Lanjutan Tabel 8. Sumber
variasi Jumlah kuadrat JK
Db MK
F
B
P
Antara AB interaksi
JK
B
= ∑
JK
A
- JK
B
Db
A
xdb
B
4
Antara B JK
B
= ∑ -
B-1 2
Antara B JK
B
= ∑ -
B-1 2
Antara AB interaksi
JK
B
= ∑
JK
A
- JK
B
Db
A
xdb
B
4
Dalam d JK
d
= JK
A
- JK
B
– JK
AB
Db
t-
db
A-
Db
B
- db
AB
Total T JK
T
= ∑ X
T 2
- N-1
49
Keterangan: JK
T
= jumlah kuadrat nilai total JK
A
= jumlah kuadrat variabel A JK
B
= jumlah kuadrat variabel B JK
= jumlah kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
JK
d
= jumlah kuadrat dalam MK
A
= mean kuadrat variabel A MK
B
= mean kuadrat variabel B MK
AB
= mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B
F
A
= harga F
o
untuk variabel A
F
B
= harga F
o
untuk variabel B
F
AB
= harga F
o
untuk interaksi antara variabel A dengan variabel B
3. Pengujian Hipotesis
Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah; Tolak H
o
apabila F
hitung
F
tabel ;
F
hitung
F
tabel
Terima H
o
apabila F
hitung
F
tabel ;
F
hitung
F
tabel
Hipotesis 1 dan 4 diuji dengan menggunakan rumus analisis varians dua jalan.
Hipotesis 2 dan 3 diuji menggunakan rumus t-test dua sampel independen separated varian.
Dalam penelitian ini dilakukan empat pengujian hipotesis, yaitu: Rumusan Hipotesis 1:
H
a
: Ada
perbedaan keterampilan
berpikir siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem
Posing dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Problem solving pada mata pelajaran IPS
Terpadu H
o
: Tidak ada perbedaan keterampilan berpikir siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem posing dan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran Problem solving pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumus Hipotesis 2: H
a
: Ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem solving bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional EQ
tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu. H
0 :
Tidak ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem
posing lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem
solving bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional EQ tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu.
Rumus Hipotesis 3: H
a
: Ada perbedaan Keterampilan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Solving bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional EQ
rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu. H
o
: Tidak ada perbedaan Keterampilan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem
Solving bagi siswa yang memiliki kecerdasan emosional EQ rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu
Rumus Hipotesis 4:
H
a
: Ada interaksi antara model pembelajaran problem posing dan
problem solving dengan kecerdasan emosional EQ terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran IPS
Terpadu. H
o
: Tidak ada interaksi antara model pembelajaran problem posing
dan problem solving dengan kecerdasan emosional EQ terhadap
keterampilan berpikir
kreatif siswa
dalam
pembelajaran IPS Terpadu
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Terdapat
perbedaan keterampilan
berpikir siswa
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Problem Posing
dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem solving pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa terjadi karena adanya perbedaan perlakuan model pembelajaran antara kelas eksperimen
yang menggunakan model pembelajaran problem possing dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran problem
solving 2.
Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem possing
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem solving bagi siswa yang
memiliki Kecerdasan Emosional EQ tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran
yang menggunakan model pembelajaran problem posing bagi siswa yang
memiliki Kecerdasan Emosional EQ tinggi akan memberikan keterampilan berpikir kreatif yang lebih baik
3. Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kreatif siswa yang
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem posing lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran problem solving bagi siswa yang memiliki Kecerdasan Emosional EQ rendah pada mata pelajaran IPS
Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran problem solving bagi siswa yang memiliki Kecerdasan Emosional EQ rendah akan memberikan
keterampilan berpikir kreatif yang lebih baik 4.
Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan Kecerdasan Emosional EQ terhadap keterampilan berpikir kreatif. Hal ini
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa perlu menggunakan model pembelajaran dengan
memperhatikan Kecerdasan Emosional EQ siswa.
B. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka dapat diberikan saran- saran sebagai berikut.
1. Guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai pada mata
pelajaran IPS Terpadu, seperti menggunakan model pembelajaran problem posing yang dapat melatih siswa untuk meningkatkan
keterampilan berfikir
kreatif siswa
dibandingkan dengan
menggunakan model pembelajaran problem solving. 2.
Guru dapat menggunakan model pembelajaran problem posing sebagai alternatif untuk materi matematik pada IPS Terpadu, karena
dengan model ini dapat memudahkan siswa untuk mengerjakan soal matematik, sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa.
3. Pada penelitian ini untuk siswa yang memiliki Kecerdasan Emosional
EQ rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran problem solving dapat lebih meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif siswa, jadi sebaiknya para guru menggunakan
model pembelajaran
problem solving
untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa bagi siswa yang
memiliki kecerdasan emosionl EQ rendah. 4.
Pada penelitian ini Kecerdasan Emosional EQ memiliki pegaruh untuk memilih model pembelajaran yang tepat untuk siswa yang
memiliki Kecerdasan Emosional EQ tinggi dan rendah terhadap mata peajaran IPS Terpadu khususnya dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif, sebaiknya bagi guru harus lebih dapat berkreasi dalam memadukan model pembelajaran dengan Kecerdasan
Emosional EQ yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kasinu.2007. Metodologi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Efendi, Agus. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta Fathurrohman, Pupuh. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama:
Bandung Goleman, Danniel. 2000. Emotional Intelligence terjemahan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Goleman, Danniel. 2002. Working With Emotional Intelligence
terjemahan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar
Grafika Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara