Hipotesis penelitian Definisi Operasional Kajian–Kajian Empiris

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di dapatkan dari hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat secara luas dan bagi peneliti sendiri serta orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini. Secara luas penelitian ini berguna diantaranya sebagai berikut: 1. Sarana dan acuan data informasi yang representatif atas kesadaran dan pemahaman masyarakat di Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah 2. Mengetahui seberapa besar pemahaman masyarakat desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah Sedangkan bagi peneliti sendiri penelitian ini dengan judul pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah yang bertempat di desa Dukupuntang berguna sebagai sarana belajar peneliti sendiri di lapangan dan menambah wawasan pengetahuan mengenai asuransi syariah itu sendiri yang merupakan seorang kalangan akademisi. Selain itu bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap penelitian ini baik itu mahasiswa, dosen, guru dan lain sebagainya, memiliki kegunaan dapat digunakan sebagai rujukan atau contoh penelitian tentang asuransi syariah dan informasi mengenai pemahaman asuransi syariah di pedesaan.

G. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian ini berbentuk hipotesisi kerja atau operasional satu arah yaitu bahwa tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah masih rendah . 12

H. Metodologi Penelitian

1. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian sosial ekonomi, artinya bahwa penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah di Desa Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Dari sisi sosial penelitian ini bermaksud meneliti tingkat pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang sedangkan sisi ekonomi penelitian ini bertujuan pada pemahaman masyarakat Desa Dukupuntang terhadap asuransi syariah 2. Pendekatan penelitian Pendekatan dalam penelitian ini sendiri menggunakan pendekatan empiris artinya sesuai dengan fakta dilapangan yang didapat melalui survei dengan penyebaran kuisoner bagi masyarakat Desa Dukupuntang dan dilakukan secara induktif artinya peneliti akan berusaha mengembangkan teori yang ada dengan mengujinya melalui rumusan hipotesis. 3. Analisis penelitain Anlisis penelitian ini mengguankan dua alat analisis yang di paparkan secara grafik, dan diagram dan untuk membaca diagram dan grafik tersebut berdasarkan analisis ekonomi dan sosial. Analisis ekonomi cenderung bertujuan melakukan prediksi dan eksplantasi dan sedikit melakukan deskripsi sedangkan sosiologi cenderung kepada deskripsi dan eksplantasi dan sangat jarang melakukan prediksi. Jadi jika dikombinasikan maka tujuan analisis penelitian ini 13 akan menekankan pada kedalaman suatu fenomena secara kualitas apa yang ada di balik kenyataan, dan melihat tembus terhadap realitas yang ada . 4 4. Sumber dan kriteria data penelitian Jenis data yang akan dicari adalah data primer adalah data yang diperoleh dari penelitian secara langsung terhadap objek melalui kuisoner dan data sekunder adalah data yang diperoleh dai hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian dilapangan contonya data dari keurahan atau desa dan RTRW setempat. 5. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang dapat diterapkan dalam jenis penelitian sosial diantaranya menggunakan survei dengan kuisoner dan observasi. 6. Teknik Pengolahan Pegolahan data yang dilakukan setelah data didapat dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan teknik pengkodeaan dan tabulasi, maksudnya data selanjutnya akan dimasukan dalam apliaksi statistik berupa SPSS atau Eviews dan lainnya sesuai dengan karakteristik data, baik itu data nominal atau ordinal data. 7. Subjek, objek, populasi dan sampel penelitian Objek Penelitian ini adalah masyarakat di Desa Dukupuntang sedangkan subjek dari penelitian ini adalah responden pada masyarakat Desa Dukupuntang. Populasi dalam objek penelitian ini adalah masyarakat di desa Dukupuntang yang berusia 21 tahun lanjut dengan mempertimbangkan jumlah 4 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi , Jakarta, Kencana, 2011 cet. ke-dua, h. 47 14 kepala keluarga KK di setiap RT. Tetapi mengingat banyaknya pupulasi masyarakat Desa Dukupuntang maka hal ini membutuhkan teknik sampel agar lebih mudah dalam melakukan penelitian. Teknik pengambilan sampel sendiri adalah dengan menggunakan teknik systematic random sampling atau sampel acak secara sistematis dengan melalaui ketentuan-ketentuan tertentu. I. Sistematika Penulisan Laporan Penelitian Bab I : Pendahuluan Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah untuk penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode Penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

Bab II : Landasan Teori

landasan teori pada bab II ini menjelaskan tentang makna pemahaman, arti masyarakat pedesaan, dan asuransi syariah.

Bab III : Penyajian Data Penelitian

Pada bab ini membahas tentang gambaran dan karakteristik masyarakat Desa Dukupuntang, sampling, karakteristik responden dan lain sebagainya. 15

Bab IV : Analisis Data Penelitian

Pada bab ini dibahas mengenai analisis juga dilakukan interpretasi terhadap temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, memodifikasi teori yang ada, atau menyusun teori baru. Uraian-uraian tersebut memuat tafsiran- tafsiran, analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan sebagai jawaban terinci atas persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pokok masalah secara proporsional.

