PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C

SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:

VERIDIANA EKA CHRISTY

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keterampilan berpikir kreatif siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar. Berdasarkan hasil observasi dan telaah dokumen, terdapat 12 orang dari 25 siswa yang belum memperoleh nilai minimal 66 atau mencapai kategori baik. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat melalui modelproblem posing.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui teknik non tes dan tes, alat pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan soal-soal tes. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modelproblem posing dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata klasikal keterampilan berpikir kreatif siswa siklus I yaitu 64,44 (cukup). Pada siklus II nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan sebanyak 7,62 menjadi 72,06 (terampil). Berlanjut pada siklus III nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif kembali meningkat sebanyak 3,16 menjadi 75,22 (terampil). Pada siklus I nilai rata-rata kelas 65,80 dengan ketuntasan belajar siswa adalah 56,00%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 70,40 dengan ketuntasan belajar siswa adalah 68,00%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas adalah 74,60 dengan ketuntasan belajar siswa adalah 80,00%.


(2)

(3)

SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

VERIDIANA EKA CHRISTY

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan

berlimpah kasih setia.

(

Mazmur, 103: 8

)

Hidup hanya saat ini saja, hidup cuma untuk sementara.

Jangan buang-buang waktumu tiada berguna.

(

Ruth Sahanaya

)

Pemenang yang sesungguhnya adalah orang yang dapat

bertanggung jawab atas dirinya sendiri, serta orang

yang berani dalam menghadapi proses.

(

Veridiana Eka Christy: 2014

)


(5)

(6)

Ya Tuhan, kiranya karya sederhana ini bermanfaat bagi setiap insan yang membacanya, amin. Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ungkapan terimakasih yang mendalam kepada:

Ayahanda Prawoto dan Ibunda Suwarni Tercinta

Begitu besar cinta, kasih dan pengorbanan yang telah beliau berikan. Beliau adalah orangtua yang maha hebat dan maha tangguh, yang ada di dalam hidup adinda. Beliau yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang serta memberikan ananda motivasi dan doa yang luar biasa. Selalu menguatkan adinda untuk menjadi anak yang dapat mewujudkan impian, dan menjadi anak yang membanggakan dalam kondisi sesulit apapun.

Adik-adikku Tercinta

Teguh Dwi Wibowo dan Michael Ismawan

Yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, serta berbagi keceriaan untuk keberhasilan adinda. Karena kebersamaan dan kekompakan kalian yang selalu dapat memberikan semangat baru, untuk saling berjuang dan berprestasi bersama.

Serta keluarga, orang terkasih dan sahabat-sahabatku yang memberiku semangat untuk dapat berbuat lebih baik hingga dapat menyelesaikan studi


(7)

Peneliti dilahirkan di Kotagajah, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 01 Juni 1992, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan bapak Prawoto dan ibu Suwarni.

Pendidikan peneliti di mulai dari TK Bumi Dipasena Utama dan selesai pada tahun 1998. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di SDN 1 Bumi Dipasena Utama dan selesai pada tahun 2004. Peneliti melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Rawajitu Timur dan selesai pada tahun 2007. Selanjutnya, peneliti melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Kotagajah dan selesai pada tahun 2010. Setelah itu, pada tahun 2010 peneliti melanjutkan ke Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).


(8)

Puji syukur peneliti haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih serta bimbingan-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Problem Posing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Dalam Pembelajaran Tematik Siswa Kelas IV

C SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014” sebagai syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, petunjuk serta bantuan dari berbagai pihak, oleh kerena itu peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung, yang telah memberikan dukungan terhadap perkembangan FKIP. 2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung, yang telah memberikan pengesahan terhadap skripsi ini serta mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang selalu mendukung pelaksanaan program di PGSD UPP Metro.


(9)

memberikan dukungan, saran, serta masukan selama proses pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., selaku Ketua UPP PGSD Metro sekaligus sebagai Dosen Penguji Utama yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 6. Ibu Dra. Hj. Yulina H, M.Pd.I., selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu yang dimiliki dengan ikhlas, memberikan saran serta masukan yang luar biasa selama proses pembuatan skripsi ini, dan yang telah memberikan saran serta pertimbangan yang bijak selama peneliti menjadi mahasiswa bimbingan akademik di PGSD UPP Metro.

7. Bapak dan ibu Dosen serta Staf Karyawan S1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

8. Bapak Basiran, S.Pd. SD., selaku Kepala Sekolah SDN 11 Metro Pusat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

9. Ibu Mey Sumariyanti, S.Pd. SD, selaku Guru Kelas IV C SDN 11 Metro Pusat, yang telah bersedia menjadi observer dan membantu peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

10. Siswa-siswi Kelas IV C SDN 11 Metro Pusat yang telah berpartisipasi aktif, sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.


(10)

kepada peneliti dari awal hingga penyelesaian studi.

12. Seluruh rekan-rekan PGSD angkatan 2010 terkhusus “PGSD’10 Gester “B”

(Rizka, Dita E, Dita C, Cahya, Serlia, Neni, Umy, Rimba, Rani, Rina, Risty, Mega, Sinta, Saras, Indah, Via, Maulinda, Marlita, Reni, Yuyun, Nana, Nyoman, Ratna, Mbak Zulia, Kak Syaiful, Aji, Fauzi, Akmal, Fahmi, Bagus ) yang selalu berjuang bersama dari awal hingga penyelesaian studi.

13. Kepada keluarga yang berada di kostan (Bapak serta Ibu kost, Lita, Fitrah, Yopi, Erlis, Astri, Yuyun, Dina, Maya, Ros, Yus), yang telah memotivasi dengan berbagi keceriaan.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S1 PGSD angkatan 2010, terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan selama ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Metro, 15 Juni 2014 Peneliti


(11)

(12)

v Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 8

II. KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik ... 10

1. Pembelajaran Tematik ... 11

2. Pendekatan Saintifik ... 13

B. Belajar, Keterampilan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar, Penilaian Otentik ... 16

1. Pengertian Belajar ... 16

2. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 18

3. Hasil Belajar... 21

4. Penilaian Otentik... 22

C. Model Pembelajaran... 24

1. Pengertian Model Pembelajaran... 24

2. Macam-macam Model Pembelajaran... 26

3. ModelProblem Posing... 27

a. Landasan Pengembangan ... 27

b. Penerapan Prinsip-prinsip Pengajuan Soal ... 28

c. Ciri-ciri PembelajaranProblem Posing... 28

d. Tujuan PembelajaranProblem Posing ... 29

e. Kelemahan dan Kelebihan ModelProblem Posing ... 29

f. Peran Guru Dalam PembelajaranProblem Posing... 30

g. Langkah-langkah Penerapan Model Problem Posing... 31

D. Kerangka Pikir... 32


(13)

vi

B. Setting Penelitian ... 36

1. Subjek Penelitian ... 36

2. Lokasi Penelitian ... 36

3. Waktu Penelitian ... 36

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

1. Teknik non tes ... 36

2. Teknik tes ... 36

D. Alat Pengumpul Data ... 37

1. Lembar observasi ... 37

2. Soal-soal tes ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 37

1. Analisis Kualitatif ... 37

2. Analisis Kuantitatif ... 39

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 40

G. Indikator Keberhasilan ... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Letak Geografis dan Prasarana SDN 11 Metro Pusat ... 50

