perawatan sosial. Keluarga berusaha menemani berbicara, mendengarkan nasehatnya, memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum. Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olah raga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lain-lain.

Perawatan Ekonomi. Perawatan ekonomi dilakukan keluarga dengan

memenuhi kebutuhan dasar hidup lanjut usia. Bagi yang masih potensial, diberikan kesempatan untuk bekerja bersama keluarga. Melakukan kegiatan keterampilan untuk memperoleh penghasilan. Bagi lanjut usia yang sudah tidak potensial, keluarga memberikan uang, bahan mentah atau memberikan makanan siap saji.


(31)

Perawatan Spiritual. Pelayanan spiritual dilakukan oleh keluarga

dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Menjauhkan anak-anak dan melarang agar tidak ribut. Keluarga menemani saat beribadah di rumah, di mesjid atau di majelis taklim.

Menurut Nugroho (2000) pendekatan perawatan lansia yaitu meliputi;

Pendekatan fisik. Kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan

dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.

Pendekatan psikis. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan

cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu kelurga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa, rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan


(32)

kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur denagn suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melkukan kesalahan.

Pendekatan sosial. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita

merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar atau majalah.

Pendekatan spiritual. Keluarga harus bisa memberikan ketenangan

dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.


(33)

2.4. Karakteristik Orang yang Merawat Lanjut Usia

Lanjut usia adalah golongan penduduk yang rawan terhadap penyakit, kecelakaan dan cacat, maka seseorang yang akan merawat lansia, baik perawat maupun bukan perawat hendaknya perlu memahami beberapa hal. Menurut Siburian (2006), beberapa hal yang perlu dimiliki oleh orang yang akan merawat lansia adalah sebagai berikut;

2.4.1.Memiliki kepribadian yang matang

Dalam hal ini diperlukan orang-orang yang mempunyai ciri-ciri tidak mudah marah dan menjadi kesal, sabar, penuh pengertian dan tidak mudah tersinggung. Hal ini perlu dimiliki oleh setiap orang yang merawat lanjut usia, karena banyak lanjut usia yang memiliki sifat pendiam, kasar, bahkan dapat menunjukkan sifat bermusuhan dan kekanak-kanakan, khususnya pada penderita dimensia.

2.4.2.Berkepribadian simpatik

Di sini dimaksudkan bahwa setiap orang yang merawat lansia hendaknya dapat menempatkan atau menyesuaikan diri dengan sifat orang yang dirawat, sehingga dapat menghargai keadaan yang sedang dihadapi oleh orang yang dirawat.

2.4.3.Memiliki kasih sayang yang tulus dan ikhlas

Orang yang merawat hendaknya memperlakukan orang yang dirawat sebagaimana ia merawat orangtuanya sendiri, karena banyak lanjut usia yang mempunyai sifat cerewet dan tidak mau mengubah sifat atau kebiasaan yang telah dibawanya sejak usia muda dahulu.


(34)

2.4.5.Mengerti mengenai penyakit lanjut usia serta cara merawatnya

Dalam hal ini, telah tercakup pula mengenai psikologi lanjut usia, karena banyak lanjut usia yang sudah tidak mampu mandiri lagi merasa dirinya sebagai manusia yang tidak berguna lagi, hilang kepercayaan diri, dan yang paling parah merasa rendah diri serta kehilangan gairah untuk hidup. Oleh karena itu, orang yang merawat hendaknya mampu untuk mengembalikan kepercayaan diri dari para lansia agar kembali merasa tetap berguna. Selain daripada itu, perlu pula memiliki pengetahuan mengenai pemberian makanan pada lansia, terutama mengenai nilai gizi yang diperlukan oleh lanjut usia itu sesuai dengan usia dan penyakit yang sedang dideritanya.

2.5.Cara Hidup Sehat pada Lanjut Usia

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Cara hidup sehat pada lanjut usia menurut Depkes (1991) adalah sebagai berikut;

Makan makanan yang bergizi dan seimbang ; Banyak bukti yang

menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang, kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan sebagainya. Jadi


(35)

kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut; Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang bersumber dari hidrat arang komplek (sayur –sayuran, kacang- kacangan, biji – bijian). Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan. Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang-kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau. Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan-bahan yang segar dan mudah dicerna. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan.

Minum air putih 1,5-2 liter ; Air sangat besar artinya bagi tubuh kita,

karena air membantu menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di dalam tubuh usus sangat membutuhkan air.