Bab V : Penutup

Pada bab ini adalah bab terakhir yang memuat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dan memberikan saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas untuk memperoleh informasi dan memberikan solusi atas permasalahn tersebut. DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN - LAMPIRAN 16 BAB II KAJIAN TEORETIS PEMAHAMAN MASYARAKAT PEDESAAN TERHADAP ASURANSI SYARIAH A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Makna Pemahaman

Makna pemahaman dapat dijelaskan secara etimolgi dan terminologi, secara etimogi pemahaman berasal dari kata paham yang menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI diartikan sebagai pengertian, pendapat, pikiran, aliran, pandangan, dan mengeti benar sedangkan pemahaman sendiri diartikan menurut kamus besar bahasa Indonesia KBBI adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. 5 Secara terminolgi pemahaman dapat dijelaskan menurut Sadiman, ia mengungkapkan pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. 6 Selain itu pendapat ini secara tersirat mengisyaratkan bahwa pemahaman tidak hanya dipahami secara abstrak tidak di ketahui seseorang tetapi juga konkret dapat bisa diketahui oleh orang lain bahwa seseorang tersebut telah memahami sesuatu, bisa dilihat dari definisinya dari sisi kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, ini adalah sisi dari abstrak 5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, h. 345. 6 Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com . 17 sedangkan sisi konkret terletak pada definisinya selanjutnya yaitu menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Artinya bahwa untuk meyakinkan seseorang paham harus melihat dari sisi abstrak dan konkret. Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik- baik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia sampaikan kepada orang lain sebagaimana menurut Poesprodjo bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran, pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. 7 Para ahli lainnya yang mendefiniskan pemahaman diantaranya adalah Suke Silversius menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : a. Menerjemahkan translation, pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan translation, arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata–kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan. 7 Rofei S.Pd, pengertian pemahaman menurut para ahli, diakses pada 24 Oktober 2014 http:akmapala09.blogspot.com201110pengertian-pemahaman-menurut-para-ahli.html . 18 b. Menginterprestasi interpretation, kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi. c. Mengektrapolasi Extrapolation, agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi. 8 Pemahaman secara etimologi dan terminologi diatas dapat diambil suatu definisi sederhana bahwa pemahaman tidak hanya menyentuh aspek pada kognitif semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyentuh aspek interpretasi atau menafsirkan, menerapkannya dalam bentuk kesadaran dan menerangkan kembali pada orang lain.

2. Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan dalam ilmu bahasa Indonesia disebut dengan kata majemuk yang artinya bahwa masyarakat pedesaan adalah satu kesatuan kata yang memiliki arti dan definisi sendiri. Tetapi walaupun demikian masyarakat pedesaan jika di bagi mejadi dua kata dapat di masyarakat dan pedesaan yang masing-masing memiliki arti tersendiri. a. Masyarakat Istilah masyarakat dapat diartikan secara etimologi dan terminologi, secara etimologi dalam bahasa Inggris, masyarakat disebut society, asal katanya socius yang berisi kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab, yaitu syirik 8 Muhammad Zainal Abidin , pemahaman menurut para ahli, diakses pada 23 Nopember 2014 dari www.MasBied.com . 19 yang artinya bergaul. 9 sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri mendefiniskan masyarakat sebagai sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. 10 Selanjutnya pengertian masyarakat secara terminologi oleh para ahli sosiologi untuk memberikan definisi masyarakat society seperti berikut : 1 Ralph Linton mendefinisikan masyarakat sebagai setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 11 2 Selo Sumarjan mendefinisikan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. 12 Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas baik secara etimologi maupun terminologi dapat diketahui bahwa sesuatu kelompok dapat disebut masyarakat jika memiliki sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. b. Desa Desa dapat didefiniskan baik secara etimologi maupun terminologi, secara etimologi berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia KBBI 13 desa adalah kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem 9 M. Munandar Soelaeman, Ilmu sosial dasar Teori dan Konsep ilmu social, Bandung, PT Refika Aditama, 2001., cet. ke-sepuluh, edisi kelima, h. 122. 10 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, h. 924. 11 M. Idrak., Dkk Tim Peduli Pelajar, Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, Yogyakarta, Messemedia, 2010, h.18. 12 M. Idrak., Dkk Tim Peduli Pelajar , Sosiologi Untuk SMA X, XI, XII, H. 18. 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, h. 345. 20 pemerintahan sendiri dikepalai oleh seorang kepala desa; atau kelompok rumah di luar kota yg merupakan kesatuan; atau udik atau dusun dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan kota: atau tanah; tempat; daerah. Sedangkan desa dalam definisi terminologi dapat merujuk pada undang- undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa adalah “Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, danatau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.” 14 Berdasarkan definisi diatas dapat dimabil suatu kesimpulan bahwa desa adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak otonomi desa. Sedangkan unsur-unsur desa diantaranya adalah penduduk, wilayah, dan pemerintahan desa. Teori tentang pelapisan sosial di masyarakat banyak di temukan dalam literatur ilmu sosiologi dan salah satu yang terkanal adalah teori pelapisan sosial Karl Max dengan teorinya tentang pertentangan kelas antara kaum Borjuis dan Proletar. Menurutnya bahwa hanya terdapat dua kelas dalam masyarakat kepitalis yaitu kum Borjuis dan Proletar. 15 14 Undang-Undang Republik Indonesia , Undang-Undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 2014 tentang desa Jakarta, undang-undang republik Indonesia, 2014, h. 2. 15 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 21. 21 Pola Kebudayaan masyarakat pedesaan di Indoensia terutama di daerah Jawa bahwa Pola kebudayaan termasuk pola kebudayaan tradisional, yaitu merupakan produk dari benarnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang hidupnya tergantung pada alam. 16 Selain itu pola kebudayaan membangun presepsi masyarakat desa dalam menanggulangi risiko yang masyarakat hadapai dan kebanyakan pola kebudyaan ini erat kaitannya dengan pengaruh ritual keagamaan. Sistem ekonomi masyarakat desa terkait erat dengan sistem pertaniannya. Akan tetapi sistem pertanian masyarakat desa tidak hanya mencerminkan sistem ekonominya melainkan juga mencerminkan sistem nilai, norma-norma sosial atau tradisi, adat istiadat serta aspek-aspek kebudayaan lainnya. Masyarakat sebagai realitas eksternal-objektif akan menuntun Individu untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti apa yang boleh di produksi dan di konsumsi, tuntunan tersebut biasanya berasal dari dalam budaya termasuk didalamnya hukum dan agama. 17 Ekonomi memposisikan aktor yaitu individu yang rasional artinya ia dapat berfikir mana yang terbaik bagi dirinya sendiri, pendapat ini berakar dari utilitarianisme sehingga pendapat ini menimbulkan suatu siste ekonomi yang disebut dengan lassez faire artinya biarkan semuanya mengatur dirinya sendiri maksudnya system ekonomi diserahkan seluruhnya pada mekanisme pasar. 18 16 FISIP Sosiologi UNILA, diakses pada 9 Desember 2014 dari http: DataBabIISosiologiPedesaanSosiologi.htm . 17 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 11. 18 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 36. 22 Sedangkan sosiologi memposisikan aktor dalam masyarakat atau aktor dalam interaksi sosial artinya bahwa individu yang identitas dirinya tidak tampil tetapi tersembunyi dalam suatu kesatuan yang dinamakan masyarakat, oleh sebab itu aktor tidak dilihat sebagai individu itu sendiri tetapi individu yang dikaitkan dengan individu lainnya baik perorangan mapun kelompok dan masyarakat. 19 Gambar 02.01 Hubungan antara masyarakat dan ekonomi 20 Menurut Emile Durkheim bahwa suatu masyarakat dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik dengan perbedaan sebagai berikut: 21 Tabel 02.01 Tebel perbedaan solidaritas mekanik dan organik Solidaritas mekanik Solidaritas organik Pembagian kerja Rendah Tinggi Kesadaran kolektif Kuat Rendah Hukum dominan Represif Restitutif Individualitas Rendah Tinggi Konsensus terpenting Pola normatif Nilai abstrak dan umum Penghukuman Komunitas terlibat Badan control sosial 19 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 39. 20 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 14. 21 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 70. Masyarakat Interaksi sosial: proses dan pola Ekonomi 23 Saling ketergantungan Rendah Tinggi Komunitas Primitif Industri perkotaan Pengikat Kesadaran kolektif Pembagian kerja Jika dicermati bahwa solidaritas mekanik kental dengan pedesaan sedangkan solidaritas organik kental dengan perkotaan, jadi desa Dukupuntang termasuk pada solidaritas mekanik menurut Emile Durkheim tetapi itu tentunya perlu adanya pembuktian terhadap teori ini. Pemerintahan desa sebagaimana dalam undang-undang tentang desa pasal satu, ayat 2 dan 3 tentang ketentuan umum “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah merupakan institusional ekonomi oleh karena itu menurut Joseph Schumpeter bahwa seseorang melakukan suatu tingkah laku dalam konteks institusional yang lebih luas dimana aktivitas ekonomi dilakukan 22 . Pendapat Schumpeter diperkuat oleh Polyani salah satu tokoh sosiologi ekonomi lainnya dengan konsepnya yaitu “keterlekatan”, menurutnya ekonomi manusia terlekat dan terjaring dalam institusi-institusi ekonomi dan non ekonomi, memasukan institusi non ekonomi kedalam ekonomi manusia adalah penting. Agama dan pemerintahan menjadi penting terhadap struktur dan berfungsinya ekonomi sebagai institusi moneter. 23 Institusi ekonomi mapun non ekonomi juga di dalam masyrakat pedesaan di perankan sebagai alat efektif untuk melakukan sosialisasi asuransi syariah 22 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h. 25. 23 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h..27. 24 karena terbatasnya akses informasi dan komunikasi di wilayah pedesaan seperti telephone, internet dan lainnya, maka dari itu untuk perlu juga di bahas secara keseluruhan institusi-institusi ini berperan dalam masyrakat pedesaan dalam melakukan sosialisasi Demikianlah kajian pustaka menghubungkan pengertian pedesaan dengan suatu lingkungan sosial dan geografi tertentu, termasuk individu-individu yang bermukim di sana. Pembahasan mengenai pemahaman masyarakat pedesaan dalam penelitian ini terkait dengan varibel indenpenden terikat yang kemudian akan dilanjutkan dengan variabel dependen yaitu asuransi syariah variabel pengikat.