2. Profil Warga Sekolah ... 51

3. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ... 51

4. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Siklus I ... 52

a. Perencanaan ... 52

b. Pelaksanaan ... 53

c. Pengamatan ... 66

1) Kinerja Guru Siklus I ... 66

2) Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I ... 70

3) Hasil Belajar Siklus I... 72

d. Refleksi ... 74

5. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Siklus II ... 76

a. Perencanaan ... 76

b. Pelaksanaan ... 76

c. Pengamatan ... 88

1) Kinerja Guru Siklus II ... 88

2) Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II ... 91

3) Hasil Belajar Siklus II ... 94

d. Refleksi ... 96

6. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Pembelajaran Siklus III ... 97

a. Perencanaan ... 97

b. Pelaksanaan ... 98

c. Pengamatan ... 109

1) Kinerja Guru Siklus III... 109

2) Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus III... 112


(14)

vii

2. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 119

3. Hasil Belajar ... 121

V. KESIMPULAN DAN SARAN... 125

A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 128


(15)

ix

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 33

2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 35

3. Diagram Rekapitulasi Kinerga Guru Setiap Siklusnya ... 119

4. Diagram Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 121

5. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa ... 123


(16)

viii

Tabel Halaman

1. Persentase Hasil Belajar Kelas IV SDN 11 Metro Pusat... 5

2. Kategori Kinerja Guru ... 37

3. Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif ... 38

4. Kategori Hasil Belajar Siswa... 39

5. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)... 52

6. Kinerja Guru Siklus I... 67

7. Keterampilan Berpikir Kreatif siswa Siklus I... 70

8. Pencapaian Nilai Tiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I ... 71

9. Persentase Hasil Belajar Siklus I ... 73

10. Kinerja Guru Siklus II ... 89

11. Keterampilan Berpikir Kreatif siswa Siklus II ... 92

12. Pencapaian Nilai Tiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II... 93

13. Persentase Hasil Belajar Siklus II... 95

14. Kinerja Guru Siklus III ... 109

15. Keterampilan Berpikir Kreatif siswa Siklus III ... 112

16. Pencapaian Nilai Tiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus III ... 113

17. Persentase Hasil Belajar Siklus III ... 115

18. Rekapitulasi Kinerja Guru ... 117

19. Rekapitulasi Nilai Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 120


(17)

x

Lampiran Halaman

1. Surat Penelitian Pendahuluan ... 132

2. Surat Keterangan dari Dekan I ... 133

3. Surat Izin Penelitian dari Dekan I... 134

4. Surat Izin Penelitian dari SDN 11 Metro Pusat ... 135

5. Surat Pernyataan Observer ... 136

6. Surat Keterangan Penelitian ... 137

7. Perangkat Pembelajaran Siklus I ... 138

8. Perangkat Pembelajaran Siklus II ... 171

9. Perangkat Pembelajaran Siklus III... 206

10. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus I... 237

11. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus II ... 245

12. Instrumen Penilaian Kinerja Guru Siklus III ... 253

13. Analisis Instrumen Penilaian Kinerja Guru ... 261

14. Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus I ... 263

15. Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus II... 269

16. Lembar Observasi Keterampilan Berpikir Kreatif Siklus III ... 275

17. Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa ... 281

18. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 284

19. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus II... 286

20. Lembar Hasil Belajar Siswa Siklus III ... 288

21. Analisis Hasil Belajar Siswa... 290

22. Dokumentasi Siklus I... 292

23. Dokumentasi Siklus II ... 295


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur terpenting dan berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli dengan pendidikan, yang mana di dalam pendidikan akan menghasilkan generasi-generasi muda yang unggul dan berprestasi. Hal ini selaras dengan undang-undang pendidikan yang berlandaskan pada dasar falsafah negara yaitu Pancasila.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud, 2013: 1).

Berdasarkan undang-undang di atas, diperlukan peran guru dan siswa yang selaras dalam pembelajaran. Guru sebagai pendidik diharapkan dapat menciptakan situasi pembelajaran yang terencana sesuai dengan kebutuhan siswa namun tetap terarah pada tujuan pendidikan yang akan dicapai. Begitu pula pada siswa, di dalam proses pendidikan yang berlangsung melalui tahap belajar diharapkan memiliki respon atau memberikan tanggapan positif


(19)

berupa perubahan-perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diinginkan.

Berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) pada UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan undang-undang pendidikan di atas, peran pendidikan merupakan salah satu usaha terencana yang sangat penting dalam mewujudkan terjadinya perubahan. Setiap manusia diciptakan memiliki kelebihan atau bakat yang berbeda-beda, melalui proses pendidikan inilah pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan seseorang akan lebih terbentuk dan terlihat.

Generasi yang kreatif dan berkarakter kuat adalah generasi yang mampu bersaing di era global, terutama mampu mengikuti perkembangan pendidikan yang telah diterapkan. Dalam hal ini perlu peran penting dari pendidik, siswa, maupun lembaga pendidikan itu sendiri. Menurut Hamalik (2013: 6) tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang studi dan suatu mata ajaran, yang disusun berdasarkan tujuan insitusional.

Kebijakan kurikulum yang sekarang mulai diterapkan adalah Kurikulum 2013, ini merupakan perubahan dari kurikulum yang sebelumnya


(20)

pernah diterapkan yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 disusun terpadu, antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lainnya dengan menggunakan tema. Kurikulum 2013 ini menerapkan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik di dalam prosesnya, serta di dalam penilaiannya menggunakan penilaian otentik. Pendekatan saintifik akan nampak pada saat siswa terlibat dalam model pembelajaran yang diterapkan oleh guru sehingga keterampilan-keterampilan saintifik dapat diimplementasikan.

Penilaian pada pembelajaran Kurikulum 2013 tidak menggunakan istilah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Menurut Kemendikbud (2013: 131) apabila dilihat dari tabel panduan konversi nilai yang ada pada modul pelatihan guru, siswa setidaknya mendapat nilai minimal 66 dengan kategori B- (Baik). Selaras dengan hal ini Mulyasa (2013: 131) menyatakan bahwa dari segi proses pembentukan kompetensi, karakter dan hasil belajar dikatakan berhasil serta berkualitas apabila nilai klasikal mecapai seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%).

Menurut Trianto (2010: 92) pada pembelajaran tematik mengadopsi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Kreatif yang berarti dalam pembelajaran siswa melakukan serangkaian proses pembelajaran secara runtut dan berkesinambungan, seperti memahami permasalahan serta merencanakan pemecahan masalah. Selanjutnya Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa, pada pembelajaran tematik secara umum keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi. Pernyataan tersebut


(21)

pada pembelajaran tematik keterampilan sangatlah diperlukan guna mendukung dalam kegiatan pembelajaran terutama dalam pemahaman materi. Tuntutan masa depan pada kemajuan pembelajaran di abad 21 ini menuntut anak untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar. Menurut Husamah dan Setyaningrum (2013: 188) kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan pemecahan masalah, kecakapan berpikir kritis, kolaborasi, kecakapan kereativitas atau kecakapan berpikir kreatif dan kecakapan berkomunikasi. Berdasarkan uraian tersebut kecakapan berpikir kreatif atau keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan di dalam pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Susanto (2013: 115) yang menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu cara yang diperlukan siswa dapat membangun ide-ide yang dapat diterapkan dalam kehidupan, terutama pada saat proses belajar berlangsung. Danim (2010: 134) juga mengemukakan bahwa pada tahap sekolah dasar keterampilan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh kecenderung alamiah atau sesuai dengan konteks lingkungan sekitar. Sehingga pada pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan dalam sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi (Mulyasa, 2013: 65).

Berdasarkan hasil observasi, telaah dokumen siswa dan wawancara dengan guru kelas IV C SDN 11 Metro Pusat, di dapat keterangan bahwa pada pelaksanaan Kurikulum 2013 masih terdapat beberapa kendala dan masalah. Seperti pembelajaran di kelas terkesan kurang menarik, masih cenderung monoton, dan sebagian siswa kurang berperan aktif dalam


(22)

pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah, dalam proses pembelajaran masih didominasi kegiatan guru yang menggunakan metode ceramah. Masih banyak kegiatan siswa yang dilakukan seperti mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam membangun keterampilan berpikir kreatif dalam belajar. Guru belum optimal dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang menuntut pendekatan saintifik yang dianjurkan oleh Kurikulum 2013, karena kurangnya referensi tentang model yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik, sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif saja.