(36)

Tentu saja tanpa air yang cukup kerja usus tidak dapat maksimal, dan muncullah sembelit.

Olah raga teratur dan sesuai ; Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30-50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan lanjut usia yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif.

Istirahat, tidur yang cukup ; Sepertiga dari waktu dalam kehidupan

manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan.Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan.

Menjaga kebersihan ; Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan

disini bukan hanya kebersihan tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan sesuatu dengan tangan, membersihkan atau


(37)

keramas minimal 1 kali seminggu, sikat gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang (telinga, hidung, pusar, anus, vagina, penis), memakai alas kaki jika keluar rumah dan pakailah pakaian yang bersih.

Minum suplemen gizi yang diperlukan ; Pada lansia akan terjadi

berbagai macam kemunduran organ tubuh, sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas kesehatan.

Memeriksa kesehatan secara teratur ; Pemeriksaan kesehatan

berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap sehat.

Mental dan batin tenang dan seimbang ; Untuk mencapai hidup

sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah: Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa


(38)

dan pikiran menjadi tenang. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan, merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan otak kita dari kelelahan.

Rekresi ; Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama

seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak, pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

Hubungan antar sesama yang sehat ; Pertahankan hubungan yang

baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.


(39)

Back to nature (kembali ke alam) ; Kita tidak harus menjauhi

tekhnologi tetapi paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan, makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.


(40)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

Adapun perawatan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia meliputi; perawatan fisik, psikis, sosial, ekonomi, dan spiritual (Setiti, 2007).

Skema 1 : Kerangka penelitian perawatan lanjut usia di rumah oleh keluarga di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

Lanjut usia

Perawatan lansia oleh keluarga;

• Fisik

• Psikis

• Sosial

• Ekonomi

• Spiritual

• Sangat baik

• Baik

• Sedang


(41)

2. Definisi Konseptual

Perawatan lanjut usia adalah pelayanan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lanjut usia baik sehat maupun sakit yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup (Nugroho, 2000).

Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 1965).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan mempunyai peran masing-masing (Friedman, 1998).

3. Definisi Operasional

Perawatan Lanjut Usia

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lanjut usia di rumah agar dapat meningkatkan kualitas hidup lanjut usia dan agar lanjut usia dapat menjalani hari tua yang menyenangkan. Adapun perawatan yang diberikan keluarga kepada lanjut usia meliputi ; perawatan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual.

Perawatan fisik adalah perawatan yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yang meliputi kebutuhan fisik lanjut usia, seperti makan, minum, mandi, berjalan, eliminasi, duduk, pakaian, pengobatan, kebersihan mulut dan gigi, olahraga dan istirahat.


(42)

Perawatan psikis adalah perawatan yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yang meliputi kebutuhan psikis lanjut usia, seperti terhindar dari stres serta didengarkan nasehat dan keluhannya.

Perawatan sosial adalah perawatan yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yang meliputi kebutuhan sosial lanjut usia, seperti berkelompok dengan teman sebaya, berkumpul dengan keluarga atau orang-orang yang ada di sekitarnya.

Perawatan ekonomi adalah perawatan yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yang meliputi kebutuhan ekonomi lanjut usia, seperti terpenuhi semua kebutuhan dasar lanjut usia.

Perawatan spiritual adalah perawatan yang diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yang meliputi kebutuhan spiritual lanjut usia, seperti kelengkapan fasilitas dan kenyamanan ibadah lanjut usia.

Lanjut Usia

Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih dan tinggal bersama keluarga di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang tinggal di bawah satu atap dan di dalamnya terdapat lanjut usia dan tinggal di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat yang saling berinteraksi dan berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan lanjut usi


(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

2. Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, dengan jumlah populasi 173 keluarga (Laporan Kepala Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, Maret 2009).

Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan rumus menurut Arikunto (2006) yaitu 20-25 % dari total populasi.

Dari data survei di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat terdapat keluarga yang tinggal bersama lanjut usia sebanyak 173 keluarga, sehingga dengan menggunakan rumusan tersebut jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 25% x 173 yaitu sebanyak 43 keluarga.