3. Asuransi Syariah

Penjelasan operasional asuransi syariah dalam bab ini membahas asuransi secara umum dan asuransi syariah, hal ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah sebagai variabel independen di banding asuransi konvensional. Asuransi adalah transaksi perjanjian antara dua pihak dimana pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran, jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat. 24 Asuransi bisa dikatakan merupakan bisnis kepercayaan karena yang di perjual belikan dalam asuransi adalah jasa untuk menanggulangi resiko yang sama 24 Abdul Azid dahlan, Dkk, ed. , Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, ichtiar baru van hocve, 1996, h. 138. 25 sekali tidak nampak nyata barangnya. selanjutnya bagaimana hubungan asuransi, kepercayaan dan resiko?. Torsyik menyebutkan kepercayaan merupakan kecenderungan perilaku tertentu yang dapat mengurangi resiko yang muncul dari perilakunya. 25 Sedangkan menurut Giddens bahwa kepercayaan dapat berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahanya yang berasal dari aktivitas tertentu . 26 Lanjut menurut Giddens bahwa pada masyarakat pra modern di temukan 4 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan yaitu hubungan kekerabatan, komunitas masyarakat lokal, kosmologi religius, dan tradisi sedangkan pada masyarakat modern terdapat 3 lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan yaitu sistem abstrak, relasi personal, dan orientasi masa depan. Asuransi dalam hal ini menempati post masyarakat modern berarti asuransi termasuk kedalam lingkungan sistem abstrak karena di dalam asurnasi terdir dari perjanjian-perjanjian yang tertulis. Asuransi disebut juga pertanggungan atau usaha saling menanggung karena adanya pihak perusahaan sebagai penangguang risiko dari nasabah sebagai tertanggung yang mentransfer risikonya pada perusahaan sebagaimana UU tentang perasuransian tahun 1992 dan KUHD pasal 246; Menurut UU Republik Indonesia no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi yang bertujuan memberikan penggantian kepada tertanggung karena 25 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.185. 26 Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi, h.187. 26 kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau pembayaran uang yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. 27 Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia, Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. 28 Jenis usaha asuransi dalam sebagaimana mengacu pada undang-undang no. 2 tahun 1992 diantaranya adalah usaha asuransi kerugian, usaha asuransi jiwa dan usaha reasuransi. sedangkan jenis usaha penunjang asuransi diantaranya adalah usaha pialang asuransi usaha pialang reasuransi usaha penilaian kerugian asuransi, usaha konsultan aktuaria, usaha agen asuransi. Objek asuransi menurut UU no 2 tahun 1992 adalah diantaranya harta benda, jiwa dan raga kesehatan manusia, tanggung jawab hukum serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi, dan atau berkurang nilainya. Sasaran asuransi adalah bagi para pelaku ekonomi mikro rumah tangga, para pelaku ekonomi makro dunia bisnis dan pemerintah dan pihak–pihak yang mempunyai keinginan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya kerugian yang belum diketahui secara pasti di masa mendatang. 27 Undang-Undang Republik Indonesia, Tentang Usaha Perasuransian Dan Reasuransi. Jakarta, Undang-Undang Republik Indonesia, 1992 h. 2. 28 Junaedi Ganie, Dkk, Hukum Asuransi Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2011, h. 84. 27 Asuransi dalam bisnisnya adalah mengelola risiko baik secara sharing risk maupu transfer risk oleh karena itu harus mempunyai suatu manajemen risiko yang mampu mengendalikannya karena ada beberapa hal yang menjadi tantangan industri asuransi seperti moral hazard, hukum bilangan besar yang harus dipenuhi dan kontrak polis yang sesuai dengan peraturan pemerintah. Risiko setidaknya dapat di kalsifikasikan menjadi dua yaitu risiko murni seperi kematian dan risiko spekulatif seperti investasi, risiko yang biasanya di cover oleh asuransi hanya risiko murni tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima risiko spekulatif. Tujuan memiliki asuransi diantaranya adalah untuk membangun kerjasama antar dua pihak dimana satu pihak menawarkan pelindungan pada pihak lain dari segala risiko yang tidak diharapkan . 29 Perlu diketahui bahwa asuransi sendiri memiliki beragam pendapat dalam Islam dengan berbagai macam pendapat dan dalil serta kaidah yang menjadi kekuatan argumen masing-masing pihak. Secara singkat pendapat-pendapat tersebut dapat dibagi kedalam tiga pendapat secara garis besar yaitu menghalalkan asuransi secara keseluruhan, mengharamkan asuransi secara keseluruhan, dan bertindak hati-hati dalam menyikapi hukum asuransi. Perdebatan mengenai asuransi sudah terjadi beberapa dekade silam, para ulama dan para cendikiawan muslim memperdebatkan tentang kahalalan dari asuransi sendiri, ada beberapa pendapat mengeai hal tersebut diantaranya yang mengharamkan asuransi karena mengandung maisir, gharar dan riba. Salah satu 29 Mohd Ma’sum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern tinjauan hukum dan praktek di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, Jakarta, Pt. Ina Publikatama, 2010 h. 29. 