Masalah-masalah yang telah di jabarkan di atas, berakibat pada aktivitas siswa yang belum sepenuhnya sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil telaah dokumen nilai siswa pada semester ganjil kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada tahun pelajaran 2013/2014. Berikut ini adalah tabel hasil ulangan semester ganjil kelas IV A, IV B, dan IV C tahun pelajaran 2013/2014.

Tabel 1. Persentase Hasil Belajar Kelas IV SDN 11 Metro Pusat

No. Kelas

Kategori

Jumlah Siswa

Persentase Siswa dengan Kategori “Sangat Baik dan

Baik” Sangat

Baik Baik Cukup Kurang

1. VI A 5 10 6 4 25 60,00%

2. VI B 7 9 5 3 24 66,66%


(23)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa persentase hasil belajar siswa kelas IV A pada kategori “sangat baik dan baik” adalah 60,00%. Persentase hasil belajar siswa kelas IV B pada kategori “sangat baik dan baik” adalah 66,66%, dan persentase hasil belajar siswa kelas IV C pada kategori “sangat baik dan baik” hanya sebesar 52,00%. Berdasarkan persentase hasil belajar yang rendah di kelas IV C, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

Kemendikbud (2013: 1) menyatakan bahwa keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas sekolah dasar sangat ditentukan oleh pemahaman para pemangku kepentingan, utamanya adalah guru. Menurut Mulyasa (2013: 99) implementasi Kurikulum 2013 menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Maka dari itu di dalam pembelajaran guru memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu model yang tepat digunakan dalam pembelajaran dan sesuai dengan pendekatan saintifik adalah model problem posing, yang mana model problem posingmerupakan salah satu model yang menggunakan konsep pembelajaran berbasis masalah yang berupa pengajuan soal.

Menurut Thobroni & Mustofa (2012: 344) pengajuan soal dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa karena pengajuan soal merupakan sarana untuk merangsang berpikir kritis dan berpikir kreatif, pengajuan masalah (problem posing) pada relevansinya dalam pembelajaran merupakan reaksi siswa terhadap situasi pembelajaran yang diberikan oleh guru dan reaksi tersebut berupa respon dalam bentuk pertanyaan yang berupa soal.


(24)

Sejalan dalam hal ini Suryosubroto (2009: 203) menjelaskan bahwa pembelajaran problem posing dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis, berpikir kreatif dan interaktif. Salah satu kelebihan dari penerapan model pembelajaran problem posing ini juga adalah mendidik anak untuk percaya diri. Melalui model problem posing siwa dapat lebih memahami konsep pembelajaran dengan melatih keterampilan berfikir kreatif siswa. Terutama dalam bentuk pengajuan soal yang disesuaikan dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitar, dan disesuaikan materi pembelajaran serta dengan bimbingan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan penerapan modelproblem posinguntuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran masih didominasi kegiatan guru menggunakan metode ceramah dan masih banyak kegiatan siswa seperti mencatat serta mendengarkan.

2. Guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kreatif.

3. Guru belum optimal dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang menuntut pendekatan saintifik sesuai pada Kurikulum 2013, karena


(25)

kurangnya referensi model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik.

4. Pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif. 5. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dengan menerapkan model problem posing pada pembelajaran tematik kelas IV C SDN 11 Metro Pusat?

2. Apakah penerapkan model problem posing dalam pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa kelas IV C SDN 11

Metro Pusat pada pembelajaran tematik melalui model problem posing. 2. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat pada

pembelajaran tematik melalui model problem posing.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas IV C SDN 11 Metro Pusat diharapkan memberi manfaat bagi:

1. Siswa


(26)

siswa pada pembelajaran tematik siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat melalui modelproblem posing.

2. Guru

Sebagai bahan pertimbangan, memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan model yang tepat digunakan pada pembelajaran tematik sehingga dapat meningkatkan, dan membangun kemampuan profesional guru yang dapat memberi manfaat untuk siswa. 3. Sekolah

Dapat memberikan sumbangan yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di SDN 11 Metro Pusat sehingga menghasilkanoutputyang optimal.

4. Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model problem posingpada mata pelajaran tematik, guna meningkatkan mutu pendidikan.


(27)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik

Pendidikan merupakan salah satu bekal yang paling utama dalam menentukan keberhasilan suatu negara. Seiring kemajuan suatu zaman maka kualitas pendidikan harus semakin ditingkatkan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki cara belajar dan pembelajaran yang ada.

Menurut Kemendikbud (2013: 192), inovasi pendidikan di bidang kurikulum diharapkan secara periodik dapat dilakukan untuk kepentingan mengubah dan memperbaiki cara belajar dan membelajarkan materi kepada siswa. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, dengan mengedepankan siswa aktif.

Berdasarkan kutipan di atas, untuk menciptakan siswa yang aktif kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan pendidik dalam menerapkan terobosan terbaru selama proses pembelajaran. Sesuai Kurikulum 2013 di SD pelaksanaan pembelajarannya menggunakan pembelajaran tematik dan prosesnya menggunakan pendekatan saintifik. Kurikulum 2013 pembelajaran mengacu pada tema dan mendorong siswa untuk melakukan keterampilan ilmiah di dalam pembelajaran.


(28)

1. Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu jenis dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau topik pembahasan menurut Suryosubroto (2009: 133). Selaras dengan pendapat Sutirjo dan Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan salah satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema.

Menurut Trianto (2010: 83) menyatakan bahwa pembelajaran terpadu atau tematik menawarkan pembelajaran yang menjadikan aktivitas belajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, kebermaknaan pengalaman siswa akan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik yang diajarkan oleh guru di SD dipadukan melalui tema-tema yang telah di tetapkan serta disediakan pada buku guru dan buku siswa.

Menurut Suryosubroto (2009: 135) dalam pembelajaran tematik memiliki ciri-ciri antara lain: (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, (5) bersifat fleksibel dan hasi pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.


(29)

Menurut Kemendikbud (2013: 194), dalam penerapannya pembelajaran tematik memiliki tujuan pembelajaran sebagai berikut:

a. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

b. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

c. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

d. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

e. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

f. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

g. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

h. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Pembelajaran tematik memiliki keunggulan dan kekurangan. Menurut Suryosubroto (2009: 136) keunggulan dari pembelajaran tematik antara lain, pembelajaran menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa, pengalaman dan kegiatan relevan dengan tingkat perkembangan serta kebutuhan siswa, hasil belajar akan lebih lama karena lebih berkesan serta bermakna, dan menumbuhkan keterampilan sosial. Sedangkan kekurangan yang ada pada pembelajaran tematik adalah guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi dan tidak semua guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran secara tepat (Suryosubroto, 2009: 137).


(30)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa mata pelajaran yang digabungkan kedalam satu tema. Sehingga menjadikan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa.

2. Pendekatan Saintifik

Komalasari (2010: 54) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses yang bersifat masih sangat umum. Menurut Kemendikbud (2013: 59) sesuai dengan Kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran di kelas menggunakan pendekatan saintifik dan berbagai model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif mengembangkan kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Berdasarkan Kemendikbud (2013: 9) menyatakan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah yang mendorong anak untuk melakukan keterampilan-keterampilan ilmiah seperti mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengorganisasi, dan mengkomunikasikan. Pada pembelajaran tematik, penerapan pendekatan saintifik terintegrasi di dalam model atau metode yang digunakan di dalam pembelajaran. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:


(31)

1) Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan seperti melihat, menyimak, mendengar dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan hal yang penting dari suatu benda atau objek disaat kegiatan mengamati ini dilakukan.