(44)

Tehnik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini dengan menggunakan tehnik

purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil responden yang tersedia

yang memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan terlebih dahulu oleh peneliti (Nursalam, 2003 dan Notoatmodjo, 1993). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah; keluarga yang tinggal bersama lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih, keluarga yang bersedia menjadi responden penelitian dan keluarga yang dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan baik. Dan berdasarkan rumus Arikunto (2006) jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 43 keluarga.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Alasan dilakukan penelitian di lokasi ini karena di Desa Sukajadi tersebut memiliki jumlah keluarga dengan lanjut usia yang berumur 60 tahun atau lebih cukup besar, sehingga lebih memudahkan dalam mendapatkan sampel yang memadai sesuai dengan kriteria sampel penelitian. Selain itu, di Desa Sukajadi ini juga belum pernah diteliti mengenai perawatan keluarga terhadap lansia. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus sampai Nopember 2009.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Dekan Fakultas Keperawatan USU Medan, selanjutnya mengirim surat


(45)

permohonan untuk mendapatkan izin dari kepala Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

Setelah mendapat izin dari kepala Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, peneliti selanjutnya akan mengumpulkan data, lembar persetujuan diserahkan kepada calon responden yang akan diteliti dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Calon responden diminta untuk berpartisipasi dan bersedia dengan menandatangani lembar persetujuan (inform

concent). Jika calon responden menolak, peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak-haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode pada masing-masing kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup ”check list”. Kuesioner ini berisikan pernyataan yang harus dijawab oleh responden. Responden diberikan kebebasan untuk memilih salah satu jawaban yang sudah tersedia. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Kuesioner tentang data demografi keluarga meliputi ; usia responden, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, penghasilan perbulan, jumlah anggota keluarga dan hubungan keluarga dengan lansia.


(46)

Kuesioner perawatan keluarga terhadap lansia disusun peneliti berdasarkan tinjauan pustaka (Setiti, 2007 ; Nugroho, 2000 ; Siburian, 2006 ; Depkes, 1991). Pada kuesioner perawatan keluarga terhadap lansia menggunakan skala likert dengan pertanyaan yang dimulai dari pertanyaan dengan jawaban tidak pernah (TP) bernilai 1, jarang (JR) bernilai 2, kadang-kadang (KD) bernilai 3, sering (SR) bernilai 4 dan selalu (SL) bernilai 5. Pertanyaan terdiri dari 30 butir, yang terdiri dari 14 pertanyaan yang mewakili perawatan fisik keluarga terhadap lanjut usia (no 1-14), enam pertanyaan yang mewakili perawatan psikis keluarga terhadap lanjut usia (no 15- 20), empat pertanyaan yang mewakili perawatan sosial keluarga terhadap lanjut usia (no 21-24), dua pertanyaan yang mewakili perawatan ekonomi keluarga terhadap lanjut usia (no 25-26) dan empat pertanyaan yang mewakili perawatan spiritual keluarga terhadap lanjut usia (no 27-30). Total skor adalah 30 – 150.

Semakin tinggi jumlah skor yang didapat, maka menunjukkan semakin baik perawatan keluarga terhadap lansia. Perawatan keluarga terhadap lansia dibagi dalam empat kategori, yaitu perawatan yang sangat baik, baik, sedang dan buruk.

Berdasarkan rumus statistik P = Rentang (Sudjana, 1992). Banyak kelas


(47)

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebesar 120 dan 4 kategori kelas untuk tingkat perawatan lansia oleh keluarga didapatlah panjang kelas 30.

Menggunakan P = 30, nilai terendah 30 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Data perawatan keluarga terhadap lansia dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut :

30 – 60 → Buruk 61 – 90 → Sedang 91 – 120 → Baik

121 – 150 → Sangat baik

6. Validitas dan Realibilitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli Keperawatan Keluarga yaitu Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS dan Keperawatan Gerontik oleh Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Uji reliabilitas juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam instrumen penelitian. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas internal yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen yang diuji cobakan kepada sekelompok responden. Uji reliabilitas untuk kuesioner perawatan keluarga terhadap lansia menggunakan formula Cronbach Alpha yang


(48)

telah diuji reliabilitasnya terhadap 10 responden dan diperolah hasil r = 0,925 d, dengan demikian kuesioner ini dianggap reliabel.

7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara terstruktur, berupa kuesioner yang mengidentifikasi perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat. Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mendapat rekomendasi izin pelaksanaan penelitian dari Dekan Fakultas Keperawatan USU dan izin yang diperoleh dari Kepala Desa Sukajadi Kecamatan Hinal Kabupaten Langkat.