28 tokohnya adalah K.H. Ali Yafie mantan ketuan MUI, Mustafa Zaid, Abdullah Al-Qalqili, dan lain-lain. 30 Menghalalkan asuransi, karena keberatan dengan pendapat pertama bahwa asuransi sama dengan judi, gharar, dan riba mapun bertentangan dengan perinsip warits dan wasiat salah satu tokohnya adalah Muhammad abu Zahrah, Rahman Isa, Syaikh al-Azhar dan lainnya. Menyikapi hukum asuransi dengan bertindak hati-hati ikhtiyâth dalam menentukannya. Salah satu tokohnya adalah Muhammad Abduh, dan syaikh Ibn Abidin dan lainnya. Selain pendapat para ulama beberapa ORMAS Islam melalui lembaganya masing masing seperti NU, Muhamadiyah, dan PERSIS yang juga ikut memberikan pendapatnya mengenai status hukum asuransi sendiri a. Keputusan Bahtsul Masail Nadhatul Ulama BM-NU tentang Asuransi BM-NU menetapkan sejumlah hukum asuransi sebagai berikut: 31 1 Hukum asuransi sosial adalah boleh dengan syarat: pertama termasuk akad ta`awuniyat, bukan akad mu`awadhat; dan kedua diselenggarakan oleh pemerintah sehingga kalau ada kerugian ditanggung oleh pemerintah dan kalau ada untung dikembalikan kepada masyarakat 2 Hukum asuransi kerugian adalah boleh dengan syarat ia merupakan persyaratan bagi objek-objek yang menjadi agunan bank dan ia tidak dapat dihindari karena diatur oleh pemerintah seperti asuransi ekspor-import 30 Mohd Ma’sum Billah, kontekstualisasi takaful dalam asurani modern tinjauan hukum dan praktek di alih bahasakan oleh Dr. Suparto, h. 44. 31 Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, Jakarta, MA, 2009 h. 57. 29 3 Hukum asuransi jiwa adalah haram, kecuali apabila mengandung unsur tabungan, pihak tertanggung berniat menabung di perusahaan asuransi, pihak penanggung menyimpan mentasharufkan tabungan dengan cara-cara yang dibenarkan syara’, tertanggung dapat menarik kembali tabungannya apabila diperlukan dan pihak penanggung bertanggung jawab untuk mengembalikannya, dan apabila tertanggung meninggal sebelum habis waktu maka ahli waris dapat menarik tabungan tersebut sebagai tirkat. b. Keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah tentang Asuransi Ketetapan Majelis Tarjih Muhammadiyah mengenai asuransi adalah sebagai berikut: 1 Hukum asuransi jiwa yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya yaitu Perum Jasa Raharja, Perum Taspen, Perum Asabri, Perum Astek, Perum Astek, dan Perum Husada Bhakti Askes adalah boleh mubâh. 2 Hukum asuransi jiwa yang mengandung unsur-unsur riba, maysîr, ketidak adilan, gharâr, ghâsy, dan menyalahi hukum kewarisan Islam adalah haram. Sedangkan hukum asuransi jiwa yang tidak mengandung unsur-unsur tersebut adalah boleh. 3 Hukum asuransi jamaah haji adalah boleh apabila tidak memberatkan jamaah haji dan dikelola oleh pemerintah sendiri dalam hal ini Departemen Agama. 4 Dana yang terkumpul digunakan untuk kemashlahatan umat, dan pengelolaan dana bersifat terbuka. 32 32 Mahkamah Agung Republik Indonesia, laporan penelitian asuransi syariah, h. 58. 30 Menyikapi setiap perbedaan dalam memandang status hukum dari asuransi, di Indonesia sendiri telah berdiri lembaga independen yang bertugas membuat fatwa-fatwa dan mengawasi setiap gerak dari lembaga keuangan syariah diantaranya adanya Dewan Pengawas Syariah DPS di perusahaan syariah dan perusahaan yang memiliki unit syariah. Fatwa mengenai asuransi syariah sendiri telah ada sejak tahun 2001 melalui 1. Fatwa no: 21DSN-MUIX2001 tentang pedoman umum asuransi syariah 2. Fatwa no: 39DSN-MUIX2002 tentang asuransi haji 3. Fatwa no: 51DSN-MUIIII 2006 tentang akad murabahah musytarakah pada asuransi dan reasuransi syari’ah 4. Fatwa no: 52DSN-MUIIII2006 tentang akad wakalah bil ujrah pada asuransi dan reasuransi syari’ah 5. Fatwa no: 53DSN-MUIIII2006 tentang akad tabarru’ pada asuransi dan reasuransi syari’ah Selain dari fatwa-fatwa DSN MUI pedoman mengenai bisnis asuransi syariah di Indonesia juga melibatkan otoritas pemerintahan seperti menteri keuangan melalui PMK no 18 tahun 2011 dan otoritas jasa keuangan OJK melalui POJK no 8 tahun 014. Pada dasarnya pengelolaan secara syariah dalam lembaga keuangan termasuk didalamnya asuransi telah mendapatkan tempat di masyarakat Indonesia secara filosofis, sosiologis dan yuridis. Artinya bahwa secara yuridis hukum asuransi syariah di akui oleh pemerintah dan secara sosiologis masyarakat dapat 31 menerimanya serta secara filosofis bahwa praktek asuransi syariah tersebut sesuai dengan cita-cita bangsa dan membuat kemaslahatan bersama. Sebenarnya istilah asuransi dalam konsep Islam bukanlah hal baru, karena sudah ada pada zama rasulallah yaitu al-aqilah yang berarti asabah”menunjukan ayah dengan pembunuh”. Dengan konsep kontribusi finansial atas nama pembunuh premi untuk membayar pewaris korban. Konsep ini kemudian diterima oleh Rasulallah menjadi bagian dari hukum Islam hal tersebut dapat dilihat dalam hadist nabi dalam pertengkaran dua orang wanita dari suku huzail. Hadist diatas sekaligus menjadi dasar hukum asuransi syariah dari adanya asuransi syariah selain itu juga ayat al-quran yaitu Qs Al-Hasr ayat 18 yang artinya “Hai orang yang beriman Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok masa depan. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”Qs Al-Hasyr:18 Secara tersirat konsep asuransi syariah mulai ada sejak zaman Nabi Yusuf AS yaitu ketika terjadi suatu musim panen dan musim kekeringan sebagaimana diceritakan dalam Al-quran Qs Yusuf ayat 43-49 Makna dari ayat diatas bahwa ketika zaman Nabi Yusuf terjadi dua peristiwa yaitu peristiwa suburnya tanah–tanah untuk bercocok tanam dan musim kekeringan. Pada musim kekeringan Nabi Yusuf memerintahkan raja dan masyarakat untuk mempersiapkan diri meghadapi musim kekeringan dengan cara meyimpan sebagian hasil panen pada musim yang subur dan hanya sebagin saja untuk dikonsumsi. 32 Keterkaitan dengan konsep asuransi syariah adalah terletak pada persiapan untuk menghadapi masa depan yang lebih baik. Artinya jika dikaitkan dengan ayat diatas makna musim yang subur adalah digambarkan sebagai umur manusia yang produktif yaitu dimulai dari 15 tahun sampai dengan 65 Tahun. Pada masa produktif itu di gambarkan sebagai musim panen dan usia non produktif digambarkan sebagai musim kekeringan maka di usahakan untuk mempersiapkan masa non produktif itu pada masa produktif dengan asuransi. Sebelum adanya istilah asuransi syariah terlebih dahulu masyarakat arab telah mengenal beberapa konsep yang mirip dengan asuransi diantaranya Al- aqilah 33 , Al-Muwalat 34 , Al-Qasamah 35 , Tanahud 36 , Aqd Al-Hirasah 37 , dan Dhiman Khatr Thariq. 