2) Menanya

Guru membuka kesempatan secara luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Guru membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tentang hasil pengamatan objek yang konkret sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, ataupun hal yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual atau berdasarkan kenyataan sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetis atau dugaan. Di dalam pertanyanan ini akan memupuk rasa ingin tahu siswa untuk mencari informasi lebih lanjut.

3) Mengumpulkan informasi/eksperimen

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu siswa dapat membaca buku yang lebih baik, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Berdasarkan kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Anak


(32)

perlu dibiasakan untuk menghubung-hubungkan antara informasi yang satu dengan informasi yang lain dalam mengambil kesimpulan.

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah kedalaman yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.

5) Mengkomunikasikan

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa. Anak perlu dibiasakan untuk mengemukakan dan mengkomunikasikan ide.

Langkah-langkah tersebut tidak selalu diterapkan secara berurutan terlebih pada pembelajaran tematik, di dalam proses pembelajarannya menggunakan tema dan disetiap mata pelajaran memiliki karakteristik pembelajaran yang berbeda. Agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, guru perlu menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk memperjelas penyajian pembelajaran dengan pendekatan saintifik.


(33)

B. Belajar, Keterampilan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar, Penilaian Otentik 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri manusia secara terus-menerus sepanjang hayat. Melalui proses belajar dapat memberikan perubahan kepada manusia dari yang belum bisa menjadi bisa, dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Belajar dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Belajar dapat di peroleh melalui lembaga-lembaga pendidikan, maupun interaksi langsung antara individu dengan lingkungan sekitarnya.

Ada beberapa teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli, diantaranya yaitu teori belajar deskriptif dan teori perspektif, teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, teori belajar humanistik dan teori belajar konstruktivisme. Salah satu teori belajar yang banyak digunakan pada saat ini adalah teori belajar konstruktivisme atau teori belajar konstruktivistik. Menurut pendapat Thobroni & Mustofa (2012: 107) konstruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperoleh melalui konteks yang tidak secara tiba-tiba.

Menurut Tran Vui (dalam Thobroni & Mustofa, 2012: 108) konstruktivisme adalah filsafat belajar yang dibangun atas pengalama-pengalaman sendiri. Susanto (2013: 96) dalam teori belajar kontruktivisme, menyatakan bahwa satu hal yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa namun siswa harus membangun sendiri


(34)

pengetahuan di benaknya. Hal ini selaras dengan pendapat Winataputra (2008: 6.10) yang menyatakan bahwa teori belajar kontrutivisme adalah proses membangun atau membentuk makana pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Menurut Susanto (2013: 97) pada dasarnya teori belajar kontruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar yang bermakna.

Menurut Thobroni & Mustofa (2012: 108) tujuan teori belajar kontruktivisme adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaan, membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap, dan mengembangkan kemampuan siswa secara mandiri dan lebih menekankan pada proses belajar itu. Pendapat tersebut di selaraskan juga oleh Winataputra (2008: 6.6) pada perspektif kontruktivisme mengenai belajar, belajar memiliki pemahaman bahwa lebih menekankan proses dari pada hasil, hasil sebagai tujuan dinilai penting namun proses melibatkan cara dan strategi pembelajaran juga dinilai penting. Salah satu model pembelajaran yang selaras dengan teori belajar kontruktivisme adalah model problem posing. Karena di dalam pembelajaran menggunakan model problem posing membentuk keterampilan dan pengetahuan siswa melalui pengalaman belajar dalam bentuk kegiatan mengajukan pertanyaan. Adapun ciri-ciri belajar menurut Hermawan, dkk (2011: 2) adalah (1) adanya perubahan perilaku dalam diri individu, (2) perubahan


(35)

perilaku relatif menetap, (3) perubahan perilaku merupakan hasil interaksi aktif antara individu dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dialami oleh individu baik pada perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, yang diperoleh dari interaksi antara individu dengan lingkungan dan lebih menekankan pada pengalaman.

2. Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif sangat diperlukan pada proses pembelajaran, terutama pada Kurikulum 2013. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 mengharuskan siswa untuk menganalisis suatu masalah, yang sesuai dengan materi yang sedang dipelajari. Melalui kemampuan menganalisis siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif mereka.

Husamah dan Setyaningrum (2013: 188) berpendapat bahwa tuntutan dunia masa depan mengharapkan anak untuk memiliki kecakapan berpikir dan belajar, kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan pemecahan masalah, kecakapan berpikir kritis, kolaborasi, kecakapan kereativitas atau berpikir kreatif dan kecakapan berkomunikaksi. Menurut Susanto (2013: 121) berpikir adalah proses mental yang dapat menghasilkan pengetahuan. Menurut Munandar (2012: 68) kreativitas atau berpikir kreatif adalah suatu proses yang tercermin dari kelancaran, keluwesan atau kelenturan dan orisinalitas dalam berpikir. Hassoubah (2007: 50) juga berpendapat bahwa berpikir kreatif adalah pola berpikir


(36)

yang didasarkan pada suatu cara yang mendorong kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif.

Husamah dan Setyaningrum (2013: 176) juga menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang dilakukan sebagai suatu cara untuk menghasilkan pemikiran baru dan pemahaman baru mengenai suatu permasalahan. Berdasarkan KBBI (2005: 1180)

keterampilan diambil dari kata dasar “terampil” yang berarti mampu atau

cakap, pengertian keterampilan itu sendiri adalah kecakapan, kemampuan dalam menyelesaikan tugas atau memecahkan persoalan. Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan suatu pemikiran, gagasan atau ide-ide yang baru mengenai suatu permasalahan.

Menurut Danim (2010: 134) pada tahap sekolah dasar keterampilan berpikir kreatif sangat dipengaruhi oleh kecenderung alamiah atau sesuai dengan konteks lingkungan sekitar. Berlanjut dengan pendapat Danim (2010: 135) ketika memasuki usia sekolah dasar anak mulai menyesuaikan diri dengan realitas yang konkret di lingkungannya, dan semakin proses interaksi dengan lingkungannya berlangsung maka semakin berkembanglah kereativitas siswa. Hal ini sejalan dengan tahapan perkembangan siswa menurut Piaget (dalam Sudiatmaja, 2008: 16) bahwa pada tahap operasional konkret (7;0-11;0) kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini, siswa dapat berpikir secara sistematis dalam pemecahan masalah dan pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah permasalahan konkret.


(37)

Menurut Munandar (dalam Susanto, 2013: 111) keterampilan berpikir kreatif memiliki komponen yang meliputi keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (flexibility), dan keterampilan berpikir orisinal (originality). Berikut penjelasan dari beberapa komponen keterampilan berpikir kreatif.

a. Keterampilan berpikir lancar (fluency) adalah keterampilan mencetuskan banyak gagasan, jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi. Contoh, siswa banyak mengajukan pertanyaan seputar materi, berani menjawab pertanyaan dari guru ataupun teman, dan berani berpendapat dalam memberikan saran ataupun tanggapan dalam penyelesaian suatu masalah.

b. Keterampilan berpikir luwes (flexibility) adalah keterampilan dengan menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. Contoh, berani mengajukan pertanyaan yang lebih bervariasi, mampu memberikan macam-macam penafsiran atau pendapat, dan mampu melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda.

c. Keterampilan berpikir orisinal (originality) adalah keterampilan dengan mengungkapkan hal yang baru, atau pertanyaan yang baru. Contoh, berani memberikan contoh sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari, cepat tanggap ketika dihadapkan pada suatu pertanyaan atau tugas, dan aktif dalam memberikan ide-ide disaat berdiskusi.