Setelah mendapat izin penelitian, peneliti melaksanakan pengumpulan data, kemudian melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian yang akan dilakukan dan menjelaskan cara pengisian kuesioner. Kemudian, peneliti meminta kasediaan responden untuk mengikuti penelitian. Bila responden bersedia, maka responden dipersilahkan mengisi kuesioner yang dibagikan peneliti dan pengumpulan data dimulai. Setelah data dikumpulkan, kemudian peneliti menganalisa data tersebut.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap yakni editing dengan mengecek nama, kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, koding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk


(49)

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan analisa deskriptif dengan program komputer, selanjutnya data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.


(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data terhadap 43 responden yaitu keuarga yang memiliki lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat dari tanggal 10 Oktober sampai dengan 1 Desember 2009. Penyajian data meliputi karakteristik responden dan kuesioner perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat.

Karakteristik Responden

Tabel 1.Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=43)

No. Karakteristik Responden (n) (%)

1. Usia

15-30 tahun 31-45 tahun 46-60 tahun >60 tahun 15 19 8 1 34,9 44,2 18,6 2,3 2. Jenis Kelamin

Pria Wanita 0 43 0 100 3. Agama

Islam Kristen Budha Hindu 43 0 0 0 100 0 0 0 4. Suku

Batak Aceh Jawa Melayu Minang Dan lain-lain 0 0 43 0 0 0 0 0 100 0 0 0


(51)

( Lanjutan)

No. Karakteristik Responden (n) (%)

5. Pekerjaan

Tidak Bekerja Pegawai Swasta/Wiraswasta PNS/TNI/POLRI Buruh/Petani Pensiunan PNS/TNI/POLRI 6 13 4 20 0 4,0 30,2 9,3 46,5 0 6. Penghasilan Keluarga

Rp <500.000

Rp 500.000-Rp 1.000.000

Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 Rp >3.000.000 31 12 0 0 72,1 27,9 0 0 7. Jumlah Anggota Keluarga

2 orang 3 orang 4 orang 5 orang >5 orang 3 6 9 13 12 7,0 14,0 20,9 30,2 27,9 8 Hubungan Responden dengan Lansia

Anak Menantu Istri Suami Kakak/ Abang Adik Cucu 26 9 6 2 0 0 0 60,5 20,9 14,0 4,7 0 0 0

Dari tabel 1 didapatkan hasil tentang karekteristik responden yaitu sebagian besar responden berusia 31-45 tahun yaitu sebanyak 19 orang (44,2%), sedangkan jenis kelamin responden mayoritas adalah wanita yaiti 43 orang (100%), demikian juga dengan agama responden, mayoritas responden beragama Islam yaitu 43 orang (100%), dan mayoritas responden juga bersuku Jawa yaitu 43 orang (100%). pekerjaan responden sebagian adalah sebagai buruh/petani yaitu


(52)

dengan jumlah 20 orang (46,5%), dan sebagian besar penghasilan keluarga berkisar antara Rp 500.000-Rp 1.000.000 yaitu sebanyak 31 orang (72,1%). Keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang hanya sebagian yaitu 13 keluarga (30,2%), dan hubungan responden dengan lansia sebagian besar adalah sebagai anak yaitu sebanyak 26 orang (60,5%).

Perawatan Keluarga terhadap Lansia di Desa Sukajadi Kecamatan

Hinai Kabupaten Langkat

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat (n=43)

No Pernyataan TP

n(%) JR n(%) KD n(%) SR n(%) SL n(%) A. 1. Perawatan Fisik Menyiapkan makanan dengan gizi seimbang untuk lansia.

0 15(34,9) 15(34,9) 10(23,3) 3(7,0)

2. Mengingatkan lansia untuk makan.

0 1(2,3) 2(4,7) 10(23,3) 30(69,8)

3. Mengingatkan lansia untuk mandi.

0 1(2,3) 6(14,0) 17(39,5) 19(44,2)

4. Mengingatkan lansia untuk mencuci tangan sebelum makan.

6(14,0) 17(39,5) 14(32,6) 6(14,0) 0

5. Mengingatkan lansia untuk memakai alas kaki jika keluar rumah.

4(9,3) 17(39,5) 8(18,6) 11(25,6) 3(7,0)

6. Membantu memotong kuku lansia.


(53)

(Lanjutan)

No. Pernyataan TP

(%) JR (%) KD (%) SR (%) SL (%)

7. Mencuci pakaian

lansia.

0 0 0 8(18,6) 35(81,4)

8. Memeriksakan

kesehatan lansia secara teratur.

30(69,8) 10(23,3) 0 2(4,7) 1(2,3)

9. Bila lansia sakit, keluarga membawanya

ke pelayanan kesehatan.

0 0 2(4,7) 12(27,9) 29(67,4)

10. Mengingatkan lansia untuk minum obat, jika ada.

0 0 0 13(30,2) 30(69,8)

11. Menyiapkan air putih/ air minum untuk lansia

0 0 0 2(4,7) 41(95,3)

12. Mengingatkan lansia untuk istirahat / tidur.

3(7,0) 1(2,3) 7(16,3) 23(53,5) 9(20,9)

13. Mengingatkan lansia untuk berolahraga

27(62,8) 13(30,2) 2(4,7) 1(2,3) 0

14. Membersihkan lantai kamar mandi agar lansia tidak jatuh.

0 0 2(4,7) 22(51,2) 19(44,2)

B.

15.

Perawatan Psikis

Menemani lansia untuk mengobrol.

0 1(2,3) 13(30,2) 22(51,2) 7(16,3)

16. Mendengarkan keluhan lansia dan memberikan respon terhadap keluhannya tersebut.


(54)

(Lanjutan)

No. Pernyataan TP

(%) JR (%) KD (%) SR (%) SL (%)

17. Menjaga perasaan

lansia, baik dalam berbicara atau bertingkah laku terhadap lansia.

0 0 0 29(67,4) 14(32,6)

18. Membiarkan lansia melakukan kegiatan

dalam batas kemampuan dan hobi

yang dimilikinya.

0 0 0 12(27,9) 31(72,1)

19. Melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga.

0 0 5(11,6) 16(37,2) 22(51,2)

20. Mendengarkan nasehat lansia.

0 0 2(4,7) 22(51,2) 19(44,2)

C. 21.

Perawatan Sosial

Memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol.

1(2,3) 1(2,3) 13(30,2) 16(37,2) 12(27,9)

22. Memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisa n, dll.)

22(51,2) 7(16,3) 4(9,3) 4(9,3) 6(14,0)

23. Mengantar lansia

berkunjung ke rumah kerabat yang lain.

0 11(25,6) 14(32,6) 14(32,6) 4(9,3)

24. Memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, menonton televisi/ mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain).


(55)

(Lanjutan)

No. Pernyataan TP

(%) JR (%) KD (%) SR (%) SL (%) D. 25. Perawatan Ekonomi Menyiapkan pakaian lansia (membelikan pakaian lansia, jika lansia membutuhkan).

1(2,3) 8(18,6) 12(27,9) 16(37,2) 6(14,0)

26. Menabung untuk

keperluan lansia.

2(4,7) 13(30,2) 15(34,9) 12(27,9) 1(2,3)

E.

27.

Perawatan Spiritual

Mengingatkan lansia untuk beribadah.

8(18,6) 7(16,3) 14(32,6) 10(23,3) 4(9,3)

28. Membersihkan

perlengkapan ibadah lansia.

7(16,3) 6(14,0) 12(27,9) 14(32,6) 4(9,3)

29. Menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah.

8(18,6) 2(4,7) 7(16,3) 18(41,9) 8(18,6)

30. Menemani lansia pada saat mengerjakan ibadah.

18(41,9) 12(27,9) 9(20,9) 3(7,0) 1(2,3)

Tabel 2 menunjukkan hasil penelitian tentang perawatan keluarga terhadap lansia, dimana untuk perawatan fisik keluarga terhadap lansia hanya 7,0% responden yang selalu menyiapkan makanan dengan gizi seimbang untuk lansia, sedangkan persentase tertinggi terlatak pada jawaban jarang dan kadang-kadang yaitu masing-masing 34,9%. Sebagian besar (69,8%) responden menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk makan, dan hanya 44,2% responden yang menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk mandi. Pernyataan reponden yang selalu mengingatkan lansia untuk mencuci tangan sebelum makan