38 Walaupun demikian konsep-konsep ini tidak diterima 33 Saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika salah seorang dari anggota suatu suku terbunuh oleh anggota satu suku yang lain, maka pewaris korban akan dibayar dengan uang darah diyat sebagai konpensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 34 Perjanjian jaminan, dimana seorang penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki waris dan tidak dikeketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 35 Sebuah konsep perjanjian yang berhubungan dengan manusia. Sistem ini melibatkan usaha pengumpulan dana dalam sebuah tabungan atau pengumpulan uang iuran dari peserta atau majlis. Manfaatnya akan dibayarkan kepada ahli waris yang dibunuh jika kasus pembunuhan itu tidak diketahui siapa pembunuhnya atau tidak ada keterangan saksi yang layak untuk benar - benar secara pasti mengetahui siapa pembunuhnya. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 36 Ibarat dari makanan yang dikumpulkan dari para peserta safar yang dicampur menjadi satu. Kemudian makanan tersebut dibagikan pada saatnya kepada mereka, kendati mereka mendapatkan porsi yang berbeda-beda. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 37 Kontrak pengawal keselamatan. Di dunia Islam terjadi berbagai kontrak antar individu, misalnya ada individu yang ingin selamat lalu ia membuat kontrak dengan seseorang untuk menjaga keselamatannya, dimana ia membayar sejumlah uang kepada pengawal, dengan konpensasi kemanannya akan dijaga oleh pengawal. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 38 Kontrak ini merupakan jaminan keselamatan lalu lintas. Para pedagang muslim pada masa lampau ingin mendapatkan perlindungan keslamatan, lalu ia membuat kontrak dengan orangorang yang kuat dan berani di daerah rawan. Mereka membayar sejumlah uang, dan pihak lain menjaga keselamatan perjalanannya. presentasi dari Rikza Maulan Lc., M.Ag dalam embrio asuransi syariah sejarah perlindungan insane dalam Islam, sekretaris Dewan Pengawas Syariah di PT Takaful Indonesia. t.p, t.th. 33 secara mutlak oleh Islam dan harus adanya penyesuaian-penyesuaian dengan nilai-nilai Islam.Enam konsep di atas menjadi embrio dari konsep asuransi syariah Perkembangan asuransi syariah di zaman sekarang atau abad ke-20 dan ke-21 begitu pesat, praktik asuransi syariah tidak hanya dijalankan oleh orang– orang muslim akan tetapi juga non muslim, begitu juga pendirian perusahaan asuransi berbasis syariah tidak hanya di negara negara mayoritas muslim akan tetapi juga non msulim. Pembuktiannya dengan adanya perusahaan asuransi yang baik secara keseluruhan operasionalnya berdasarkan syariah Islam maupun yang hanya membuka unit syariah. Berikut ini adalah data perkembangan perusahaan asuransi syariah baik secara global, ragional ASEAN maupun wilayah Indonesia. Jumlah Perusahaan dan Unit Asuransi dan Reasuransi Syariah Di Indonesia Triwulan II 2014 39 Tabel 02.02 No Keterangan TW II 2014 1. Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 3 2. Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2 3. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Jiwa 17 4. Unit Syariah Perusahaan Asuransi Umum 23 5. Unit Syariah Perusahaan Reasuransi 3 TOTAL 48 Perkembangan ini mengidikasikan bahwa industri asuransi sedang tumbuh di masyarakat dunia sehingga pemilihan variabel asunasi syariah ini dimaksudkan 39 Taufik Marjuniadi, Prinsip dan Operasional Asuransi Syariah Umum Pt. Jaya Proteksi Takaful, h. 6. 34 untuk meneliti adakah dampak tumbuhnya asuransi syariah pada pemahaman masyarakat pedesaan di Indonesia. Perkembangan asuransi tentunya membutuhkan strategi marketing yang baik oleh karena itu pemasaran asuransi secara umum dapat dibagi kedalam beberapa bentuk meode dan strategi distribusinya. Metode pemasaran dalam buku startegi pemasaran asuransi syariah oleh Abdullah Amrin dibedakan menjadi metode untuk asuransi jiwa dan untuk asuransi umum, dalam asuransi jiwa beberapa perusahaan asuransi mengguanakn metode field development system FDS sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. 40 Sedangkan untuk asuransi kerugaian metode yang digunakan tidak hanya pada aspek penjualan tetapi juga pada bagaimana penjualan dalam hal ini agen juga harus memahami ilmu underwriter. 41 Saluran distribusi asuransi syariah dapat dibagi kedalam beberapa kategori seperti memalui sistem keagenan agency distribution system, sistem kantor cabang branch office system, sistem keagenan umum general agency system, melalui broker asuransi, melalui retail outlet, melalui penjualan langsung direct selling, melalui pengiriman surat direct melling, dan melalui market afiliasi. 42 Alasan mengapa peneliti lebih memilih asuransi syariah di banding asuransi konvensional karena melihat konteks masyarakat di wilayah peneliti yang seluruh warganyanya adalah Muslim dan juga memasukan unsur keagamaan sebagai indikator faktor dari pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah. 40 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, Jakarta, PT Grasindo, 2007, h. 72. 41 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 73. 42 Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, h. 93-96. 35 Penjelasan-penjelasan mengenai kedua variabel diatas yang dinamakan dengan tinjauan pustaka, di maksudkan untuk membangun kerangkan berfikir peneliti atau kerangka konsep dalam penelitian ini yang akan dibahas selanjutnya.