Ketiga komponen di atas, merupakan komponen yang dijadikan dasar indikator dalam keterampilan berpikir kreatif. Dengan demikian dari


(38)

beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir kreatif adalah suatu proses kegiatan berpikir dimana siswa dapat memupuk ide-ide baru dalam pembelajaran.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar sangat dibutuhkan di dalam proses pembelajaran, yang mana melalui hasil belajar akan diperoleh kesimpulan mengenai sejauhmana keberhasilan atau ketercapaian siswa berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan dirancang oleh guru.

Nashar (2004: 77) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2010: 22) mengemukakan bahwa, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya menurut Sudjana (dalam Kunandar, 2013: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukur berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa berupa penguasaan pengetahuan setelah kegiatan belajar berlangsung. Pengetahuan yang telah di peroleh siswa berdampak pada perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik.


(39)

4. Penilaian Otentik

Kegiatan penilaian sangat perlu di lakukan dalam proses pembelajaran. Menurut Nurgiyanto (2011: 23) penilaian di dalam pembelajaran dilakukan dengan tujuan untuk mengukur berbagai keterampilan dalam berbagai konteks yang berdasarkan situasi di dunia nyata.

Kurikulum 2013 menekankan pada penilaian proses baik dari segi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Dalam kegiatannya penilaian otentik mencerminkan masalah pada dunia nyata dan bukan hanya dunia sekolah dengan penilaian yang diambil secara holistik atau utuh. Hal ini sejalan dengan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik yang menilai kesiapan siswa, proses dan hasil belajar secara utuh.

Menurut Komalasari (2010: 146) istilah penilaian (asessment) dalam pendidikan merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa, penilaian otentik mampu mengungkap potensi siswa dalam pembelajaran secara utuh, menyeluruh

dan berkesinambungan merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”.

Husamah dan Setyaningrum (2013: 126) menyatakan bahwa asesment otentik adalah asesment yang menggambarkan kondisi siswa yang sebenarnya sesuai dengan fakta dan kenyataan yang ada. Dengan tujuan mengevaluasi konteks dunia nyata.


(40)

Menurut Kemendikbud (2013: 7) menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluar (output) yang mana penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam kondisi tertekan.

Fungsi dan Manfaat Penilaian Otentik menurut Departemen Pendidikan Nasional (dalam Komalasari 2010: 149), antara lain: a. Menggambarkan sejauh mana siswa menguasai suatu konpetensi b. Mengevaluasi hasil belajar siswa dalam rangka membantu siswa

memahami pembelajaran

c. Mengemukakan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa di peroleh oleh siswa dan seagai alat diagnosis.

d. Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran e. Sebagai kontrol bagi pendidik dan suatu pendidikan tentang

kemajuan perkembangan siswa.

Dalam rangka melaksanakan penilaian otentik yang baik, guru harus memahami secara jelas tujuan yang ingin dicapai. Kemendikbud (2013: 90-95) menyebutkan beberapa jenis penilaian otentik, yaitu:

a. Penilaian Sikap

Aspek sikap dapat dinilai dengan cara observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal. Penilaian pada aspek sikap ini dilakukan dengan cara observasi, serta dalam pengumpulan data menggunakan lembar observasi.

b. Penilaian Pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara tes tertulis, tes lisan, penugasan. Tes tertulis dapat berupa soal-soal yang telah ada pada buku cetak atau soal-soal yang dirancang guru sesuai dengan pelajaran yang diterima oleh siswa. Penilaian pada aspek pengetahuan ini menggunakan tes tertulis.


(41)

c. Penilaian Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara penilaian kinerja atau unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio. Penilaian pada aspek keterampilan dapat menggunakan instrument lembar pengamatan atau observasi yang berupa daftar chck list, atau berupa daftar skala penilaian. Penilaian pada aspek keterampilan ini menggunakan lembar observasi, sesuai unjuk kerja yang dilakukan oleh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran membantu guru untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sesuai guna mencapai tujuan pengajaran. Menurut Prastowo (2013: 68) model pembelajaran adalah acuan pembelajaran secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu. Model pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses dan rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa (Amri, 2013: 4).

Menurut Trianto (2010: 51) model pembelajaran merupakan suatu proses perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.


(42)

Model pembelajaran adalah contoh kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran secara sistematis dalam mengelola pengalaman belajar siswa agar tujuan pembelajaran tertentu yang diinginkan dapat tercapai, (Suprihatiningrum, 2013: 145).

Model pembelajaran memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi ataupun prosedur tertentu lainnya, antara lain:

a. Rasional teoritik yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya,

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model-model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, (Suprihatiningrum, 2013:143).

Berdasarkan KBBI ( 2005: 751) model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yg akan di buat atau dihasilkan. Berlanjut pada KBBI (2005: 865) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang, atau makhluk hidup belajar. Berdasarkan pengertian dari KBBI dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah sebuah pola atau acuan dalam proses pembelajaran yang dibuat guna menunjang pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran karena dapat memberikan informasi yang berguna bagi siswa di dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran sangat efektif bagi siswa, karena akan sangat membantu dalam pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai model pembelajaran menurut para pakar di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, model


(43)

pembelajaran adalah suatu cara atau desain yang di rancang sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat mudah diterima oleh sisiwa dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik adalah model pembelajaran problem posing.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh para guru sangat beragam. Model pembelajaran adalah pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetenisi dari hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien. Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan

menurut Amri (2013: 7) dalam bukunya yang berjudul “Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013” antara lain adalah:

a. Pembelajaran Kooperatif.

b. PembelajaranPicture and Picture.

c. Pembelajaran Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).

d. Model Pembelajaran Berbasis Masalah. e. Model Temuan Terbimbing.

f. Model Pembelajaran Langsung.

g. ModelMaissouri Matematics Project(MMP). h. Model PembelajaranProblem Posing.

i. Pembelajaran Kontekstual.

Berdasarkan macam-macam model pembelajaran yang telah di sebutkan di atas, peneliti menggunakan model pembelajaran problem posingdalam penelitian tindakan kelas ini.


(44)

3. ModelProblem Posing a. Landasan Pengembangan

Proses belajar mengajar mengharuskan guru untuk membangun situasi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Maka didalam pembelajaran diperlukan model yang tepat yang dapat mendukung dan meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Salah satu model yang dapat mendukung pembelajaran pada Kurikulum 2013 ini adalah model problem posing, model pembelajaran ini sesuai dengan pendekatan saintifik atau pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum 2013.

Thobroni & Mustofa (2012: 357) berpendapat bahwa model problem posing mengarah pada kegiatan pengajuan soal, dan merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk kreatif, disiplin, dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Pembelajaran problem posing ini juga diharapkan memancing siswa untuk menemukan pengetahuan bukan dari akibat ketidak sengajaan melainkan melalui upaya mereka untuk mencari hubungan-hubungan informasi yang dipelajarinya, sehingga pengajuan soal ini dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis sekaligus dialogis, kreatif dan interaktif (Suryosubroto, 2009: 203).

Model pembelajaran problem posing ini dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D.Eglish. Pada perinsipnya, model problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal dan berlatih dengan


(45)

soal-soal. Suyanto (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 351) menyatakan bahwa problem posing adalah suatu perumusan soal agar lebih sederhana atau perumusan soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai.

Pengajuan masalah menurut Brown dan Walter (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012: 345) terdiri dari dua aspek penting yaitu accpting yang berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan oleh guru danchallengingyang berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah atau soal.

Sesuai dengan pendapat para ahil di atas, model pembelajaran problem posing dapat diansumsikan sebagai model pembelajaran yang mampu melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif melalui pengajuan masalah dalam bentuk pertanyaan atau soal, serta meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa.

b. Penerapan Prinsip-prinsip Dasar Pengajuan Soal

1) Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari aktivitas siswa di dalam kelas.

2) Pengajuan soal harus berhubungan dengan materi yang akan dipecahkan oleh siswa.

3) Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks, dengan modifikasi dan membentuk ulang karakteristik bahasa. (Thobroni & Mustofa, 2012: 353).

c. Ciri-ciri PembelajaranProblem Posing

1) Guru belajar dari murid dan murid belajar dari guru.

2) Siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis dirinya dan dunia tempat dia berada.


(46)

3) Pembelajaran problem posing memberikan serta membuka pertanyaan yang menantang siswa dan kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap pertanyaan tersebut. (Thobroni & Mustofa, 2012: 350).

d. Tujuan PembelajaranProblem Posing

Menurut Tatang (dalam Thobroni & Mustofa, 2012: 349), memaparkan bahwa metode pengajuan soal (problem posing) bertujuan untuk:

1) Membantu siswa dalam mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap pelajaran sebab ide-ide siswa dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah. 2) Membentuk siswa berpikir kritis dan kreatif.

3) Mempromosikan semangat inkuiri dan membentuk pikiran yang berkembang dan fleksibel.

4) Mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Mempertinggi kemampuan pemecahan masalah sebab pengajuan soal memberi penguatan-penguatan dan memperkaya konsep-konsep dasar.

6) Menghilangkan kesan keseraman dan kekunoan dalam belajar.

7) Memudahkan siswa dalam mengingat materi pelajaran. 8) Memudahkan siswa dalam memahami materi pembelajaran. 9) Membantu memusatkan perhatian pada pembelajaran.

10) Mendorong lebih banyak siswa membaca materi pembelajaran.

e. Kelemahan dan Kelebihan ModelProblem Posing 1) Kelemahan Model PembelajaranProblem Posing

Menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 350) pada model problem posing memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain: (a) memerlukan waktu yang cukup banyak, (b) tidak bisa digunakan di kelas-kelas rendah, dan (c) tidak semua murid trampil dalam bertanya.


(47)

2) Kelebihan Model PembelajaranProblem Posing

Model problem posing memiliki beberapa kelebihan. Menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 349) beberapa kelebihan tersebut antara lain: (a) mendidik murid berpikir kritis dan kreatif, (b) siswa aktif dalam pembelajaran, (c) siswa belajar menganalisis suatu masalah, dan (d) mendidik anak percaya pada diri sendiri.

f. Peran Guru dalam PembelajaranProblem Posing

Peran guru dalam pembelajaran dengan model problem posing adalah sebagai fasilitator. Selain itu guru berperan mengantarkan siswa dalam memahami konsep dengan cara menyiapkan situasi sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan atau sesuai dengan materi dalam pembelajaran. Selanjutnya dari situasi tersebut, siswa memahami sebanyak mungkin materi dalam rangka memahami lebih jauh tentang konsep tersebut. Hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam penerapan model problem posingmenurut Thobroni dan Mustofa (2012: 348) adalah:

1) Guru hendaknya memberi motivasi siswa untuk mengajukan atau membuat soal berdasarkan materi yang di terangkan dan berdasarkan buku paket.

2) Guru melatih siswa dalam merumuskan masalah atau mengajukan masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan berdasarkan situasi yang diberikan.


(48)

g. Langkah-langkah Penerapan ModelProblem Posing

Terdapat beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai langkah-langkah pembelajaran dalam model problem posing. Amri (2013: 14) dalam bukunya yang berjudul Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, menjelaskan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model problem posing adalah sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pelajaran, alat peraga disarankan. 2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

3) Siswa mengajukan soal yang menantang dan dapat menyelesaikan.

4) Pembelajaran ini bisa dilakukan secara berkelompok.

5) Pertemuan berikutnya, guru menyuruh siswa menyajikan temuan di depan kelas.

6) Guru memberikan tugas atau latihan secara individu.

Langkah dalam pembelajaran problem posing ini juga dikembangkan oleh Thobroni dan Mustofa (2012: 351), dengan pengembangan model sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada siswa.

2) Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep pembelajaran sangat disarankan.

3) Guru memberikan latihan soal kepada siswa.

4) Guru memberikan teks bacaan sesuai dengan materi.

5) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal dari teks bacaan yang diberikan, siswa lain yang menjawab dapat menyelesaikan. 6) Pembelajaran dapat dilakukan secara kelompok.

7) Guru meminta siswa untuk menyajikan hasil kerja mereka. Berdasarkan pendapat di atas, maka langkah-langkah model problem posing yang peneliti gunakan adalah: (1) guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, (2) guru menggunakan alat peraga, atau media untuk memperjelas konsep pembelajaran, (3) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, (4) guru memberikan latihan kepada siswa


(49)

mengenai cara pembuatan soal, (5) guru membagikan lembaran teks bacaan sesuai dengan materi, (6) siswa menganalisis teks dan membuat pertanyaan, (7) pertanyaan yang telah siswa buat ditukarkan dengan kelompok lain, (8) siswa yang mendapatkan pertanyaan bertugas untuk menjawab soal tersebut, kemudian mempresentasikannya di depan kelas, (9) guru mempersilahkan untuk menyajikan hasil kerja mereka di depan kelas, (10) kelompok yang mempresentasikan adalah kelompok yang menjawab pertanyaan, dan kelompok yang membuat pertanyaan harus menanggapi jawaban rekannya, (11) guru membimbing siswa selama kegiatan diskusi berlangsung, (12) guru bersama dengan siswa melakukan refleksi dan evaluasi dari pelajaran yang telah dilaksanakan.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dari penelitian ini meliputi input, proses, dan output. Input dari penelitian ini berupa masalah-masalah yang ditemukan oleh peneliti pada saat observasi ketika proses pembelajaran berlangsung, antara lain: selama proses pembelajaran guru masih mendominasi kegiatan yang menggunakan metode ceramah dan masih banyak kegiatan siswa yang dilakukan seperti mencatat dan mendengarkan, guru belum menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa dalam membangun keterampilan berpikir kreatif, guru masih kesulitan dalam menerapkan kegiatan pembelajaran yang menuntut pendekatan saintifik yang dianjurkan pada Kurikulum 2013, karena kurangnya referensi tentang model yang dapat digunakan dalam pendekatan saintifik, pembelajaran cenderung lebih mengarah pada aspek kognitif saja, rendahnya sikap percaya diri siswa, dan


(50)

rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu di dalam proses pembelajaran peneliti mencoba untuk menerapkan model problem posing dengan pendekatan saintifik. Output yang diharapkan adalah meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis

penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran tematik

menerapkan model problem posing dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa kelas IV C SDN11 Metro Pusat”.

Kurikulum 2013 dan

Landasan Faktual

ModelProblem Posing

dengan Pendekatan Saintifik

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Fungsi penelitian adalah mencairkan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta mencairkan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah, menurut Daryanto (2012: 1). Bagi mahasiswa terutama mereka yang mengambil program sarjana, penelitian merupakan kegiatan puncak dari studi.

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari bahasa asing yaitu Classroom Action Research satu Action Research yang dilakukan di kelas. Menurut Wardhanni dan Wihardit (2009: 1.4) menyatakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Namun dengan perkembangan pembelajaran, sekarang penelitian tindakan kelas tidak hanya dalam wujud ruangan saja. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Arikunto (2011: 3) menyatakan bahwa menurut pengertian pengajaran, kelas bukan hanya wujud ruang kelas tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. Peristiwa


(52)

tersebut dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan atau tempat lain yang dimana siswa sedang berkerumun dan belajar tentang hal yang sama, dari seorang guru atau fasilitator yang sama. Menurut Arikunto (2011: 58) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran, dan tujuan utama dari penelitian tindakan kelas untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas serta melakukan perbaikan kembali dengan melakukan refleksi.