(56)

tidak ada, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban jarang yaitu 39,5%. Responden yang menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk memakai alas kaki jika keluar rumah hanya 7,0%, sedangkan persentase tertinggi terlatak pada jawaban jarang yaitu 39,5%. Responden yang menyatakan selalu membantu memotong kuku lansia tidak ada, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban tidak pernah yaitu 60,5%. Sebagian besar (81,4%) responden menyatakan selalu mencuci pakaian lansia, hanya 2,3% responden yang menyatakan selalu memeriksakan kesehatan lansia secara teratur, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban tidak pernah yaitu 69,8%. Sebagian besar (67,4%) responden menyatakan selalu membawa ke pelayanan kesehatan bila lansia sakit. Sebagian besar (69,8%) responden menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk minum obat. Dan sebagian besar juga (95,3%) responden menyatakan selalu menyiapkan air putih/ air minum untuk lansia. Hanya 20,9% responden yang menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk istirahat / tidur, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban sering yaitu 53,5%. Pernyataan responden yang menyatakan selalu meningatkan lansia untuk berolahraga tidak ada, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban tidak pernah yaitu 62,8%. Hanya sebagian responden saja (44,2%) menyatakan selalu membersihkan lantai kamar mandi agar lansia tidak jatuh, sedangkan persentase tertnggi terletak pada jawaban sering yaitu 51,2%.

Untuk perawatan psikis keluarga terhadap lansia hanya 16,3% responden yang menyatakan selalu menemani lansia untuk mengobrol, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban sering yaitu 51,2%. Pernyataan


(57)

responden yang menyatakan selalu mendengarkan keluhan lansia dan memberikan respon terhadap keluhannya tersebut hanya 32,6%, sedangkan persentase tertinggi terletak pada jawaban sering yaitu 65,1%. Hanya dua jawaban responden untuk pernyataan keluarga menjaga perasaan lansia, baik dalam berbicara atau bertingkah laku terhadap lansia, yaitu jawaban responden yang menyatakan selalu 32,6% dan responden yang menyatakan sering 67,4%. Sebagian besar responden (72,1%) menyatakan selalu membiarkan lansia melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya, dan sebagian besar juga (51,2%) responden menyatakan selalu melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga. Hanya 44,2% responden yang menyatakan selalu mendengarkan nasehat lansia, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 51,2%.

Untuk perawatan sosial keluarga terhadap lansia, persentase untuk jawaban responden yang menyatakan selalu memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol hanya 27,9%, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 37,2%. Hanya 14,0% responden yang menyatakan selalu memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll.), sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban tidak pernah yaitu 51,2%. Hanya 9,3% responden yang selalu mengantar lansia berkunjung ke rumah kerabat yang lain, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 32,6%. Dan hanya 39,5% responden yang menyatakan selalu memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, menonton televisi/ mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain), sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 48,8%.


(58)

Untuk perawatan ekonomi keluarga terhadap lansia hanya 14,0% responden yang menyatakan selalu menyiapkan pakaian lansia (membelikan pakaian lansia, jika lansia membutuhkan), sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 37,2%. Hanya 2,3% responden yang selalu menabung untuk keperluan lansia, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban kadang-kadang yaitu 34,9%.

Untuk perawatan spiritual keluarga terhadap lansia hanya 9,3% responden yang menyatakan selalu mengingatkan lansia untuk beribadah, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban kadang-kadang yaitu 32,6%. Dan hanya 9,3% responden yang selalu membersihkan perlengkapan ibadah lansia, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 32,6%. Hanya 18,6% responden yang menyatakan selalu menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban sering yaitu 41,9%. Dan hanya 2,3% responden yang menyatakan selalu menemani lansia pada saat mengerjakan ibadah, sedangkan persentase tertinggi terdapat pada jawaban tidak pernah yaitu 41,9%.

Tabel 3. Kategori perawatan keluarga terhadap lansia

No Kategori (n) (%) 1.

2. 3. 4.

Perawatan keluarga sangat baik 8 18,7 Perawatan keluarga baik 28 66,0 Perawatan keluarga sedang 7 16,3 Perawatan keluarga buruk 0 0


(59)

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 43 responden sebagian besar masuk ke dalam kategori perawatan keluarga baik sebanyak 28 keluarga (66,0%), dan dalam kategori perawatan keluarga sangat baik sebanyak 8 keluarga (28,7%).