B. Definisi Operasional

Definisi operasional ini dimaksudkan untuk membatasi makana dari variabel yang akan dibahas, diantara variabel-variabel tersebut adalah 1. Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik tidak hanya pada sisi pengetahuan diri sendiri melainkan juga bisa dia sampaikan kepada orang lain. 2. Masyarakat pedesaan adalah sekelompok manusia yang hidup bersama, bercampur untuk waktu yang cukup lama, mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan, dan mereka merupakan suatu sistem hidup bersama di kawasan pedesaan. 3. Desa adalah sebagai suatu kesatuan wilayah yang memiliki norma-norma, nilai-nilai hukum dan cenderung memiliki sifat-sifat homogen, baik dalam hal karakter demografis, ragam pekerjaan maupun basis ekonomi penghuninya yang diberikan kewenangan untuk mengurus urusannya secara mandiri atau hak otonomi desa. 4. Asuransi adalah suatu konsep modern dalam penanganan risiko dengan menggunakan sharing risk atau transfer risk. 5. Asuransi Syariah adalah suatu asuransi yang dikemas secara syariah Definisi operaisonal ini dapat membangun suatu teori baru atau dapat membuktikan kebenaran teori yang sudah ada atau bahkan membatahnya. 36

C. Kajian–Kajian Empiris

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yanu Pangestu Nugroho bahwa tingkat ketertarikan nasabah terhadap asuransi lebih terdiri dari lima faktor yaitu faktor sosial ekonomi, produk, promosi, pemasaran, tarif atau premi. 43 Menurut hasil survei OJK bahwa masih rendahnya angka melek informasi masyarakat terhadap berbagai layanan keuangan. OJK melakukan survei dengan 8.000 responden dan hasilnya pada tingkat pemahaman layanan perbankan 21,8, asuransi 17,84, perusahaan pembiayaan 9,8, dana pensiun 7,13, pasar modal 3,79, dan penggadaian 14,85. 44 Direktur OJK mengatakan bahwa itu tandanya sedikit sekali orang paham mengenai tingkat resiko dan memiliki keterampilan di bidang keuangan, untuk asuransi misalnya hanya 12 orang yang memanfaatkan jasa layanan asuransi dari 100 orang yang di survei. 45 Selain itu untuk membuktikan dan menjadi bahan rujukan penelitian ini dibuat juga suatu kajian penelitian terdahulu untuk melihat adanya keterkaitan dan perbedaan dengan penelitian ini baik dari jurnal mapun penelitian lainnya.