Menurut Arikunto (2011 : 16) secara garis besar terdapat empat tahapan penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Pada penelitian ini tidak hanya dilakukan dalam satu siklus, tetapi dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Adapun model dan pelaksanaan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

Gambar 2 : Siklus PTK (Adopsi dari Arikunto, 2011: 16) Perancanaan

Siklus I Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perancanaan

Siklus II Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Perancanaan Siklus III Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi


(53)

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas adalah siswa dan guru kelas IV C SDN 11 Metro Pusat dengan jumalah 25 orang siswa yang terdiri 10 orang laki-laki dan 15 orang perempuan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV C SDN 11 Metro Pusat, Jln. Veteran No.50 Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 selama kurang lebih 5 bulan. Kegiatan penelitian dimulai dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian (bulan Januari sampai Mei 2014).

C. Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan keseluruhan data yang diperoleh berdasarkan instrument penelitian yaitu dengan teknik non tes dan tes.

1. Teknik non tes digunakan untuk memperoleh data yang diambil dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru, dan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam penerapan modelproblem posingpada pembelajaran tematik. 2. Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai

siswa yang bersifat kuantitatif, guna mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik setelah diterapkannya modelproblem posing.


(54)

D. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang peneliti gunakan dalam penelitian tindakan kelas adalah lembar observasi, dan tes.

1. Lembar observasi, yaitu instrument ini digunakan untuk mengetahui kinerja guru, dan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam proses pembelajaran menggunakan modelproblem posing pada siswa kelas IV C SDN 11 Metro Pusat.

2. Soal-soal tes, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan modelproblem posing di kelas IV C SDN 11 Metro Pusat di semester genap.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu kineja guru dan keterampilan berpikir kreatif siswa selama pembelajaran berlangsung. a. Kinerja Guru

1) Kategori pada instrumen penilaian kinerja guru Tabel 2. Kategori Kinerja Guru.

Skor Rentang Nilai Kategori

5 81–100 Sangat baik

4 61–80 Baik

3 41–60 Cukup

2 21–40 Kurang

1 0–20 Sangat kurang


(55)

2) Pemerolehan nilai kinerja guru

Keterangan:

NS = Nilai kinerja guru

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Purwanto (2008: 112).

b. Keterampilan Berpikir Kreatif

1) Kategori keterampilan berpikir kreatif

Tabel 3. Kategori Keterampilan Berpikir Kreatif

Nilai Predikat Kategori Keterampilan

Skor 0-100

86-100 A Sangat Terampil

81-85

A-76-80 B+

Terampil

71-75 B

66-70

B-61-65 C+

Cukup

56-60 C

51-55

C-46-50 D+ Kurang

0-45 D

Sumber: Modifikasi dari Kemendikbud (2013: 131). 2) Pemerolehan nilai individu

Keterangan:

NS = Nilai keterampilan berpikir kreatif R = Skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum 100 = Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Purwanto (2008: 112). = ×


(56)

3) Nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif

Keterangan:

X = Nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif siswa. = Jumlah nilai keterampilan berpikir kreatif siswa. N = Jumlah siswa.

Sumber: Adopsi dari Sudjana (2010: 109).

2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penelitian digunakan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan modelproblem posing.

a. Kategori hasil belajar siswa

Tabel 4. Kategori Hasil Belajar Siswa

Nilai Predikat Kategori

Skor 0-100

86-100 A Sangat Baik

81-85

A-76-80 B+

Baik

71-75 B

66-70

B-61-65 C+

Cukup

56-60 C

51-55

C-46-50 D+ Kurang

0–45

Sumber: Adaptasi dari Kemendikbud (2013: 131) b. Penghitungan nilai tes tertulis siswa secara individu

Keterangan:

NP =Nilai hasil belajar R =Skor yang diperoleh SM =Skor maksimum

=


(57)

100 =Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Purwanto (2008: 112). c. Perhitungan nilai rata-rata tes tertulis siswa

Keterangan:

=Nilai rata-rata =Jumlah nilai N =Jumlah siswa

Sumber: Adopsi dari Sudjana (2010: 109). d. Persentase klasikal ketuntasan hasil belajar

S =Persentase ketuntasan klasikal =Jumlah siswa yang tuntas belajar N =Jumlah seluruh siswa

100%=Bilangan tetap

Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk (2009: 41)

Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan refleksi pada siklus selanjutnya, sebagai bahan perencanaan dalam pembuatan rancangan pembelajaran agar lebih baik lagi.

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur penelitian tindakan kelas yang ditempuh adalah pengkajian berdasarkan siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas pada pembelajaran tematik dilaksanakan dengan tiga sklus, yaitu siklus I, siklus II dan siklus III.

=


(58)

1. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahapan ini yang dilakukan peneliti ialah menyusun penelitian secara terencana agar dapat sesuai dengan hasil yang diinginkan. dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan wawancara kepada guru kelas untuk menganalisis tema, subtema, dan pembelajaran yang sudah diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran dengan model problem posing.

2) Melakukan analisis Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator yang akan diajarkan.

3) Menyusun Rencana Pembelajaran Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas IV C sesuai dengan KI dan KD yang akan diajarkan.

4) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan media gambar yang sesuai dengan materi serta model yang digunakan.

5) Menyiapkan instrumen penilaian yang terdiri dari lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan keterampilan berpikir kreatif siswa, serta soal-soal tes formatif untuk mengukur hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan langkah selanjutnya dalam penerapan model problem posing. Kegiatan pembalajaran dengan tahap sebagai berikut:


(59)

1) Kegiatan pembukaan

a) Guru mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa.

b) Guru memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa agar siap untuk memulai pembelajaran.

c) Guru melakukan kegiatan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

d) Guru menempelkan gambar dan siswa diminta untuk mengamati serta mendeskripsikan gambar tersebut.

e) Siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang keindahan alam yang ada di Indonesia.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan materi pembelajaran melalui penerapan modelproblem posing.

b) Guru membimbing siswa dalam berlatih membuat soal, disesuaikan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari. c) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

d) Seluruh siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 - 5 siswa.

e) Guru membagi tugas berupa teks bacaan, dan meminta siswa secara berkelompok membuat pertanyaan dari teks bacaan yang diberikan oleh guru.

f) Siswa membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan hasil analisis data dan dalam lembar pertanyaan yang telah disediakan


(60)

oleh guru dengan diberi label posing I. Kriteria atau ketentuan pembuatan soal diarahkan oleh guru.

g) Lembar pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing kelompok awal dikumpulkan kepada guru, dan guru memberikan secara acak pertanyaan-pertanyaan tersebut ke setiap kelompok lain. h) Setiap kelompok yang mendapatkan soal yang telah diberikan

oleh guru, menuliskan jawaban mereka pada lembar yang telah disediakan dengan diberi labelposingII.

i) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok dan jawaban mereka di depan kelas.

j) Guru memberikan penguatan kepada siswa dan memotivasi siswa, kemudian siswa diberi kesempatan untuk bertanya kepada guru.

k) Siswa mengerjakan tes sesuai dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru.

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa beserta dengan guru membuat kesimpulan kegiatan hari ini.

b) Guru mengajak siswa untuk bersyukur atas pemberian Tuhan kepada kita.

c) Guru mengapresiasi kegiatan pembelajaran siswa hari ini. d) Siswa mendapat tugas yang harus dikerjakan di rumah. e) Doa penutup pembelajaran dan guru mengucapkan salam.


(61)

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung .Selama proses pembelajaran berlangsung kinerja guru, dan keterampilan berpikir kreatif siswa diamati dengan cara memberikanchek listdan skor pada lembar yang telah disediakan.

d. Refleksi

Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang dianalisis adalah kinerja guru, keterampilan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar siswa. Analisis tersebut sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan penelitian tindakan kelas. Hasil analisis juga dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus II dengan membuat rencana tindakan baru agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik lagi.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Kegiatan pada siklus II ini dibuat setelah merefleksi dari hasil kegiatan yang diperoleh dari siklus I. Pada siklus kedua ini, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis siklus I. Perencanaan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi masalah dan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I.