2.Pembahasan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perawatan keluarga terhadap lansia sebagian besar masuk ke dalam kategori perawatan baik yaitu sebanyak 28 keluarga (66,0%). Hal ini menggambarkan bahwa perawatan keluarga terhadap lansia di Desa Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat sudah baik. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hubungan responden dengan lansia (lansia tinggal bersama anak perempuannya), karena dari data yang diperoleh responden wanita sebanyak 43 orang (100%), dan responden yang mempunyai hubungan dengan lansia sebagai anak sebanyak 26 orang (60,5%). Hasil penelitian ini sesuai dengan pandangan dari Tachman (1999), yang mengemukakan bahwa tempat yang baik bagi lansia adalah tempat tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa aman dan nyaman, karena mereka lebih toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sistem budaya yang menjunjung tinggi pengabdian terhadap orang tua masih ada. Dalam hal ini anak wanita biasanya lebih berperan dalam perawatan lansia daripada anak pria karena biasanya pria memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah untuk keluarga, sehingga perhatian atau kepeduliannya kurang terhadap lansia. Dan hal ini juga sesuai dengan ungkapan Darmojo (1999), yaitu


(60)

bahwa umumnya keluarga yang merawat lansia di rumah, terutama dilakukan oleh anak perempuan. Selain itu, perawatan keluarga mungkin juga dipengaruhi oleh suku karena berdasarkan data yang diperoleh responden suku jawa 43 orang (100%), hal ini mungkin berkaitan dengan budaya suku jawa yang sejalan dengan pendapat Hesti (2009), yang menyatakan bahwa suku jawa menjunjung tinggi kehormatan yaitu bersikap hormat dan sopan kepada orang yang lebih tua, apalagi orangtuanya sendiri. Suku jawa mempunyai sifat yang ingin selalu menjaga keharmonisan atau keserasian atau menghindari konflik. Suku jawa juga mempunyai nilai kekeluargaan yang tinggi, oleh sebab itu tidak ada batasan untuk berhubungan dengan orang yang lebih tua, hanya saja harus berbicara dan bersikap lembut. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil penelitian pada perawatan psikis keluarga terhadap lansia yang menunjukkan bahwa 16,3% responden selalu menemani lansia untuk mengobrol, sedangkan 51,2% responden menyatakan sering. Dan 32,6% responden menyatakan selalu mendengarkan keluhan lansia dan memberikan respon terhadap keluhannya tersebut, sedangkan 65,1% responden menyatakan sering. Sebagian besar responden (86,0%) menyatakan selalu membiarkan lansia melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Dan sebagian besar juga (72,1%) responden menyatakan selalu mendengarkan nasehat lansia.

Keluarga adalah sebagai pemberi perawatan terhadap lansia yang meliputi perawatan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan fisik yang dilakukan oleh keluarga terhadap lansia yaitu sebagian besar responden menyatakan kadang-kadang dan jarang


(61)

menyiapkan makanan dengan gizi seimbang, yang masing-masing 34,9%. Sebagian besar responden (39,5%) menyatakan jarang mengingatkan lansia mencuci tangan sebelum makan. Dan sebagian besar juga (39,%) responden jarang mengingatkan lansia memakai alas kaki jika keluar rumah. Sedangkan 69,8% menyatakan tidak pernah memeriksakan kesehatan secara teratur dan sebagian besar juga (62,8%) responden tidak pernah mengingatkan lansia untuk berolahraga. Hal ini berbeda dengan cara hidup sehat pada lansia menurut Depkes (1991) yang meliputi ; makan makanan yang bergizi dan seimbang, menjaga kebersihan dan memeriksakan kesehatan secara teratur. Jika dilihat dari kondisi keluarga di Desa Sukajadi tersebut, hal ini mungkin disebabkan karena pendapat keluarga yang sebagian besar (72,1%) hanya berkisar antara Rp 500.000-Rp !.000.000, sehingga sebagian besar responden hanya kadang-kadang atau jarang menyiapkan makanan dengan gizi seimbang dan sebagian besar juga responden tidak pernah memeriksakan kesehatan lansia secara teratur (karena sebagian besar lansia juga masih kelihatan sehat), sedangkan sebagian besar juga (67,4%) responden selalu membawa ke pelayanan kesehatan hanya jika lansia sakit. Selain itu mungkin juga karena pekerjaan responden yang sebagian besar adalah sebagai buruh/ petani, yang menyebabkan responden jarang di rumah dari pagi sampai petang. Walaupun responden yang bekerja sebagai petani siang hari pulang ke rumah, tetapi itu hanya untuk makan dan istirahat saja, dan setelah itu pergi lagi ke sawah/ ladang, sehingga sebagian besar responden jarang mengingatkan lansia untuk mencuci tangan sebelum makan, mengingatkan lansia untuk memakai alas


(1)