1. Jurnal Ilmiah

a. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia Terhadapat Kesadaran Berasuransi Pada Masyarakat Indonesia yang dituliskan oleh Sri 43 Yanu Pangestu Nugroho, faktor-faktor yang mempengaruhi minat nasabah dalam membeli produk asuransi Mitra Iqra studi: AJB Bumiputera 1912 divisi syariah, “ skripsi fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014”, h. 11. 44 Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com . 45 Miftahul Ulum, bagaimana pemahaman masyarakat terhadap layanan keuangan, ini surveinya,?, diakses pada Selasa, 22 April 2014 21.05 WIB dari Bisnis.com . 37 Hermawati dalam jurnal asuransi dan manajemen risiko Volume 1, No 1, Februari 2013 yang diterbitkan oleh AAMAI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor individual dalam hal ini adalah usia, gender dan tingkat pendidikan terhadap kesadaran masyarakat untuk berasurani. Kesadaran diukur dari dua dimensi yaitu pengetahuan tentang asuransi jiwa dan pemahaman tentang asuransi jiwa. Data diambil melalui penyebaran kuesioner terhadap 350 reponden. Sampel diambil secara acak. Analisis manova digunakan untuk menganalisis data. Pengetahuan konsumen diukur dari pengenalan berbagai jenis asuransi jiwa dan manfaatnya. Pemahaman masyarakat akan asuransi jiwa diukur dari pemahaman berbagai aturan yang terdapat dalam jual beli asuransi jiwa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan dan pemahaman akan asuransi jiwa pada berbagai usia responden. Gender berpengaruh hanya pada perbedan pemahaman akan asuransi jiwa. Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan asuransi jiwa. b. Persepsi Etnis China Terhadap Perbankan Syariah Di Kota Medan di tuliskan oleh Harviz Akbar Haroni Doli H. Ritonga dalam jurnal Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.2, Januari 2013. Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan observasi apa pengaruh kinerja, pelayanan, promosi dan fakta-faka kesehatan etnis Cina terhadap presepsi kepada bank syariah di Medan. Responden penelitian ini adalah mahasiswa, pekerja, pengusaha dan pekerja lainnya. Peneliti menggunakan data primer dan di peroleh dari wawancara, observasi dan kuisoner. Metode yang digunakan adalah 38 non probality sample. Untuk proses data peneliti menggun akan ordinary least square. Hails penelitian ini adalah hubungan positif anatara variabel kinerja, pelayanan, promosi dan physical evidence terhadap bank syariah di Medan

2. Hasil Penelitian Sebelumnya Yang Terkait Judul

Uraian berikut akan memaparkan sebuah penelitian baik berbentuk skripsi, tesis maupun desertasi yang sudah dilakukan, sehingga menjadi jelas bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan: a. RESPON MASYARAKAT MUSLIM KOTA MATARAM TERHADAP ASURANSI SYARIAH, ditulis oleh Muhammad Johari, Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta 2010. Analisis penelitiaan ini menggunakan bentuk penelitian survei yang mengambil lokasi di tiga kecamatan dari enam kecamatan yang termasuk dalam wilayah Kota Mataram, yakni Kecamatan Ampenan, Mataram dan Cakranegara. Sedangkan perusahaan asuransi syariah yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan AJB Bumi Putera Syariah, Asuransi Takaful Umum dan Asuransi Takaful Keluarga. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 110 orang responden, dengan rincian 20 orang dari peserta asuransi syariah dan sisanya dari yang non-peserta asuransi syariah. Metode pengambilan sampel menggunakan metode acak sederhana simple random sampling. Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan menggunakan skala likert 5 point. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner 39 atau angket, interview atau wawancara dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan teori yang dipakai untuk membedah pokok permasalahan yang ada adalah dengan menggunakan teori perilaku konsumen. Penelitian penulis tersebut lebih membahas faktor-faktor pendorong masyarakat kota mataram berasuransi dan hanya melihat respon positif atau negatif sedangkan peneliti ini melakuakan studi di masyarakat pedesaan dan mencari besaran presentasenya. Metode yang pengambilan sampel digunkan juga berbeda jika peneliti ini menggunakan acak sederhana maka penenlitian yang akan di tulis peneliti menggunakan sampel acak sistematis. Selian itu teori yang diguankan adalah teori dari prilaku konsumen sedangkan penelitian yang akan di tulis peneliti mengguankan teori pemahaman dari Hiebert dan Carpenter. Segi kesamaan penelitian ini adalah sama-sama mengjadikan variabel asuransi syariah sebagai variabel depeden dan juga sampel yang diguankan adalah megguanakn probability sample dengan random sampling. 40

D. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Pemahaman masyarakat pedesaan terhadap asuransi syariah

3 17 86

POTENSI BUDIDAYA IKAN GURAME DI KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON.

2 21 60

ANALISIS DESKRIPTIF USAHA BATU ALAM : Studi Pada Pengusaha Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon.

5 11 27

ANALISIS DESKRIPTIF USAHA BATU ALAM : Studi Pada Pengusaha Batu Alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon - repository UPI S PEK 0906132 Title

0 0 3

SEWA-MENYEWA POHON MANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus pada Masyarakat di Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - Raden Intan Repository

0 0 11

SEWA-MENYEWA POHON MANGGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus pada Masyarakat di Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - Raden Intan Repository

0 0 20

PENGARUH KEMAMPUAN BERPIKIR ALJABAR TERHADAP KREATIVITAS BERPIKIR SISWA DALAM MATEMATIKA (Studi Kasus di Kelas XI IPA SMAN 1 Dukupuntang Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 1 23

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN HOLISTIK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI KELAS VIII SMPN I DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 17

DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA (Studi Kasus di Desa Cisaat Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 15

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) TERHADAP AKHLAK SOSIAL SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI 1 DUKUPUNTANG KECAMATAN DUKUPUNTANG KABUPATEN CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 26