(62)

2) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran di siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

3) Menyiapkan perangkat pembalajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

4) Menyiapkan rencana perbaikan pembelajaran.

b. Pelaksanaan

1) Guru menjelaskan materi dan memberikan latihan soal secukupnya.

2) Media gambar dipergunakan oleh guru untuk mendukung pembelajaran.

3) Seluruh siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4 - 5 orang anggota.

4) Guru membagi tugas untuk diselesaikan secara kelompok.

5) Guru membagi tugas berupa teks bacaan, dan meminta siswa secara berkelompok membuat pertanyaan dari teks bacaan yang diberikan oleh guru.

6) Siswa membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan hasil analisis data dan dalam lembar pertanyaan yang telah disediakan oleh guru dengan diberi label posing I. Kriteria atau ketentuan pembuatan soal diarahkan oleh guru.

7) Lembar pertanyaan yang dibuat oleh masing-masing kelompok awal dikumpulkan kepada guru, dan guru memberikan secara acak pertanyaan-pertanyaan tersebut ke setiap kelompok lain.


(63)

8) Setiap kelompok yang mendapatkan soal yang telah diberikan oleh guru, menuliskan jawaban mereka pada lembar yang telah disediakan dengan diberi labelposingII.

9) Siswa mempresentasikan hasil diskusi mereka kedepan kelas dengan perwakilan, masing-masing kelompok satu orang mempresentasikan kedepan kelas.

10) Siswa mengerjakan tes sesuai dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru.

c. Pengamatan

Peneliti mengamati kegiatan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Selama proses pembelajaran berlangsung kinerja guru, dan keterampilan berpikir kreatif siswa diamati dengan cara memberikan chek list dan skor pada lembar observasi yang telah disediakan.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menganalisis keberhasilan dan kekurangan dalam proses pembelajaran yang menggunakan model problem posing. Merefleksi kembali tentang berhasil atau tidaknya kegiatan penelitian yang dilakukan. Hasil analisis digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus III.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran tematik melalui penerapan model problem posing dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan di tiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata keterampilan berpikir kreatif klasikal siswa adalah 64,44 (cukup). Pada siklus II nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan sebanyak 7,62 menjadi 72,06 (terampil). Berlanjut pada siklus III nilai rata-rata keterampilan berpikir kreatif kembali meningkat sebanyak 3,16 menjadi 75,22 (terampil).

2. Penerapan modelproblem posingdapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkata nilai dari hasil rekapitulasi pada tiap siklusnya. Siklus I rata-rata hasil belajar yang diperoleh adalah 65,80. Pada siklus II meningkat sebanyak 4,60, dengan rata-rata hasil belajar siklus II mencapai 70,40, dan selanjutnya kembali meningkat sebanyak 4,20 pada siklus III, dengan rata-rata hasil belajar siklus III mencapai 74,60. Sedangkan persentase hasil belajar klasikal siswa yang mencapai nilai ≥66 (≥baik) pada siklus I adalah (14 siswa) 56,00%. Persentase hasil belajar klasikal siswa yang mencapai nilai ≥66 (≥baik)


(2)

pada siklus II adalah (17 siswa) 68,00%. Persentase hasil belajar klasikal siswa yang mencapai nilai≥66 (≥baik) pada siklus III adalah (20 siswa) 80,00%. Kenaikan persentase hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 12,00%, dan kenaikan persentase hasil belajar dari siklus II ke siklus III adalah 12,00%.

B. Saran

Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, berikut ini saran yang diberikan:

1. Bagi Siswa

Siswa harus mempersiapkan bahan materi terlebih dahulu sebelum materi disampaikan oleh guru. Siswa harus berani dalam menyampaikan ide/gagasan serta pertanyaan kepada teman atau guru dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Partisipasi dalam bertanya maupun mengeluarkan pendapat dapat dijadikan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

2. Bagi Guru

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai pelaksanaan penerapan model problem posing antara lain perlu mempersiaplan perangkat pembelajaran seperti pemetaan, silabus, RPP, LKS, sumber belajar dan media pembelajaran. Pembuatan media yang mendukung proses pembelajaran harus sesuai dengan tema, subtema, pembelajaran yang dibahas dan bersifat kontekstual sehingga semua mata pelajaran dapat terkait secara harmonis.


(3)

3. Bagi SDN 11 Metro Pusat

Persaingan dan perkembangan di dalam dunia pendidikan semakin lama semakin maju. Pendidikan juga merupakan bekal serta penentu kualitas yang dimiliki oleh manusia untuk hidup lebih baik nantinya. Dunia pendidikan yang selalu mengalami peningkatan, perlu diadakan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran tersebut harus mampu menciptakan manusia yang cakap, cerdas dan berwawasan luas untuk menghadapi tantangan hidup saat ini. Seperti penerapan model problem posing dalam pembelajaran di sekolah, serta pengoptimalan sarana dan prasarana.

4. Bagi Peneliti

Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian, sebagai bahan masukan dalam penerapan model problem posing pada proses pembelajaran agar lebih inofatif dalam penerapan model ini dengan tema yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan menganalisis dan berpikir kreatif siswa. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua pembelajaran.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anggari, Anggi Siti, dkk. 2013. Buku Guru SD/MI Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku Semester II. Lazuardi GIS. Jakarta.

. 2013. Buku Siswa SD/MI Kelas IV Tema 8 Tempat Tinggalku Semester II. Lazuardi GIS. Jakarta.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustaka. Jakarta

Aqib, Zainal, dkk. 2009.Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD, SLB dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Danim, Sudarwan. 2010.Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta. Bandung. Daryanto. 2012. Panduan Operasional Penelitian Tindakan Kelas. PT. Prestasi

Pustakaraya. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2013.Kurikulum dan Pembelajaran. PT Bumi Aksara. Jakarta. Hassoubah, Zaleha Izhab. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Nuansa.

Jakarta.

Hermawan, Asep Herry, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran SD. UPI Press. Bandung.

Husamah, dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Percakapan Kopetensi. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Kemendikbud. 2013.Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Semester II. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

. 2013. Panduan Teknis Bagi Orangtua Dalam Mendampingi Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.


(5)

. 2013. Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu Dengan Pendekatan Saintifik Di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

2013. Panduan Teknis Penilaian Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

. 2013. Pedoman Observasi Sikap. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

. 2013.Penilaian Di Sekolah Dasar. Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik ( Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyasa, E. 2013.Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Munandar, Utami. 2012. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Nashar. 2004.Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal.Delia Press. Jakarta. Nurgiyanto, Burhan. 2011.Penilaian Otentik Dalam Pembelajaran. Gadjah Mada

Universitiy Press. Yogyakarta.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesment Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. DIVA Press. Jogjakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Perinsip-perinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Rusmono. 2012.Strategi Pembelajaran Dengan PBL itu Perlu. Ghalia. Jakarta. Sadiman, Arif S, dkk. 2011. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatan. Rajawali Press. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(6)

Sudiatmaja, Kojat. 2008. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Universitas Lampung. Lampung.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil dan Proses Belajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suprihatiningrum, Jamil. 2013.Strategi Pembelajaran, Teori & Aplikasi. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Suryosubroto. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzz Media. Jogjakarta.

Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.

______.2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Jakarta.

______. 2009.UU Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta. Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, I.G.A.K dan Kuswaya Wihardit. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Winataputra, Udin S, dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS IV C SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 12 80

PENERAPAN STRATEGI PAIKEM PADA PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV C SD NEGERI 1 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 5 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU SISWA KELAS IV B SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 79

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV A SDN 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 75

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244

PENERAPAN MAPPING DALAM MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 77