Valid kadang-kadang 2 4.7 4.7 4.7

sering 22 51.2 51.2 55.8

selalu 19 44.2 44.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

p15 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jarang 1 2.3 2.3 2.3

kadang-kadang 13 30.2 30.2 32.6

sering 22 51.2 51.2 83.7

selalu 7 16.3 16.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

p16 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang-kadang 1 2.3 2.3 2.3

sering 28 65.1 65.1 67.4

selalu 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

p17 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

valid sering 29 67.4 67.4 69.8

selalu 14 32,6 32,6 100.0

Total 43 100.0 100.0

p18 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang-kadang 2 4.7 4.7 4.7

sering 4 9.3 9.3 14.0


(2)

p19 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kadang-kadang 5 11.6 11.6 11.6

sering 16 37.2 37.2 48.8

selalu 22 51.2 51.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

p20 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sering 12 27,9 27,9 55.8

selalu 31 72,1 72,1 100.0

Total 43 100.0 100.0

p21 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 1 2.3 2.3 2.3

jarang 1 2.3 2.3 4.7

kadang-kadang 13 30.2 30.2 34.9

sering 16 37.2 37.2 72.1

selalu 12 27.9 27.9 100.0

Total 43 100.0 100.0

p22 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 22 51.2 51.2 51.2

jarang 7 16.3 16.3 67.4

kadang-kadang 4 9.3 9.3 76.7

sering 4 9.3 9.3 86.0

selalu 6 14.0 14.0 100.0


(3)

Valid jarang 11 25.6 25.6 25.6

kadang-kadang 14 32.6 32.6 58.1

sering 14 32.6 32.6 90.7

selalu 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

p24 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid jarang 2 4.7 4.7 4.7

kadang-kadang 3 7.0 7.0 11.6

sering 21 48.8 48.8 60.5

selalu 17 39.5 39.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

p25 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 1 2.3 2.3 2.3

jarang 8 18.6 18.6 20.9

kadang-kadang 12 27.9 27.9 48.8

sering 16 37.2 37.2 86.0

selalu 6 14.0 14.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

p26 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 2 4.7 4.7 4.7

jarang 13 30.2 30.2 34.9

kadang-kadang 15 34.9 34.9 69.8

sering 12 27.9 27.9 97.7

selalu 1 2.3 2.3 100.0


(4)

p27 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 8 18.6 18.6 18.6

jarang 7 16.3 16.3 34.9

kadang-kadang 14 32.6 32.6 67.4

sering 10 23.3 23.3 90.7

selalu 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

p28 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 7 16.3 16.3 16.3

jarang 6 14.0 14.0 30.2

kadang-kadang 12 27.9 27.9 58.1

sering 14 32.6 32.6 90.7

selalu 4 9.3 9.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

p29 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 8 18.6 18.6 18.6

jarang 2 4.7 4.7 23.3

kadang-kadang 7 16.3 16.3 39.5

sering 18 41.9 41.9 81.4

selalu 8 18.6 18.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

p30 responden

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 18 41.9 41.9 41.9

jarang 12 27.9 27.9 69.8

kadang-kadang 9 20.9 20.9 90.7

sering 3 7.0 7.0 97.7


(5)

N %

Cases Valid 10 100.0

Exclude

d(a) 0 .0

Total 10 100.0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

N of Items


(6)

scoretot

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 83.00 1 2.3 2.3 2.3

87.00 2 4.7 4.7 7.0

88.00 2 4.7 4.7 11.6

89.00 1 2.3 2.3 14.0

90.00 1 2.3 2.3 16.3

91.00 2 4.7 4.7 20.9

93.00 1 2.3 2.3 23.3

96.00 1 2.3 2.3 25.6

98.00 2 4.7 4.7 30.2

99.00 1 2.3 2.3 32.6

101.00 1 2.3 2.3 34.9

103.00 2 4.7 4.7 39.5

104.00 1 2.3 2.3 41.9

105.00 2 4.7 4.7 46.5

108.00 2 4.7 4.7 51.2

109.00 1 2.3 2.3 53.5

110.00 2 4.7 4.7 58.1

111.00 3 7.0 7.0 65.1

112.00 1 2.3 2.3 67.4

113.00 1 2.3 2.3 69.8

115.00 1 2.3 2.3 72.1

116.00 1 2.3 2.3 74.4

117.00 1 2.3 2.3 76.7

119.00 1 2.3 2.3 79.1

120.00 1 2.3 2.3 81.4

122.00 2 4.7 4.7 86.0

123.00 2 4.7 4.7 90.7

125.00 1 2.3 2.3 93.0

128.00 1 2.3 2.3 95.3

135.00 2 4.7 4.7 100.0