45
4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari
observasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang
diperoleh menjadi tidak effisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak stabil.
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik Durbin-Watson D-W:
t t 1
2 t
e e
D W
e
Gujarati, 2004: 467 Kriteria uji: Bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel Durbin-Watson:
a Jika D-W d
L
atau D-W 4-d
L
, maka pada data tersebut terdapat autokorelasi b
Jika d
U
D-W 4-d
U
, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi c
Tidak ada kesimpulan jika d
L
D-W ≤ d
U
atau 4-d
U
D-W ≤ 4-d
L
b. Analisis Korelasi
Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi hubungan linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional.
Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang
digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi hubungan.
46
Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara variabel X
1
dan Y, Variabel X
2
dan Y, X
1
dan X
2
sebagai berikut: a Koefisien korelasi antara Profitabilitas X
1
dengan Return Saham Y, dengan perhitungan sebagai berikut:
rX Y = ∑X Y
b Koefisien korelasi antara Dividen Tunai X
2
dengan Return Saham Y dengan perhitungan sebagai berikut:
rX Y = ∑X Y
Koefisien korelasi antara Profitabilitas X
1
dengan Dividen Tunai X
2
dengan perhitungan sebagai berikut:
rX X = ∑X X
Setelah koefisien korelasi antar-variabel diketahui, selanjutnya dapat diperoleh nilai korelasi parsial . Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan
menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut: ∑X ² . ∑Y²
∑X ² . ∑Y²
∑X ² . ∑X ²
a Koefisien korelas
Koefisien korelas dengan mengguna
rX X Y = r²X
b Korelasi parsial
Koefisien korelas dapat dihitung de
rX Y = rX Y -
c Korelasi parsial
Koefisien korelas dapat dihitung de
rX Y = rX Y -
Besarnya koefisie a. Apabila - ber
b. Apabila + be Interprestasi dari
1 -
1 - lasi secara simultan
lasi simultan antar X
1
dan X
2
terhadap Y dapat nakan rumus sebagai berikut:
Y + r²X Y – 2rX Y .rX Y.rX X
lasi parsial antar X
1
terhadap Y, bila X
2
diangga dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
rX Y . rX X
lasi parsial antar X
2
terhadap Y, apabila X
1
dian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
- rX Y . rX X
sien korelasi adalah -1 r
1 : erarti terdapat hubungan negatif.
berarti terdapat hubungan positif. ri nilai koefisien korelasi :
1 - r²X X
- r²X Y1 - r²X X
- r²X Y1 - r²X X 47
at dihitung
gap konstan
ianggap konstan
48
a. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan jika X naik maka Y
turun atau sebaliknya. b. Kalau
r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.
Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399
0,40 – 0,599 0,60 – 0,799
0,80 – 1,000 Sangat rendah
Rendah Sedang
Kuat Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono 2002:216
c. Koefisien Determinasi